Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Jenis Reaktor

Reaktor adalah sebuah alat yang biasanya berupa tangki atau pipa,
yang didesain sedemikian rupa sebagai tempat berlangsungnya reaksi kimia.
Persamaan umum kesetimbangan mol A pada reaktor adalah sebagai
berikut:

Input – Output + Reaksi = Akumulasi

atau biasa ditulis dengan,

𝑑𝑁𝐴
FAO – FA + GA = 𝑑𝑡

Terdapat beberapa macam reaktor, diantaranya yaitu :


1. Reaktor Batch

Gambar 2.1 Reaktor batch

Reaktor batch adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal,


yaitu reaksi yang berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi
yang berpasangan dengan persamaan kesetimbangan dan stoikiometri.
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi
berkapasitas kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan,
pencampuran produk, reaksi kimia, batch distillation, kristalisasi,
ekstraksi cair-cair, polimerisasi, farmasi dan fermentasi. Selama reaksi
berlangsung tidak terjadi perubahan temperature pada reactor batch.
Pengadukan dilakukan dengan sempurna, konsentrasi di semua titik
dalam reaktor homogen pada waktu yang sama (Sean, dkk., 2016).
Keuntungan penggunaan reaktor batch adalah :
 Harga instrumentasi rendah.
 Penggunaannya fleksibel, artinya dapat dihentikan secara
mudah dan cepat.
 Penggunaan yang multifungsi.
 Reaktor ini dapat digunakan untuk reaksi yang menggunakan
campuran kuat dan beracun.
 Mudah dibersihkan.
 Dapat menangani reaksi dalam fase gas, cair dan cair-padat.
Kerugian penggunaan reaktor batch adalah :
 Biaya buruh dan handling tinggi.
 Kadang-kadang waktu shut downnya besar, yaitu
 Waktu untuk mengosongkan, membersihkan dan mengisi
kembali.Pengendalian kualitas dari produk jelek atau susah.
 Skala produksi yang kecil.
(Sean, dkk., 2016)
Neraca massa reaktor batch :
[Input] – [output] + [pembentukan karena reaksi] = [akumulasi]
𝑑𝑁𝐴
𝐹𝐴0 − 𝐹𝐴 + 𝑟𝐴 𝑉1 =
𝑑𝑡
𝑑𝑁𝐴
0 − 0 + 𝑟𝐴 𝑉1 =
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴 . 𝑉
𝑟𝐴 𝑉1 =
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴 . 𝑉
−𝑟𝐴 𝑉1 =
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
𝑘 . 𝐶𝐴 . 𝐶𝐵 =
𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝑑𝐶𝐴
𝑡 = 𝐶𝐴0 ∫
𝐶𝐴0 −𝑟𝐴

(Levenspiel, 1999)

2. Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)


CSTR atau backmix reactor paling sering digunakan untuk reaksi
fasa cair. CSTR beroperasi pada keadaan tunak dan sering
menggunakan asumsi perfectly mixed; sehingga profil konsentrasi,
suhu, dan laju reaksi adalah seragam di setiap titik di dalam reaktor.
CSTR merupakan salah satu reaktor ideal yang berbentuk tangki alir
berpengaduk yang biasa digunakan untuk reaksi homogen atau reaksi
yang terjadi dalam satu fase saja (Wahid, 2015).
Keuntungan penggunaan reaktor CSTR adalah :
 Terdapat pengaduk sehingga suhu dan komposisi campuran
adalah reaktor yang selaluhomogen bisa terpenuhi.
 Pengontrolan suhu mudah sehingga kondisi operasi yang
isotermal bisa terpenuhi.
 Mudah dalam melakukan pengontrolan secara otomatis
sehingga produk lebih konsisten.
 Biaya operasi lebih rendah.
Kerugian penggunaan reaktor CSTR adalah :
 Reaksinya berlangsung isotermal sehingga
dipakai katalisator yang aktifitasnya rendah.
 Butir katalisator kecil sehingga tidak ada tahanan
perpindahan panas.
 Secara kinetika kecepatan reaksi turun, ini berarti
diperlukan volume reaktor lebih besar untuk memperoleh
konversi yg diinginkan
(Nima, 2014)
Neraca massa reaktor CSTR :
[Input] – [output] + [pembentukan karena reaksi] = [akumulasi]
𝑑𝑁𝐴
𝐹𝐴0 − 𝐹𝐴 + 𝑟𝐴 𝑉1 =
𝑑𝑡
𝐹𝐴0 − 𝐹𝐴0 (1 − 𝑋𝐴 ) + 𝑟𝐴 𝑉1 = 0

