Disusun oleh:
Disusun oleh:
i
DAFTAR ISI
A. Bahan ..................................................................................................................... 6
B. Alat ........................................................................................................................ 7
V. KESIMPULAN ............................................................................................................ 28
E. Perhitungan .......................................................................................................... 35
ESTERIFIKASI ASAM ASETAT
(D)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kecepatan reaksi esterifikasi
asam asetat dengan etanol menggunakan katalisator asam sulfat pada suhu didih
campuran.
𝐶𝐴,𝑡+𝛥𝑡 𝑑𝐶𝐴
(−𝑟𝐴) = 𝑙𝑖𝑚 = (1)
𝛥𝑡→0 (𝑡+𝛥𝑡)−𝑡 𝑑𝑡
1
Laju reaksi pada sistem homogen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain (Fay, 1967):
1. Suhu
Suhu yang tinggi menyebabkan laju reaksi akan semakin cepat karena
bertambahnya jumlah partikel. Hal ini menyebabkan tumbukan antar partikel
akan sering terjadi sehingga laju reaksi semakin cepat.
2. Konsentrasi
Konsentrasi yang semakin besar menyebabkan laju reaksi semakin
cepat. Hal ini terjadi akibat jumlah partikel zat yang semakin banyak
sehingga akan sering terjadi tumbukan yang menyebabkan reaksi
berlangsung cepat.
3. Katalis
Katalis dapat membantu suatu reaksi berlangsung lebih cepat tetapi
tidak ikut bereaksi. Penambahan katalis akan menurunkan nilai energi
aktivasi yang mengakibatkan tumbukan antar partikel meningkat sehingga
laju reaksi akan semakin cepat.
2
Reaksi esterifikasi ini terjadi dengan bantuan katalis asam yang reaksinya
bersifat reversible (bolak-balik) (Rimawan dkk, 2014). Produk berupa etil asetat
dapat terhidrolisis kembali menjadi reaktan berupa asam asetat dan etanol. Laju
reaksi asam asetat dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut:
𝐶𝐴,𝑡+∆𝑡 𝑑𝐶𝐴
(−𝑟𝐴) = lim (𝑡+∆𝑡)−𝑡
= (2)
∆𝑡→0 𝑑𝑡
Apabila CB0 >> CA0 dan CE0 >> CD0, maka CB ≈ CB0 dan CE ≈
CE0. Persamaan menjadi:
(−𝑟𝐴) = 𝑘1 𝐶𝐴 𝐶𝐵0 − 𝑘2 𝐶𝐷 𝐶𝐸0 (5)
Apabila
𝑘′1 = 𝑘1 𝐶𝐵0 𝑑𝑎𝑛 𝑘′2 = 𝑘2 𝐶𝐸0 (6)
Maka persamaan menjadi:
(−𝑟𝐴) = 𝑘′1 𝐶𝐴 − 𝑘′2 𝐶𝐷 (7)
Maka dari persamaan (44) s.d. (50) menjadi:
𝑑𝐶𝐴 1
= −𝑘 ′1 𝐶𝐴𝑜 {1 − (1 + 𝐾) 𝑋𝐴 } (8)
𝑑𝑡
atau
𝑑𝑋𝐴 1
= −𝑘 ′1 {1 − (1 + 𝐾) 𝑋𝐴 } (9)
𝑑𝑡
1
𝛼−1+𝐾 (10)
𝑑𝑋𝐴
= −𝑘 ′1 {1 − 𝛼𝑋𝐴 } (11)
𝑑𝑡
Slope dari garis lurus 𝑡 terhadap −𝑙(1 − 𝛼𝑋𝐴 ) adalah tan 𝜃 = 𝑘′1𝛼, sehingga
3
𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑘′1
𝑘 ′1 = 𝑑𝑎𝑛 𝑘 ′ 2 = (13)
𝛼 𝐾
𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑘′2
𝑘1 = ; 𝑘2 = 𝐶 (14)
𝐶𝐵0 𝐸0
Dan bila ∆Hr konstan, nilai K pada suatu suhu reaksi dapat didekati dengan
∆𝐻𝑟 1 1
ln 𝐾 = ln 𝐾298 − (𝑇 − 298) (16)
𝑅
− ln (1 − 𝑋𝐴 ) = −𝑘 ′1𝑠 𝑡 (18)
Maka slope dari garis lurus -𝑙(1 − 𝑋𝐴 ) vs t adalah tan 𝜃𝑠 = 𝑘1𝑠 , sehingga
𝑘 ′1𝑠 = 𝑡𝑎𝑛𝜃𝑠 (19)
𝑘 ′ 1𝑠
𝑘1𝑠 = (20)
𝐶𝐸0
2. Waktu reaksi
Waktu reaksi yang semakin lama akan memperbesar konversi
reaksi. Hal ini terjadi karena peluang zat-zat pereaksi untuk saling
bertumbukan makin besar.
4
3. Perbandingan Pereaksi
Perbandingan mol reaktan yang semakin besar menyebabkan laju
reaksi semakin cepat. Akibatnya, konversi reaktan untuk membentuk
suatu produk akan semakin besar pula.
4. Pengadukan
Pengadukan ini dilakukan agar molekul-molekul pereaksi lebih
cepat bergerak dan akan lebih sering bertumbukan sehingga akan
mempercepat terjadinya reaksi.
5. Katalisator
Katalisator berguna untuk mempercepat laju reaksi dengan cara
menurunkan energi aktivasinya tanpa ikut bereaksi. Tanpa adanya katalis
berupa asam kuat, reaksi esterifikasi membutuhkan waktu yang lama,
tetapi dengan penambahan katalisator asam kuat akan mencapai
kesetimbangan dalam waktu yang cepat.
5
Titrasi adalah proses untuk mengetahui konsentrasi suatu komponen yang
belum diketahui dengan cara penambahan larutan standar secara terkontrol
(Padmaningrum, 2008). Larutan standar adalah larutan yang telah diketahui
konsentrasinya dengan pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibagi
menjadi larutan standar sekunder dan larutan standar primer. Larutan standar
primer adalah larutan dengan kemurnian tinggi yang dapat diketahui
konsentrasinya dengan perhitungan (massa dan volume). Larutan standar
sekunder adalah larutan yang memiliki kemurnian relatif rendah sehingga perlu
diketahui konsentrasinya melalui proses standarisasi.
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan Esterifikasi Asam
Asetat adalah:
1. Asam asetat
2. Asam sulfat pekat
3. Etanol teknis
4. Natrium hidroksida teknis
5. Aquadest
6. Larutan HCl 0,1 N yang sudah distandardisasi
7. Indikator phenolphthalein
8. Air es
6
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan Esterifikasi Asam Asetat
ditunjukkan oleh gambar rangkaian alat berikut:
Keterangan:
13
1. Labu leher tiga 500 ml
3
2. Pemanas mantel
3. Motor listrik
4. Pengaduk merkuri
4
5. Pendingin bola
12 6. Pengatur skala pemanas
7 5
7. Termometer alkohol
8
9 8. Pengambil cuplikan
1
11 9. Penyumbat
10. Steker
2
10
11. Botol vial
6
12. Botol penghisap
13. Statif
7
C. Cara Kerja
1. Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 500 ml
Natrium hidroksida ditimbang sebanyak 2,1269 gram dengan botol
timbang lalu dilarutkan dengan aquadest. Larutan dituang ke dalam labu
ukur 500 ml dan ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Larutan
digojog hingga homogen. Larutan NaOH yang telah dibuat, diambil
sebanyak 10 ml dengan pipet volume dan dituang ke dalam Erlenmeyer
100 ml, lalu ditambahkan tiga tetes indikator pp. Larutan tersebut
dititrasi dengan HCl yang sudah distandardisasi dan volume HCl yang
diperlukan dicatat. Titrasi diulangi dua kali lagi, lalu dihitung rata-rata
volume HCl yang dipakai dan dihitung normalitas NaOH. Volume HCl
untuk titrasi larutan NaOH berturut-turut sebesar 11 ml; 11 ml; dan 11
ml sehingga diperoleh rata-rata volume HCl sebesar 11 ml. Normalitas
larutan NaOH rata-rata sebesar 0,1050 N.
2. Analisis kadar asam asetat yang diesterifikasi
Asam asetat yang tersedia di meja station diambil sebanyak 5 mL
dengan pipet volume. Larutan dituang ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Larutan digojog hingga
homogen. Asam asetat yang telah diencerkan diambil sebanyak 25 mL
lalu dituang ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan tiga tetes indikator
pp. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1050 N dan
volume larutan NaOH yang digunakan untuk titrasi dicatat. Titrasi
diulangi dua kali lagi, lalu dihitung rata-rata volume NaOH yang
diperlukan dan normalitas asam asetat yang akan diesterifikasi. Volume
NaOH untuk titrasi larutan asam asetat berturut-turut sebesar 4,7 ml; 4,5
ml; dan 4,3 ml sehingga diperoleh rata-rata volume NaOH sebesar 4,5
ml. Normalitas larutan asam asetat yang diesterifikasi rata-rata sebesar
9,4488 mgek/ml.
8
3. Esterifikasi asam asetat
Alat Esterifikasi dirangkai. Asam asetat yang akan diesterifikasi
(50% volume asam 50% volume air) yang ada di lemari asam diambil
dengan pipet ukur 10 ml sebanyak 25 mL lalu dituang ke dalam
Erlenmeyer 250 mL. Asam sulfat ditambahkan 2 mL yang diambil
dengan pipet ukur. Campuran larutan tersebut diaduk (dengan pengaduk
gelas) hingga tercampur rata, lalu dituang ke dalam labu leher tiga. Kran
pendingin dibuka, pengaduk dinyalakan dengan putaran 200-300 rpm,
reaktor dipanaskan, dan ditunggu hingga suhu campuran ±90 0C.
Bersamaan dengan itu, etanol diambil dengan gelas ukur 200 mL lalu
dituang ke dalam Erlenmeyer 250 mL (gunakan Erlenmeyer yang
sebelumnya digunakan untuk mencampur asam asetat dan asam sulfat),
sumbat beserta termometer dipasang, kemudian dipanaskan di atas
kompor listrik hingga suhu ±60°C, dan kompor dimatikan. Etanol panas
dituang ke dalam reaktor melalui pendingin bola, lalu dicatat waktu dan
suhu akhir campuran (usahakan suhu campuran menjadi ±70°C) dengan
tetap menjaga putaran pengaduk sebesar 200-300 rpm. Selanjutnya
sampel/cuplikan segera diambil (kira-kira 10 mL), dan dituang ke dalam
botol sampel 1 (t=0), lalu dinginkan/direndam dalam air es.
Pengambilan sampel berikutnya dilakukan pada saat 5 menit, 10 menit,
15 menit, 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Setiap sampel dituang ke
dalam botol sampel masing-masing nomor 2 sampai 7, untuk t=5, t=10,
t=15, t=30, t=60, dan t=90. Setiap sampel diambil, segera direndam
dalam air es hingga saatnya untuk dianalisis. Selama reaksi, kecepatan
putaran pengaduk tetap dijaga dan diusahakan suhu campuran konstan
pada suhu 70°C dengan mengatur pemanas. Setiap 5 menit diamati dan
dicatat suhunya. Pemanas dan motor pengaduk dimatikan setelah
pengambilan sampel terakhir.
9
4. Analisis kadar asam dalam sampel
Sampel yang diambil pada t = 0 diambil dengan pipet volum 5 mL
lalu dituang ke labu ukur 100 mL. Aquadest ditambahkan sampai tanda
batas. Larutan digojog hingga homogen. Sampel yang telah diencerkan
diambil dengan pipet volum 25 mL lalu dituang ke dalam Erlenmeyer
100 mL. Indikator pp ditambahkan sebanyak tiga tetes lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N yang telah diketahui normalitasnya. Volume NaOH
yang dibutuhkan dicatat. Titrasi diulangi dua kali dan dihitung volum
NaOH rata-rata yang diperlukan (Vt=0). Analisis kadar asam dilakukan
dalam sampel berikutnya, yang diambil pada t= 5, 10, 15, 30, 60, 90
menit, lalu dihitung rata-rata volume NaOH yang diperlukan (Vt=5,
Vt=10, Vt=15, Vt=30, Vt=60, Vt=90). Volume larutan NaOH untuk
titrasi larutan sampel t=0 sebesar 15,0 ml; 15,0 ml, dan 14,9 ml sehingga
diperoleh rata-rata volume NaOH sebesar 15,0 ml pada suhu
69°C.Volume larutan NaOH untuk titrasi larutan sampel t=5 sebesar
12,6 ml; 12,5 ml, dan 12,6 ml sehingga diperoleh rata-rata volume
NaOH sebesar 12,6 ml pada suhu 60°C. Volume larutan NaOH untuk
titrasi larutan sampel t=10 sebesar 10.7 ml; 10,9 ml, dan 10,9 ml
sehingga diperoleh rata-rata volume NaOH sebesar 10.8 ml pada suhu
68°C. Volume larutan NaOH untuk titrasi larutan sampel t=15 sebesar
10,1 ml; 10,3 ml, dan 10,2 ml sehingga diperoleh rata-rata volume
NaOH sebesar 10,2 ml pada suhu 68°C. Volume larutan NaOH untuk
titrasi larutan sampel t=30 sebesar 7,6 ml; 7,9 ml, dan 7,9 ml sehingga
diperoleh rata-rata volume NaOH sebesar 7,8 ml pada suhu 68°C.
Volume larutan NaOH untuk titrasi larutan sampel t=60 sebesar 7,3 ml;
7,2 ml, dan 7,0 ml sehingga diperoleh rata-rata volume NaOH sebesar
7,1 ml pada suhu 68°C. Volume larutan NaOH untuk titrasi larutan
sampel t=90 sebesar 6,8 ml; 6,7 ml, dan 6,5 ml sehingga diperoleh rata-
rata volume NaOH sebesar 6,7 ml pada suhu 69°C.
10
D. Analisis Data
Asumsi yang digunakan dalam percobaan Esterifikasi Asam Asetat
untuk menyederhanakan perhitungan, antara lain:
1. Pada saat penimbangan NaOH, diasumsikan tidak ada air yang terserap
dari udara sehingga massa NaOH yang tercatat adalah massa NaOH
murni.
2. Proses titrasi tepat berhenti pada titik ekivalen sehingga diperoleh hasil
volume titran yang sesungguhnya dan perhitungan normalitas benar.
3. Saat pengambilan sampel tepat pada waktu pengambilan yang ditentukan
dan benar benar telah berhenti bereaksi.
4. Pengadukan larutan asam asetat dengan etanol diasumsikan sudah merata
sehingga larutan yang dihasilkan benar-benar homogen dan konsentrasi
larutan merata di seluruh bagian.
5. Pada saat proses esterifikasi asam asetat tidak ada larutan yang menguap
sehingga volume larutan tetap.
Dasar-Dasar Perhitungan:
1. a. Normalitas HCl X N
2.𝑊𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠
𝑁𝐻𝐶𝑙 = (22)
𝑀𝑟𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 . 𝑉𝐻𝐶𝑙
Dengan,
𝑁𝐻𝐶𝑙 = Normalitas larutan HCl, mgek/mL
𝑊𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 = Berat boraks, mg
𝑀𝑟𝑏𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 = Berat molekul boraks = 381,37 mg/mmol
𝑉𝐻𝐶𝑙 = Volume larutan HCl untuk titrasi boraks, mL
Dengan,
𝑁𝐻𝐶𝑙 1 = Normalitas HCl percobaan ke-1, mgek/mL
𝑁𝐻𝐶𝑙 2 = Normalitas HCl percobaan ke-2, mgek/mL
11
𝑁𝐻𝐶𝑙 3 = Normalitas HCl percobaan ke-3, mgek/mL
Dengan,
𝑉𝐻𝐶𝑙 1 = Volume larutan HCl percobaan ke-1, mgek/mL
𝑉𝐻𝐶𝑙 2 = Volume larutan HCl percobaan ke-2, mgek/mL
𝑉𝐻𝐶𝑙 3 = Volume larutan HCl percobaan ke-3, mgek/mL
Dengan,
