Anda di halaman 1dari 8

BAB II

DESKRIPSI PROSES

2.1 Konsep Reaksi

2.1.1 Dasar Reaksi

Pembentukan Maleic Anhydride menggunakan reaksi oksidasi n-Butana


menghasilkan reaksi utama dan rekasi samping berikut reaksi yang di hasilkan:
Reaksi utama:
𝐶4 𝐻10 + 3.5 𝑂2 → 𝐶4 𝐻2 𝑂3 + 4𝐻2 𝑂
Reaksi samping:
𝐶4 𝐻10 + 6.5 𝑂2 → 4𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂

𝐶4 𝐻10 + 4.5 𝑂2 → 4𝐶𝑂 + 5𝐻2 𝑂


Maleic Anhydride dapat diperoleh melalui proeses oksidasi n-Butana dengan
menggunakan reaktor fixed bed multitube pada fase gas, hasil konversi n-Butana
yang menjadi Maleic Anhydride sebesar 85%, dengan yield 50-60% dan
selektivitasnya 65-75% (Kirk-Othmer, 1998).

2.1.2 Kondisi Operasi Reaksi

Pada proses pembentukan Maleic Anhydride dalam reaktor Fixed Bed Multi
Tube, reaksi berlangsung pada fase gas menggunakan suhu 400°C dan tekanan 2,7
atm. Perbandingan maksimum komposisi umpan masuk reaktor untuk reaktor
Fixed Bed Multitube adalah 1,7% mol butana dalam udara. Hal ini dilakukan untuk
mengindari oksidasi spontan antara oksigen dengan uap butana yang akan
menimbulkan ledakan pada reaktor (Kirk & Othmer, 1978).

2.1.3 Mekanisme Reaksi

Mekanisme reaksi oksidasi butana adalah reaksi katalik dengan


menggunakan Vanadium Phosphorus Oxide (VPO) sebagai katalis.Berikut adalah
mekanisme reaksi yang terjadi:
Reaksi disosiasi katalis:
𝑂2 + 2𝑉 (𝑛−1)+ ↔ 2𝑂− 𝑉 𝑛+
Reaksi n-butana dengan katalis
(𝑁−1)+
𝐶4 𝐻10 + 7𝑂− 𝑉 𝑛+ ↔ (𝐶4 𝐻2 𝑂3 )𝑉2 + 4𝐻2 𝑂 + 5𝑉 (𝑁−1)+
𝐶4 𝐻10 + 4,5 𝑂2 ↔ 4𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂
𝐶4 𝐻10 + 6,5 𝑂2 ↔ 4𝐶𝑂 + 5𝐻2 𝑂
Reaksi desorbsi Maleic Anhydride dari katalis
(𝐶4 𝐻2 𝑂3 )𝑉2(𝑛−1)+ ↔ (𝐶4 𝐻2 𝑂3 ) + 2𝑉 (𝑛−1)+

2.1.4 Tinjauan kinetika reaksi

Maleic Anhydride diproduksi oleh reaksi n-Butana dengan udara pada suhu
tinggi dengan katalis Vanadium Phosphorus Oxide. Produk utamanya adalah
Maleic Anhydride dan produk sampingnya adalah karbon monoksida dan karbon
dioksida. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
𝐶4 𝐻10 + 3.5 𝑂2 → 𝐶4 𝐻2 𝑂3 + 4𝐻2 𝑂

𝐶4 𝐻10 + 6.5 𝑂2 → 4𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂

𝐶4 𝐻10 + 4.5 𝑂2 → 4𝐶𝑂 + 5𝐻2 𝑂


Masing-masing reaksi mempunyai persamaan laju reaksi sebagai berikut
(Schneider, et.al, 1987):
1
𝑘1 [(𝑘𝑑𝑖𝑠𝑠 . 𝑃𝑂2 )2 ]. 𝑃𝐶4𝐻10
𝑟1 =
1
1 + (𝑘𝑑𝑖𝑠𝑠 . 𝑃𝑂2 )2

𝑘2 [(𝑘𝑠𝑜𝑟𝑏 . 𝑃𝑂2 )]. 𝑃𝐶4 𝐻10


𝑟2 =
1 + (𝑘𝑠𝑜𝑟𝑏 . 𝑃𝑂2 )

𝑘3 [(𝑘𝑠𝑜𝑟𝑏 . 𝑃𝑂2 )]. 𝑃𝐶4 𝐻10


𝑟3 =
1 + (𝑘𝑠𝑜𝑟𝑏 . 𝑃𝑂2 )