𝐹𝐴0 𝑋𝐴 = −𝑟𝐴 𝑉1

1
𝑉 = 𝐹𝐴0 [ ]𝑋
−𝑟𝐴 𝐴
(Levenspiel, 1999)

Gambar 2.2 Reaktor CSTR

3. Plug Flow Reactor (PFR)


Reaktor ini berbentuk pipa silinder, dan beroperasi pada kondisi
tunak. Dalam reaktor ini, konsentrasi reaktan semakin berkurang seiring
dengan panjang reaktor yang telah dilewati reaktan. Dalam pemodelan
reaktor ini, konsentrasi reaktan berubah berdasarkan fungsi panjang
reaktor, sehingga laju reaksi juga berbeda-beda dalam arah aksial.
Reaktor alir pipa biasa digunakan untuk reaksi- reaksi fasa cair dan fasa
gas (Devis, 2003).
Keuntungan penggunaan reaktor PFR adalah :
 Reaktor ini diantaranya hasil konversi yang cukup tinggi.
 Waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan reaktor
lain seperti RATB.
 Reaktor ini biasanya di gunakan dalam fase gas pada tekanan
tinggi dan dalam suhu tinggi.
Kekurangan penggunaan reaktor PFR adalah :
 Perawatan yang mahal.
 Memerlukan waktu untuk kondisi steady state.
 Untuk reaksi eksotermis kadang terjadi ‘Hot Spot’ (bagian
yang suhunya sangat tinggi) pada tempat pemasukan
sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada dinding reaktor
(Nima, 2014)
Neraca massa reaktor PFR :
[Input] – [output] + [pembentukan karena reaksi] = [akumulasi]
𝑑𝑁𝐴
𝐹𝐴|𝑉 − 𝐹𝐴|𝑉+𝛥𝑉 + 𝑟𝐴 𝛥𝑉1 =
𝑑𝑡
𝐹𝐴|𝑉 − 𝐹𝐴|𝑉+𝛥𝑉 + 𝑟𝐴 𝛥𝑉1 = 0
𝐹𝐴|𝑉 − 𝐹𝐴|𝑉+𝛥𝑉
+ 𝑟𝐴 = 0
𝛥𝑉
𝑑𝐹𝐴
− + 𝑟𝐴 = 0
𝑑𝑉
𝑑𝑋𝐴
𝐹𝐴0 (− ) = −𝑟𝐴
𝑑𝑉
𝑉 𝑥
𝑑𝑋𝐴
∫ 𝑑𝑉 = 𝐹𝐴0 ∫
0 0 −𝑟𝐴
𝑥
𝑑𝑋𝐴
𝑉 = 𝐹𝐴0 ∫
0 −𝑟𝐴
(Levenspiel, 1999)

Gambar 2.3 Reaktor PFR

2.1.2 Adiabatis dan Non-Adiabatis


Reaktor dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara
reactor dengan sekelilingnya. Jika reaksi berjalan eksotermis, maka panas
yang terjadi karena reaksi dapat dipakai untuk menaikkan suhu campuran di
reaktor (K naik dan –rA besar sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).
Dengan rumus dasar yaitu:
Q = W + ∆𝑈
Keterangan:
Q = kalor atau panas yang dilepas atau diterima (J)
W = energi/usaha (J)
∆𝑈 = Perubahan energi (J)
Non-adiabatis merupakan kondisi reaksi dimana terdapat
perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau dari lingkungan ke sistem.
Sehingga untuk reactor diperlukan aksesoris perpindahan panas seperti jaket
atau coil. Jika reaksi bersifat eksotermis maka diperlukan pendingin, apabila
reaksi bersifat endotermis maka perlu adanya pemanasan (Smith et al.,
2001).
2.1.3 Endotermis dan Eksotermis
Dalam reaksi endotermis (endothermic reaction), situasinya adalah
suhu turun dalam sistem terisolasi atau memperoleh kalor dari sekeliling
pada sistem tidak terisolasi. Dalam kasus ini, kalor reaksi kuantitas positif
(qreaksi ˃ 0) (Sartono, dkk., 2014). Hal ini dikarenakan energi yang dilepaskan
lebih kecil dari energi yang digunakan untuk reaksi.
Reaksi eksotermis (exothermic reaction) adalah reaksi yang
menghasilkan kenaikan suhu dalam sistem terisolasi, atau sistem tidak
terisolasi, memberikan kalor kesekeliling. Untuk reaksi eksotermik, kalor
reaksi mempunyai kuantitas negatif (qreaksi ˂ 0) (Sartono, dkk., 2014). Hal
ini dikarenakan energi yang dilepaskan lebih besar daripada energi yang
digunakan untuk reaksi.
2.1.4 Reversibel dan Irreversibel
Konstanta kesetimbangan dari suatu reaksi kimia adalah nilai dari
hasil bagi reaksinya pada kesetimbangan kimia, suatu keadaan yang didekati
oleh sistem kimia dinamis setelah waktu yang cukup telah berlalu di mana
komposisinya tidak memiliki kecenderungan terukur terhadap perubahan
lebih lanjut. Tetapan kesetimbangan sama sekali tidak bergantung koefisien
reaksinya (Sugiyarto dan Pratomo, 2013). Terdapat 2 jenis reaksi yaitu reaksi
reversibel dan irreversibel. Reaksi reversibel didefinisikan sebagai reaksi
yang berjalan dua arah. Zat hasil reaksi dapat bereaksi kembali membentuk
zat pereaksi. Suatu reaksi reversibel yang memiliki kecepatan pembentukan
zat- zat hasil reaksi sama dengan kecepatan pembentukan kemabil zat- zat
pereaksi merupakan suatu kesetimbangan reaksi. Sedangkan, reaksi
irreversibel didefinisikan sebagai reaksi yang berjalan satu arah saja atau
reaksi yang tidak dapat balik. Proses irreversibel sering disebut proses alami
karena merupakan proses nyata yang berlangsung secara spontan di alam
tanpa harus ada usaha dari luar sistem untuk melangsungkannya. Sesuai
namanya proses alami selalu berlangsung satu arah, yaitu keadaan tak
seimbang menuju ke keadaan seimbang, dan proses akan berhenti dengan
sendirinya bila keadaan setimbang telah tercapai (Amida, 2010).
(CH3)2CHOH(g)  (CH3)2CO(g) + H2(g)
Pada proses dehidrogenasi isopropanol ini merupakan salah satu
proses reaksi yang irreversibel karena memiliki nilai K diatas 50 (K > 50)
dengan nilai 429,075.
2.1.5 Reaksi Seri dan Paralel
Reaksi yang terjadi di dalam suatu reaktor jarang sekali hanya terdiri
satu buah reaksi (reaksi tunggal atau single reaction) tetapi kebanyakan yang
terjadi adalah reaksi ganda (multiple reaction) yang akan dihasilkan produk
yang diinginkan dan produk yang tidak diinginkan. Reaksi ganda terdiri dari
reaksi paralel dan reaksi seri.
Reaksi paralel (competitive reaction) yaitu dari reaktan yang sama
dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda pula.

Contoh reaksi paralel yang cukup terkenal pada skala industri adalah
reaksi oksidasi terhadap etilen akan dihasilkan produk yang diinginkan
adalah etilen oksid sementara selama terjadi reaksi oksidasi sebagian etilen
terbakar sempurna dan dihasilkan produk yang tidak diinginkan adalah uap
air dan karbon dioksida.
Reaksi seri yaitu dari reaktan terbentuk produk antara yang aktif
kemudian lebih lanjut berubah menjadi produk lain yang stabil.

(Levenspiel,1999)
Contoh reaksi seri yang terkenal pada skala industri adalah reaksi
antara etilen-oksida dan ammonia berurutan terbentuk mono-etanol-amin,
kemudian reaksi berlanjut terbentuk di-etanol-amin dan produk akhir adalah
tri-etanol-amin.
Pada reaksi proses dehidrogenasi isopropanol ini merupakan salah
satu proses reaksi yang paralel.
Reaksi utama : (CH3)2CHOH(g) (CH3)2CO(g) + H2(g)
Reaksi samping : (CH3)2CHOH(g) CH3CH=CH2(g) +H2O(g)
2.1.6 Unimolekuler dan Bimolekuler
Molekularitas pada reaksi kimia didefinisikan sebagai jumlah
molekul pereaksi yang ikut serta pada reaksi sederhana yang sesuai pada
tahap dasar. Umumnya reaksi dasar memiliki satu molekularitas
(unimolekular) atau dua molekularitas (bimolekular), meskipun beberapa
reaksi meliputi tiga molekul yang bertumbukan secara serentak mempuyai
tiga molekularitas, dan pada hal yang sangat jarang penyelesaiannya, empat
molekularitas.
Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul pereaksi
yang sama atau tidak bergabung menghasilkan satu atau sejumlah molekul
produk. Mereka adalah reaksi-reaksi asosiasi (kebalikan reaksi dekomposisi)
A + B → AB
2A → A2
Atau reaksi pertukaran
A+B→C+D
2A → C + D

Beberapa contoh reaksi-reaksi bimolekular:


CH3 + C2H5 → C3H8
CH3 + CH3 → C2H6
Reaksi unimolekular meliputi satu molekul pereaksi dan salah satunya
isomerisasi
A→B
Atau dekomposisi
A→B+C
Beberapa contoh reaksi-reaksi unimolekular
CH3NC → CH3CN
C2H6 → 2 CH3
(Kasmui, 2017)

2.2 Studi Kasus


2.2.1 Deskripsi Proses
Pada perancangan reaktor PFR untuk pembuatan aseton yang dipilih
untuk digunakan adalah proses dehidrogenasi dilakukan dengan melewatkan
bahan baku isopropanol pada reaktor katalitik yang pada kondisi operasi
reaktor akan terdehidrogenasi menghasilkan aseton dan gas hidrogen.
Adapun reaksi yang terjadi adalah:
Reaksi utama:
(CH3)2CHOH(g) → (CH3)2CO(g) + H2(g)
Reaksi samping:
(CH3)2 CHOH(g ) → CH3CH=CH2 (g) + H2 O (g)
2.2.2 Spesifikasi Bahan Baku
A. Spesifikasi Bahan Baku

No Senyawa Warna Titik Titik Mudah


Didih Leleh Terbakar
1 Isopropil Tidak ada 82oC -88oC Iya
Alkohol warna /
bening
B. Spesifikasi Produk

No Senyawa Warna Titik Titik Mudah


Didih Leleh Terbakar
1. Aseton Tidak ada 56oC -95oC Tidak
warna /
bening
2. Propilena Tidak ada -47,7oC -185,25oC Iya
warna /
bening
3. Hidrogen Tidak ada -252,9oC -259,2oC Iya
warna /
bening
4. Air Tidak ada 100oC 0oC Tidak
warna /
bening

2.2.3 Kondisi Operasi


Reaksi berlangsung di dalam reactor plug flow yang dioperasikan
pada suhu 573 K-773 K dan tekanan 1,5-3 atm. Konversi yang didapatkan
dalam pembentukan aseton dapat mencapai 75-98% sedangkan yield yang
didapatkan mencapai 85-90% (Kuncoro, 2017).
Dalam proses produksi aseton ini digunakan proses dehidrogenasi
isopropanol. Reaksi dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton berlangsung
dalam fase gas dan merupakan reaksi endotermis. Pada perancangan PFR,
pembentukan produk dipilih dengan temperatur 450°C pada tekanan 2 atm.
Dengan kondisi tersebut akan dirancang sebuah reaktor plug flow pada
kondisi non-adiabatis, endotermis, irreversible, dan paralel.
2.2.4 Tinjauan Termodinamika
Berdasarkan tinjauan termodinamika dapat diketahui apakah reaksi
tersebut bersifat endotermis atau eksotermis pada 1 atm dan 298 K dari
reaktan dan produk. ∆HR tersebut dapat ditentukan dengan persamaan:

∆𝐻 ° 𝑅 298 = ∑ (∆𝐻°𝑓 298 ) − ∑ (∆𝐻°𝑓298 )


𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

 Reaksi Utama
(𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻𝑂𝐻(𝑔) → (𝐶𝐻3 )2 𝐶𝑂(𝑔) + 𝐻2 (𝑔)

Tabel 2.1 Entalpi standar reaksi utama


ΔHof 298
Komponen
(kJ/mol)
H2 0
(CH3)2CHOH -272,59
(CH3)2CO -217,57
(Yaws, 1999)

∆𝐻 ° 𝑅 298 = ∑ (∆𝐻°𝑓 298 ) − ∑ (∆𝐻°𝑓 298 )


𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐻 ° 𝑅 298 = [(−217,57) + 0] − [(−272,59)]

∆𝐻 ° 𝑅 298 = 55 kJ/mol
Pada reaksi utama dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton memiliki
∆𝐻 ° 𝑅 298 sebesar +55 kJ/mol (Yaws, 1999).

 Reaksi Samping
(𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻𝑂𝐻(𝑔) → 𝐶𝐻3 𝐶𝐻 = 𝐶𝐻2 + 𝐻2 𝑂(𝑔)
Tabel 2.2 Entalpi standar reaksi samping
ΔHfo298
Komponen
(kJ/mol)
H2O -241,80
(CH3)2CHOH -272,59
CH3CH=CH2 20,42
(Yaws, 1999)

∆𝐻 ° 𝑅 298 = ∑ (∆𝐻°𝑓298 ) − ∑ (∆𝐻°𝑓298 )


𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐻 ° 𝑅 298 = [(20,42) + (−241,80)] − [(−272,59)]

∆𝐻 ° 𝑅 298 = 51,21 kJ/mol


Pada reaksi samping dehidrogenasi isopropanol menjadi aseton reaksi
samping memiliki ∆𝐻 ° 𝑅 298 sebesar +51,21 kJ/mol (Yaws, 1999).

Untuk mengetahui ∆𝐻 ° 𝑅 298 pada suhu 450°C adalah:

∆𝐻𝑅 = ∑ (∆𝐻298 + ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇) − ∑ (∆𝐻298 + ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇)


𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

 Reaksi Utama
(𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻𝑂𝐻(𝑔) → (𝐶𝐻3 )2 𝐶𝑂(𝑔) + 𝐻2 (𝑔)

Cp H2 = 15060,116 J/mol
Cp (CH3)2CO = 45689,462 J/mol
Cp (CH3)2CHOH = 55278,537 J/mol

∆𝐻 ° 𝑅 723 = ∑ (∆𝐻298 + ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇)


𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

− ∑ (∆𝐻298 + ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇)
𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐻 ° 𝑅 723 = [(−171880,538 J/mol) + (15060,116 J/mol)]


− [(−272590 + 55278,537)]

∆𝐻 ° 𝑅 723 = (−156820,422 J/mol) – (−217311,463 J/mol)

∆𝐻 ° 𝑅 723 = 60491,041 J/mol

∆𝐻 ° 𝑅 723 = 60,491 kJ/mol


 Reaksi Samping
(𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻𝑂𝐻(𝑔) → 𝐶𝐻3 𝐶𝐻 = 𝐶𝐻2 + 𝐻2 𝑂(𝑔)
Cp H2O = 15060,116 J/mol
Cp (CH3)2CO = 39982,786 J/mol
Cp (CH3)2CHOH = 55278,537 J/mol

∆𝐻 ° 𝑅 723 = ∑ (∆𝐻298 + ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇)


𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

− ∑ (∆𝐻298 + ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇)
𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐻 ° 𝑅 723 = [(60402,786) + (−226739,884)]


− [(−272590 + 55278,537)]

∆𝐻 ° 𝑅 723 = (−166337,098 J/mol) – (−217311,463 J/mol)

∆𝐻 ° 𝑅 723 = 50974,365 J/mol

∆𝐻 ° 𝑅 723 = 50,974 kJ/mol

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa reaksi utama berlangsung


secara endotermis yang berarti reaksi tersebut membutuhkan panas pada
reaksinya. Pengaruh temperatur terhadap konstanta kesetimbangan reaksi
sesuai dengan rumus:
𝑑 ln 𝐾 ∆𝐻°
=
𝑑𝑇 𝑅𝑇 2
Untuk reaksi endotermis, maka kenaikan suhu (T) akan
menyebabkan naiknya harga K yang artinya akan membuat konversi
menjadi naik dan hal ini berlaku untuk sebaliknya. Energi Gibbs dihitung
untuk menentukan harga K dimana harga K dapat menentukan arah reaksi.
Perubahan harga energy Gibbs dapat dihitung dari persamaan:
∆𝐺° = −𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝐾
 Reaksi utama
(𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻𝑂𝐻(𝑔) → (𝐶𝐻3 )2 𝐶𝑂(𝑔) + 𝐻2 (𝑔)

Tabel 2. ΔGof298 reaksi utama


ΔGof298
Komponen
(kJ/mol)
H2 0
(CH3)2CHOH -173,59
(CH3)2CO -153,05
(Yaws, 1999)
∆𝐺°𝑓 298 = (∆𝐺°𝑓 298 )𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − (∆𝐺°𝑓 ) 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

∆𝐺°𝑓 298 = [∆𝐺°𝑓 (𝐶𝐻3 )2 𝐶𝑂] – [𝛥𝐺°𝑓 (𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻𝑂𝐻]

∆𝐺°𝑓 298 = (−153,05 kJ/mol) − (−173,59 kJ/mol)

∆𝐺°𝑓 298 = 20,54 kJ/mol

Sehingga nilai K dapat dicari dengan persamaan:


∆𝐺° = −𝑅𝑇 ln 𝐾
∆𝐺°𝑅
ln 𝐾298 = −
𝑅𝑇
20,54 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙
ln 𝐾298 = −
𝑘𝐽
0,008314 𝑥 298 𝐾
𝑚𝑜𝑙 𝐾
ln 𝐾298 = −8,290

𝐾298 = 2,509 𝑥 10−4

Reaksi pada suhu 723 K, maka:

𝐾723 ∆𝐻 1 1
𝑙𝑛 = − ( − )
𝐾298 𝑅 𝑇723 𝑇298
𝑘𝐽
𝐾723 60,491
ln = − 𝑚𝑜𝑙 ( 1 − 1 )
2,509 𝑥 10−4 𝑘𝐽 723 298
0,008314
𝑚𝑜𝑙 𝐾

𝐾723 = 429,075 (𝑖𝑟𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒)

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa reaksi utama tersebut


adalah reaksi irreversibel karena memiliki nilai K yang lebih besar dari 50
(K>50).

 Reaksi Samping
(𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻𝑂𝐻(𝑔) → 𝐶𝐻3 𝐶𝐻 = 𝐶𝐻2 + 𝐻2 𝑂(𝑔)
Tabel 2. ΔGof 298 reaksi samping
ΔGof 298
Komponen
(kJ/mol)
H2O -228,60
(CH3)2CHOH -173,59
CH3CH=CH2 62,72
(Yaws, 1999)
∆𝐺°𝑓 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎 = ∆𝐺°𝑓 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∆𝐺°𝑓 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

= [∆𝐺°𝑓 𝐶𝐻3𝐶𝐻 = 𝐶𝐻2 + ∆𝐺°𝑓 𝐻2 𝑂] – [∆𝐺°𝑓 (𝐶𝐻3 )2 𝐶𝐻𝑂𝐻]


= (62,72 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙 + (−228,60 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙)) – (−173,59 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙)
= 7,71 kJ/mol
∆𝐺° = −𝑅𝑇 ln 𝐾
∆𝐺
ln 𝐾 = −
𝑅𝑇
7,71 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙
ln 𝐾 = −
𝑘𝐽
0,008314 𝑥 298 𝐾
𝑚𝑜𝑙 𝐾
ln 𝐾 = −3,111
𝐾298 = 0,044
Reaksi pada suhu 723 K, maka:

𝐾723 ∆𝐻 1 1
𝑙𝑛 = − ( − )
𝐾298 𝑅 𝑇723 𝑇298

𝑘𝐽
𝐾723 50,974 1 1
𝑙𝑛 = − 𝑚𝑜𝑙 ( − )
0,044 𝑘𝐽 723 298
0,008314
𝑚𝑜𝑙 𝐾

𝐾723 = 7876,696 (𝑖𝑟𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒)

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa reaksi samping tersebut adalah
reaksi irreversibel karena memiliki nilai K yang lebih besar dari 50 (K>50).