∗
𝑁𝐴𝑎 = Normalitas asam asetat yang diesterifikasi, mgek/mL
𝑉𝑎 = Volume NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi 25
mL asam asetat encer (rata-rata), mL
𝑉 = Volume asam asetat encer yang dititrasi = 25 mL
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = Normalitas larutan NaOH, mgek/mL
𝑉𝑝𝑒𝑘𝑎𝑡 = Volume asam asetat pekat yang diencerkan = 5 mL
𝑉𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟 = Volume asam asetat encer = 100 mL
12
b. Normalitas N*Aa rata-rata
𝑁∗𝐴𝑎1 +𝑁∗𝐴𝑎2 +𝑁∗𝐴𝑎 3
𝑁 ∗𝐴𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = (27)
3
Dengan,
𝑁 ∗𝐴𝑎1 = Normalitas asam asetat yang diesterifikasi percobaan
ke-1, mgek/mL
𝑁 ∗𝐴𝑎2 = Normalitas asam asetat yang diesterifikasi percobaan
ke-2, mgek/mL
𝑁 ∗𝐴𝑎3 = Normalitas asam asetat yang diesterifikasi percobaan
ke-3, mgek/mL
Dengan,
𝑁𝐴𝑎 = Normalitas asam asetat awal dalam campuran reaktan,
mgek/mL
∗
𝑁𝐴𝑎 = Normalitas asam asetat yang diesterifikasi, mgek/mL
∗
𝑉𝐴𝑎 = Volume asam asetat dalam campuran = 25 mL
𝑉𝐴𝑎 = Volume total campuran (asam asetat + asam sulfat+etanol) = 227
mL
13
𝑉𝑠∗ = Volume sampel yang telah diencerkan = 100 mL
𝑉𝑠 = Volume sampel yang akan diencerkan = 5 mL
Dengan,
𝑋𝐴 = Konversi asam asetat
𝑁𝐴,𝑡=0 = Normalitas asam asetat awal dalam campuran reaktan, mgek/mL
𝑁𝐴,𝑡=𝑡 = Normalitas asam pada saat t=0, mgek/mL
𝑁𝐴𝑎 = Normalitas asam pada saat t tertentu, mgek/mL
Dengan,
𝑛𝐴𝑎 = Mol asam asetat mula-mula, mol
𝑁𝐴𝑎 = Normalitas asam asetat awal dalam campuran reaktan, mgek/mL
𝑉𝐴𝑠 = Volume asam asetat dalam campuran reaktan, mL
14
Dengan,
𝑛𝐵𝑜 = Mol etanol mula-mula, mol
𝑉𝐵 = Volum etanol dalam campuran reaktan = 200 mL
𝜌𝐵 = Massa jenis etanol 72% pada suhu ruang, g/mL
(lihat Perry’s Chemical Engineer’s Handbook)
𝐶𝐵𝑏 = Kadar etanol = 0,72
𝑀𝑟𝐵 = Berat molekul etanol = 46 gram/mol
Dengan,
𝑛𝐸𝑜 = Mol air mula-mula, mol
𝑉𝐸𝑎 = Volume air dalam asam asetat 1:1 (50% asam asetat teknis +
50% aquadest) = 12,5 mL
𝑉𝐵 = Volum etanol dalam campuran reaktan = 200 mL
𝜌𝐵 = Massa jenis etanol 72% pada suhu ruang, g/mL
(lihat Perry’s Chemical Engineer’s Handbook)
𝐶𝐵𝑏 = Kadar etanol = 0,72
𝜌𝐸 = Massa jenis air pada suhu ruang, g/mL
𝑀𝑟𝐸 = Berat molekul air =18 g/mol
Dengan,
𝑋𝐴𝑒 = Konversi asam asetat setimbang teoritis, %
𝑛𝐴𝑒 = Mol asam asetat yang bereaksi dalam setimbang teoritis, mol
𝑛𝐴𝑎 = Mol asam asetat mula-mula, mol
Nilai nAe dapat dihitung dengan persamaan:
𝑛𝐴𝑒 (𝑛𝐸𝑜 +𝑛𝐴𝑒 )
𝐾 = (𝑛 (37)
𝐴𝑎 −𝑛𝐴𝑒 )(𝑛𝐵𝑜 −𝑛𝐴𝑒 )
15
Dengan,
𝑛𝐴𝑒 = Mol asam asetat yang bereaksi dalam setimbang teoritis, mol
𝑛𝐴𝑜 = Mol asam asetat mula-mula, mol
𝑛𝐵𝑜 = Mol etanol mula-mula, mol
𝑛𝐸𝑜 = Mol air mula-mula, mol
Nilai konstanta kesetimbangan reaksi dihitung dengan persamaan van’t
Hoff seperti pada persamaan berikut:
𝑑(𝑙𝑛𝐾) Δ𝐻𝑟
= (38)
𝑑𝑇 RT2
Δ𝐻𝑟 1 1
ln 𝐾1 − ln 𝐾2 = (𝑇 − 𝑇 ) (39)
R 𝑟
𝑇𝑡=0 + 𝑇𝑡=5 + 𝑇𝑡=10 + 𝑇𝑡=15 + 𝑇𝑡=30 + 𝑇𝑡=60 + 𝑇𝑡=90
𝑇= 7
(40)
Dengan,
𝐾2 = Konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu percobaan
𝐾1 = Konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu referensi
Δ𝐻𝑟 = Entalpi reaksi esterifikasi, Joule / mol
R = Konstanta gas = 8,314 Joule / mol K
𝑇 = Suhu percobaan, K
𝑇𝑟 = Suhu referensi, K = 298 K
Adapun untuk mencari nilai K1, dihitung dengan persamaan berikut:
Δ𝐺°
ln 𝐾1 = − (41)
R
Dengan,
𝐾1 = Konstanta kesetimbangan reaksi pada suhu referensi
Δ𝐺° = Energi Gibbs, J/mol
R = Konstanta gas= 8,314 J/(mol.K)
𝑇𝑟 = suhu referensi, K
Entalpi dan Energy Gibbs untuk reaksi esterifikasi dapat dihitung dari
entalpi serta energy Gibbs masing-masing senyawa yang diperoleh dari
pustaka.
