DAFTAR ISI
f. Kapasitansi .................................................................................................................. 6
V. GELOMBANG ............................................................................................................. 26
1
VI. GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ................................................................. 29
a. Pembiasan.................................................................................................................. 31
a. Interferensi ................................................................................................................ 33
b. Difraksi ...................................................................................................................... 34
2
I. LISTRIK STATIS
a. Muatan Listrik
Muatan listrik ada 2 : positif (+) dan negatif (-). Interaksi sesama jenis akan
tolakmenolak, sedangkan berlawanan jenis akan saling tarik-menarik. Benda secara
umum netral, namun apabila kelebihan elektron akan bermuatan negative,
sementara kekurangan electron akan bermuatan positif. Konduktor adalah benda
dengan electron yang dapat bergerak bebas, sementara isolator elektronnya tidak
bergerak bebas.
𝑞 = 𝑛𝑒 𝑛 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
b. Hukum Coulomb
𝑞1 𝑞2
𝐹=𝑘
𝑟2
1
Dengan : 𝑘 = = 8,99 × 109 𝑁 . 𝑚2 /𝐶 2
4𝜋𝜀0
𝐹
𝐹𝑚𝑒𝑑 =
𝜀𝑟
c. Medan Listrik
• Adalah daerah di sekitar muatan listrik yang dapat memengaruhi muatan lainnya.
• Besarnya medan listrik di suatu titik yang dibangkitkan oleh muatan sumber (Q) adalah :
𝐹
𝐸=𝑞 𝑞0 = 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖 𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
0
3
• Muatan positif : keluar muatan
• Muatan negative : menuju muatan
𝑞𝑒𝑛𝑐 = 𝜀0 ∮ 𝐸⃗ . 𝑑𝐴
4
• Besar medan lsitrik oleh muatan garis :
𝜆
𝐸 = 2𝜋𝜀
0𝑟
• Energi potensial (U) yang dimiliki sebuah muatan uji 𝑞0 pada jarak r dari muatan
sumber 𝑄 adalah :
𝑞0 𝑄
𝑈=𝑘
𝑟
• Potensial listrik di suatu titik dalam medan listrik adalah energi potensial per satuan
muatan uji di titik tsb.
𝑈 𝑄
𝑉=𝑞 atau 𝑉 = 𝑘 𝑟 dimana : V = potensial (Volt = Joule/Coulomb)
0
5
𝑓
𝑉𝑓 − 𝑉𝑖 = − ∫ 𝐸⃗ . 𝑑𝑠
𝑖
• Potensial listrik di suatu titik akibat pengaruh beberapa muatan sumber adalah
jumlah aljabar dari potensial listrik yang ditimbulkan masing-masing muatan.
𝑞 𝑞 𝑞
𝑉 = 𝑘[ 𝑟1 + 𝑟2 + 𝑟3 + ⋯ ] Ingat : V skalar, tanda muatan dimasukkan
1 2 3
• Pada bola konduktor yang bermuatan, potensial di dalam dan di permukaan bola
adalah sama
𝑞
Di dalam bola :𝑉 =𝑘𝑟
𝑞
Di permukaan bola :𝑉 = 𝑘𝑅
𝑞
Di luar bola :𝑉 =𝑘𝑟
• Nilai kapasitansi hanya bergantung pada factor geometris kapasitor dan bahan
dielektrik, tidak bergantung pada q dan V.
• Pada kapasitor keping sejajar :
𝑉 = 𝐸𝑑 dengan : 𝑉 = beda potensial antar keping (volt)
𝐴𝜀0
𝐶= 𝑑 = jarak antar keping (m)
𝑑
6
1 1 1 1
= + +
𝐶𝑠𝑒𝑟𝑖 𝐶1 𝐶2 𝐶3
2. Paralel
- Muatan total ujung-ujung rangkaian sama dengan jumlah muatan tiap
kapasitor (𝑄𝑡𝑜𝑡 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3 )
- Beda potensial ujung-ujung rangkaian sama dengan beda potensial masing-
masing kapasitor (𝑉𝑡𝑜𝑡 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 )
- Kapasitas pengganti :
𝐶𝑝𝑎𝑟𝑎𝑙𝑒𝑙 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3
1 𝑞2 1 1
• Energi yang tersimpan di dalam kapasitor: 𝑈 = 2 = 2 𝑞𝑉 = 2 𝐶𝑉 2
𝐶
1
• Densitas energi : 𝑢 = 2 𝜀0 𝐸2
1. Besaran Listrik
7
𝜌 = hambatan jenis (ohm.m)
L = panjang kawat (m)
A = luas penampang kawat(m2)
Hubungan Hambatan dengan 𝑅 = 𝑅0 (1 + 𝛼 Δ𝑇) R = hambatan pada
Temperatur temperature akhir (T) (Ω)
R0 = hambatan pada
temperature awal (T0) (Ω)
𝛼 = koefisian temperatur
(1/oC)
Δ𝑇 = perubahan temperatur
(oC)
Hubungan Hambatan Jenis 𝜌 = 𝜌0 (1 + 𝛼 Δ𝑇) 𝜌 = hambatan jenis pada
dengan Temperatur temperature akhir (T) (Ω.m)
𝜌0 = hambatan jenis pada
temperature awal (T0) (Ω.m)
2. Hukum Ohm
𝑉=𝑖𝑅
tan 𝛼 = 𝑅
Ket:
V = beda potensial antara 2 titik (Volt)
i = arus listrik (Ampere)
R = hambatan/ resistor (Ω)
3. Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff I : Hukum Arus/ Hkum Titik Cabang/ KOL = Kirchoff Current Loop
• Jumlah arus listrik pada satu titik cabang sama dengan Nol
∑𝒊 = 𝟎
8
𝑖1 + 𝑖2 + 𝑖3 = 𝑖4 + 𝑖5 + 𝑖6
Hukum Kirchoff II : Hukum Tegangan/ Hukum Loop/ KVL = Kirchoff Voltage Loop
• Jumlah tegangan pada satu rangkaian tertutup (1 Loop) dama dengan 0
∑𝑽 = 𝟎
𝑉𝑎𝑎 = 𝑉𝑎 − 𝑉𝑎 = 0
∑𝒊 𝑹 + ∑𝜺 = 𝟎
∑𝜀
𝑖= −
∑𝑅
Kesimpulan :
Hukum Kirchoff I : arah I berdasarkan masuk/ keluarnya dari titik cabang
Hukum Kirchoff II : arah I berdasarkan searah/ tidaknya dengan arah loop
Perjanjian Tanda :
i (Kuat Arus)
• Diberi tanda positif (+) bila arah i searah dengan arah loop yang dibuat
• Diberi tanda negatif (-) bila arah i erlawanan arah dengan arah loop yang dibuat
9
Cat : Jika dalam hasil perhitungan diperoleh nilai i yang negatif (-), maka arah arus listrik
yang BENAR adalah kebalikan dari arah loop yang dibuat
4. Tegangan Jepit
Merupakan beda potensial antara 2 titik (2 terminal)
𝑽𝒙𝒚 = 𝑽𝒙 − 𝑽𝒚 = ∑ 𝒊𝑹 + ∑ 𝜺
𝑉𝑥𝑦 − ∑ 𝜀
𝑖=
∑𝑅
𝑉𝑥𝑦 = beda potensial antara titik X dan titik Y
Jalan Pengukuran untuk 𝑉𝑥𝑦 adalah dari titik X ke titik Y (X → Y): Vx > Vy
Perjanjian Tanda:
i (Kuat Arus)
• Diberi tanda positif (+) bila arah i searah dengan arah jalan pengukuran
• Diberi tanda negatif (-) bila arah i berlawanan arah dengan arah jalan pengukuran
11
dengan:
𝑉𝑎𝑏 = 𝑉𝑝𝑛
r = hambatan dalam batere
Energi 𝐸=𝑃𝑡
7. Lampu
Nilai yang tetap pada spesifikasi lampu adalah nilai hambatannya (R)
𝑉𝐿2 𝑉𝑇2 𝑉𝑇 2
𝑅𝐿 = = 𝑃𝑇2 = ( ) 𝑃𝐿
𝑃𝐿 𝑃𝑇 𝑉𝐿
Ket :
𝑅𝐿 = hambatan lampu
𝑉𝐿 = tegangan spesifikasi lampu
𝑃𝐿 = daya spesifikasi lampu
𝑉𝑇 = tegangan yang dipasang pada lampu
𝑃𝑇 = daya yang diserap lampu
𝑖 dengan :
𝑛= → 𝒊 = 𝒏 𝒊𝒎
𝑖𝑚 𝑅𝐴 = hambatan amperemeter (Ω)
12
𝑖 = 𝑖𝑚 + 𝑖𝑠 → 𝒊𝒔 = (𝒏 − 𝟏)𝒊𝒎 𝑅𝑠 = hambatan shunt (Ω)
𝑅𝐴 n = faktor penguatan
𝑅𝑠 = → 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 𝒑𝒂𝒓𝒂𝒍𝒆𝒍
𝑛−1 i = arus yang diukur (A)
𝑖𝑚 = arus yang terbaca amperemeter (A)
𝑖𝑠 = arus yang masuk ke shunt (A)
𝟏
𝑽𝑨𝑩 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 → 𝒊 ≅
𝑹
𝑹 𝒔 ≪ 𝑹𝑨
Cat:
𝒊𝒔 ≫ 𝒊𝑨 → 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏
Amperemeter ideal : RA ≈ 0
13
9. Jembatan Wheatstone
Rangkaian ini dibuat untk menentukan nilai resistor yang tidak diketahui, dengan cara
mengubah-ubah rheostat (hambatan geser) hingga diperoleh nilai arus listrik yang masuk ke
galvanometer (alat ukur arus listrik) bernilai Nol (iG = 0).
𝑅4 = 𝑟ℎ𝑒𝑜𝑠𝑡𝑎𝑡
𝑅1 , 𝑅3 , 𝑑𝑎𝑛 𝑅4 diketahui
𝑅2 dicari
14
Alasan penggunaan nilai rms (efektif) dalam rangkaiain listrik bolak-balik (AC) adalah untuk
membolehkan pengunaan hubungan-hubungan daya arus searah (DC).
• Grafik V, i terhadap t :
15
Grafik V, i terhadap t : Diagaram fasor :
• Grafik V, i terhadap t:
Grafik V, I terhadap t : Diagram fasor :
16
𝑋𝐿 = 𝜔𝐿 = 2𝜋𝑓 𝐿 𝑉𝐶 = tegangan antara ujung-ujung
kapasitor (Volt)
𝑋𝐶 = reaktansi kapasitif (Ω) yaitu
𝑉𝐶 = 𝑖 𝑋𝐶
faktor hambatan yang muncul pada
kapasitor jika dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik
𝑿𝑪 = ∞, jika kapasitor
dihubungkan dengan sumber
tegangan searah
C = koefisien kapasitor (Farrad)
𝜔 = kecepatan surut (rad/s)
⃗⃗⃗ = 𝑅⃗ + ⃗⃗⃗⃗
𝑍 𝑋𝐿
𝑍 = √𝑅2 + 𝑋𝐿2
𝑉𝑚 𝑉𝑒𝑓
𝑍= =
𝐼𝑚 𝐼𝑒𝑓
17
b) RC
PT : 𝑉 = 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 − 𝜃 )
PA : 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
𝑉𝑎𝑏 = 𝑉𝑅 = 𝑖 𝑅
𝑉𝑏𝑐 = 𝑉𝐶 = 𝑖 𝑋𝐶
𝑉𝑎𝑐 = 𝑉 = 𝑖 𝑍
⃗⃗⃗
𝑉 = ⃗⃗⃗⃗
𝑉𝑅 + ⃗⃗⃗⃗
𝑉𝐶
𝑉 = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
𝑍 = √𝑅2 + 𝑋𝑐2
𝑉𝑚 𝑉𝑒𝑓
⃗⃗⃗ = 𝑅⃗ + ⃗⃗⃗⃗ 𝑍= =
𝑍 𝑋𝐶 𝐼𝑚 𝐼𝑒𝑓
c) LC
𝑉𝑎𝑏 = 𝑉𝐿 = 𝑖 𝑋𝐿
𝑉𝑏𝑐 = 𝑉𝐶 = 𝑖 𝑋𝐶
𝑉𝑐𝑑 = 𝑉 = 𝑖 𝑍
Kemungkinan 1
𝑿𝑳 > 𝑿𝑪 Fase V > Fase i
𝑽𝑳 > 𝑽𝑪 (tegangan mendahului arus, rangkaian
bersifat induktif)
𝑉 = 𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 𝑍 = 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶
PT : 𝑉 = 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 + 90𝑜 )
PA : 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
18
Kemungkinan 2
Fase V < Fase i
𝑿𝑳 < 𝑿𝑪
(arus mendahului tegangan,
𝑽𝑳 < 𝑽𝑪
rangkaian bersifat kapasitif)
𝑉 = 𝑉𝐶 − 𝑉𝐿 𝑍 = 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶
PT : 𝑉 = 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 − 90𝑜 )
PA : 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
Kemungkinan 3
𝑿𝑳 = 𝑿 𝑪 Fase V = Fase i
𝑽𝑳 = 𝑽 𝑪 (rangkaian bersifat resistif atau
beresonansi)
𝑉 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑍 = 0
maka,
𝑖=0
Z = R (Impedansi bersifat minimum)
𝑖𝑒𝑓 bersifat maksimum
𝜃 = 0𝑜
𝑋𝐿 = 𝑋𝐶
1 1
𝑓= √
2𝜋 𝐿𝐶
d) RLC
𝑉𝑎𝑏 = 𝑉𝑅 = 𝑖 𝑅
𝑉𝑏𝑐 = 𝑉𝐿 = 𝑖 𝑋𝐿
𝑉𝑐𝑑 = 𝑉𝐶 = 𝑖 𝑋𝐶
𝑉𝑎𝑑 = 𝑉 = 𝑖 𝑍
Kemungkinan 1
19
𝑿𝑳 > 𝑿𝒄 Fase V > Fase i
𝑽𝑳 > 𝑽𝑪 (tegangan mendahului arus, rangkaian bersifat
induktif)
PT : 𝑉 = 𝑉𝑚 (sin 𝜔𝑡 + 𝜃) 𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡
PA : 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡 𝐼 = 𝐼𝑚 sin(𝜔𝑡 − 𝜃)
Kemungkinan 2
𝑿𝑳 < 𝑿 𝒄 Fase V < Fase i
𝑽𝑳 < 𝑽 𝑪 (arus mendahului tegangan, rangkaian
bersifat kapasitif)
PT : 𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 𝑉 = 𝑉𝑚 sin(𝜔𝑡 − 𝜃 )
PA : 𝐼 = 𝐼𝑚 sin(𝜔𝑡 + 𝜃 ) 𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
Kemungkinan 3
𝑿𝑳 = 𝑿𝒄 Fase V = Fase i
𝑽𝑳 = 𝑽 𝑪 (rangkaian bersifat resistif atau
beresonansi)
1 1
𝑓= √
2𝜋 𝐿𝐶
20
4. Daya AC
Daya Rata-rata AC (Daya Aktif) : 𝑃 = 𝑉𝑓 𝐼𝑒𝑓 cos 𝜃
𝑃 = 1.2 𝑉𝑚 𝐼𝑚 cos 𝜃
2
𝑃 = 𝐼𝑒𝑓 𝑅
1 2
𝑃= 𝐼 𝑅
2 𝑚
dengan:
𝜃 = beda fase antara arus dan tegangan
cos 𝜃 = faktor daya = efisiensi daya
𝑅 𝑉𝑅
cos 𝜃 = =
𝑍 𝑉
Daya Semu AC : 𝑃𝑠 = 𝑉𝑒𝑓 𝐼𝑒𝑓
Daya Reaktif AC : 𝑃𝑅 = 𝑃 − 𝑃𝑠
Cat :
• Pada semua perhitungan dalam fasor AC, nilai V dan I yang digunakan adalah Vef dan
Ief
• Pada persamaan V dan I, nilai V dan I yang digunakan adalah Vm dan Im
III. MAGNET
• Gaya Magnetik yang dirasakan oleh muatan pada medan magnet eksternal adalah :
⃗
𝐹 = 𝑞𝑣 × 𝐵 dengan : 𝑣 =kecepatan muatan bergerak (m/s)
𝐹 = |𝑞|𝑣𝐵𝑠𝑖𝑛𝜃 B = Kuat medan magnet
𝜃 = sudut antara vector v dan vector B
• arah gaya magnet ditentukan dengan aturan tangan kanan. Ibu jari : arah 𝑣. Jari-jari
yang lain : arah B. Telapak tangan menunjukkan arah gaya (jika muatan positif). Jika
muatan negative arah gaya punggung tangan.
• Partikel bermuatan dengan kecepatan konstan, memasuki medan magnet dapat
bergerak melingkar beraturan.
𝐹𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑡 = 𝐹𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑖𝑝𝑒𝑡𝑎𝑙
𝑚𝑣 2
|𝑞|𝑣𝐵 =
𝑟
21
⨂= masuk bidang
⨀= keluar bidang
𝑚𝑣
𝑟 = |𝑞|𝐵 (radius)
2𝜋𝑚
𝑇= |𝑞|𝐵
(𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒)
1 |𝑞|𝐵
𝑓 = 𝑇 = 2𝜋𝑚 (𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖)
|𝑞|𝐵
𝜔 = 2𝜋𝑓 = (𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡)
𝑚
𝑙 = panjang kawat
22
• Hukum Ampere : untuk menemukan kuat medan magnet dalam bentuk-bentuk simetris
dengan mudah
⃗ ∙ 𝑑𝑠 = 𝜇0 𝑖𝑒𝑛𝑐
∮𝐵 dengan : 𝑖𝑒𝑛𝑐 = arus netto pada amperian loop tertutup
𝑅1 +𝑅2
𝑟𝑒𝑓 = 𝑅1 = jari-jari lingkaran dalam
2
a. Percobaan Faraday
1. Arus hanya muncul apabila ada pergerakan relatif antara loop dan magnet
2. Semakin cepat pergerakan, arus semakin besar
3. Arah arus pada loop ditentukan oleh kutub-kutub magnet yang mendekat :
ditentukan dengan Hukum Lenz
• Arus listrik yang dihasilkan disebut dengan arus induksi (arus imbas)
• Beda potensial (tegangan) yang menghasilkan arus induksi disebut GGL induksi (GGL
imbas)
23
b. Hukum Faraday
• GGL induksi akan dihasilkan apabila terjadi perubahan jumlah garis medan magnet
(fluks magnet) yang dilewati pada sebuah loop. Besarnya ggl induksi yang
dibangkitkan berbanding lurus dengan laju perubahan medan magnet.
∆Φ𝐵 𝑑Φ𝐵
ℇ𝑖𝑛𝑑 = − =− tanda (-) digunakan untuk penyesuaian arah dengan
∆𝑡 𝑑𝑡
Hukum Lenz
• Apabila kumparan memiliki N lilitan, maka :
∆Φ𝐵 𝑑Φ𝐵
ℇ𝑖𝑛𝑑 = −𝑁 = −𝑁
∆𝑡 𝑑𝑡
• Fluks Magnetik : jumlah garis medan magnet yang dilingkupi suatu luas A secara tegak
lurus
⃗ . 𝐴 = 𝐵𝐴 𝑐𝑜𝑠𝜃
Φ𝐵 = 𝐵 dengan : 𝜃 = sudut antara B dan normal bidang
• Jadi terdapat 3 cara untuk menghasilkan ggl induksi :
1. Merubah medan magnetic (B) : percobaan faraday, transformator
2. Merubah luas daerah (A) : menggerakan penampang memotong garis magnet
3. Merubah 𝜃 : pada generator
c. Hukum Lenz
• Arah arus induksi pada suatu penghantar adalah sedemikian rupa sehingga
menimbulkan medan magnet yang selalu menentang penyebabnya.
(a) Magnet batang mendekati kumparan, Φ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 > Φ𝑎𝑤𝑎𝑙 , ∆Φ positif (+), sehingga
rumus GGL tetap (-), yang artinya arah medan magnet induksi pada kumparan
berlawanan terhadap medan magnet oleh magnet batang. Arah arus menyesuaikan
dengan aturan tangan kanan.
24
(b) Magnet batang menjauhi kumparan , Φ𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 < Φ𝑎𝑤𝑎𝑙 , ∆Φ negative (-), sehingga
rumus GGL menjadi (+), yang artinya arah medan magnet induksi pada kumparan
searah dengan medan magnet batang. Arah arus menyesuaikan dengan tangan
kanan.
2
𝐵𝐿𝑣 2 𝐵2 𝐿2 𝑣 2
𝑃=𝑖 𝑅=( ) 𝑅=
𝑅 𝑅
𝑁Φ𝐵
• Induktansi : 𝐿 = 𝑖
dengan : L = induktansi (Henry)
N = jumlah lilitan
𝑙 = panjang solenoid
𝜇0 = 4𝜋 × 10−7 𝐻/𝑚
25
• Induksi diri : GGL induksi akan muncul pada kumparan apabila terjadi perubahan arus
𝑑𝑖
𝜀𝐿 = −𝐿
𝑑𝑡
Tanda (-) penyesuain arah dengan hukum Lenz
V. GELOMBANG
No. Besaran Persamaan Keterangan
1 Perioda gelombang 𝑡 n = banyak gelombang
𝑇=
𝑛
2 Frekuensi gelombang 𝑛 1
𝑓= =
𝑡 𝑇
3 Cepat rambat gelombang 𝜆
𝑣 = =𝜆𝑓
𝑇
4 Panjang gelombang 𝑣
𝜆=𝑣𝑇=
𝑓
𝑥
𝜆=
𝑛
5 Konstanta 2𝜋
𝑘=
𝜆
26
a. Gelombang Transversal
Arah gerak ↑
Arah rambat →
c. Gelombang Berjalan
Amplitudo (Sama dengan Gelombang Transversal) Perjanjian tanda:
Waktu 𝒙 ± : (+ arah
𝒕𝒑 = 𝒕 ±
𝒗
gelombang ke kanan;
Fase 𝒕𝒑 𝒕 𝒙
𝝋𝒑 = 𝝋𝒑 = ± - arah gelombang ke
𝑻 𝑻 𝝀
Beda fase 𝚫𝒙 kiri)
𝚫𝝋 =
𝝀
27
Sudut fase 𝜽𝒑 = 𝝎𝒕𝒑 ± 𝜽𝟎 ± : (+ tumpuan di
𝜃𝑝 = 𝜔𝑡 ± 𝑘𝑥 ± 𝜃0 depan acuan; -
𝜽𝟎 tumpuan di belakang
𝜽𝒑 = 𝟐𝝅(𝝋𝒑 ±
𝟐𝝅 acuan)
𝑡 𝑥 𝜃0
𝜃𝑝 = 2𝜋 ( ± ± )
𝑇 𝜆 2𝜋
Beda sudut fase Δ𝑥 Δ𝜃 = 2𝜋 Δ𝜑
Δ𝜃 = 2𝜋
𝜆
28
Simpul 1
2𝑛 ( 𝜆)
4
• Terdiri dari medan listrik dan medan magnet yang saling berosilasi. Gelombang ini
akan berdasarkan frekuensi, energi dan anjang gelombangnya akan mebentuk spektrum
elektromagnetik, salah satunya cahaya tampak.
• Medan listrik (𝐸⃗ ) dan medan magnet (𝐵
⃗ ) selalu tegak lurus dengan arah rambat
gelombang, sehingga gelombang ini termasuk gelombang transversal.
• Medan listrik (𝐸⃗ ) selalu tegak lurus dengan medan magnet (𝐵
⃗ ).
• Cross product 𝐸⃗ × 𝐵
⃗ selalu memberikan arah rambat gelombang.
• Dalam vakum, cepat rambat sama : 𝑐 = 3 × 108 𝑚/𝑠 2
29
• Cepat rambat gelombang elektromagnetik :
𝐸 1
𝑐 = 𝐵𝑚 𝑐=
𝑚 √𝜇 0 𝜀 0
𝐸 𝜔
𝑐=𝐵 𝑐= 𝑘
• Gelombang electromagnet dapat menghantarkan energi. Laju transport energi per unit
uas dideskripsikan dengan vector poynting (𝑆)
1
𝑆 = 𝜇 𝐸⃗ × 𝐵
⃗
0
1 𝐸 1
𝑆 = 𝜇 𝐸 × ( 𝑐 ) = 𝑐𝜇 𝐸2
0 0
30
c. Polarisasi Cahaya
Pembiasan merupakan proses perubahan arah cahaya karena melewati dua medium yang
berbeda kerapatan optiknya. Kerapatan optik dinyatakan dengan indeks bias.
Indeks bias mutlak:
𝐜
𝐧𝐱 =
𝐯𝐱
31
nx = indek bias mutlak medium
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa = 3 x 108 m/s
vx = kecepatan cahaya dalam medium
Keterangan:
n1 = indek bias mutlak medium pertama
n2 = indek bias mutlak medium kedua
θ1 = sudut datang
θ2 = sudut bias
• Keika cahay datang dengan sudut Brewster ( 𝜃𝐵 ), cahaya yang dipantulkan hanya
memiliki komponen tegak lurus yang artinya cahaya tersebut terpolarisasi.
• Syaratnya : sinar bias dan sinar pantul saling tegak lurus
32
𝜃𝐵 + 𝜃𝑟 = 90°
𝑛1 sin 𝜃𝐵 = 𝑛2 sin 𝜃𝑟
a. Interferensi
33
Pola terang/ pola 𝑑 sin 𝜃 = 𝑘 𝜆 k = orde interfernsi
maksimum/ konstruktif (1,2,3,..)
Pola gelap/ pola minimum/ 𝑝𝑘 terang ke-1 → k = 1
𝑑 sin 𝜃 = 𝑑 = (𝑘
𝑙
destruktif gelap ke-1 → k = 1
1
− )𝜆
2
𝑃𝑘
Catatan : Jika 𝜃 sangat kecil, maka sin 𝜃 ≈ 𝑙
b. Difraksi
Pola yang dihasilkan berupa garis terang gelap berurutan (pola frinji).
Untuk cahaya dengan 𝜆 >>>> maka akan semakin kuat dilenturkan.
34
a. Difraksi Celah Tunggal
Pola terang/ pola 1 k = orde difraksi (1,2,3,…)
𝑑 sin 𝜃 = (𝑘 + ) 𝜆
maksimum/ konstruktif 2 d = lebar celah
Pola gelap/ pola minimum/ 𝑝𝑘
𝑑 sin 𝜃 = 𝑑 = 𝑘𝜆
𝑙
destruktif
b. Difraksi Multi Celah (Difraksi Kisi) → Sama seperti Interferensi Celah Ganda (Young)
Pola terang/ pola 𝑑 sin 𝜃 = 𝑘 𝜆 k = orde difraksi
maksimum/ konstruktif (1,2,3,…)
Pola gelap/ pola 𝑝𝑘 1 d = tetapan kisi = jarak 2
𝑑 sin 𝜃 = 𝑑 = (𝑘 − ) 𝜆
minimum/ destruktif 𝑙 2 celah berturut-turur
(lebar 1 celah + lebar 1
penutup)
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 Kisi : deretan celah-celah
𝑁=
𝑐𝑚 sempit yang sama lebar
1
𝑑 = [=]𝑐𝑚 dan dibatasi oleh
𝑁
penutup-penutup yang
10−2
𝑑= [=]𝑚 sama lebar dengan celah
𝑁
itu.
c. Difraksi oleh Pupil mata
𝑝
𝑑 = 1,22 𝜆
𝜌
a. Relativitas Khusus
Laju cahaya adalah laju yang paling cepat (c = laju cahaya dalam vakum = 3 . 108 m/s).
1 𝑣 < 𝑐 maka 𝛾 > 1
𝛾=
2
√1 − 𝑣2
𝑐
35
No. Nama Persamaan Persamaan Keterangan
1 Penjumlahan kecepatan relatif v = Kecepatan relatif benda kedua
Mekanika klasik 𝑣 = 𝑣1 + 𝑣2 terhadap acuan yang dianggap
(mekanika Newton) diam
Mekanika modern 𝑣1 + 𝑣2 v1 = Kecepatan relatif benda
𝑣= 𝑣 .𝑣
(mekanika Einstein) 1+ 122 pertama terhadap acuan yang
𝑐
dianggap diam
v2 = Kecepatan relatif benda
kedua terhadap benda pertama.
2 Konstraksi panjang 𝐿0 L = panjang benda menurut
𝐿=
(pengerutan panjang) 𝛾 pengamat yang bergerak relatif
sejajar terhadap benda
L0 = panjang benda menurut
pengamat yang diam relatif
terhadap benda
3 Volume relativitas 𝑉0 V = volume benda menurut
𝑉=
𝛾 pengamat yang bergerak relatif
terhadap benda
V0 = volume benda menurut
pengamat yang diam relatif
terhadap benda
4 Dilatasi waktu Δ𝑡 = 𝛾 Δ𝑡0 Δ𝑡 = selang waktu dua kejadian
(pemuluran waktu) menurut perngukuran pengamat
yang bergerak relatif terhadap
dua kejadian
Δ𝑡0 = selang waktu dua kejadian
menurut pengukuran yang diam
relatif terhadap dua kejadian
5 Massa relativitas 𝑚 = 𝛾 𝑚0 m = massa benda menurut
pengmat yang bergerak relatif
terhadap benda
36
m0 = massa benda menurut
pengamat yang diam relatif
terhadap benda
6 Momentum relativitas 𝑝 = 𝛾 𝑝0 p = momentum linear relativitas
7 Massa jenis relativitas 𝜌 = 𝛾 2 𝜌0 𝜌 = massa jenis benda menurut
pengamat yang bergerak relatif
terhadap benda
𝜌0 = massa jenis benda menurut
pengamat yang diam relatif
terhadap benda
8 Energi relativitas 𝐸𝑘 = 𝐸 − 𝐸0 Ek = energi kinetik relativitas
𝐸𝑘 = (𝛾 − 1)𝐸0 E = energi total relativitas
𝐸𝑘 = (𝑚 − 𝑚0 )𝑐 2 E0 = energi diam relativitas
𝐸𝑘 = Δ𝑚 𝑐 2 Δ𝑚 = pertambahan massa
9 Hubungan antara energi 𝐸2 = 𝐸02 + 𝑝2 𝑐 2
dan momentum 𝐸2 = 𝑚02 𝑐 4 + 𝑝2 𝑐 2
relativitas
b. Transformasi Lorentz
c. Transformasi Galileo
37
• Berlaku untuk gerak dengan laju rendah
𝑥 ′ = 𝑥 − 𝑣𝑡
𝑡′ = 𝑡
d. Relativitas Kecepatan
Δ𝑥 ′
Δ𝑡 ′ + 𝑣
′ ′
Δ𝑥 Δ𝑥 − 𝑣 Δ𝑡
= =
Δ𝑡 Δ𝑡 ′ − 𝑣 Δ𝑥 ′ 1 + 𝑣 (Δ𝑥 )
𝑐2 𝑐2
Δ𝑥 Δ𝑥 ′
𝑢= dan 𝑢′ =
Δ𝑡 Δ𝑡 ′
𝑣
Transformasi kecepatan relativistik : 𝑢 = (𝑢′ + 𝑢′ 𝑣
)
1+
𝑐
𝝀𝒎𝒂𝒌𝒔 𝑻 = 𝑲
Ket:
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = panjang gelombang saat terjadi radiasi maksimum (m) → membawa intensitas
terbesar
K = konstanta pergeseran Wien (2,9 . 10-3 m,K)
38
b. Energi dan Teori Kuantum Max Planck
Planck : cahaya terdiri dari paket-paket energi yang disebut foton. Untuk n buah foton, maka
besarnya energi tersebut:
𝑐
𝐸 =𝑛ℎ𝑓 =𝑛ℎ
𝜆
Ket:
E = energi foton (J)
h = konstanta Planck (6,63 . 10-34 J.s)
f = frekuensi cahaya (Hz)
𝜆 = panjang gelombang cahaya (m)
n = bilangan kuantum
c. Efek Fotolistik
Pada peristiwa efek fotolistik, cahaya dijatuhkan pada permukaan logam sehingga elektron
keluar dari permukaan logam. Hal ini terjadi jika energi cahaya (E) lebih besar dibandingkan
energi ambang/ fungsi kerja logam (E0), dengan kata lain frekuensi cahaya (f) lebih besar
dibandingkan frekuensi ambang logam (f0).
Energi ambang/ fungsi kerja logam adalah energi minim yang diperlukan untuk melepaskan
elektron dari ikatan logam/ energi terkecil 1 foton untuk mengeluarkan elektron dari katoda ke
anoda.
Ket:
𝐸𝑘 = 𝐸 − 𝐸0 𝐸𝑘 = energi kinetik maksimum electron (eV atau J)
E = energi foton (J)
1 1 𝜑 = 𝐸0 = energi ambang/ fungsi kerja (J)
𝐸𝑘 = ℎ 𝑐 ( − )
𝜆 𝜆0 m = massa electron (kg)
v = kecepatan elektrin (m/s)
𝐸𝑘 = ℎ (𝑓 − 𝑓0 ) e = muatan electron (1,6 . 10-19 C)
f0 = frekuensi ambang (Hz)
𝜆0 = panjang gelombang ambang (m)
𝐸𝑘 = 𝑒 𝑉0 V0 = potensial henti yaitu beda potensial yang diperlukan
untuk menghentikan gerakan elektron (m/s)
39
• Energi kinetik elektron yang terlepas tergantung pada frekuensi/ panjang
gelombang cahaya.
• Banyaknya elektron yang terlepas tergantung pada intensitas cahaya. Semakin besar
intensitas maka semakin banyak elektron yang terlepas.
• Beberapa kondisi:
𝐸 < 𝐸0 : Tidak ada elektron terlepas (tereksitasi)
ℎ ℎ𝑓 𝐸
𝑝=𝜆= =
𝑐 𝑐
e. Efek Compton
Efek Compton yaitu peristiwa tumbukan antara foton (foton sinar-X) dan elektron.
Efek Compton menerapkan teori kuantum Planck.
Momentum foton dapat menjelaskan efek compton ini :
• Energi foton setelah tumbukan lebih kecil dibandingkan energi foton sebelum
tumbukan dengan elektron.
• Panjang gelombang foton sebelum tumbukan lebih kecil dibandingkan panjang
gelombang foton sesudah tumbukan dengan elektron.
Ket:
𝜆′ = panjang gelombang foton sesudah
40
f. Teori de Broglie
Cahaya dapat bersifat sebagai partikel, maka menurut De Broglie partikel yang bergerak
harus memiliki sifat gelombang.
Panjang gelombang partikel menurut De Broglie :
Ket:
𝜆𝑑𝑏 = panjang gelombang partikel (m)
ℎ ℎ m = massa partikel (kg)
𝜆𝑑𝑏 = =
𝑚𝑣 𝑝 v = kecepatan partikel (m/s)
ℎ ℎ p = momentum partikel (kg.m/s)
𝜆𝑑𝑏 = =
√2 𝐸𝑘 𝑚 √2 𝑄 Δ𝑉 𝑚 Ek = energi kinetik (J)
Q = muatan partikel (C)
Δ𝑉 = beda potensial (Volt)
Catatan :
𝜆𝑑𝑏 = 𝜆𝑑𝑒 𝑏𝑟𝑜𝑔𝑙𝑖𝑒 ∶ 𝜆𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛 → momentum elektron
𝜆 = 𝜆𝑓𝑜𝑡𝑜𝑛 ∶ 𝜆𝑐𝑎ℎ𝑎𝑦𝑎 → momentum foton
g. Produksi Sinar X
1 𝑐
𝐸𝑘 = 𝑚 𝑣 2 = 𝑄 Δ𝑉 = ℎ 𝑓 = ℎ
2 𝜆
2ℎ𝑐 ℎ𝑐
𝜆= 2
=
𝑚𝑣 𝑄 Δ𝑉
41
adalah 0,06 N/m, maka berapakah kenaikan unsur hara dalam pipa
kapiler?
(ρunsur hara = 1200 kg/m3 )
Jawaban:
Dik :
𝛾 = 0,06 N/m
𝜃 = 30𝑜
ρunsur hara = 1200 kg/m3
g = 9,8 m/s 2
𝑟 = 0,3 . 10−3 𝑚
Dit : h?
2 𝛾 cos 𝜃
ℎ=
𝜌𝑔𝑟
2 𝑥 0,06 𝑥 cos 30𝑜
𝒉= = 𝟎, 𝟎𝟐𝟗𝟓 𝒎
1200 𝑥 9,8 𝑥 0,3 𝑥 10−3
Jawaban :
1 1 1 1 1 1 1 15 + 12 + 20 47
= + + = + + = =
𝑅𝑝 𝑅2 𝑅3 𝑅4 4 5 3 60 60
60
𝑹𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝑅1 + 𝑅𝑝 + 𝑅5 = 3 + + 6 = 𝟏𝟎, 𝟐𝟕𝟕 𝛀
47
42
3. Sept’ 15 Alat pemanas listrik yang memiliki daya 3000 watt dan tegangan 220 volt,
Sept’ 14 dihubungkan ke suatu sumber listrik bertegangan 220 volt melalui kawat
berhambatan 2 Ω. Berapakan hilai tegangan nyata alat pemanas listrik
tersebut?
Jawaban :
Ingat! Besaran yang tetap dari alat pemanas listrik adalah nilai
hambatannya (RA)
Ingat! Hambaran kawat (RA) dan hambatan alat pemanas listrik (RA)
tersusun secara seri
𝑉𝐴2 2202
𝑅𝐴 = = = 16,133 𝛺
𝑃𝐴 3000
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅𝐴 + 𝑅𝑘 = 16,133 + 2 = 18,132 𝛺
𝑉𝑠 220
𝑖𝑠 = = = 12,133 𝐴
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 18,133
𝑽𝑨𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 = 𝑖𝑠 𝑅𝐴 = 12,33 𝑥 16,133 = 𝟏𝟗𝟓, 𝟕𝟒𝟐 𝑽𝒐𝒍𝒕
4. Juli’15 Cerimn cekung memiliki titik fokus 15 cm. Dimanakah benda harus
Juni’12 diletakkan di depan cermin agar bayangan yang terbentuk nyata dan lebih
besar tiga kali dari bendanya?
Jawaban :
Ingat! Untuk cermin cekung, jika bayangan yang terbentuk berada di
depan cermin maka bayangan bersifat nyata.
43
2. Hitung jarak benda (S)
1 1 1
= +
𝑓 𝑆′ 𝑆
1 1 1 4
= + =
15 3 𝑆 𝑆 3 𝑆
𝑺 = 𝟐𝟎 𝒄𝒎
5. Juli’14 Setetes minyak milikian 5.10-12 kg ditahan dalam medan listrik dengan
potensial senilai 14. 104 (1e = 1,6.10-19 C).
Tentukan berapa banyak elektron yang diperlukan untuk menahan tetesan
minyak tersebut!
Nb : Sepertinya soal kurang data (yaitu jarak antar pelat (d)).
Untuk menyelesaikan soal, maka dibuat asumsi bahwa jarak antar pelat
adalah 10 mm.
Jawaban :
Percobaan milikian dilakukan untuk mengukur muatan listrik elektron
dengan cara menyeimbangkan gaya gravitasi dan gaya listrik pada suatu
tetes kecil minyak yang berada di antara dua buah pelat electrode.
𝐹𝑐 = 𝐹𝑔
𝑄𝑥𝐸 =𝑚𝑥𝑔
𝑉
(𝑛 𝑒 )𝑥 ( ) = 𝑚 𝑥 𝑔
𝑑
𝑚𝑥𝑔𝑥𝑑
𝑛=
𝑉𝑥𝑒
(5 𝑥 10−12 )𝑥 (9,8)𝑥 (10−2 )
𝑛=
(14 𝑥 104 )𝑥 (1,6 𝑥 10−19 )
𝒏 = 𝟐𝟏, 𝟖𝟕𝟓 𝒆𝒍𝒆𝒌𝒕𝒓𝒐𝒏 ≈ 𝟐𝟐 𝒆𝒍𝒆𝒌𝒕𝒓𝒐𝒏
44
Jawaban :
1. Hitung R total
𝑅𝑠 = 15 + 20 = 35𝛺
35 𝑥 10
𝑅𝑃 = = 7,778 𝛺
35 + 10
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 5 + 7,778 = 12,778 𝛺
2. Hitung i total
𝑉 20
𝑖𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = = = 1,565 𝐴
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 12,778
3. Hitung i lewat hambatan 10 Ω
𝑉𝐴𝑏 = 𝑉𝑎𝑏
𝑅𝑆 (𝑖𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑖10 ) = 10 𝑖10
35(1,565 − 𝑖10 ) = 10 𝑖10
54,775
𝒊𝟏𝟎 = = 𝟏, 𝟐𝟏𝟕 𝑨
45
7. Sept’14 Sebuah benda diletakkan di depan lensa cembung dengan fokus 30 cm.
Bayangan yang terbentuk nyata, berada pada jarak 2,4 m dari lenda, dan
memiliki tinggi 4,2 cm.
Berapakah tinggi benda?
Jawaban :
Dik :
f = +30 cm (positif karena lensa cembung)
bayangan bersifat : nyata, di belakang lenda, dan terbalik
s’ = +2,4m
h’ = -4,2 cm
45
𝑆′
𝑀= −
𝑆
240
𝑀= − = −7
34,286
(tanda negative menunjukkan bahwa bayangan benda adlaah nyata dan
terbalik)
8. Sept’14 Jika sebuah benda bermassa 42 kg dengan densitas 1300 kg/m3 tenggelam
saat berada dalam air, maka besarnya gaya apung yang bekerja pada benda
sebesar …
Jawaban :
Ingat! Kondisi benda tenggelam : 𝑊𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 > 𝐹𝐴
1. Hitung volume benda yang tercelup (Vbc)
𝑚𝑏 42
𝑉𝑏𝑐 = = 𝑚3
𝜌𝑏 1300
2. Hitung gaya apung yang bekerja pada benda (FA)
𝑘𝑔 𝑚 42
𝑭𝑨 = (1000 3
) (9,8 2 ) ( 𝑚3 ) = 𝟑𝟏𝟔, 𝟔𝟏𝟓 𝑵
𝑚 𝑠 1300
9. Sept’14 Diketahui R1= 2Ω dan R2= 4 Ω dipasang secara paralel. Dengan kuat arus
total yang mengalir sebesar 2 A, maka hitung tegangan total yang bekerja
pada rangkaiain tersebut!
Jawaban :
Ingat! Rangkaian paralel : V sama, i beda
46
1. Hitung kuat arus yang mengalis pada R1, ii
𝑉𝑎𝑏 = 𝑉𝑎𝑏
𝑖1 𝑅1 = (2 − 𝑖1 )𝑅2
𝑖1 = 4 (2 − 𝑖1 )
8 4
𝑖1 = 𝐴; 𝑖2 = 𝐴
6 6
2. Hitung tegangan pada rangkaiain tersebut
8 𝟖
𝑽𝒂𝒃 = 𝑖1 𝑅1 = 𝑥 2 = 𝑽𝒐𝒍𝒕 = 𝟐, 𝟔𝟔𝟕 𝑽𝒐𝒍𝒕
6 𝟑
10. Maret’13 Suat balon udara dengan r = 15 m (asumsikan bulat sempurna), massa 200
kg, diisi dengan gas helium (massa jenis helium 0,16 kg/m 3). Apabila
massa jenis udara ambien 1,25 kg/m3, berapa beban maksimum yang bisa
diangkat oleh balon tersebut?
Jawaban :
Ingat! Beban maksimum dicapai saat resultan sebuat gaya yang bekerja
pada benda sama dengan Nol (Hk. Newton I)
∑ 𝐹𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = ∑ 𝐹𝑎𝑡𝑎𝑠
𝑊𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 + 𝑊𝑏𝑎𝑙𝑜𝑛 = 𝐹𝐴
𝑊𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 + 𝜌ℎ𝑒 𝑔 𝑉𝑏𝑎𝑙𝑜𝑛 = 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑔 𝑉𝑏𝑎𝑙𝑜𝑛
4
𝑊𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = (𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 − 𝜌ℎ𝑒 ) 𝑔 ( 𝜋𝑅3 )
3
4
𝑊𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = (1,25 − 0,16)𝑥 9,8 𝑥 ( 𝜋153 )
3
𝑾𝒃𝒆𝒏𝒅𝒂 = 𝟏𝟓𝟏 𝟎𝟏𝟑, 𝟐𝟏𝟕 𝑵 = 𝟏𝟓𝟏, 𝟎𝟏𝟑 . 𝟏𝟎𝟑 𝑵
11. Maret’13 Pada suatu interferensi gelombang electromagnet, berapa beda fasa yang
dibutuhkan agar resultan gelombang saling meniadakan (nol)?
47
Jawaban :
Interferensi destruktif/ meniadakan :
1
Δ𝜑 = 𝑛 +
2
n = bilangan cacah (0, 1, 2, 3, …)
Jawaban :
𝐼 𝐼
𝐴 = − log ( ) → = 10−𝐴
𝐼0 𝐼0
𝑰
= 10−𝐴 = 10−0,3 = 𝟎, 𝟓𝟎𝟏
𝑰𝟎
13. Maret’13 Suatu motor listrik diketahui memiliki tegangan 12 V, kuat arus 1,625 A,
mengangkut beban 2 kg sejauh 2 m selama 4 detik.
Berapakah efisiensi motor listrik tersebut?
Jawaban :
𝜂𝐸𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝐸𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑘
𝐸𝑚𝑒𝑘𝑎𝑛𝑖𝑘
𝜂=
𝐸𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘
𝑚𝑔𝑠 2 𝑥 9,8 𝑥 2
𝜼= = 𝑥 100% = 𝟓𝟎, 𝟐𝟓𝟔%
𝑉𝑖𝑡 12 𝑥 1,625 𝑥 4
14. Sept’12 Sebuah benda ditimbang di udara beratnya 100 N, sedangkan di air
beratnya 93 N. Apabila diketahui densitas udara, air, dan bensin berturut-
turut 1,3 kg.m3; 1000 kg/m3; dan 700 kg/m3, berapakah berat benda di
bensin?
Jawaban :
Kasus ini sama dengan kasus tenggelam.
48
Resultan gaya yang bekerja pada benda tidak sama dengan Nol.
Nilai resultan gaya itu merupakan nilai berat benda dalam fluida.
𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 < 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑠𝑖𝑛 < 𝜌𝑎𝑖𝑟 → 𝐹𝐴 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 < 𝐹𝐴 𝑑𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑠𝑖𝑛 < 𝐹𝐴 𝑑𝑖 𝑎𝑖𝑟 →
𝑊𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 > 𝑊𝑑𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑠𝑖𝑛 > 𝑊𝑑𝑖 𝑎𝑖𝑟
1. Tinjau resultan gaya yang bekerja pada benda saat berada dalam udara
2. Tinjau resultan gaya yang bekerja pada benda saat berada dalam air
Terbukti bahwa : Wdi udara (100 N) > Wdi bensin (95,103 N) > Wdi air (93 N)
49
15. Juni’ 12 Suatu teropong bintang dengan lensa okuler bertitik api 10 cm. Jarak lensa
okuler dengan lensa objektif 2,1 m. Berapakah perbesaran teropong
tersebut?
Jawaban :
1. Hitung titik api/ fokus lensa objektif (fob)
𝑑 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
210 𝑐𝑚 = 𝑓𝑜𝑏 + 10 𝑐𝑚
𝑓𝑜𝑏 = 200 𝑐𝑚
2. Hitung perbesaran (angular) teropong bintang
𝑓𝑜𝑏
𝑀𝑎 =
𝑓𝑜𝑘
200
𝑴𝒂 = = 𝟐𝟎
10
Jawaban :
1 1 1
= +
𝑓𝑔𝑎𝑏 𝑓1 𝑓2
𝑃𝑔𝑎𝑏 = 𝑃1 + 𝑃2
1 1 10 10
𝑷𝒈𝒂𝒃 = + = + = 𝟏𝟓 𝒅𝒊𝒐𝒑𝒕𝒓𝒊
0,1 0,2 1 2
17. Juni’11 Diketahui panjang dawai 75 cm dan frekuensi bunyi 500 Hz. Berapakan
kecepatan rambat bunyi tersebut?
Jawaban :
Pada dawai :
1
𝑙= 𝜆 → 𝜆 = 2𝑙
2
𝑣 = 𝜆𝑓 = 2 𝑙 𝑓
𝒎
𝑣 = 2 𝑥 0,75 𝑥 500 = 𝟕𝟓𝟎
𝒔
50
18. Juni’11 Diketahui rangkaiain sebagai beikut.
Jika nilai tegangan jebit ab (Vab) sebesar 220 V, berapakah kuat arus yang
mengalir?
Jawaban :
𝑅𝑠 = 6 + 8 = 14 𝛺
1 1 1 14 𝑥 10
= + → 𝑅𝑝 = = 5,833 𝛺
𝑅𝑝 14 10 14 + 10
𝑉𝑎𝑏 220
𝒊𝒂𝒃 = = = 𝟑𝟕, 𝟕𝟏𝟔 𝑨
𝑅𝑝 5,833
Jawaban :
Ingat! Pada lampu, nilai besaran yang tetap adalah hambatan ®
Ingat! Pemasangan instalansi listrik di pabrik biasanya paralel untuk
mengantisipasi putusnya aliran listrik.
1. Hitung Rlampu
2
𝑉𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 2202
𝑅𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 = = = 96,8 𝛺
𝑃𝑙𝑎𝑝𝑢 500
2. Hitung Rpabrik
51
2
𝑉𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 102
𝑅𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 = = = 2.10−3 𝛺
𝑃𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 50000
3. Hitung jumlah lampu (n)
𝑅𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢
𝑅𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 =
𝑛
𝑅𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 96,8
𝒏= = = 𝟒𝟖 𝟒𝟎𝟎 𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒎𝒑𝒖
𝑅𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 2. 10−3
52