2.2.5 Tinjauan Kinetika

Reaksi pembentukan aseton dengan proses dehidrogenasi isopropyl


alcohol dilakukan pada suhu 450oC. Adapun reaksi dehidrogenasi isopropanol
ini merupakan reaksi orde satu dengan reaksi :

(CH3)2CHOH(g) (CH3)2CO(g) + H2(g)

-rA = kCA

-rA = kC(CH3)2CHOH

Secara umum untuk mengetahui pengaruh suhu dapat ditentukan dengan


persamaan Arhenius :
−𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇

Nilai konstanta kecepatan reaksi utama sebagai berikut.


Reaksi Utama :
(CH3)2CHOH(g) (CH3)2CO(g) + H2(g)

ΔGfo reaksi = (ΔGfo (CH3)2CO) – (ΔGfo (CH3)2CHOH)


= (-153,05 kJ/mol) – (-173,59 kJ/mol)
= 20,54 kJ/mol
ΔG
ln K = - RT
20,54 kJ/mol
ln K = - 0,008314 kJ/molK x 298 K

ln K = −8,290
K298 = 2,509 x 10-4
K723 ΔH 1 1
ln = − ( − )
K298 R T723 T298
K723 60,491 kJ/mol 1 1
ln -4 = − ( − )
2,509.10 0,008314 kJ/molK 723 298
K723 = 429,075 (irreversible)
K1 = 429,075 (irreversible)
Nilai konstanta kecepatan reaksi samping sebagai berikut.

Reaksi Samping :

(CH3)2CHOH(g) CH3CH=CH2(g) +H2O(g)

ΔGfo reaksi = (ΔGfo CH3CH = CH2 +ΔGfo H2O) – (ΔGfo (CH3)2CHOH


= (62,72 kJ/mol + (-228,60 kJ/mol)) – (-173,59 kJ.mol)
= 7,71 kJ/mol

ΔG
ln K = - RT
7,71 kJ/mol
ln K = - 0,008314 kJ/molK x 298 K

ln K = −3,111
K298 = 0,044
K723 ΔH 1 1
ln = − ( − )
K298 R T723 T298
K723 50,974 kJ/mol 1 1
ln = − ( − )
0,044 0,008314 kJ/molK 723 298
K723 = 7876,696 (irreversible)
K2 = 7876,696 (irreversible)
(Yaws, 1999)
2.3 Rancangan Kasus
Scilab merupakan perangkat lunak yang dikembangkan untuk komputasi
numerik dan visualisasi data yang bebas biaya dan serupa dengan perangkat
lunak Matlab yang telah terlebih dahulu dikenal di Indonesia. Program Scilab ini
mempermudah pengguna untuk melakukan komputasi pada cakupan luas
operasi-operasi matematika dari operasi yang relatif sederhana seperti perkalian
hingga kepada operasi tingkat tinggi seperti korelasi dan aritmetika kompleks.
Serta mempermudah dalam analisis statistika, perbaikan gambar, simulasi
dinamika fluida, dan lain-lain. Scilab juga dapat digunakan untuk permodelan,
pembentukan algoritma, pembuatan prototype dan rekayasa. Pada percobaan ini
digunakan program Scilab 6.0.2. untuk perancangan dan simulasi reaktor.
Pada reaksi dehidrogenasi isopropanol reaksi yang terjadi pada reaktor PFR
adalah non adiabatis, paralel, endotermis, dan irreversibel. Kondisi operasi yang
digunakan adalah dengan menggunakan suhu operasi 450°C pada tekanan 2 atm
untuk pembentukan produk.
Pada rancangan kasus percobaan ini akan didapatkan program dan simulasi
untuk menetukan volume non adiabatis plug flow reactor yang dibutuhkan pada
proses produksi, pengaruh volume non adiabatis plug flow reactor terhadap
konversi yang dibutuhkan pada proses produksi, pengaruh volume non adiabatis
plug flow reactor terhadap suhu yang dibutuhkan pada proses produksi, pengaruh
volume non adiabatis plug flow reactor terhadap konsentrasi yang dibutuhkan
pada proses produksi, neraca panas dari non adiabatis plug flow reactor yang
dibutuhkan pada proses produksi, dan neraca massa dari non adiabatis plug flow
reactor yang dibutuhkan pada proses produksi.

Anda mungkin juga menyukai