16
12. Menghitung nilai konstanta kesetimbangan (percobaan)
𝑋
𝐾𝑝 = 1−𝑋𝐴𝑛 (42)
𝐴𝑛
Dengan,
𝐾𝑝 = Kontanta kesetimbangan reaksi (yang diperoleh dari percobaan)
𝑋𝐴𝑛 = Konversi akhir asam asetat (pada t=90 menit)
Dengan,
𝐶𝐴0 = konsentrasi asam asetat mula-mula, mol/L
𝐶𝐵0 = konsentrasi etanol mula-mula, mol/L
𝐶𝐷0 = konsentrasi ester mula-mula, mol/L
𝐶𝐸0 = konsentrasi air mula-mula, mol/L
𝑉 = volume total (Volume etanol + volume asam asetat + volume
asam sulfat), L
17
c = konstanta
1
dengan, 𝛼 = 1 + 𝐾 (51)
Dengan,
𝑘1 = konstanta laju reaksi ke kanan (esterifikasi), L/(mol.men)
𝑘2 = konstanta laju reaksi ke kiri (hidrolisis), L/(mol.men)
𝐾 = konstanta kesetimbangan reaksi teoritis
𝐶𝐵0 = konsentrasi etanol mula-mula, mol/L
𝐶𝐸0 = konsentrasi air mula-mula, mol/L
𝑡 = waktu, menit
Dengan,
𝑘1𝑠 = konstanta laju reaksi ke kanan (esterifikasi), L/(mol.men)
𝐶𝐵0 = konsentrasi etanol mula-mula, mol/L
𝑡 = waktu, menit
18
Dengan regresi linier diperoleh:
𝑛 ∑ 𝑡.𝑌−∑ 𝑡 ∑ 𝑌
𝑚= (60)
𝑛 ∑ 𝑡 2 −(∑ 𝑡)2
∑ 𝑌−𝑚 ∑ 𝑌
𝑐= (61)
𝑛
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Percobaan ini diawali dengan proses standardisasi HCl dengan boraks dan
standardisasi NaOH dengan HCl. Standardisasi HCl dilakukan karena konsentrasi
HCl mudah berubah sehingga perlu distandardiasi oleh larutan standar primer
yaitu boraks sehingga konsentrasi HCl dapat diketahui secara pasti. Pada
standardisasi HCl, titrat yang dipakai adalah boraks sebab keakuratan yang
dihasilkan jika HCl bereaksi dengan boraks sangat baik (Svehla,1990). Selain itu,
reaksi yang terjadi antara boraks dan HCl merupakan reaksi sempurna membentuk
garam NaCl yang tidak berbahaya. Standardisasi juga dilakukan pada NaOH
dengan menggunakan HCl. Udara mengandung uap air yang mudah untuk diserap
NaOH untuk mengetahui nilai normalitasnya secara pasti digunakan larutan HCl.
Reaksi antara NaOH dengan HCl menghasilkan garam NaCl yang tidak
berbahaya. Berdasarkan data percobaan, diperoleh nilai normalitas rata-rata HCl
sebesar 0,0954 mgek/mL dan normalitas NaOH rata-rata diperoleh sebesar 0,1050
mgek/mL.
Pada percobaan ini, sampel direaksikan ke reaktor dan diambil melalui
cuplikan pada waktu 0 sampai 90 menit (0,5,10,15,30,60,90). Sampel yang
terambil dimasukkan ke dalam botol vial dan segera diletakkan di baskom berisi
air es agar reaksi esterifikasi yang masih berlangsung dapat terhenti. Reaksi
berjalan di reaktor dengan suhu yang tinggi sehingga untuk memberhentikan
reaksinya diperlukan penurunan suhu secara cepat.
Sebelum melakukan titrasi, diteteskan indikator pp sebanyak tiga tetes
pada titrat untuk mengamati adanya perubahan warna saat titik ekivalen tercapai.
Pada proses esterifikasi asam asetat dan standardisasi larutan NaOH dengan HCl,
teramati warna larutan berubah dari tidak berwarna ke warna ungu. Hal tersebut
menandakan bahwa titik ekivalen telah tercapai. Selain itu, terjadi perubahan bau
pada proses esterifikasi asam asetat dari bau cuka ke bau balon karet sedangkan
pada proses standardisasi larutan NaOH dengan HCl tidak terjadi perubahan bau.
Perubahan bau terjadi pada t=5menit sampai t=90 menit dan tidak terjadi pada t=0
menit. Hal tersebut menandakan berkurangnya asam asetat seiring berjalannya
waktu. Pada t=0 menit, asam asetat belum bereaksi sempurna dengan alkohol
sehingga tidak terjadi perubahan bau.
21
Berdasarkan data percobaan, dilakukan analisis data dan didapatkan
hubungan antara waktu terhadap normalitas asam asetat, konversi asam asetat,
dan normalitas etil asetat yang ditunjukkan pada beberapa grafik berikut.
22
Gambar 5. Grafik Hubungan Konversi Asam Asetat terhadap Waktu
23
Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa trend grafik naik terhadap
bertambahnya waktu. Hal tersebut menunjukkan bahwa normalitas etil asetat akan
semakin besar seiring bertambahnya waktu. Pada t=0 menit sampai dengan t=30
menit, garis pada grafik terlihat naik dengan curam sedangkan pada saat t=30
menit sampai t=90 menit garis terlihat landai yaitu tidak naik secara signifikan.
Hal tersebut terjadi dikarenakan mulai saat t=30 menit, kondisi reaksi esterifikasi
asam asetat mendekati kesetimbangan. Akibatnya, reaksi tidak akan berjalan
cepat dari sebelumnya. Peristiwa tersebut sudah cocok dengan teori bahwa
normalitas etil asetat berbanding lurus terhadap waktu karena dan laju reaksi akan
melambat ketika kondisi reaksi mendekati kondisi setimbang.
Dalam menentukan laju reaksi, dapat digunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan dengan persamaan regresi linear reaksi reversible dan irreversible.
Berdasarkan data percobaan, diperoleh 2 grafik berikut.
24
Gambar 8. Grafik Hubungan -ln(1-𝑋𝑎) terhadap Waktu pada Reaksi
Irreversible
Kedua grafik tersebut menunjukkan trend yang sama yaitu pada saat
waktu t=0 menit sampai dengan t=30 menit, garis pada grafik terlihat naik dengan
curam sedangkan pada saat t=30 menit sampai dengan t=90 menit, garis pada
grafik terlihat landai atau tidak naik secara signifikan. Hal ini dapat terjadi karena
mulai pada saat t=30 menit, reaksi mendekati kondisi setimbang sehingga laju
reaksi akan melambat dari sebelumnya. Berdasarkan gambar 7 diperoleh y =
0,0151t + 0,2765 dan R-square 0,8534 sedangkan pada gambar 8 diperoleh y =
0,0114t + 0,2411 dan R-square 0,8253. Kedua grafik menunjukkan trend garis
grafik naik yang berarti bahwa nilai -ln (1-Xa) dan -ln (1-Xa) akan semakin besar
dengan bertambahnya waktu.
Namun, nilai R-square dari kedua grafik tersebut tidak sama dengan 1
dikarenakan laju reaksi esterifikasi asam asetat tidak konstan terhadap waktu. Hal
tersebut sama dengan tiga grafik sebelumnya dimana pada 30 menit awal terjadi
kenaikan laju reaksi secara signifikan, tetapi dalam 60 menit terakhir tidak terjadi
kenaikan laju reaksi yang signifikan dikarenakan pada saat t=30 menit, reaksi
mendekati kondisi setimbang. Maka dari itu, garis pada grafik tersebut tidak linear
sempurna.
25
Dari data percobaan dan data referensi dari (Atkins, 2010) diperoleh nilai
konstanta kesetimbangan teoritis sebesar 7,9937 dan nilai konstanta
kesetimbangan pada suhu percobaan (T=340,2929 K) sebesar 7,0021. Dengan
data tersebut, dapat dihitung nilai konversi asam asetat teoritis dan diperoleh hasil
sebesar 84,49%. Sedangkan, nilai konstanta kesetimbangan percobaan diperoleh
sebesar 2,0294 dan konversi asam asetat sebesar 66,99%. Adanya perbedaan nilai
konversi asam asetat disebabkan karena reaksi masih belum mencapai kondisi
setimbang sehingga nilai konversi asam asetat percobaan semakin meningkat dan
semakin mendekati nilai konversi asam asetat teoritis. Reaksi dapat mencapai
kesetimbangan jika reaksi dapat bolak balik (reversible) dan nilai laju reaksi yang
sama antara reaksi penguraian dan pembentukan.
Berdasarkan sumber dari (Atkins,2010), didapatkan nilai entalphi (Hf)
dari asam asetat sebesar -484.500 J/mol, nilai Hf dari etanol sebesar -277.690
J/mol, nilai Hf dari etil asetat sebesar -479.000 J/mol, dan nilai Hf dari air sebesar
-285.830 J/mol. Dari data tersebut, dapat dihitung nilai Hf reaksi esterifikasi dan
diperoleh hasil sebesar -2.640 J/mol. Selain itu, dapat dihitung konstanta
kesetimbangan pada suhu referensi (k1) sebesar 7,9934 dan konstanta
kesetimbangan pada suhu percobaan (k2) sebesar 7,0021. Nilai konversi asam
asetat teoritis (XAe) diperoleh sebesar 84,49%.
Dari data percobaan, dapat dihitung dan diperoleh nilai konstanta laju
reaksi ke kanan (esterifikasi) untuk reaksi reversible sebesar 1,1402𝑥10−3 𝐿/
(𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) dan nilai konstanta laju reaksi ke kiri (hidrolisis) untuk reaksi reaksi
reversible sebesar 1,2972𝑥10−4 𝐿/(𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡). Selain itu, dapat diperoleh juga
nilai konstanta laju reaksi pada reaksi irreversible dengan reaksi ke kiri diabaikan,
yaitu sebesar 9,7936𝑥10−4 𝐿/(𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡). Jika dibandingkan, nilai konstanta
laju reaksi tersebut relatif hampir sama dan tidak berbeda jauh.
26
Berdasarkan persamaan kecepatan reaksi yang dihasilkan, terlihat bahwa
nilai R-square untuk reaksi reversible dan reaksi irreversible tidak berbeda jauh.
Nilai R-square pada reaksi reversible lebih besar dan lebih mendekati 1 dibanding
dengan reaksi irreversible. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan persamaan
laju reaksi untuk reaksi reversible lebih baik dibanding dengan reaksi irreversible.
Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai konstanta laju reaksi esterifikasi pada reaksi
reversible lebih besar dibanding reaksi irreversible.
27
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan Esterifikasi Asam Asetat
adalah:
1. Nilai normalitas asam asetat berkurang dengan bertambahnya waktu karena
konversi asam asetat bertambah sedangkan nilai normalitas etil asetat akan
terus bertambah hingga suatu titik kesetimbangan dimana tidak ada produk
yang dapat terbentuk lagi.
2. Konversi asam asetat pada t=90 menit sebesar 69,99 %, sedangkan konversi
asam asetat teoritis sebesar 84,49%. Hal ini menunjukkan bahwa saat t=90
menit reaksi belum mencapai kesetimbangan.
3. Nilai konstanta kesetimbangan reaksi teoritis sebesar 7,0021 dan konstanta
kesetimbangan hasil percobaan sebesar 2,0249. Hal ini menunjukkan bahwa
pada percobaan belum mencapai kesetimbangan.
4. Persamaan kecepatan reaksi:
a. Reaksi reversible: 𝑌 = 0,0151𝑡 + 0,2765, dengan R-square sebesar
0,8534 dan nilai konstanta laju reaksi sebesar 1,1420.10−3 𝐿/
(𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
b. Reaksi irreversible: 𝑌 = 0,0114𝑡 + 0.2411, dengan R-square sebesar
0,8235 dan nilai konstanta laju reaksi sebesar 9,7936.10−4 𝐿/
(𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Hal ini dapat disimpulkan bahwa reaksi reversible lebih baik dibandingkan
reaksi irreversible karena nilai R-square mendekati 1 dan memiliki konstanta
yang lebih besar.
