Anda di halaman 1dari 33

Multiple Effect Evaporator

Tujuan Pembelajaran Umum


• Mahasiswa mampu menyusun neraca massa dan panas
pada evaporator
• Mahasiswa mampu menghitung luas area perpindahan
panas

Tujuan Pembelajaran Khusus


• Mahasiswa mampu melakukan perhitungan evaporator
efek ganda.
Pengertian Evaporasi
 Evaporasi adalah proses pemekatan larutan dengan cara
menguapkan kandungan airnya.

 Evaporasi (Penguapan) adalah pelepasan uap dari larutan


yang mendidih sehingga menghasilkan larutan yang lebih
pekat

 Pada kebanyakan kasus unit operasi, evaporasi mengacu


pada pelepasan kandungan air dari larutan encer.
Prinsip Evaporasi

Yaitu Penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari
zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik didih lebih
rendah sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat serta memiliki konsentrasi yang
tinggi.
1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar antara
zat-zatnya.
2. Titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan.
3. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4. Titik didih cairan yang mengandung zat tidak mudah menguap (misalnya: gula)akan
tergantung tekanan dan kadar zat tersebut.
5. Beda titik didih larutan dan titik didih cairan murni disebut kenaikan titik didih
(boiling)
Tipe Evaporator

Tipe evaporator berdasarkan banyak proses:


1. Evaporator efek tunggal (single effect)
Yang dimaksud dengan single effect adalah bahwa produk hanya melalui satu
buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas permukaan pindah
panas.

2. Evaporator efek majemuk (Multiple Effect)


Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua, tiga, empat atau lebih
Evaporator dalam sekali proses, inilah yang disebut dengan evaporator efek
majemuk.
Aplikasi
• Pabrik gula
• Pabrik garam
• Pabrik NaOH)
Konsep Perpindahan Panas
𝑞 = 𝑈 𝐴 ∆𝑇
• q = Laju perpindahan panas (W, btu/ jam, kJ/jam)
• U = Koefisien perpindahan panas overall (𝑊 𝑚2.𝐾)(𝑏𝑡𝑢 𝑗𝑎𝑚.𝑓𝑡 2 .℉)
• A = Luas area perpindahan panas (ft2, m2)
• 𝛥T = Perbedaan suhu (Ts-T1)
Steam Table
Contoh Koefisien perpindahan panas
Kenaikan Titik Didih (BPR)
• Pada peningkatan konsentrasi oleh evaporasi
kemungkinan adanya panas pelarutan (perubahan
konsentrasi menghasilkan perubahan panas)
• Contoh panas pelarutan terjadi jika NaOH dilarutkan
dalam air dan menimbulkan panas sehingga terjadi
kenaikan temperatur.
• Besarnya panas pelarutan tergantung pada jenis bahan
dan jumlah air. Jika larutan NaOH pekat diencerkan maka
panas akan dilepas.
Panas Latent dan Panas Sensible
CONTOH SOAL
• Tekanan evaporator diketahui 25.6 kPa digunakan untuk
menguapkan 30% NaOH. Hitung titik didih larutan tersebut
dan kenaikan titik didihnya (BPR).

Penyelesaian :
• Dari Appendix A.2 diketahui titik didih air pada 25.6 kPa
adalah 65.6 oC.
• Dari Gambar 8.4-2 pada 65.6 dan 30% NaOH titik didih
larutan adalah 79.5 oC.
• Jadi BPR = 79.5 - 65.6 =13.9 oC
Multiple Effect Evaporator
• Dalam single effect evaporator sebagian besar biaya
berasal dari penggunaan steam.
• Biaya steam dibuang secara percuma dalam single effect
evaporator karena panas latent dari uap yang dihasilkan
tidak digunakan.
• Sehingga untuk mengurangi biaya ini, pada multiple
effect evaporator panas latent uap yang dihasilkan
digunakan kembali.
Multiple Effect Evaporator
V1,Hv1 V2,Hv2 V3,Hv3

S, hs V1,hv1 V2,hv2
L2,hL2 L3,hL3
L1,hL1
Feed backward triple effect evaporator
• Neraca Massa Total
𝐹 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + 𝐿3
• Neraca Massa Komponen
𝐹𝑥𝑓 = 𝑉1𝑦𝑣1 + 𝑉2𝑌𝑣2 + 𝑉3𝑌𝑣3 + 𝐿3𝑥𝑙3

Dimana nilai dari yv1 = yv2 = yv3 = 0


• Neraca massa Efek 1
𝐹 = 𝑉1 + 𝐿1
• Neraca massa komponen Efek 1
𝐹𝑥𝑓 = 𝑣1𝑦1 + 𝐿1𝑥𝑙1
• Neraca massa Efek 2
L1 = 𝑉2 + 𝐿2
• Neraca massa komponen Efek 2
𝐿1 𝑥𝑙1 = 𝑉2𝑦𝑣2 + 𝐿2 𝑥𝑙2
• Neraca massa Efek 3
𝐿2 = 𝑉3 + 𝐿3
• Neraca massa komponen Efek 3=
𝐿2 𝑥𝑙2 = 𝑉3 𝑦𝑣3 + 𝐿3 𝑥𝑙3
• Neraca Panas Efek 1
𝐹ℎ𝑓 + 𝑆𝛌𝑠 = 𝐿1 ℎ𝑙1 + 𝑉1𝐻𝑣1 + 𝑆ℎ𝑠
• Neraca Panas Efek 2
𝐿1 ℎ𝑙1 + 𝑉1 𝛌𝑣1 = 𝐿2 ℎ𝑙2 + 𝑉2𝐻𝑣2
• Neraca Panas Efek 3
𝐿2 ℎ𝑙2 + 𝑉2𝛌𝑣2 = 𝐿3ℎ𝑙3 + 𝑉3𝐻𝑣3

Jika V1 = F - L1
V2 = L1 - L2
V3 = L2 – L3
• Neraca Panas Efek 1
𝐹ℎ𝑓 + 𝑆𝛌𝑠 = 𝐿1 ℎ𝑙1 + (𝐹 − 𝐿1)𝐻𝑣1
• Neraca Panas Efek 2
𝐿1 ℎ𝑙1 + (𝐹 − 𝐿1) 𝛌𝑣1 = 𝐿2 ℎ𝑙2 + (𝐿1 − 𝐿2)𝐻𝑣2
• Neraca Panas Efek 3
𝐿2 ℎ𝑙2 + (𝐿1 − 𝐿2)𝛌𝑣2 = 𝐿3ℎ𝑙3 + (𝐿2 − 𝐿3)𝐻𝑣3
• 𝐻𝑣1 = 𝐻1 𝑠𝑎𝑡 + 1,884 (𝐵𝑃𝑅1 )
• 𝐻𝑣2 = 𝐻2 𝑠𝑎𝑡 + 1,884(𝐵𝑃𝑅2 )
• 𝐻𝑣3 = 𝐻3 𝑠𝑎𝑡 + 1,884 𝐵𝑃𝑅3

• 𝛌𝑠 = 𝐻𝑠 − ℎ𝑠
• 𝛌𝑣1 = 𝐻1𝑠𝑎𝑡 − ℎ1𝑠𝑎𝑡
• 𝛌𝑣2 = 𝐻2𝑠𝑎𝑡 − ℎ2𝑠𝑎𝑡
• 𝛴𝛥𝑇 = 𝛥𝑇1 + 𝛥𝑇2 + 𝛥𝑇3
• 𝛴𝛥𝑇 = 𝑇𝑠 − 𝑇1 + 𝑇1 − 𝐵𝑃𝑅1 − 𝑇2 + 𝑇2 −
𝐵𝑃𝑅2 − 𝑇3
• 𝛴𝛥𝑇 = 𝑇𝑠 − 𝑇3 − (𝐵𝑃𝑅1 + 𝐵𝑃𝑅2)
• 𝛴𝛥𝑇 = 𝑇𝑠 − 𝑇3𝑠𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − (𝐵𝑃𝑅1 + 𝐵𝑃𝑅2 +
𝐵𝑃𝑅3)
• 𝑄1 = 𝑄2 = 𝑄3
• 𝑈1𝐴1𝛥𝑇1 = 𝑈2𝐴2𝛥𝑇2 = 𝑈3𝐴3𝛥𝑇3
• Jika A1=A2=A3, maka:
𝑈1𝛥𝑇1 = 𝑈2𝛥𝑇2 = 𝑈3𝛥𝑇3
𝑄1
• 𝐴1 =
𝑈1 𝛥𝑇1
𝑄2
• 𝐴2 =
𝑈2 𝛥𝑇2
𝑄3
• 𝐴3 =
𝑈3 𝛥𝑇3
CONTOH SOAL
Referensi
 Geankoplis : Transport Processes and Unit Phenomena
https://www.academia.edu/36865213/Transport_Processes_and_Unit_Operations_Geankoplis_
pdf

 Felder : Elementary Principles of Chemical Processes


https://www.academia.edu/40496205/Felder_Elementary_Principles_of_Chemical_Processes_4
_edici%C3%B3n

 McCabe : Unit Operation in Chemical Engineering


https://www.academia.edu/37476371/McCabe_W.L._Smith_J.C._Harriott_P.-_

 Walas : Chemical Process Equipment Selection and Design


https://imtk.ui.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Chemical-Process-Equipment-Selection-
and-Design-by-Stanley-M.-Walas.pdf
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai