Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN TERMAL

ENGINE TEST
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Mesin Fluida dengan dosen pengampu:
Dini Oktaviani, M.T

Disusun oleh:
Putri Nurhasanah (221724058)
Kelas 2B

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2024
I. Tujuan percobaan
Setelah mempelajari dan melakukan percobaa ini, anda diharapkan dapat:
a. Mengetahui pengaruh pembebanan terhadap konsumsi bahan bakar;
b. Mengetahui pengaruh pembebanan terhadap efisiensi sistem mesin diesel;
II. Dasar teori
Mesin diesel termasuk motor bakar pembakaran dalam. Sekarang ini, mesin diesel
banyak digunakan untuk daya kecil, menengah sampai besar, karena kelebihan yang
dimiliki. Salah satu penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu
mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau yang
mengubah energi termal menjadi energi mekanik[1]. Energi itu sendiri dapat diperoleh
dengan proses pembakaran, proses fisi bahan bakar nuklir atau proses-proses yang
lain. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini, mesin kalor dibagi menjadi dua
golongan yaitu mesin pembakaran luar dan mesin pembakaran dalam.

Pada mesin pembakaran luar proses pembakaran terjadi di luar mesin dimana
energi termal dari gas hasil pembakaran dipindah ke fluida kerja mesin melalui
beberapa dinding pemisah. Sedangkan pada mesin pembakaran dalam atau dikenal
dengan motor bakar, proses pembakaran terjadi di dalam motor bakar itu sendiri
sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja[2].
Motor diesel disebut juga motor bakar atau mesin pembakaran dalam karena
pengubahan tenaga kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanik dilaksanakan di dalam
mesin itu sendiri. Di dalam motor diesel terdapat torak yang mempergunakan beberapa
silinder yang di dalamnya terdapat torak yang bergerak bolak-balik (translasi). Di
dalam silinder itu terjadi pembakaran antara bahan bakar solar dengan oksigen yang
berasal dari udara. Gas yang dihasilkan oleh proses pembakaran mampu
menggerakkan torak yang dihubungkan dengan poros engkol oleh batang penggerak.
Gerak tranlasi yang terjadi pada torak menyebabkan gerak rotasi pada poros engkol
dan sebaliknya gerak rotasi tersebut mengakibatkan gerak bolak-balik torak[3].

Konsep pembakaran pada motor diesel adalah melalui proses penyalaan kompresi
udara pada tekanan tinggi. Pembakaran ini dapat terjadi karena udara dikompresi pada
ruangan dengan perbandingan kompresi jauh lebih besar daripada motor bensin (7-
12), yaitu antara (14-22). akibatnya udara akan mempunyai tekanan dan temperatur
melebihi suhu dan tekanan penyalaan bahan bakar.
2.1 Siklus Motor Diesel
Siklus diesel adalah siklus teoritis untuk compression-ignition engine atau
mesin diesel. Perbedaan antara siklus diesel dan Otto adalah penambahan panas pada
tekanan tetap. Karena alasan ini siklus Diesel kadang disebut siklus tekanan tetap.
Dalam diagram P-v. Proses siklus berlangsung sebagai berikut:

Gambar 1

• Proses 0-1 (langkah isap, merupakan proses tekanan tetap)


Udara sebanyak G kg masuk ke dalam silinder pada tekanan tetap (banyak udara
dapat diukur menggunakan meter orifice). Udara mengisi ruangan silinder yang
bertambah besar karena torak bergerak dari TMA ke TMB. Udara seolah-olah
melakukan kerja.
𝑊0−1 = 𝑃0(𝑉1 − 𝑉0)

• Proses 1-2 (langkah kompresi, merupakan proses isentropik)


Proses berlangsung secara adiabatic dan reversible atau dapat balik (isentropik).
𝑄=0
∆𝑆 = 0
Sehingga W1-2 = Δu = Ui - Ue

Tanda i = menunjukkan keadaan awal


Tanda e = menunjukkan keadaan akhir
Proses isentropik berlaku hubungan:
Tanda i = menunjukkan keadaan awal
Tanda e = menunjukkan keadaan akhir
Proses isentropik berlaku hubungan:
𝑘−1
𝑘
𝑇𝑒 𝑃𝑒 𝑉𝑖𝑘−1
= =
𝑇𝑖 𝑃𝑖 𝑉𝑒
maka

𝑘−1
𝑘
𝑇2 𝑃2 𝑉1𝑘−1
= = = (𝑟)𝑘−1
𝑇1 𝑃1 𝑉2

r = perbandingan kompresi
𝑉1 𝑉𝐿 + 𝑉𝑆
𝑟= =
𝑉2 𝑉𝑆
VL = Volume langkah torak
VS = volume sisa
Jika r besar, nampak temperature dan tekanan kerja akhir bertambah besar.
• Proses 2-3 (proses pembakaran, merupakan proses tekanan tetap)
Proses pemasukan kalor pada tekanan tetap torak bergerak dari TMA ke TMB,
dan volume berubah dari V2 ke V3.
Jumlah kalor yang dimasukkan
𝑄2−3 = 𝑈3 − 𝑈2 + 𝑊2−3

Gambar 2
Kerja yang dilakukan
𝑊2−3 = 𝑃2(𝑉3 − 𝑉2), 𝑃2 = 𝑃3
Sehingga
𝑄2−3 = 𝑈3 − 𝑈2 + 𝑃2(𝑉3 − 𝑉2)
= 𝑈3 + 𝑃3𝑉3 − (𝑈2 + 𝑃2𝑉2)
= 𝐻3 − 𝐻2 = 𝑚𝐶𝑝(𝑇3 − 𝑇2)
• Proses 3-4 (langkah ekspansi atau langkah kerja, merupakan proses isentropik)
Proses isentropic jadi Q = 0, ΔS = 0
Sehingga:
𝑘−1
𝑘
𝑇4 𝑃4 𝑉3𝑘−1
= =
𝑇3 𝑃3 𝑉4
Kerja yang dihasilkan:

𝑊3−4 = −∆𝑈 = (𝑈3 − 𝑈4)

• Proses 4-1 (Proses pembuangan, merupakan proses pengeluaran kalor)


Kalor dikeluarkan dari dalam silinder setelah torak mencapai TMB, temperature
menurun dari T4 ke T1 berlangsung pada volume tetap.
𝑉4 = 𝑉1; 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑊4−1 = 0
Dengan demikian
𝑄4−1 = −∆𝑈 = 𝑚𝐶𝑝(𝑇1 − 𝑇4)

• Proses 1-0 (langkah buang)


𝑊1−0 = 𝑃0(𝑉1 − 𝑉0)

Kerja per siklus

𝑊 = (ℎ3 − ℎ2) + (𝑈1 − 𝑈4) = 𝑞3−2 + 𝑞4−1

𝑊 = 𝑞𝑚 + 𝑞𝑘

𝑞𝑚 = 𝑞2−3 = ℎ3 − ℎ2 = 𝐶𝑝(𝑇3 − 𝑇2)

𝑞𝑘 = −𝑞4−1 = 𝑈4 − 𝑈1 = 𝐶𝑣(𝑇4 − 𝑇1)

Sehingga efisiensi siklus menjadi


𝑊 𝑞𝑚 − 𝑞𝑘 𝑞𝑘
ƞ= = = 1 −
𝑞𝑚 𝑞𝑚 𝑞𝑚
𝐶𝑣(𝑇4 − 𝑇1)
ƞ=1−
𝐶𝑝 (𝑇3 − 𝑇2)

(𝑇4 − 𝑇1)
ƞ=1−
𝑘(𝑇3 − 𝑇2)

𝑇4
𝑇1 𝑇1 − 1
ƞ=1−
𝑇2 𝑘 𝑇3 − 1
𝑇2
Tekanan dan temperature selama proses berubah-ubah. Maka dari itu dicari
harga tekanan tertentu (tekanan tetap) yang apabila mendorong torak sepanjang
langkah dapat menghasilkan kerja per siklus. Tekanan tersebut dinamai tekanan
efektif rata-rata.
𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑣𝑜𝑙. 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑟𝑎𝑘
𝑉
=
𝑉𝐿
𝑊 = 𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 × 𝑉𝐿

Daya yang dihasilkan;

1
𝑁 = 𝑃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 × 𝑉𝐿 × 𝑧 × 𝑛 × 𝑎 × 𝑘𝑊
1.000.000 × 60

VL = volume langkah torak per silinder


N = daya motor
Z = jumlah silinder
n = putaran (rpm)
a = jumlah siklus per putaran
Dengan;
a = 1 untuk motor 2 langkah dan 0,5 untuk motor 4 langkah

2.2 Sistem Bahan Bakar


Sistem bahan bakar adalah sistem yang terdapat pada engine diesel yang
berfungsi untuk mensuplay bahan bakar dari tangki ke masing-masing silinder
melalui injector, sesuai jumlah dan waktu yang tepat dalam bentuk partikel yang
sangat halus/kabut, sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna untuk
mendapatkan power/tenaga yang maksimum [4].
Bagian yang penting pada motor diesel adalah pompa bahan bakar dan nosel
yang berfungsi menyemprotkan bahan bakar, sehingga:
• Bahan bakar dapat masuk ke dalam silinder sesuai kebutuhan;
• Bahan bakar tersebut sesuai derajat pengabutan yang diminta;
• Bahan bakar terdistribusikan untuk memperoleh pembakaran yang sempurna.

Supaya dapat bekerja dengan baik, pompa bahan bakar harus dirawat dengan
tepat dan seksama. Hindarkan goresan pada batang pompa yang menyebabkan
kebocoran minyak dan penurunan tekanan. Selain itu, diingat bahwa tekanan udara
di dalam silinder cukup tinggi ketika penyemprotan bahan bakar. Tekanan
penyemprotan harus lebih tinggi dari tekanan udara tersebut. Kelebihan tekanan
udara juga dibutuhkan untuk memperoleh kecepatan penyemprotan. Kecepatan
penyemprotan makin besar, derajat pengabutan bahan bakar lewat nosel makin
tinggi pula.
Penyaringan bahan bakar sangat diperlukan untuk mencegah masuknya kotoran
ke dalam pompa bahan bakar dan saluran bahan bakar lainnya. Dalam motor diesel,
kotoran yang masuk ke dalam aliran bahan bakar dapat merusak plunyer pompa
bahan bakar. Seluruh bahan bakar juga dapat tersumbat sehingga mengganggu kerja
motor diesel.

Gambar 3

Terdapat dua metode penginjeksian bahan bakar yaitu secara mekanis dan elektronis.
Unit alat berat saat ini menggunakan metode mekanis. Namun, peraturan udara bersih
( clean-air regulations ) menghendaki standar yang lebih berat dalam hal sistem
injeksi bahan bakar yang mendorong ke arah penggunaan sistem injeksi bahan bakar
elektronis[4].
2.3 Sistem Pelumasan
Sistem Pelumasan adalah zat kimia yang umumnya cairan yang diberikan
diantara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek, Pelumasan berfungsi
sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan,
cairan minyak lumas merupakan salah satu dari empat fase benda yang volumenya
tetap dalam kondisi suhu dan tekanan tetap [5]. Gesekan ini terjadi akibat gerakan
relatif antara dua benda yang bersentuhan. Pada motor diesel, gesekan terjadi antara
poros dan bantalannya, cincin-torak dan dinding silinder, antara roda-roda gigi, dan
sebagainya. Gesekan ini harus dibatasi agar daya mesin tidak banyak yang hilang.
Selain mengurangi daya mesin, gesekan ini juga mengakibatkan keausan
permukaan benda yang bersentuhan dan akan mempercepat kerusakan. Dengan
pelumasan, gesekan dapat dikurangi. Pada motor diesel umunya digunakan
pelumasan cair, yaitu menggunakan minyak pelumas. Sifat-sifat minyak pelumas
yang perlu diperhatikan supaya minyak pelumas dapat memenuhi fungsinya yaitu
kekentalannya, titik tuang dan stabilitasnya.
Minyak pelumas harus dijaga agar selalu dlam keadaan baik. Secara periodic
minyak pelumas harus diganti setelah beberapa lama dipakai karena minyak
pelumas akan kehilangan sifat yang diperlukan. Cepat atau lambatnya penggantian
tergantung jenis pemakaian mesin dan kualitas minyak pelumas.

2.4 Sistem Pendinginan


Dinding silinder, kepala silinder dan beberapa bagian lain akan menjadi panas
akibat proses pembakaran bahan bakar. Minyak pelumas yang membasahi dinding
silinder akan menguap dan terbakar bersama-sama bahan bakar. Untuk mengatasi
hal tersebut diperlukan pendinginan yang cukup agar termperatur pada bagian-
bagian mesin berada dalam batas yang diperbolehkan. Pada motor diesel ini fluida
untuk pendinginannya digunakan air. Air pendingin dialirkan melalui dan
menyelubungi dinding silinder, kepala silinder serta bagian lainnya yang perlu
didinginkan. Air pendingin akan menyerap kalor dari semua bagian tersebut.
Minyak pelumas panas dan air pendingin panas ini didinginkan kembali dengan
proses perpindahan kalor oleh air dingin yang datang dari Menara pendingin. Untuk
mensirkulasikan air pendingin digunakan pompa sentrifugal.
2.5 Rumus Perhitungan
a. Heat Balance
𝐸𝑖𝑛 = 𝐸𝑜𝑢𝑡
𝐸𝑏𝑏 = 𝐸𝑚 + 𝐸𝑔𝑏 + 𝐸𝑎𝑟 + 𝐸𝑜 + 𝐸𝑙𝑜𝑠𝑠
b. Efisiensi Termal

𝐸𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝐸𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡
ƞ𝑡ℎ = × 100% = × 100%
𝐸𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝐸𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡

𝐸𝑚 2𝜋𝑛𝑇⁄
60
=
𝐸𝑏𝑏 × 100% = ṁ 𝑏𝑏 × 𝐺𝐶𝑉 × 100%
c. Efisiensi Sistem

𝐸𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝐸𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘
ƞ𝑠 = × 100% = × 100%
𝐸𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝐸𝑏𝑏

𝑉 × 𝐼 × 𝑐𝑜𝑠𝜑
= × 100% (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 1 𝑓𝑎𝑠𝑎)
ṁ𝑏𝑏 × 𝐺𝐶𝑉

𝑉 × 𝐼 × 𝑐𝑜𝑠𝜑√3
= × 100% (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 3 𝑓𝑎𝑠𝑎)
ṁ𝑏𝑏 × 𝐺𝐶𝑉

d. Energi Bahan Bakar (Ebb)


𝐸𝑏𝑏 = ṁ𝑏𝑏 × 𝐺𝐶𝑉 = 𝜌 × 𝑄 × 𝐺𝐶𝑉
Keterangan:
ρ = massa jenis bahan bakar (kg/m3)
Q = debit aliran (liter/s)
ṁbb = laju bahan bakar (kg/s)
Ebb = energi bahan bakar (kW)
GCV = gross calorific value (nilai panas kotor bahan bakar) (kJ/kg)
III. Langkah kerja
3.1 Persiapan Pengujian
a. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
1. Stopwatch
2. Alat tulis
3. Tang ampere
4. Voltmeter
5. Alat ukur faktor data
b. Lakukan inspeksi alat pada setiap komponen meliputi
1. Pastikan alat ukur dalam kondisi yang baik dan berada pada posisi nol.
2. Accumulator, pastikan air accu berada pada level setengah penuh atau tidak
lebih dari batas atas dan tidak kurang dari batas bawah. Lalu, rangkai accu
secara seri dan hubungkan dengan motor starter. Pastikan kabel yang
dirangkai pada accu tidak kendor. Jika kendor, muka mesin tidak mau
menyala.
3. Pastikan pasokan bahan bakar pada tangki bahan bakar terisi penuh atau
cukup untuk satu kali praktikum.
4. Pastikan air radiator berada pada level setengah penuh atau tidak lebih dari
batas atas dan tidak kurang dari batas bawah.
5. Pastikan oli berada pada level setengah penuh atau tidak lebih dari batas atas
dan tidak kurang dari batas bawah, dengan mencabut stik of dan melihat
indikator level oli dalam mesin pada stik tersebut.
6. Pastikan beban 1, 2, dan 3 sudah dirangkai secara wyehtar dan semua MCB
yang terhubung dengan beban dalam kondisi open circuit/off.
c. Buka ventilasi untuk gas buang mesin diesel dengan membuka rolling door

3.2 Pengujian dan Pengambilan Data


a. Katup bahan bakar berada pada posisi terbuka
b. Hidupkan mesin dengan menekan tombol start pada panel instrumen mesin
c. Tutup katup bahan bakar dan catat waktu pengurangannya
d. Catat parameter yang dibutuhkan dalam pengujian: tegangan (V), arus (A),
putaran mesin (n), cos φ, besar beban (kW)
e. Lakukan pengujian dengan beberapa tahap, yaitu: beban nol, satu beban, dua
beban, dan tiga beban
3.3 Prosedur Mematikan Listrik
a. Kurangi beban sampai kondisi minimum pada kecepatan ideal
b. Biarkan mesin bekerja beberapa menit dengan beban minimal
c. Ubah switch MCB beban 1, beban 2, beban 3, dan beban utama ke posisi off
d. Matikan juga switch MCB pada terminal generator
e. Matikan masin dengan menekan tompol off berwarn merah pada panel
instrumen.
IV. Data pengukuran
Pengukuran dilakukan sebanyak 6 kali, dengan variasi pembebanan sebagai berikut:
1. Tidak menggunakan beban (beban nol)
2. Menggunakan 1 beban dengan total daya 6 kW
3. Menggunakan 1 beban dengan total daya 12 kW
4. Menggunakan 2 beban dengan total daya 18 kW
a. Data penggunaan bahan bakar

Debit
Volume
Percobaan Waktu Bahan
Bahan
ke- Penggunaan (s) Bakar
Bakar (ml)
(L/s)
1 20 31.09 6,432 x 10¯⁴
2 20 18.03 1,109 x 10¯³
3 20 15.41 1,297 x 10¯³
4 20 14.05 1,423 x 10¯³

b. Data Kelistrikan

Beban (kW) Tegangan Arus (A) Putaran


No cos φ
1 2 3 (V) R S T (rpm)
1 0 0 0 386,6 0 0 0 0,8 1500
2 6 0 0 385,6 9,2 9,2 9,1 0,8 1500
3 6 6 0 384,5 18,4 18,3 18,0 0,8 1500
4 6 6 6 384,3 27,8 27,8 27,1 0,8 1500

No Kecepatan udara I rata-rata ղ (%) Ebb (kW) E output (kW)


intake (m/s)
1 10,1 0 0 15,08 0
2 11,3 9,17 11,46 42,74 4,899
3 13,3 18,23 19,42 50,006 9,712
4 15,3 27,57 26,76 54,84 14,68
V. Perhitungan
• Hasil data pegukuran ke-3
𝑘𝑔
𝜌𝑠𝑜𝑙𝑎𝑟 = 845
𝑚3
𝐺𝐶𝑉 = 45,600 𝐾𝐽/𝐾𝐺

𝐸𝑏𝑏 = 𝜌 . 𝑄 . 𝐺𝐶𝑉
𝑘𝑔 𝐿 𝐾𝐽
= 845 𝑚3 . 0,0012978 𝑠 . 45,600 𝐾𝐺

= 50,0068 𝐾𝐽/𝑠
= 50,0068 KW

𝐸𝑜𝑢𝑡 = 𝑉 . 𝐼 . 𝑐𝑜𝑠φ . √3
= 384,5 𝑉 . 18,23 𝐴 . 0,8 . √3
9712,558 𝑊
= 1000

= 9,712558 𝐾𝑊
𝐸𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
ղ= . 100%
𝐸𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
9,712558
= 50,0068
.100%

= 19,422%

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan untuk menganalisis pengaruh
pembebanan terhadap konsumsi bahan bakar dan efisiensi sistem mesin diesel. Sebelum
kami melakukan pengambilan data, terlebih dulu kami melakukan inspeksi alat pada
setiap komponen, seperti pengecekan kelengkapan alat ukur dan dalam kondisi yang baik
dan berada pada posisi nol. Kemudian pada accumulator dipastikan air accu berada pada
level setengah penuh atau tidak melebihi batas atas dan tidak melebihi batas bawah, hal
ini dilakukan agar tidak terjadi kerusakan pada komponen, seperti terjadinya korosi pada
komponen mesin yang terendam air pendingin yang akan menyebabkan komponen mesin
tersebut berlubang. Sehingga menyebabkan komponen tersebut bocor atau pecah.
Dengan mengoperasikan mesin diesel dalam keadaan oli, accumulator ,dan air radiator
melebihi batas atas dapat menyebabkan munculnya endapan lumpur pada bagian dalam
mesin yang terendam, yang dapat mempengaruhi aliran yang bersirkulasi pada mesin.
Lalu jika mengoperasikan mesin diesel pada keadaan accumulator, dan air radiator yang
berguna sebagai pendingin kurang dari batas bawah maka dapat menyebabkan beberapa
masalah,seperti mesin akan menjadi overheat,lalu dapat menyebabkan kerusakan yang
lebih parah pada mesin. kondisi ini juga dapat membuat suhu mesin kurang optimal
sehingga mesin tidak bekerja seperti seharusnya.selain itu jika oli yang berguna sebagai
pelumas berada pada keadaan kurang dari batas bawah maka akan mengakibatkan
terjadinya gesekan antara 2 benda yang bersentuhan yg dapat mengakibatkan
mengurangi daya pada mesin,selain mengurangi daya mesin,gesekan ini dapat
mengakibatkan keausan permukaan benda yang bersentuhan dan akan mempercepat
kerusakan.

Setelah memastikan semua komponen sudah siap digunakan, maka selanjutkan


dilakukan percobaan dengan memulai menggunankan beban nol terlebih dahulu. Data
yang diambil dalam percobaan yaitu Waktu penggunaan bahan bakar (s), nilai arus (R,
S, T), dan Tegangan. Didapatkan pada beban nol nilai debit sebesar 6,432 x 10¯⁴ L/S,
nilai arus dengan rata-rata sebesar 0, dan nilai tegangan yaitu 386,6 V. Selanjutnya,
dilakukan beberapa percobaan dengan mengubah beban yang bervariasi, yaitu 6 kW, 12
kW, dan 18 kW dengan mengambil beberapa data yang sama pada beban nol. Dapat
digambarkan pada grafik sebagai berikut:

PENGARUH PEMBEBANAN
TERHADAP DEBIT
30
25
I RATA-RATA (A)

20
15
10
5
0
-5 0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012 0,0014 0,0016
DEBIT L/S

Gambar 3. Grafik Pengaruh pembebanan terhadap Debit bahan bakar.

Pada Gambar 5, ditunjukan grafik arus terhadap debit. Dapat dilihat bahwa, semakin
besar arus yang dihasilkan, maka akan semakin besar pula bahan bakar yang digunakan.
Apabila tidak ada beban, sebagaimana pada data ke-1 dengan beban nol, maka tidak ada
pula arus yang mengalir. Sehingga, dapat dinyatakan semakin besar beban maka semakin
besar pula debit bahan bakar yang digunakan. Hal ini terjadi karena beban yang lebih
besar akan memerlukan daya yang lebih tinggi,yang akan mengakibatkan pembakaran
lebih banyak dan konsumsi bahan bakar lebih tinggi, dan juga karena mesin diesel yang
digunakan sudah diatur putaran nya konstan yaitu, 1500 rpm, lalu dengan menambahkan
beban maka mesin harus melakukan kerja yang lebih untuk mencapai putaran tersebut.
Sehingga dengan melakukan kerja lebih maka sudah pasti konsumsi bahan bakarnya juga
akan lebih.

K ECE PATA N I NTA K E T E RHA DA P DE BI T


18
16
V UDARA INTAKE (M/S) 14
12
10
8
6
4
2
0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012 0,0014 0,0016
DEBIT (L/S)

Gambar 4. Pengaruh Kecepatan Intake terhadap debit bahan bakar

Dari Gambar 4, dapat dilihat bahwa semakin besar debit bahan bakar, maka semakin
besar juga kecepatan intake udara. Hal ini dikarenakan semakin banyak penggunaan
bahan bakar maka udara yang dibutuhkan untuk pembakaran juga semakin besar.

PENGARUH EFISIENSI TERHADAP E


OUTPUT
30
25
EFISIENSI (%)

20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
E OUTPUT (KW)

Gambar 5. Pengaruh Efisiensi terhadap E output

Dari Gambar 5, dapat kita ketahui pada mesin diesel efisiensi sistem nya akan semakin
besar ketika beban mesin semakin besar. Hal ini terjadi karna ketika beban mesin semakin
besar,maka torsi yg dihasilkan juga semakin besar,serta daya efektif yang di berikan juga
semakin besar,hal ini akan meningkatkan efisiensi sistem,karna daya yang lebih tinggi
memerlukan sistem yang lebih efisien untuk mengatur daya tersebut. selain itu mesin
diesel juga dapat mengatur daya yang lebih efisien dan mengatur kondisi mesin dengan
lebih baik ketika beban semakin besar.
VII. Kesimpulan

a) Pembebanan dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap konsumsi bahan bakar
mesin diesel. Saat mesin harus mengatasi beban yang lebih berat, konsumsi bahan
bakar cenderung meningkat karena mesin harus bekerja lebih besar. Hal ini terutama
terjadi pada kondisi seperti kecepatan yang tinggi, di mana mesin beroperasi pada
puncak kemampuannya. Pengoptimalan beban dan pengaturan kecepatan yang tepat
dapat membantu meminimalkan dampak negatif pembebanan terhadap konsumsi
bahan bakar, memastikan operasi yang lebih efisien.

b) Pembebanan memiliki dampak langsung terhadap efisiensi sistem mesin diesel. Saat
mesin diesel dikenakan beban yang lebih berat, seperti bekerja pada kecepatan tinggi,
efisiensi mesin dapat menurun karena beban tambahan memerlukan lebih banyak
energi untuk diatasi. Ini bisa menghasilkan peningkatan konsumsi bahan bakar per unit
tenaga yang dihasilkan. Selain itu, pembebanan yang berlebihan dapat menyebabkan
mesin bekerja di luar titik operasinya yang optimal, mengurangi efisiensi termal dan
menghasilkan peningkatan dalam kerugian gesekan dan panas yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, pengoptimalan operasi mesin sesuai dengan kondisi kerja tertentu
sangat penting untuk mempertahankan efisiensi sistem mesin diesel.

VIII. Daftar Pustaka


Sari, T. P. (2022). Siklus-siklus Mesin Kalor.

Habiba, M. S., Darmulia, D., Efendi, R., & Irsal, I. (2017). Analisis Kinerja Mesin
Diesel Terhadap Pemakaian Bahan Bakar Heavy Fuel Oil (Hfo) Pada Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (Pltd) Tallasa Kabupaten Takalar. ILTEK, 12(02), 1790-1795.

Pakan, Y., & Fadli, E. R. (2021). Analisis Variasi Putaran Terhadap Torsi Dan Daya
Pada Motor Diesel Satu Silinder. Jurnal Voering, 6(1), 33-38.

Tim Fakultas Teknik. 2003. Teknik Dasar Motor Diesel.Yogyakarta : Universitas


Negeri Yogyakarta

Darmawansyah. 2015.Melakukan penelitianpengaruh pembebanan dan putara


mesin terhadap torsi dan daya yang dihasilkan mesin matahari MGX200/SL.

Anda mungkin juga menyukai