TK2012
Kontributor :
Adi Theodosius S 13012115
TK2013
Kontributor :
Muhammad Ghazi Satrio 13013078
TK2014
Kontributor :
Vicky Wijaya 13014075
TK2018
Kontributor :
Hanif Muhammad Dhiya Ulhaq 13018019
Shanna Yunita Sinaga 13018056
TK2019
Kontributor :
Farhansyah Yusuf Putra Hudaya 13019075
TK2020
Kontributor :
Abhista Sabian Tobi 13020081
1
Daftar Isi
b. Viskositas Dinamik....................................................................................... 7
e. Kapilaritas ..................................................................................................... 9
a. Tekanan ...................................................................................................... 12
b. Konsep Head............................................................................................... 12
2
d. Aliran dalam Penampang tidak Bundar ...................................................... 20
e. Dimensi Pipa............................................................................................... 21
a. Friksi ........................................................................................................... 30
f. NPSH .......................................................................................................... 39
j. Blower ........................................................................................................ 40
a. Kompresor .................................................................................................. 42
3
b. Kompresi dan Daya Kompresor ................................................................. 43
b. Filtrasi ......................................................................................................... 60
4
c. Korelasi Viskositas dengan Shear Stress.................................................... 67
a. Bilangan Power........................................................................................... 72
c. Baffle .......................................................................................................... 73
5
Mind Map Besaran dan Sifat Fluida
6
I. Besaran dan Sifat Fluida
a. Densitas dan Specific Gravity
• Densitas merupakan massa (m) per satuan volume (V). Densitas dinyatakan
sebagai berikut,
𝑚
𝜌=
𝑉
Densitas fluida bergantung pada kondisi tekanan dan temperatur. Hubungan
antara tekanan, temperatur, dan densitas dapat dinyatakan dengan
persamaan keadaan. Formula dari densitas jika dinyatakan dengan
persamaan gas ideal dinyatakan sebagai berikut,
𝑃. 𝑀𝑟
𝜌=
𝑅. 𝑇
• Volume Spesifik merupakan besaran yang berbanding terbalik dengan
densitas, yaitu volume per satuan massa. Volume spesifik dinyatakan
sebagai berikut,
𝑉 1
𝑣= =
𝑚 𝜌
• Specific Gravity merupakan perbandingan antara densitas suatu zat dengan
densitas zat standar pada kondisi tertentu. Specific Gravity dinyatakan
sebagai berikut,
𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎
𝑆𝐺 = ( )
𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑇,𝑃
• Pada fluida berjenis minyak bumi, besaran yang sering digunakan adalah
API gravity. Formula dari API gravity dinyatakan sebagai berikut,
141,5
°𝐴𝑃𝐼 = − 131,5
𝑆𝐺
b. Viskositas Dinamik
Viskositas merupakan besaran yang menunjukkan kemudahan suatu fluida untuk
mengalir ketika mengalami deformasi kontinu akibat terkena shear stress.
Sifat viskositas pada fluida gas di antaranya, yaitu:
• Berkaitan dengan gesekan antarmolekul
• Semakin tinggi temperatur maka viskositas semakin tinggi
Sifat viskositas pada fluida cair di antaranya, yaitu:
7
• Berkaitan dengan gesekan antarmolekul
• Semakin tinggi temperatur maka viskositas semakin rendah
Viskositas dinamik/absolut (𝜇) dapat ditentukan dengan menentukan gradien pada
kurva laju deformasi fluida terhadap shear stress. Satuan dari viskositas dinamik
adalah Poise (dengan 1 Poise = 0,1 kg.m-1.s-1). Viskositas dinamik dari air pada
temperatur ruang (25oC) adalah 0,0091 Poise.
c. Viskositas Kinematik
Viskositas kinematic (𝑣) merupakan rasio antara viskositas dinamis dengan
densitas sesuai dengan persamaan berikut,
𝜇 𝑐𝑚2
𝑣= (𝑠𝑡𝑜𝑘𝑒𝑠 = )
𝜌 𝑠
d. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan merupakan fenomena tertariknya molekul cairan di
permukaan akibat ketidakseimbangan gaya tarik yang dialaminya (gaya tarik
8
molekul udara di atas permukaan lebih kecil daripada gaya tarik molekul cairan di
bawah permukaan). Tegangan permukaan dinyatakan sebagai berikut,
𝐹
𝜎𝑠 =
2𝑏
e. Kapilaritas
Kapilaritas merupakan peristiwa naik atau turunnya zat cair pada pipa kapiler
akibat tegangan permukaan pada cairan. Kenaikan cairan (h) akibat efek kapilaritas
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut,
2𝜎𝑠
ℎ= 𝑐𝑜𝑠𝜙
𝜌𝑔𝑅
Kapilaritas dipengaruhi oleh gaya adhesi dan kohesi. Kekuatan efek kapilaritas
dapat ditentukan dengan memperhatikan sudut kontak (𝜙), yaitu sudut yang
terbentuk antara permukaan pipa kapiler dengan cairan yang berkontak. Cairan
disebut membasahi permukaan jika 𝜙 < 90° sedangkan disebut tidak membasahi
permukaan jika 𝜙 > 90°.
Zat Gas
Zat Cair
g. Contoh Soal
Minyak memiliki nilai specific gravity 0,9. Berapakah nilai API-nya. ?
141,5
𝐴𝑃𝐼 = − 131,5 = 25,72
0,9
10
Mind Map Fluida Statik
11
II. Fluida Statik
Fluida dikatakan statik (diam) apabila tidak ada shear force yang bekerja pada fluida
tersebut.
a. Tekanan
Tekanan merupakan besaran yang berpengaruh terhadap fluida statik. Tekanan
dapat didefinisikan sebagai gaya normal yang diberikan fluida pada bidang kerja
per satuan luas. Formula dari tekanan didefinisikan sebagai berikut,
𝐹
𝑃=
𝐴⊥
b. Konsep Head
Di dunia industri, terkadang seorang engineer menyebut istilah tekanan dalam satuan
ketinggian. Engineer tersebut tidak salah ucap karena yang digunakan adalah konsep
12
head. Head merupakan penyebutan tekanan hidrostatik fluida inkompresibel dalam
satuan ketinggian.
c. Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan yang dimiliki fluida statik pada kedalaman
tertentu. Tekanan hidrostatik pada suatu titik A dapat dinyatakan sebagai berikut,
𝑃𝐴 = 𝜌𝑔ℎ
h: Kedalaman titik
Dalam fluida yang sama, tekanan hidrostatik ̶ pada titik-titik yang memiliki
kedalaman sama ̶ memiliki nilai yang sama juga, terlepas dari bentuk wadah fluida
yang berbeda-beda. Akan tetapi jika terdapat fluida yang berbeda, walaupun
kedalaman dua buah titik sama, tekanan hidrostatik pada kedua titik tersebut
berbeda.
d. Hukum Pascal
Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada fluida dalam ruang
tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah. Persamaan yang menyatakan
hukum pascal adalah sebagai berikut,
13
𝑃1 = 𝑃2
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,5𝜌𝑔𝑊𝐷 2
W: Lebar tanggul
D: Ketinggian air
14
1
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝜌𝑔ℎ3
6
h: Ketinggian air
L: Lebar tanggul
15
apung (Fb) nilainya sama dengan gaya berat dari fluida yang dipindahkan, yaitu
sebagai berikut
𝐹𝑏 = 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑔𝑉𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
Total dari gaya yang bekerja pada benda dalam fluida, yaitu sebagai berikut
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐹𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 − 𝐹𝑏
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑔𝑉𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 − 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑔𝑉𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = (𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 − 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 )𝑔𝑉𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝
Keadaan benda dalam fluida dapat ditentukan dengan Hukum Archimedes, yaitu:
• Jika 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 < 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 maka benda akan terapung
• Jika 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 maka benda akan melayang dalam fluida
• Jika 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 > 𝜌𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 maka benda akan tenggelam
• Manometer
Manometer merupakan alat untuk
mengukur beda tekan antara dua titik
berupa tabung U yang terhubung
pada suatu wadah. Perhitungan yang
digunakan memiliki prinsip
kesamaan tekanan pada dua titik
dengan kedalaman sama, yaitu
𝑃2 = 𝑃1
𝑃2 = 𝑃𝑎𝑡𝑚 + 𝜌𝑔ℎ
16
• Tekanan pada lapisan fluida
Pada fluida berlapis, tekanan pada suatu titik
merupakan penjumlahan dari tekanan yang
disebabkan oleh lapisan-lapisan fluida di
atasnya.
𝑃1 = 𝑃𝑎𝑡𝑚 + 𝜌1 𝑔ℎ1 + 𝜌2 𝑔ℎ2 + 𝜌3 𝑔ℎ3
h. Contoh Soal
Sebuah kubus dengan densitas 900 kg/m3 dan panjang sisi 0,15 m mengapung diam di
permukaan air. Berapa nilai presentase fluida celupnya ?
Jawab :
29,7675 - 9800Vcelup = 0
17
Mind Map Fluida Dinamis
18
III. Fluida Dinamis
Fluida dikatakan dalam kondisi bergerak (dinamis) jika mengalami deformasi kontinu.
Gaya yang bekerja pada fluida dinamis, yaitu:
• Tensile force (menarik fluida)
• Shear force (menggeser fluida)
• Compression forca (menekan fluida)
• Friction force (menghambat fluida)
a. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds digunakan untuk menentukan rejim/pola aliran fluida di dalam
suatu pipa. Bilangan tersebut menyatakan perbandingan antara gaya inersia
terhadap gaya viscous. Formula untuk menentukan bilangan Reynolds adalah
sebagai berikut,
𝜌𝐷𝑈 𝐷𝑈 𝐷𝐺
𝑁𝑅𝑒 = = =
𝜇 𝑣 𝜇
D: Diameter pipa
U: Laju alir linear
G: Flux massa fluida
v: Viskositas kinetik fluida
Rejim aliran dapat ditentukan dengan melihat bilangan Reynolds yang telah
ditentukan seperti pada tabel berikut:
Bilangan Reynolds Rejim Aliran
<2000 Laminar
2000-4000 Transisi
>4000 Turbulen
b. Rejim Laminar
Rejim aliran laminar memiliki pola garis
lurus yang sejajar dengan permukaan
saluran. Rejim ini terjadi pada laju alir yang
rendah. Laju alir fluida di dinding (Udinding)
19
bernilai 0 sedangkan laju alir fluida di titik
pusat aliran (Ucenterline) bernilai maksimum.
Beberapa rumus kecepatan fluida di air laminar di antaranya, yaitu:
Profil Kecepatan Kecepatan Maksimum Kecepatan Rata-rata
𝑅2 − 𝑟 2 𝑑𝑝 𝑅2 𝑑𝑝 𝑢̅ = 0,5𝑢max
𝑢(𝑟) = (− ) 𝑢max = (− )
4𝜇 𝑑𝐿 4𝜇 𝑑𝐿
c. Rejim Turbulen dan Peralihan
Pola alirannya rejim turbulen adalah
pusaran. Rejim ini terjadi pada laju alir
tinggi.
20
Diameter Hidraulik Pipa Anulus:
e. Dimensi Pipa
Dalam kenyataannya di industri, ukuran pipa dinyatakan dalam schedule number
(SN). Beberapa data schedule number tertera pada tabel berikut.
21
Tidak jarang pula dalam soal hanya diketahui diameter luar dan ketebalan pipa saja.
Digunakan rumusan berikut untuk mencari diameter dalam pipa.
Lebih lanjut, jika tidak ada reaksi pada kondisi tunak maka persamaan menjadi:
“Laju alir masuk – laju alir keluar = 0”
Dari persamaan tersebut dikenal azas kontinuitas:
𝑚̇1 − 𝑚̇2 = 0
𝑚̇1 = 𝑚̇2
𝜌1 𝐴1 𝑢1 = 𝜌2 𝐴2 𝑢2
22
h. Persamaan Bernoulli
Pada aliran fluida ideal, tidak ada energi masuk dan kerja yang dilakukan oleh
system. Neraca Energi aliran fluida ideal dituliskan dalam persamaan Bernoulli
yang memiliki komponen Energi Tekanan, Energi Potensial, dan Energi
Kinetik.
𝑃𝑎 𝑣𝑎2 𝑃𝑏 𝑣𝑏2
+ 𝑔𝑧𝑎 + = + 𝑔𝑧𝑏 +
𝜌𝑎 2 𝜌𝑏 2
Jika setiap suku pada persamaan Bernoulli dibagi dengan gravitasi, maka akan
menjadi Head Fluida sebagai berikut:
𝑃𝑎 𝑣𝑎2 𝑃𝑏 𝑣𝑏2
+ 𝑧𝑎 + = + 𝑧𝑏 +
𝜌𝑎 𝑔 2𝑔 𝜌𝑏 𝑔 2𝑔
23
• Diffuser
Hubungan beda tekan dengan
kecepatan linear:
1 2 𝐷1 4
𝑝2 − 𝑝1 = 𝜌𝑢1 [1 − ( ) ]
2 𝐷2
Dengan 𝑝2 > 𝑝1 𝑑𝑎𝑛 𝑢2 < 𝑢1
• Reducer
Hubungan beda tekan dengan
kecepatan linear:
1 2 𝐷2 4
𝑝1 − 𝑝2 = 𝜌𝑢2 [1 − ( ) ]
2 𝐷1
Dengan 𝑝2 < 𝑝1 𝑑𝑎𝑛 𝑢2 > 𝑢1
• Sudden Enlargement
Hubungan beda tekan dengan
kecepatan linear:
2(𝑝2 − 𝑝1 )
𝑢2 = 𝑐𝑑
√ 𝐷 4
𝜌 [1 − (𝐷1 ) ]
2
24
• Sudden Contraction
Hubungan beda tekan dengan kecepatan
linear:
2(𝑝1 − 𝑝2 )
𝑢2 = 𝑐𝑐
√ 𝐷 4
𝜌 [1 − (𝐷2 ) ]
1
2(𝑝1 − 𝑝2 )
𝑣 = 𝑐𝑝 √( )
𝜌
25
2. Orificemeter
Ilustrasi dan persamaan untuk menentukan laju alir linear fluida
menggunakan orificemeter adalah sebagai berikut:
2(𝑝1 − 𝑝2 )
𝑣2 = 𝑐𝑑 √
𝜌(1 − 𝛽 4 )
3. Venturimeter
Ilustrasi dan persamaan untuk menentukan laju alir linear fluida
menggunakan venturimeter adalah sebagai berikut:
𝑐𝑣 2(𝑝1 − 𝑝2 )
𝑣2 = √
4 𝜌
√1 − (𝐷2 )
𝐷1
26
4. Rotameter
Rotameter adalah alat pengukur laju alir fluida yang menggunakan prinsip
gaya apung. Ilustrasi dari Rotameter adalah sebagai berikut,
k. Contoh Soal
27
Karena nilai densitas sama, maka perumusan dapat disederhanakan menjadi :
.(Q. A)1 – (Q.A)2 + (Q.A)3 = 0
.(Q.A)1+ (Q.A)3
U2 = = 6,47 m/s
(Q.A)2
28
Mind Map Kebutuhan Energi pada Fluida Nyata
29
IV. Kebutuhan Energi pada Aliran Fluida Nyata
Pada aliran fluida nyata, persamaan Bernoulli tidak dapat digunakan. Hal ini
disebabkan karena pada sifat fluida nyata, yaitu:
a. Friksi
Gaya friksi terjadi akibat kontak fluida dengan permukaan dinding pipa. Energi
panas friksi (Ef) yang dihasilkan dari gaya friksi (Ff) dikali jarak tempuh fluida
(Δ𝑥) sebagai berikut:
𝐸𝑓 = 𝐹𝑓 Δ𝑥
Energi tersebut dapat dinyatakan sebagai laju panas friksi (𝐸𝑓̇ ) sebagai berikut,
𝐹𝑓 (Δ𝑥)
𝐸𝑓̇ = = 𝐹𝑓 𝑢𝑥
Δ𝑡
Laju panas friksi per laju alir massa (ef) lebih lanjut dapat didefinisikan sebagai