28
VI. DAFTAR PUSTAKA
29
VII. LAMPIRAN
30
c. Pemanasan Etanol
Saat pemanasan etanol, suhu etanol tidak boleh melebihi 60°C
karena etanol bersifat flammable dan volatile. Selain itu, perlu dihindari
kontak langsung dengan kompor listrik agar tidak terjadi luka bakar.
d. Penuangan Etanol pada Reaktor
Penuangan etanol dalam reaktor dilakukan melalui pendingin bola
dengan bantuan corong gelas. Praktikan harus hati-hati dalam
menuangkan etanol agar etanol tidak tumpah dan dapat melukai
praktikan.
e. Titrasi
Dalam percobaan ini dilakukan banyak titrasi. Praktikan harus
hati-hati dalam menggunakan alat-alat titrasi yang kebanyakan berbahan
dasar kaca. Pada saat pengisian buret, buret harus diturunkan dari meja
dan diletakan diatas kursi serta pastikan ada gelas beker dibawah buret
untuk menghindari larutan titran dalam buret menetes ke alas statif.
2. Hazard Bahan
A. Asam asetat
Asam asetat bersifat iritan terhadap mata dan kulit, permeator, dan
korosif. Asam asetat juga bersifat flammable dengan flash point (close
cup: 39°C, open cup: 43°C) sehingga harus dijauhkan dari sumber api.
B. Asam sulfat pekat
Asam sulfat bersifat iritan terhadap mata dan kulit, permeator, dan
korosif.
C. Etanol
Etanol bersifat iritan terhadap mata dan kulit, flammable (flash
point closed cup: 17°C) sehingga harus dijauhkan dari sumber api.
D. Natrium hidroksida
Natrium hidroksida bersifat iritan terhadap mata dan kulit, korosif,
dan higroskopis sehingga harus dihindari kontak langsung dengan udara.
31
E. Aquadest dan air es
Aquadest dan air es merupakan bahan yang tidak berbahaya.
Namun, apabila Aquadest dan air es tumpah ke lantai, dapat
menyebabkan lantai licin dan bisa membahayakan praktikan
F. Larutan HCl 0,1 N
Larutan HCl 0,1 N bersifat iritan terhadap mata dan kulit, korosif,
dan uap asam klorida berbahaya terhadap pernapasan.
G. Indikator phenolphthalein
Indikator phenolphthalein bersifat iritan terhadap mata dan kulit
dan dan flammable dengan flash point 12,78°C
32
6. Respirator
Respirator digunakan untuk melindungi terhirupnya uap asam ketika
pengambilan asam pada lemari asam.
C. Manajemen Limbah
1. Limbah sisa reaksi esterifikasi dibuang ke tempat pembuangan limbah non
halogen karena mengandung senyawa organik.
2. Limbah sisa hasil titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH dibuang ke tempat
pembuangan limbah halogen karena mengandung unsur Cl
3. Limbah sisa hasil titrasi larutan NaOH dengan ester dibuang ke tempat
pembuangan limbah non logam berat karena mengandung unsur Na.
4. Limbah sisa larutan NaOH dibuang ke tempat pembuangan limbah non logam
berat karena mengandung unsur Na.
5. Limbah sisa larutan HCl yang tidak terpakai dikembalikan ke wadah
penyimpanan.
6. Air dan es batu dibuang ke wastafel
D. Data Percobaan
1. Berat Boraks : 1. 0,2014 gram 2. 0,2008 gram
Volume HCl titrasi : 1. 11,1 mL 2. 11,0 mL
2. Berat NaOH : 2,1269 gram
Volume larutan NaOH 0,1 : 500 mL
3. Standarisasi NaOH
Volume larutan NaOH 0,1 N yang dititrasi: 10 mL
Volume HCl untuk titrasi larutan NaOH : 1. 11 mL 2. 11 mL 3. 11 mL
4. Normalitas Asam Asetat yang Diesterifikasi
Volume sampel Asam Asetat yang sudah diencerkan : 25 mL
Volume NaOH 0,1 N untuk titrasi : 1. 4,7 mL 2. 4,5 mL 3. 4,3 mL
33
Tabel I. Data Hasil Percobaan
V
Analisa V
Suhu, sampel Perubahan
Pukul kadar NaOH, Perubahan bau
°C encer, warna
asam mL
mL
Asetat 25 15,0
Tidak
+ 25 15,0 Bau cuka ke
13.45 69 berwarna
Sulfat, bau balon karet
25 14,9 ke ungu
t=0
Asetat 25 12,6
Tidak
+ 25 12,5 Bau cuka ke
13.5 60 berwarna
Sulfat, bau balon karet
25 12,6 ke ungu
t=5
Asetat 25 10,7
Tidak
+ 25 10,9 Bau cuka ke
13.55 68 berwarna
Sulfat, bau balon karet
25 10,9 ke ungu
t=10
Asetat 25 10,1
Tidak
+ 25 10,3 Bau cuka ke
14.00 68 berwarna
Sulfat, bau balon karet
25 10,2 ke ungu
t=15
Asetat 25 7,6
Tidak
+ 25 7,9 Bau cuka ke
14.15 68 berwarna
Sulfat, bau balon karet
25 7,9 ke ungu
t=30
Asetat 25 7,3
Tidak
+ 25 7,2 Bau cuka ke
14.45 68 berwarna
Sulfat, bau balon karet
25 7,0 ke ungu
t=60
Asetat 25 6,8
Tidak
+ 25 6,7 Bau cuka ke
15.15 69 berwarna
Sulfat, bau balon karet
25 6,5 ke ungu
t=90
34
E. Perhitungan
1. Normalitas HCl 0,1 N
11 mL + 11 mL + 11 mL
𝑉 𝐻𝐶𝑙𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 11 𝑚𝐿
3
Normalitas NaOH rata-rata dapat dihitung menggunakan persamaan (25)
sebagai berikut:
𝑚𝑔𝑒𝑘
11 𝑚𝐿. 0,0954 𝑚𝐿
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0,1050 𝑚𝑔𝑒𝑘/𝑚𝐿
10 𝑚𝐿
3. Normalitas asam asetat yang di esterifikasi
35
Normalitas asam asetat yang diesterifikasi dapat dihitung menggunakan
persamaan (27).
Dengan cara yang sama dapat diperoleh data pada tabel berikut:
36
Tabel II. Data Hasil Perhitungan Normalitas Asam Asetat dan Asam Sulfat
pada Berbagai Waktu
V V
V NaOH Normalitas,
t, menit sampel, NaOH,
rata-rata, mL mgek/mL
mL mL
25 15,0
0 25 15,0 149,967 12,570
25 14,9
25 12,6
5 25 12,5 125,667 10555
25 12,6
25 10,7
10 25 10,9 108,333 9099
25 10,9
25 10,1
15 25 10,3 102,000 8567
25 10,2
25 7,6
30 25 7,9 78,000 0,6551
25 7,9
25 7,3
60 25 7,2 71667 0,6019
25 7,0
25 6,8
90 25 6,7 66,667 0,5599
25 6,5
37
6. Konversi Asam Asetat
𝑋𝐴 𝑡=5 = 19,37%
Tabel III. Data Hasil Konversi Asam Asetat pada Berbagai Waktu
NAt=0 NAt=t, NAa, Konversi,
t, menit
mgek/mL mgek/mL mgek/mL %
0 1,2570 1,2570 1,0406 0,00
5 1,2570 1,0555 1,0406 19,37
10 1,2570 0,9099 1,0406 33,36
15 1,2570 0,8567 1,0406 38,47
30 1,2570 0,6551 1,0406 57,84
60 1,2570 0,6019 1,0406 62,95
90 1,2570 0,5599 1,0406 66,99
38
Tabel IV. Data Hasil Perhitungan Normalitas Etil Asetat pada
Berbagai Waktu
NAa, Konversi, N etil asetat, t=t,
t, menit
mgek/mL % mgek/mL
0 1,0406 0,00 0,0000
5 1,0406 19,37 0,2016
10 1,0406 33,36 0,3472
15 1,0406 38,47 0,4003
30 1,0406 57,84 0,6019
60 1,0406 62,95 0,6551
90 1,0406 66,99 0,6971
gram
200 mL . 0,8407 mL . 0,72
𝑁𝐵𝑜 = = 2,6318 𝑚𝑜𝑙
40 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
39
10. Jumlah mol air mula-mula
Konversi setimbang teoritis dihitung dengan persamaan (36). Nilai nAe dicari
dengan persamaan (37). Konstanta kesetimbangan reaksi pada persamaan
(38) dapat dicari dengan persamaan (39). Nilai K1 dicari dengan persamaan
(41).
Nilai energi Gibbs tiap senyawa berdasarkan referensi (Atkins, 2010) pada
suhu referensi 298 K adalah:
Tabel V. Data Go dan Hf pada Suhu 298 K dari Buku Atkins,2010
Zat Go, J/mol Hf, J/mol
C2H3OH (l) -174,780 -277,690
CH3COOH (l) -389,900 -484,500
CH3COOC2H5(l) -332,700 -479,000
H2O (l) -237,130 -285,830
40
Perhitungan nilai K1:
𝑇 = 340,2929 𝐾
Dari data tersebut dapat dihitung nilai XAe dengan persamaan (36)
0,0220 𝑚𝑜𝑙
𝑋𝐴𝑒 = . 100 %
0,0260 𝑚𝑜𝑙
𝑋𝐴𝑒 = 84,48%
41
12. Menghitung Nilai Konstanta Kesetimbangan (percobaan)
Nilai konstanta kesetimbangan reaksi yang diperoleh dari percobaan dapat
ditentukan menggunakan persamaan (42).
0,6699
𝐾𝑝 = = 2,0294
1 − 0,6699
42
Tabel VI. Data Perhitungan Regresi Linear apabila Reaksi Reversible
No t, menit Y= -ln(1- αXA) 𝑡2 t.Y
1 0 0,0000 0,0000 0,0000
2 5 0,2502 25,0000 1,2511
3 10 0,4801 100,0000 4,8005
4 15 0,5792 225,0000 8,6883
5 30 1,0819 900,0000 32,4559
6 60 1,2710 3600,0000 76,2611
7 90 1,4506 8100,0000 130,5551
Ʃ 210,0000 5,1130 12950,0000 254,0121
43
b. Apabila reaksi ke kiri diabaikan
Nilai Y dapat dihitung dengan persamaan (56). Contoh perhitungan
pada t= 5 menit.
Y = − ln(1 − 0,1937)
Y = 0,2153
Y. t = 0,2502.5 = 1,0765
𝑡 2 = 52 = 25,0000
44
Y = 1,1354 𝑥 10−2 𝑡 + 0,2411 (63)
Dari data tersebut dapat diperoleh nilai konstanta laju reaksi melalui
persamaan (60) dan (61)
𝑘1𝑠 = 1,1354 𝑥 10−2
1,1354 𝑥 10−2
𝑘1𝑠 = = 9,7936 𝑥 10−4 𝐿/(𝑚𝑜𝑙. 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
11,5938 𝑚𝑜𝑙/𝐿
45