Untuk reaksi orde tertentu, semakin besarnya harga konstanta kecepatan reaksi
maka laju reaksi akan meningkat. Harga konstanta kecepatan reaksi sesuai dengan
persamaan Arhenius:
𝐾 = 𝐴𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇
Dimana :
𝐾 = Konstanta kecepatan reaksi
𝑅 = Konstanta gas ideal
𝐴 = Faktor tumbukan
𝐸𝑎 = Energi aktivasi (cal/mol)
𝑇 = Suhu (K)
Harga konstanta kecepatan reaksi pada pembuatan Maleic Anhydride dengan
proses oksidasi n-Butana sebagai berikut (Schneider et al., 1987):

𝑘1 = 9,66 × 10−5 𝑒 8677/𝑇 kmol/(kg.cal.Pa.s)

𝑘2 = 1,72 × 10−5 𝑒 8677/𝑇 kmol/(kg.cal.Pa.s)

𝑘3 = 2,21 × 10−5 𝑒 8677/𝑇 kmol/(kg.cal.Pa.s)

𝑘𝑑𝑖𝑠𝑠 = 0,11 × 10−5 Pa-1

𝑘𝑠𝑜𝑟𝑏 = 0,42 × 10−5 Pa-1

2.1.5 Tinjauan Termodinamika

Proses pembuatan Maleic Anhydride dari bahan baku n-Butana dan udara
berdasarkan pada reaksi oksidasi katalitik fase gas. Produk samping yang
dihasilkan dari pembuatan maleic anhydride adalah karbon monoksida, karbon
dioksida dan air. Stoikiometri reaksi pembuatan Maleic Anhydride sebagai
berikut:
Reaksi Utama:
𝐶4 𝐻10 + 3.5 𝑂2 → 𝐶4 𝐻2 𝑂3 + 4𝐻2 𝑂
Reaksi samping:
𝐶4 𝐻10 + 6.5 𝑂2 → 4𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂

𝐶4 𝐻10 + 4.5 𝑂2 → 4𝐶𝑂 + 5𝐻2 𝑂


Berikut ini merupakan data-data ΔHfº untuk masing-masing komponen
sebagai berikut pada suhu 298 K (Yaws, 1999):
∆𝐻𝑓 ° 𝑛 − 𝐶4 𝐻10 = − 126,15 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

∆𝐻𝑓 ° 𝑂2 = 0,00 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

∆𝐻𝑓 ° 𝐶4 𝐻2 𝑂3 = − 398,30 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙


∆𝐻𝑓 ° 𝐻2 𝑂 = −240,50 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

∆𝐻𝑓 ° 𝐶𝑂2 = −393,50 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

∆𝐻𝑓 ° 𝐶𝑂 = −111,74𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙
Jika ΔH bernilai negatif, maka reaksi eksotermis. Jika ΔH bernilai positif, maka
reaksi endotermis
Reaksi 1
∆𝐻 = ∆𝐻𝑓 ° 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∆𝐻𝑓 ° 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐻 = (∆𝐻𝑓 ° 𝐶4 𝐻2 𝑂3 + 4∆𝐻𝑓 ° 𝐻2 𝑂) − ( ∆𝐻𝑓 ° 𝑛 − 𝐶4 𝐻10 + 3,5∆𝐻𝑓 ° 𝑂2 )


𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
= (−398,30 𝑚𝑜𝑙 + 4 × (−240,50 𝑚𝑜𝑙 )) − (−126,15 𝑚𝑜𝑙 + 3,5 (0,00 𝑚𝑜𝑙 ))
𝑘𝐽
= −1234,15 𝑚𝑜𝑙

Reaksi 2
∆𝐻 = ∆𝐻𝑓 ° 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∆𝐻𝑓 ° 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐻 = (4∆𝐻𝑓 ° 𝐶𝑂2 + 5∆𝐻𝑓 ° 𝐻2 𝑂) − ( ∆𝐻𝑓 ° 𝑛 − 𝐶4 𝐻10 + 6,5∆𝐻𝑓 ° 𝑂2 )


𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
= (4 (−393,30 𝑚𝑜𝑙 ) + 5 × (−240,50 𝑚𝑜𝑙 )) − (−126,15 𝑚𝑜𝑙 +

𝑘𝐽
6,5 (0,00 ))
𝑚𝑜𝑙

𝑘𝐽
= −2650,35 𝑚𝑜𝑙

Reaksi 3
∆𝐻 = ∆𝐻𝑓 ° 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∆𝐻𝑓 ° 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐻 = (4∆𝐻𝑓 ° 𝐶𝑂 + 5∆𝐻𝑓 ° 𝐻2 𝑂) − ( ∆𝐻𝑓 ° 𝑛 − 𝐶4 𝐻10 + 4,5∆𝐻𝑓 ° 𝑂2 )


𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
= (4 (− 111,74 𝑚𝑜𝑙 ) + 5 × (−240,50 𝑚𝑜𝑙 )) − (−126,15 𝑚𝑜𝑙 +

𝑘𝐽
4,5 (0,00 𝑚𝑜𝑙 ))
𝑘𝐽
= −1523,31 𝑚𝑜𝑙

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, reaksi pembentukan Maleic


Anhydride adalah reaksi eksotermis, sehingga diperlukan pendinginan pada
reaktor. Reaksi dapat bersifat reversible atau irreversible dapat ditentukan
berdasarkan persamaan Van’t Hoff (J.M. Smith and H.C. Van Ness, 2005):
∆𝐺
𝑑 (𝑅𝑇) −∆𝐻°
=
𝑑𝑇 𝑅𝑇
Dimana:
∆𝐺° = −𝑅𝑇 ln 𝐾
Sehingga
𝑑 ln 𝐾 −∆𝐻°
=
𝑑𝑇 𝑅𝑇 2
Jika ΔHº merupakan entalpi standar (panas reaksi) dan diasumsikan konstan
terhadap suhu, persamaan di atas dapat diintegrasikan menjadi:
ln 𝐾298 −∆𝐻° 1 1
= [ − ]
𝐾298 𝑅 𝑇298 𝑇666

Data ∆𝐺𝑓 ° masing-masing komponen pada suhu 298 K adalah:

∆𝐺𝑓 ° 𝑛 − 𝐶4 𝐻10 = − 17,15 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

∆𝐺𝑓 ° 𝑂2 = 0,00 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

∆𝐺𝑓 ° 𝐶4 𝐻2 𝑂3 = − 355,00 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

∆𝐺𝑓 ° 𝐻2 𝑂 = −227,36 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

∆𝐺 = ∆𝐺𝑓 ° 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∆𝐺𝑓 ° 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐺 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (∆𝐺𝑓 ° 𝐶4 𝐻2 𝑂3 + 4∆𝐺𝑓 ° 𝐻2 𝑂) − ( ∆𝐺𝑓 ° 𝑛 − 𝐶4 𝐻10 +

3,5∆𝐺𝑓 ° 𝑂2 )

𝑘𝐽 𝑘𝐽
= (−355,00 + 4 × (−227,36 ))
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙

𝑘𝐽 𝑘𝐽
− (−17,15 + 3,5 (0,00 ))
𝑚𝑜𝑙 𝑚𝑜𝑙
𝑘𝐽
= −1247,29 𝑚𝑜𝑙

Reaksi terjadi pada suhu 𝑇 = 400°𝐶 = 673 𝐾


ln 𝐾 −∆𝐻° 1 1
= [ − ]
𝐾298 𝑅 𝑇 298
ln 𝐾 −5407,81 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙 1 1
= [ − ]
𝐾298 8,314. 10−3 673 298

ln 𝐾 = 4,0813
𝐾 = 59,2205
Harga K menunjukkan bahwa reaksi pembentukan Maleic Anhydride berjalan satu
arah (irreversible).

2.2 Tahapan Proses

Proses pembuatan maleic anhydride dibagi menjadi empat tahap yaitu:


1. Tahapan persiapan bahan baku
2. Tahapan reaksi oksidasi butana
3. Tahapan pemurnian produk
4. Pembutiran maleic anhydride

2.2.1 Tahapan Persiapan Bahan Baku

Tahapan penyiapan bahan baku bertujuan untuk menyiapkan bahan baku


n-Butana dan udara agar sesuai dengan kondisi operasi yang diinginkan dalam
reaktor fixed bed multitube yaitu pada suhu 400 °C dan tekanan 2,7 atm. Bahan
baku utama pembuatan Maleic Anhydride adalah butana dan udara. Butana dalam
fase cair pada kondisi suhu 35°C dan tekanan 4 atm. Kemudian dialirkan
menggunakan pompa menuju Expansion Valve untuk menurunkan tekanannya
menjadi 2,7 atm dan sekaligus merubah fasenya menjadi gas.
Bahan baku udara diambil langsung dari lingkungan. Udara luar bertekanan 1
atm yang kemudian dihisap dengan kompresor untuk menaikkan tekanan udara
menjadi menjadi 2,7 atm. Bahan baku dipanaskan terlebih dahulu pada Heat
Exchanger 3 hingga suhu 276,25 oC. Kemudian uap n-butana dan udara dipanaskan
melalui Furnace hingga suhu 400 oC.

2.2.2 Tahapan reaksi oksidasi butana

n-Butana dan udara direaksikan dalam Fixed Bed Multitube dengan katalis
Vanadium Phosphorus Oxide (VPO),reaksi berlangsung pada suhu 400oC dan
tekanan 2,7 atm. Reaksinya merupakan reaksi eksotermis, sehingga selama rekasi
berlangsung akan dilepas sejumlah panas dan dibutuhkan pendingin untuk
menjaga reaksi, adapun pendingin yang digunakan ialah Dowtherm A. Dalam
reaktor terbentuk gas Maleic Anhydride dan produk samping berupa CO2 dan CO.
Konversi butana yaitu 68% menjadi Maleic Anhydride, 16% menjadi CO, 12%
menjadi CO2 dan 4% tidak bereaksi, serta dengan yield 80% (Kirk Othmer, 2004).
Stoikiometris dan panas reaksi dari reaksi oksidasi butana yaitu:
𝐶4 𝐻10 + 3.5 𝑂2 → 𝐶4 𝐻2 𝑂3 + 4𝐻2 𝑂 ∆𝐻 = −1236 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

𝐶4 𝐻10 + 6.5 𝑂2 → 4𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂 ∆𝐻 = −2656 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

𝐶4 𝐻10 + 4.5 𝑂2 → 4𝐶𝑂 + 5𝐻2 𝑂 ∆𝐻 = −1521 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

2.2.3 Tahapan Pemurnian Produk

Pada tahapan ini dilakukan pemurnian Maleic Anhydride untuk memisahkan


dari campuran gas hasil pembakaran. Pemisahan dapat dilakukan dengan
menggunakan absorber dengan pelarut dibutil flafat. Tahap pemurnian dilakukan
untuk memisahkan Maleic Anhydride dari n-Pentana, N2, O2, CO, CO2, H2O, dan
gas n-Butana yang tidak bereaksi. Gas hasil reaksi keluar reaktor didinginkan
hingga suhu 100°C di Heat Exchanger 01 diumpankan ke absorber. Pada absorber
gas Maleic Anhydride diabsorbsi menggunakan pelarut Dibutyl Phthalat,
sementara gas C4H10, C5H12, N2, O2, CO, CO2, H2O, dan Maleic Anhydride tidak
terabsorbsi. Produk atas absorber yang selanjutnya diumpankan ke separator
untuk memisahkan larutan Maleic Acid dari gas-gas. Gas keluaran separator
dinaikkan tekanannya sampai 2,7 atm untuk memisahkan n-Butana dan n-Pentana
di separator. Hasil bawah separator akan diumpankan kembali ke Furnace sebagai
bahan bakar. Sementara hasil atas separator diturunkan tekanannya menjadi 1 atm
dan diumpankan ke CO- Converter. Pada CO-converter terjadi reaksi antara CO
dan oksigen yang menghasilkan CO2, yang selanjutnya dibuang melalui Flare.
Hasil bawah absorber dipanaskan di Heat Exchanger sebelum diumpankan ke
Stripper. Stripper berfungsi untuk memisahkan Maleic Anhydride dan Dibutyl
Phthalat sehingga didapatkan Maleic Anhydride dengan kemurnian 99,9%. Hasil
bawah Stripper yang kaya akan Dibutyl Phthalat dan sedikit Maleic Anhydride
diumpankan menuju absorber. Sedangkan hasil atas stripper adalah Maleic
Anhydride dengan kemurnian 99,9% akan dikondensasikan di kondensor pada
suhu 216,20°C. Dari kondensor dipompa menuju Heat Exchanger untuk
didiinginkan dan kemudian diumpankan menuju Prilling Tower.

2.2.4 Pembutiran Maleic Anhydride

Proses pembutiran Maleic Anhydride untuk merubah dari fase cair menjadi
padatan yang berupa butiran kecil. Proses pembutiran menggunakan Prilling
Tower, Udara digunakan sebagai pengering yang dihembuskan dari bagian bawah
tower menggunakan Blower. Produk keluaran Prilling Tower berupa butiran
Maleic Anhydride. Butiran ini keluar dari bagian bawah prilling tower dan
diangkut dengan Bucket Elevator menuju silo untuk disimpan, kemudian
diumpankan ke gudang untuk pengepakkan sehingga siap dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai