Anda di halaman 1dari 29

TK2012

Kontributor :
Agus Maulidan 13012106

TK2013
Kontributor :
Putri Prabandoro Cahyaning P. 13013103

TK2014
Kontributor :
Ricky Gunawan 13014097

TK2018
Pengedit Ulang :
Nabila Puspa Kamila 13018040
Rahadian Tirta Subrata 13018022

TK2019
Kontributor :
Farhansyah Yusuf Putra Hudaya 13019075

2
Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................................... 3

I. Sifat Reaksi Kimia ........................................................................................... 1

a. Sifat termodinamika reaksi ........................................................................... 1

II. Kinetika Reaksi Homogen Tanpa Katalis ........................................................ 3

a. Reaktor batch ................................................................................................ 3

b. Laju reaksi .................................................................................................... 4

c. Hubungan laju reaksi dengan konsentrasi (Ci) ............................................. 4

d. Sistem reaksi: ................................................................................................ 5

e. Karakteristik matematik untuk reaksi searah................................................ 6

III. Metode Pengolahan dan Analisis Data Kinetik................................................ 9

a. Metode Tabulasi ........................................................................................... 9

b. Metode Integrasi ........................................................................................... 9

c. Metode Diferensiasi ...................................................................................... 9

IV. Interpretasi Molekuler Reaksi Kimia ............................................................. 10

a. Metode Pendekatan Keadaan Tunak .......................................................... 10

b. Metode Hipotesis Tahap Pengendali .......................................................... 11

V. Katalis dan Katalisis ....................................................................................... 12

a. Definisi katalis: ........................................................................................... 12

b. Fungsi katalis .............................................................................................. 12

c. Cara kerja katalis ........................................................................................ 12

d. Penggolongan katalis berdasarkan fasa dalam campuran reaksi ................ 12

e. Perbandingan katalis homogen dan heterogen ........................................... 13

f. Penggolongan katalis berdasarkan tipe reaksi yang terlibat: ...................... 13

g. Komponen utama katalis padat dan fungsinya: .......................................... 14

h. Contoh katalis komersial: ........................................................................... 14

VI. Reaksi Berkatalis Homogen ........................................................................... 15


3
VII. Reaksi Berkatalis Heterogen ...................................................................... 17

a. Mekanisme reaksi berkatalis heterogen ...................................................... 17

b. Isoterm adsorpsi langmuir .......................................................................... 17

c. Neraca massa adsorpsi isoterm langmuir ................................................... 17

d. Kinetika reaksi berkatalis heterogen........................................................... 20

e. Aturan Boudart (Aturan Adsorpsi) ............................................................. 24

4
I. Sifat Reaksi Kimia
Sifat-sifat reaksi kimia di antaranya, yaitu:
a. Sifat Termodinamik → berkaitan dengan kelangsungan reaksi dan konversi
maksimum reaksi (keadaan kesetimbangan), lebih berperan pada reaksi yang
berlangsung cepat, menentukan reaksi spontan atau tidak.
b. Sifat Kinetik → berkaitan dengan kecepatan atau laju reaksi, lebih berperan pada
reaksi yang berlangsung lambat, menentukan reaksi berlangsung cepat atau lambat.

a. Sifat termodinamika reaksi


1. Perubahan Energi Bebas Gibbs Reaksi (ΔGr)
Sebagai dasar penentuan target dan kondisi reaksi; pertimbangan kelayakan
reaksi; ungkapan konversi kesetimbangan (Xmax)
∆𝐺𝑟 = −𝑅𝑇𝑙𝑛(𝐾)
Kriteria kelayakan reaksi:
∆𝑮𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊 (kkal/mol) Rekomendasi Xkesetimbangan (%)
∆𝐺𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 > +10 Tidak layak ~0
0 < ∆𝐺𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 < +10 Bisa layak atau tidak
-10 < ∆𝐺𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 < 0 Umumnya layak
∆𝐺𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 < -10 Sangat layak ~ 100

∆𝐺°𝑅 = ∑ ∆𝐺𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∑ ∆𝐺𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

2. Aktivitas dan Konstanta Kesetimbangan


Konstanta kesetimbangan reaksi dinyatakan sebagai berikut

𝐾 = ∏ 𝑎𝑖𝑣𝑖
𝑖

dengan a = aktivitas zat i dalam campuran reaksi dan vi = koefisien


stoikiometri-reaksi untuk zat i. Pada senyawa berfasa gas, aktivitas (a)
dinyatakan sebagai fugasitas (f). Fugasitas senyawa S pada campuran reaksi
dinyatakan sebagai berikut,
𝑓𝑠 = 𝑦𝑠 𝑓𝑠0
ys merupakan fraksi mol S dalam campuran sedangkan f0s merupakan
fugasitas murni senyawa S. Fugasitas S juga dapat dinyatakan dengan

1
menggunakan koefisien fugasitas (f/P)s. Sehingga persamaan fugasitas
dapat ditulis sebagai berikut,
𝑓𝑆 = 𝑦𝑠 (𝑓/𝑃)𝑆 𝑃
Persamaan konstanta kesetimbangan pun dapat ditulis sebagai berikut,
𝐾 = 𝐾𝑦 𝐾𝑓/𝑃 𝑃Δ𝑣
3. Perubahan Entalpi Reaksi (ΔHr)
Sebagai dasar pertimbangan penentuan bentuk reaktor dan pengelolaan
kalor reaksi; ungkapan kalor yang terlibat pada reaksi (reaksi eksoterm atau
endoterm)

∆𝐻°𝑅 = ∑ ∆𝐻°𝑓,𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 − ∑ ∆𝐻°𝑓,𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛

Bila ∆𝐻𝑇° bukan fungsi temperature:


𝐾2 ∆𝐻° 𝑇 1 1
ln ( ) = − ( − )
𝐾1 𝑅 𝑇2 𝑇1
Bila ∆𝐻° 𝑇 adalah fungsi temperature:
𝑇
∆𝐻° 𝑇 = ∆𝐻°298 + ∫ ∑𝑣𝑖 𝐶°𝑝,𝑖 ) 𝑑𝑇
298

Contoh Soal 1.
Hitung konstanta kesetimbangan reaksi Water Gas shift:
𝐶𝑂 + 𝐻2 𝑂 ↔ 𝐶𝑂2 + 𝐻2 pada suhu 298 K
Jawab :
Dari literatur didapati nilai ΔG°f, 298 untuk senyawa CO, H2O, CO2, dan H2 secara
berturut-turut sebesar −137,16; −228,61; −394,39; dan 0 kJ/mol. Nilai ΔG°r, 298 dapat
ditentukan sebagai berikut,
Δ𝐺𝑟,298 = ΔG°f,298 𝐻2 + ΔG°f,298 𝐶𝑂2 − ΔG°f,298 𝐶𝑂 − ΔG°f,298 𝐻2 𝑂
Δ𝐺𝑟,298 = 0 + (−394,39) − (−137,16) − (−228,61) = −28,62 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙
Konstanta kesetimbangan dapat ditentukan sebagai berikut,
−Δ𝐺𝑟,298 28,67 × 103
𝐾 = exp ( ) = exp ( ) = 106065,6
𝑅𝑇 8,314 × 298
Jadi konstanta kesetimbangan untuk reaksi Water Gas shift pada 298 K adalah sebesar
106065,6

2
II. Kinetika Reaksi Homogen Tanpa Katalis
Kinetika reaksi homogen tanpa katalis yang dipelajari pada bab ini berlangsung dalam
reaktor partaian (batch).

a. Reaktor batch
Reaktor batch atau partaian: tempat berlangsungnya (melangsungkan) reaksi kimia
tanpa adanya aliran masuk atau keluar reaktor. Keuntungan dan kerugian dari
penggunaan reaktor partaian disajikan pada tabel berikut,
Keuntungan Kerugian
Biaya instrumentasi rendah Biaya tenaga kerja tinggi
Fleksibilitas operasi tinggi Biaya operasi tinggi
Sering mengalami shut down
Kualitas produk sulit dikendalikan

Neraca Massa Reaktor Batch:


𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 = 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 − 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 + 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
𝑑𝑁𝑖
= 0 − 0 + 𝑟𝑖 . 𝑉
𝑑𝑡
Karena volume reaktor batch konstan
𝑑𝐶𝑖
𝑉. = 0 − 0 + 𝑟𝑖 . 𝑉
𝑑𝑡
Sehingga dihasilkan:
1. Untuk produk (laju pembentukan produk)
𝑑𝐶𝑖
= 𝑟𝑖
𝑑𝑡
2. Untuk reaktan (laju pengurangan reaktan)
𝑑𝐶𝑖
= −𝑟𝑖
𝑑𝑡

Asumsi-asumsi yang harus diambil dalam menurunkan neraca massa reaktor partaian
adalah sebagai berikut:
▪ Reaksi kimia yang berlangsung bersifat homogen (reaksi homogen adalah
reaksi kimia yang hanya melibatkan satu fasa)
▪ Reaksi kimia berlangsung secara isothermal
▪ Reaksi kimia dapat berlangsung secara isobarik ataupun isometrik (isokhorik)

3
▪ Pencampuran (mixing) akibat pengadukan terjadi secara sempurna (temperatur
dan konsentrasi homogen di seluruh bagian reaktor)
▪ Tidak terdapat laju aliran input maupun laju aliran output
▪ Seluruh sifat fisik, kimia, transportasi, dan termodinamika homogen di seluruh
bagian reaktor partaian

b. Laju reaksi
Laju reaksi (ri) menyatakan banyaknya mol produk yang terbentuk (atau mol reaktan
yang terkonsumsi) per satuan waktu per satuan volume tempat berlangsungnya reaksi

Hubungan laju reaksi dengan koefisien stoikiometri untuk reaksi:


aA+bB→cC+dD
berlaku:
𝑟𝐴 𝑟𝐵 𝑟𝐶 𝑟𝐷 𝑟𝑖
𝑟= − = − = = =
𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 𝑣𝑖

c. Hubungan laju reaksi dengan konsentrasi (Ci)


1. Power Law (Hukum Pangkat)
Dari reaksi:
aA+bB→cC+dD
laju reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝛽
−𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴𝛼 𝐶𝐵
α dan β adalah orde reaksi untuk masing-masing reaktan yang nilainya
ditentukan melalui eksperimen. Pada reaksi elementer (reaksi satu tahap), α dan
β sama dengan koefisien stoikiometri reaksi.

2. Persamaan Arrhenius
Nilai dari konstanta reaksi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
Arrhenius berikut:
𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 −𝑅𝑇
Hubungan k1 dan k2 pada dua nilai temperatur yang berbeda dapat dinyatakan
sebagai berikut:
𝑘1 𝐸𝑎 1 1
ln ( )= − ( − )
𝑘2 𝑅 𝑇1 𝑇2

4
Dasar penentuan persamaan reaksi kinetika reaksi:
𝑘
𝐴 → 𝐵
d. Sistem reaksi:
1. Reaksi Sederhana
i. Reaksi Irreversibel
𝑘1 𝑘2
𝐴→ 𝐵 → 𝐶
−𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴 𝛼
ii. Reaksi Reversibel

−𝑟𝐴 = 𝑘0 . 𝐶𝐴 𝛼 − 𝑘−0 . 𝐶𝐵 𝛽

2. Reaksi Kompleks
i. Reaksi seri atau konsekutif atau berurutan
𝑘1 𝑘2
𝐴 → 𝐵 → 𝐶
Agar perolehan B maksimum:
𝑑𝐶𝐵
= 𝑘1 . 𝐶𝐴 𝛼 − 𝑘2 . 𝐶𝐵 𝛽 = 0
𝑑𝑡
Dimana:
𝑘
ln ( 2 )
𝑘1
𝑡𝑚𝑎𝑘𝑠,𝐵 =
𝑘2 − 𝑘1

ii. Reaksi paralel

Dengan R merupakan produk yang diinginkan


Selektivitas total (overall selectivity):
𝐶𝑅
𝑆𝑂 =
𝐶𝑠
Selektivitas terhadap R:
𝐶𝑅
𝑆𝑅 =
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
Perolehan R:

5
𝐶𝑅
𝑌𝑅 =
𝐶𝐴0
Jadi:
𝒀𝒊𝒆𝒍𝒅 = 𝑲𝒐𝒏𝒗𝒆𝒓𝒔𝒊 × 𝑺𝒆𝒍𝒆𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔
Catatan: masing-masing jenis reaksi di atas memiliki persamaan kinetika
untuk masing-masing orde reaksi dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di
slide TRK 1 Bab IV.

e. Karakteristik matematik untuk reaksi searah


1. Reaksi Orde Nol
𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴 ° = 𝑘
𝑑𝐶𝐴
= −𝑘
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴 = −𝑘𝑑𝑡
𝐶𝐴 𝑡
∫ 𝑑𝐶𝐴 = −𝑘 ∫ 𝑑𝑡
𝐶𝐴0 0

𝐶𝐴 − 𝐶𝐴0 = −𝑘𝑡

2. Reaksi Orde Satu


𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝐶𝐴
= −𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
= −𝑘𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝐶𝐴 𝑡
𝑑𝐶𝐴
∫ = −𝑘 ∫ 𝑑𝑡
𝐶𝐴0 𝐶𝐴 0

𝐶𝐴
ln ( ) = −𝑘𝑡
𝐶𝐴0
𝑋𝐴 = 1 − 𝑒 𝑘𝑡

3. Reaksi Orde Dua


𝑟𝐴 = 𝑘. 𝐶𝐴 2
𝑑𝐶𝐴
= −𝑘. 𝐶𝐴 2
𝑑𝑡

6
𝑑𝐶𝐴
= −𝑘𝑑𝑡
𝐶𝐴 2
𝐶𝐴 𝑡
𝑑𝐶𝐴
∫ = −𝑘 ∫ 𝑑𝑡
𝐶𝐴0 𝐶𝐴 2 0

1 1
− = −𝑘𝑡
𝐶𝐴0 𝐶𝐴
1 𝑋𝐴
. = 𝑘𝑡
𝐶𝐴0 1 − 𝑋𝐴
4. Reaksi Orde Dua (masing-masing fasa)
𝑎𝐴 + 𝑏𝐵 → 𝑝𝑃 + 𝑠𝑆
𝑎𝑥
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴0 −
𝑉
𝑏𝑥
𝐶𝐵 = 𝐶𝐵0 −
𝑉
𝑑𝐶𝐴 𝑎 𝑑𝑥
=−
𝑑𝑡 𝑉 𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
𝑟𝐴 = = 𝑘𝐶𝐴1 𝐶𝐵1
𝑑𝑡
𝑎 𝑑𝑥 𝑎 𝑏
= 𝑘(𝐶𝐴0 − 𝑥)(𝐶𝐵0 − 𝑥)
𝑉 𝑑𝑡 𝑉 𝑉
diintegrasikan mengasilkan persamaan berikut,
1 𝐶𝐵 𝐶𝐵0
ln ( ) − ln ( ) = 𝑘𝑡
𝑏 𝐶𝐴 𝐶𝐴0
[𝐶𝐵0 − 𝑎 𝐶𝐴0 ]

Contoh Soal 1.
Dalam reaksi fasa gas:
3
𝐶𝐻4 + 𝑂2 → 𝐻𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝐻2 𝑂
2
Jika r1 menyatakan laju pembentukan zat I oleh reaksi, maka hubungan antara rCH4 dan
rO2 dinyatakan dengan persamaan….
Jawab :
2
𝑟𝐶𝐻4 = 𝑟
3 𝑂2

7
Contoh Soal 2.
Terdapat suatu reaksi orde satu yang diselenggarakan dalam reaktor batch dengan
temperatur konstan. Konversi reaksi mencapai 60% dalam waktu 6 menit. Tentukan
nilai k.
Jawab :
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝑡
0,4 𝐶𝐴0 6
𝑑𝐶𝐴
∫ = ∫ −𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝐶𝐴0 0

0,4𝐶𝐴0
ln ( ) = −𝑘(6)
𝐶𝐴0
ln 0,4
𝑘=− = 0,153 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 −1
6

Contoh Soal 3.
ln 2
Untuk reaksi orde satu 𝐴 → 𝐵, buktikan bahwa waktu paruh reaksi 𝑡1 =
2 𝑘

Jawab :
Reaksi orde satu:
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘. 𝐶𝐴
𝑑𝑡
𝑡1
0,5𝐶𝐴0 2
𝑑𝐶𝐴
∫ = ∫ −𝑘 𝑑𝑡
𝐶𝐴
𝐶𝐴0 0

1
𝐶𝐴0
ln (2 ) = −𝑘. 𝑡1
𝐶𝐴0 2

1
ln ( ) = −𝑘. 𝑡1
2 2

ln 2 = 𝑘. 𝑡1
2

(ln 2)
𝑡1 =
2 𝑘

8
III. Metode Pengolahan dan Analisis Data Kinetik
a. Metode Tabulasi
Langkah penyelesaian:
1) Tabulasikan data waktu (t) terhadap konsentrasi reaktan (Ci)
2) Buat persamaan konstanta laju reaksi (k) untuk masing-masing kemungkinan
orde reaksi
3) Tabulasikan data k masing-masing orde untuk tiap waktu
4) Hitung persentase eror dari nilai k terbesar dan terkecil untuk masing-masing
orde. Orde yang dipilih adalah orde dengan nilai eror terkecil
5) Nilai k untuk persamaan reaksi adalah rata-rata dari nilai k pada orde yang
dipilih

b. Metode Integrasi
Langkah penyelesaian:
1) Hasil integrasi dari persamaan kinetika reaksi untuk setiap orde (orde 0, 1, dan
2) diubah ke bentuk yang menyerupai persamaan garis y = mx + c
2) Buat persamaan garis untuk tiap orde. Orde yang dipilih adalah orde dengan
persamaan garis yang memiliki nilai R2 terbesar (paling mendekati 1)

c. Metode Diferensiasi
Langkah penyelesaian:
1) Persamaan kinetika −𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴 𝑛 diubah menjadi bentuk
ln(−𝑟𝐴 ) = 𝑛. ln 𝐶𝐴 + ln 𝑘
sehingga menyerupai persamaan garis
y = mx + c
2) Alurkan persamaan tersebut sehingga diperoleh:
𝑛 = 𝑚
𝑘 = exp (𝑐)

9
IV. Interpretasi Molekuler Reaksi Kimia
Misalkan reaksi:
2 𝑁2 𝑂5 (𝑔) → 𝑂2(𝑔) + 2 𝑁𝑂2(𝑔)

Memiliki mekanisme:
𝑁2 𝑂5 ↔ 𝑁𝑂2 + 𝑁𝑂3 … (1)
𝑁𝑂3 + 𝑁𝑂2 → 𝑁𝑂 + 𝑂2 + 𝑁𝑂2 … (2)(𝑙𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡)
𝑁𝑂 + 𝑁𝑂3 → 2 𝑁𝑂2 … (3)
Fasa yang berwarna hitam pada mekanisme reaksi di atas merupakan senyawa antara.

Metode penurunan persamaan kinetika dari mekanisme reaksi ada 2, yaitu metode
pendekatan keadaan tunak dan metode hipotesis tahap pengendali.

a. Metode Pendekatan Keadaan Tunak


Laju pembentukan intermediet (zat antara) pada keadaan tunak sama dengan nol.

Contoh:
Persamaan laju reaksi (laju reaksi sama dengan laju reaksi pembentukan O2):
rO2 = k2 [NO3] [NO2]
Pada keadaan tunak:

karena tahap kedua berlangsung lambat, maka k2 << k-1, sehingga dihasilkan:
𝑘2 𝑘1
𝑟𝑂2 = [𝑁2𝑂5]
𝑘−1

10
b. Metode Hipotesis Tahap Pengendali
Laju reaksi keseluruhan ditentukan oleh laju reaksi tahap yang paling lambat.
Hanya dapat dipakai jika diketahui tahap pengendali (tahap yang paling lambat
dalam mekanisme reaksi).

Contoh (diambil dari contoh Metode Pendekatan Keadaan Tunak):


Laju reaksi tahap yang paling lambat (tahap kedua dalam mekanisme reaksi):
𝑟𝑂2 = 𝑘2 [𝑁𝑂3 ][𝑁𝑂2 ]
Tahap pertama berlangsung dengan cepat dan mencapai kesetimbangan:
𝑘1 [𝑁2 𝑂5 ] = 𝑘−1 [𝑁𝑂2 ][𝑁𝑂3 ]
𝑘1
[𝑁𝑂2 ][𝑁𝑂3 ] = [𝑁 𝑂 ]
𝑘−1 2 5
Sehingga:
𝑘2 𝑘1
𝑟𝑂2 = [𝑁2 𝑂5 ]
𝑘−1

11
V. Katalis dan Katalisis
a. Definisi katalis:
Katalis adalah zat yang meningkatkan laju reaksi untuk mencapai kesetimbangan, tanpa
terkonsumsi dalam reaksi (Ostwald). Katalis mengantarkan reaktan melalui jalan baru
yang lebih mudah untuk berubah menjadi produk (Sabatier).

b. Fungsi katalis
Katalis dapat melokalisasi reaksi yang mencakup:
➢ Meningkatkan konsentrasi reaktan di sekitar katalis
➢ Meningkatkan ketepatan orientasi dari tumbukan antarmolekul reaktan
➢ Menurunkan energi aktivasi reaksi

c. Cara kerja katalis


➢ Katalis berinteraksi dengan paling sedikit satu reaktan membentuk senyawa yang
sangat aktif sehingga menurunkan energi aktivasi reaksi. Panduan umum:
o Katalis menurunkan EA hingga < 170 kJ/mol.
o Reaksi berkatalis homogen (reaksi dengan enzim) mempunyai EA ~ 35-50
kJ/mol.
➢ Katalis mempercepat reaksi mencapai kesetimbangan:
o Katalis tidak mengubah kesetimbangan reaksi (sifat termodinamika).
o Katalis hanya berpengaruh pada sifat kinetik.
➢ Katalis bersifat spesifik.
➢ Katalis diperlukan sedikit untuk sejumlah besar reaktan, contohnya adalah katalis
Ziegler Natta untuk sintesis amonia dengan tingkat konsumsi 1 kg katalis/50 ton
ammonia.

d. Penggolongan katalis berdasarkan fasa dalam campuran reaksi


a. Katalis Homogen: Fasa katalis sama dengan fasa campuran reaksi
b. Katalis Heterogen: Fasa katalis tidak sama dengan fasa campuran reaksi
c. Katalis Hetero-homogen: Fasa aktif katalis sama dengan fasa campuran reaksi, tapi
katalis tersebut dilekatkan pada penyangga yang fasanya tidak sama dengan
campuran reaksi, biasanya fasa padat

12
e. Perbandingan katalis homogen dan heterogen
Efektivitas Homogen Heterogen
Pusat aktif Seluruh atom Hanya atom di permukaan
Konsentrasi Rendah Tinggi
Selektivitas Tinggi Rendah
Difusi Umumnya tidak terjadi Terjadi
Kondisi reaksi Lunak (50-200°C) Lebih keras (>200°C)
Penerapan Terbatas Luas
Kehilangan Akibat reaksi irreversible Sintering, keracunan
aktivitas dengan produk, keracunan katalis
katalis
Sifat Katalis Homogen Heterogen
Struktur atau Terdefinisi Tidak Terdefinisi
stoikiometri
Kemungkinan Tinggi Rendah
modifikasi
Stabilitas termal Rendah Tinggi
Pemisahan katalis Sukar (dekomposisi, Mudah (unggun tetap,
ekstraksi, distilasi) suspense, filtrasi)
Daur ulang katalis Mungkin (sukar) Mudah
Biaya kehilangan Tinggi Rendah
katalis

f. Penggolongan katalis berdasarkan tipe reaksi yang terlibat:


1. Katalis Oksidasi-Reduksi: Katalis yang membentuk senyawa antara dengan
reaktan melalui proses pemutusan ikatan dua elektron dalam reaktan dan
penggabungan elektron tak berpasangan dengan katalis.
i. Contoh: katalis logam dan katalis oksida logam
2. Katalis Asam-Basa: Katalis yang senyawa-senyawa antaranya terjadi akibat
terbentuknya ikatan kovalen (kovalen polar) antara katalis dan reaktan.
i. Contoh: silika, alumina, zeolite

13
g. Komponen utama katalis padat dan fungsinya:
1. Fasa Aktif: Mempercepat dan mengarahkan reaksi
2. Penyangga: Memberikan luas permukaan yang lebih besar dan lebih
mengaktifkan fasa aktif
3. Promotor: Meningkatkan kinerja katalis (melalui interaksi dengan komponen
lain). Jenis-jenis promotor di antaranya, yaitu:
- Promotor Tekstural: interaksi secara fisika
- Promotor Struktural: interaksi secara kimia

h. Contoh katalis komersial:


1. Katalis reforming: Ni
2. Katalis pada HTSC (high temperature shift converter): Fe
3. Katalis pada LTSC (low temperature shift converter): Cu
4. Katalis metanasi: Ni
5. Katalis sintesis amonia: promoted iron

Contoh Soal 1.
Katalis padatan terdiri dari tiga komponen penting. Tuliskan ketiga komponen tersebut
beserta fungsinya.
Jawab :
a. Fasa Aktif : Mempercepat dan mengarahkan reaksi
b. Penyangga : Memberikan luas permukaan yang lebih besar dan lebih mengaktifkan
fasa aktif
c. Promotor : Meningkatkan kinerja katalis (melalui interaksi dengan komponen lain)

14
VI. Reaksi Berkatalis Homogen
Contoh reaksi enzimatik berikut:
𝐸𝑛𝑧𝑖𝑚
𝑆 → 𝑃
Mekanisme reaksi:

𝑘2
𝑆. 𝐸 → 𝑃 + 𝐸
Laju reaksi:
𝑟𝑝 = 𝑘2 [𝑆𝐸]
Tahap kesetimbangan:
𝑘1 [𝑆][𝐸] = 𝑘−1 [𝑆. 𝐸]
[𝑆. 𝐸] = 𝐾1 [𝑆][𝐸]
Neraca enzim:
[𝐸] = [𝐸]0 − [𝑆. 𝐸]
Persamaan menjadi:

Linierisasi:
1 𝐾𝑚 1 1
= +
𝑟 𝑉𝑚 [𝑆] 𝑉𝑚
Dengan:
1
𝐾𝑚 = 𝐾 dan 𝑉max = 𝑘2 [𝐸]0
1

Contoh Soal 1.
Data kinetika suatu reaksi enzimatis disajikan dalam tabel berikut,
[S], M 0,005 0,010 0,025 0,050 0,075
r, M/min 0,0143 0,0208 0,0294 0,0345 0,0360
Tentukan konstanta Michaelis untuk sistem reaksi tersebut,
Jawab :
1/r, min/M 69,93 48,08 34,01 28,99 27,78
1/[S], 1/M 200 100 40 20 13,33

15
Didapati persamaan regresi sebagai berikut:
𝑦 = 0,227𝑥 + 24,8
Sehingga
1
𝑉𝑚 = = 0,0403 M/min
24,8
𝐾𝑚 = 24,8 × 𝑉𝑚 = 24,8 × 0,0403 = 0,00915

16
VII. Reaksi Berkatalis Heterogen
a. Mekanisme reaksi berkatalis heterogen
1. Difusi eksternal
reaktan A
Peristiwa Fisika
2. Difusi internal
reaktan A
3. Adsorpsi A pada
site aktif
4. Reaksi A → B pada
Peristiwa Kimia
site aktif
5. Desorpsi B dari
site aktif
6. Difusi internal
produk B
Peristiwa Fisika
7. Difusi eksternal
produk B

b. Isoterm adsorpsi langmuir


Dasar reaksi berkatalis heterogen → Isoterm Adsorpsi Langmuir
Asumsi yang digunakan:
1. Adsorpsi hanya 1 lapis molekul saja
2. Adsorpsi terjadi karena tumbukan antara adsorbat dengan site aktif
3. Tidak ada interaksi antar adsorbat teradsorp
4. Energi adsopsi tidak bergantung pada site aktif yang bekerja
5. Setiap site aktif mempunyai keaktifan yang sama dalam mengadsorp
6. Jenis mekanisme dan hasil untuk adsorbat sejenis adalah sama
7. Laju desorpsi merupakan fungsi dari jumlah molekul yang teradsorp.

c. Neraca massa adsorpsi isoterm langmuir


Adsorpsi:
𝑘𝑑
𝐴 + 𝑆 → 𝐴. 𝑆
Desorpsi:
𝑘𝑑
𝑆. 𝐴 → 𝐴 + 𝑆

17
Neraca pusat aktif:
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑉
𝑟𝑎𝑑 = 𝑟𝑑𝑒𝑠
𝑘𝑎𝑑 𝐶𝐴 𝜃𝑉 = 𝑘𝑑 𝜃𝐴
𝑘𝑎𝑑 𝐶𝐴 (1 − 𝜃𝐴 ) = 𝑘𝑑 𝜃𝐴
𝑘𝑎𝑑
𝐾𝐴 =
𝑘𝑑
Sehingga:

𝑘𝐴 𝐶𝐴
𝜃𝐴 =
1 + 𝐾𝐴 𝐶𝐴

Neraca isoterm adsorpsi Langmuir memiliki beberapa kasus, yaitu


1. Ada 2 jenis adsorbat yang teradsorb

Kesetimbangan
𝑘1 𝐶𝐴 𝜃𝑉 = 𝑘−1 𝜃𝐴 𝜃𝐴 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉
𝑘2 𝐶𝐵 𝜃𝑉 = 𝑘−2 𝜃𝐵 𝜃𝐵 = 𝐾𝐵 𝐶𝐵 𝜃𝑉
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝐵 + 𝜃𝑉
1 = (𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝐵 𝐶𝐵 + 1) 𝜃𝑉
Diperoleh
𝐾𝐴 𝐶𝐴
𝜃𝐴 =
(𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝐵 𝐶𝐵 + 1)
𝐾𝐵 𝐶𝐵
𝜃𝐵 =
(𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝐵 𝐶𝐵 + 1)

2. Ada inert yang turut teradsorb bersama adsorbat

18
𝐾𝐴 𝐶𝐴
𝜃𝐴 =
(𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝐼 𝐶𝐼 + 1)
𝐾𝐼 𝐶𝐼
𝜃𝐵 =
(𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝐼 𝐶𝐼 + 1)

3. Ada 2 jenis adsorbat yang teradsorb pada jenis pusat aktif yang
berbeda
𝐴 + 𝑋 ↔ 𝑋𝐴 … (𝑖)
𝐵 + 𝑌 ↔ 𝑌𝐵 … (𝑖𝑖)
Kesetimbangan
𝑘1 𝐶𝐴 𝜃𝑉𝑋 = 𝑘−1 𝜃𝐴𝑋 𝜃𝐴𝑋 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉𝑋
𝑘2 𝐶𝐵 𝜃𝑉𝑌 = 𝑘−2 𝜃𝐵𝑌 𝜃𝐵𝑋 = 𝐾𝐵 𝐶𝐵 𝜃𝑉𝑌
Neraca pusat aktif:
𝑋 ∶ 1 = 𝜃𝐴𝑋 + 𝜃𝑉𝑋 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉𝑋 + 𝜃𝑉𝑋
𝑌 ∶ 1 = 𝜃𝐵𝑌 + 𝜃𝑉𝑌 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉𝑌 + 𝜃𝑉𝑌

4. Adsorbat yang teradsorb sambal terdisosiasi

Kesetimbangan
𝑘1 𝐶𝐴2 𝜃𝑉2 = 𝑘−1 𝜃𝐴2
𝜃𝐴 = 𝜃𝑉 √𝐾𝐴2 𝐶𝐴2
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑉 = 𝜃𝑉 (√𝐾𝐴2 𝐶𝐴2 + 1)
Diperoleh
√𝐾𝐴2 𝐶𝐴2
𝜃𝐴 =
√𝐾𝐴2 𝐶𝐴2 + 1

19
d. Kinetika reaksi berkatalis heterogen
1. Reaksi monomolekuler

Pengendali reaksi di permukaan aktif katalis


Laju reaksi : 𝑟 = 𝑘2 𝜃𝐴
Reaksi (1) dan (2) berlangsung cepat, mencapai kesetimbangan

𝑘1 𝐶𝐴 𝜃𝑉 = 𝑘−1 𝜃𝐴 𝜃𝐴 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉
𝑘3 𝐶𝑃 𝜃𝑉 = 𝑘−3 𝜃𝑃 𝜃𝑃 = 𝐾𝑃 𝐶𝑃 𝜃𝑉
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑃 + 𝜃𝑉
1 = (𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1)𝜃𝑉
Diperoleh,
𝑘2 𝐾𝐴 𝐶𝐴
𝑟=
𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1

Pengendali adsorpsi A
Laju reaksi : 𝑟 = 𝑘1 𝜃𝐴 𝜃𝑉
Reaksi 3 cepat, mencapai kesetimbangan
𝑘3 𝐶𝑃 𝜃𝑉 = 𝑘−3 𝜃𝑃 𝜃𝑃 = 𝐾𝑃 𝐶𝑃 𝜃𝑉
Reaksi 2 cepat, mencapai kesetimbangan
𝜃𝐴 ~ 0
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑃 + 𝜃𝑉
1 = (𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1)𝜃𝑉
Diperoleh,
𝑘1 𝐶𝐴
𝑟=
(𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1)

20
Pengendali desorpsi A
Laju reaksi : 𝑟 = 𝑘−3 𝜃𝑃
Reaksi 1 cepat, mencapai kesetimbangan
𝑘1 𝐶𝐴 𝜃𝑉 = 𝑘−1 𝜃𝐴 𝜃𝐴 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉
Reaksi 2 cepat, tapi reaksi 3 lambat
𝜃𝐴 ~ 1
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑃 + 𝜃𝑉
Diperoleh,
𝑟 ~ 𝑘−3

2. Reaksi Bimolekuler
𝐴+𝐵 →𝑃+𝑅
i. Salah satu reaktan saja yang teradsorp (Mekanisme Reaksi
Eley-Rideal / E-R)

Pengendali reaksi di permukaan aktif katalis


Laju reaksi : 𝑟 = 𝑘2 𝜃𝐴 𝐶𝐵
Reaksi 1 dan 3 berlangsung cepat, mencapai kesetimbangan
𝑘1 𝐶𝐴 𝜃𝑉 = 𝑘−1 𝜃𝐴 𝜃𝐴 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉
𝑘3 𝐶𝑃 𝜃𝑉 = 𝑘−3 𝜃𝑃 𝜃𝑃 = 𝐾𝑃 𝐶𝑃 𝜃𝑉
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑃 + 𝜃𝑉
1 = (𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1)𝜃𝑉
Diperoleh,
𝑘2 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝐶𝐵
𝑟=
𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1

21
Pengendali adsorpsi A
Laju reaksi : 𝑟 = 𝑘1 𝜃𝐴 𝜃𝑉
Reaksi 3 cepat, mencapai kesetimbangan
𝑘3 𝐶𝑃 𝜃𝑉 = 𝑘−3 𝜃𝑃 𝜃𝑃 = 𝐾𝑃 𝐶𝑃 𝜃𝑉
Reaksi 2 cepat, mencapai kesetimbangan
𝜃𝐴 ~ 0
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑃 + 𝜃𝑉
1 = (𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1)𝜃𝑉
Diperoleh,
𝑘1 𝐶𝐴
𝑟=
(𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1)

Pengendali desorpsi A
Laju reaksi : 𝑟 = 𝑘−3 𝜃𝑃
Reaksi 1 cepat, mencapai kesetimbangan
𝑘1 𝐶𝐴 𝜃𝑉 = 𝑘−1 𝜃𝐴 𝜃𝐴 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉
Reaksi 2 cepat, tapi reaksi 3 lambat
𝜃𝐴 ~ 1
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑃 + 𝜃𝑉
Diperoleh,
𝑟 ~ 𝑘−3

ii. Kedua reaktan teradsorp (Mekanisme Reaksi Langmuir-


Hinshelwood / L-H)

Pengendali reaksi di permukaan aktif katalis


Laju reaksi : 𝑟 = 𝑘3 𝜃𝐴 𝜃𝐵

22
Reaksi 1, 2, 4, dan 5 berlangsung cepat, mencapai
kesetimbangan
𝑘1 𝐶𝐴 𝜃𝑉 = 𝑘−1 𝜃𝐴 𝜃𝐴 = 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝜃𝑉
𝑘2 𝐶𝐵 𝜃𝑉 = 𝑘−2 𝜃𝐵 𝜃𝐵 = 𝐾𝐵 𝐶𝐵 𝜃𝑉
𝑘4 𝐶𝑃 𝜃𝑉 = 𝑘−4 𝜃𝑃 𝜃𝑃 = 𝐾𝑃 𝐶𝑃 𝜃𝑉
𝑘5 𝐶𝑅 𝜃𝑉 = 𝑘−5 𝜃𝐴 𝜃𝑅 = 𝐾𝑅 𝐶𝑅 𝜃𝑉
Neraca pusat aktif
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝑃 + 𝜃𝑉
1 = (𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1)𝜃𝑉
Diperoleh,
𝑘3 𝐾𝐴 𝐶𝐴 𝐾𝐵 𝐶𝐵
𝑟=
(𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝐵 𝐶𝐵 + 𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 𝐾𝑅 𝐶𝑅 + 1)

Pengendali reaksi 1
𝐾1 𝐶𝐴
𝑟=
(𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝐵 𝐶𝐵 + 𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 𝐾𝑅 𝐶𝑅 + 1)2

Pengendali reaksi 5
𝑟 ~ 𝑘−5

Pengendali reaksi 4
𝑟 ~ 𝑘−4

Pengendali reaksi 2
𝐾1 𝐶𝐵
𝑟=
(𝐾𝐴 𝐶𝐴 + 𝐾𝐵 𝐶𝐵 + 𝐾𝑃 𝐶𝑃 + 1)

Catatan: masing-masing mekanisme reaksi di atas memiliki


penurunan untuk memperoleh isotherm adsorpsi-nya sesuai
dengan tahap pengendali reaksi. Lengkapnya dapat dilihat pada
slide TRK 1 Bab IX. Tips: jika diberikan suatu persamaan laju
reaksi r = (…)/(…), maka pembilang merupakan tahap penentu
reaksi sedangkan penyebut adalah zat yang teradsorp maupun
terdesorp oleh sisi aktif katalis.

23
e. Aturan Boudart (Aturan Adsorpsi)
1. Proses adsorpsi adalah proses eksotermal, sehingga proses adsorpsi selalu
menghasilkan panas
2. Proses adsorpsi adalah proses di mana sistem mengalami kehilangan entropi
3. Sistem tidak boleh kehilangan entropi lebih besar dari pada entropi yang
dimilikinya
4. Aturan tambahan kehilangan entropi pada proses adsorpsi

Contoh Soal 1.
Terdapat reaksi sebagai berikut:
𝐴 + 𝑆 ⇄ 𝐴𝑆 (𝑙𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡) (1)
𝐵 + 𝑆 ⇄ 𝐵𝑆 (2)
𝐴𝑆 + 𝐵𝑆 ⟶ 𝑆𝐶 + 𝑆 (3)
𝑆𝐶 ⇆ 𝐶 + 𝑆 (4)
Tahap adsorpsi A adalah tahap pengendali. Turunkan persamaan mekanisme reaksi di
atas.
Jawab :
𝑟 = 𝑘1 𝐶𝐴 𝜃𝑣
𝜃𝐴 = 0
Berdasarkan reaksi (2), didapat persamaan
𝑘2 𝐶𝐵 𝜃𝑣 = 𝑘−2 𝜃𝐵
𝜃𝐵 = 𝐾2 𝐶𝐵 𝜃𝑣
Berdasarkan reaksi (4), didapat persamaan
𝑘4 𝐶𝐶 𝜃𝑣 = 𝑘−4 𝜃𝐶
𝜃𝐶 = 𝐾4 𝐶𝐶 𝜃𝑣
Neraca katalis:
1 = 𝜃𝐴 + 𝜃𝐵 + 𝜃𝐶 + 𝜃𝑣
1 = 𝐾2 𝐶𝐵 𝜃𝑣 + 𝐾4 𝐶𝐶 𝜃𝑣 + 𝜃𝑣
1
𝜃𝑣 =
1 + 𝐾2 𝐶𝐵 + 𝐾4 𝐶𝐶
Maka,
𝑘1 𝐶𝐴
𝑟=
1 + 𝐾2 𝐶𝐵 + 𝐾4 𝐶𝐶

24
Contoh Soal 2.
Tuliskan 7 tahapan reaksi yang menggunakan katalis heterogen (padat).
Jawab :
1) Difusi eksternal reaktan
2) Difusi internal reaktan
3) Adsorpsi reaktan
4) Reaksi reaktan menjadi produk
5) Desorpsi produk
6) Difusi internal produk
7) Difusi eksternal produk

Contoh Soal 3.
Berdasarkan data percobaan, hidrogenasi (H) etilen (E) membentuk etana (A) dengan
katalis Co-Mo diperkirakan mengikuti persamaan berikut.
𝑘𝑃𝐸 𝑃𝐻
−𝑟𝐸 =
1 + 𝐾𝐸 𝑃𝐸
Tentukan mekanisme reaksi yang dapat memenuhi model kinetika tersebut. Catatan:
reaksi mengikuti mekanisme Eley-Rideal.
Jawaban:
𝑘−1
𝑆 + 𝐸 ⇐ ⇒ 𝑆𝐸
𝑘1
𝑘2
𝑆𝐸 + 𝐻 ⇒ 𝐴 + 𝑆 (𝐿𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡)

25

Anda mungkin juga menyukai