berikut,
𝐸𝑓̇ Δ𝑝𝑓
𝑒𝑓 = =−
𝑚̇ 𝜌
30
Pada dinding pipa, panas friksi dinyatakan sebagai berikut,
𝐿 𝜏𝑤
𝑒𝑓 = 4
𝐷 𝜌
Δ𝑝 𝑢2
𝑔Δ𝑧 + + Δ ( ) = 𝑤𝑠 − 𝑒𝑓
𝜌 2
b. Faktor Friksi
Untuk memudahkan perhitungan, Moody/Darcy mengubah persamaan panas friksi
menjadi sebagai berikut
𝐿 1 2 𝐿1 2
𝑒𝑓 = 4 𝑓𝐹 𝑢 = 𝑓𝑀 𝑢
𝐷 2 𝐷2
Dengan ff merupakan faktor friksi Fanning dan fM adalah faktor friksi Moody,
𝜏𝑤
𝑓𝐹 =
1 2
2 𝜌𝑢
𝑓𝑀 = 4𝑓𝐹
31
Untuk lebih memudahkan penentuan faktor friksi, digunakan grafik berikut:
Korelasi antara faktor friksi dengan konstanta fitting adalah sebagai berikut,
𝐿𝑒
𝐾𝐿 = 4𝑓𝐹
𝐷
32
Beberapa nilai kontanta fitting disajikan pada tabel berikut,
• Jalur pipa terdiri dari N2 segmen pipa lurus berdiameter D2 yang dipasangi
fitting dengan jumlah M2. Turun tekan untuk sistem perpipaan ini, yaitu
𝑁2 𝑀2
𝐿𝑒𝑗 1 2 1 2
𝑒𝑓𝐷1 = ∑4 𝑓𝐹2 𝑢𝐷2 + ∑ 𝐾𝐿𝑗 𝑢𝐷2
𝐷2 2 2
𝑗=1 𝑗=1
33
1 2
𝑒𝑓 𝐷1→𝐷2 = 𝐾𝐿 𝑢𝐷1
2
• Panas friksi total, yaitu
𝑒𝑓𝑡 = 𝑒𝑓𝐷1 + 𝑒𝑓𝐷2 + 𝑒𝑓 𝐷1→𝐷2
• Beda tekan antara inlet (titik 1) ke outlet (titik 2) dari gabungan sistem
perpipaan tesebut, yaitu
𝑝1 − 𝑝2 1 2
= (𝑢2 − 𝑢12 ) + 𝑔(𝑧2 − 𝑧1 ) + 𝑒𝑓𝑡
𝜌 2
𝑓𝑛𝑐𝐹 = 𝑘𝑛𝑐 𝑓𝐹
34
Mind Map Pompa dan Blower
35
V. Pompa dan Blower
a. Fungsi Pompa dan Blower
Pompa Blower
• Menyuplai energi secara kontinu • Mengalirkan fluida gas
supaya fluida cair dapat terus • Kompensasi energi yang hilang
mengalir karena friksi
• Menyumplai energi diperlukan • Mengubah ketinggian, tekanan,
untuk mengompensasi hilang-nya dan kecepatan aliran gas
energi akibat friksi • Kenaikan tekanan gas akibat
• Menaikkan tekanan, kecepatan, blower dapat dianggap cukup
dan/atau ketinggian cairan kecil (incompressible)
b. Jenis-jenis Pompa
1. Pompa Sentrifugal
36
2. Pompa Positif Dispacement
Macam-macam pompa positif displacement, yaitu:
• Rotary Pump
Pompa jenis ini menggerakan caira dengan cara rotasi gigi di dalam ruang
pompa.
• Reciprocating Pump
37
• Persamaan energi aliran fluida:
𝑃1 𝑣12 𝑃2 𝑣22
+ 𝑔𝑧1 + = + 𝑔𝑧2 + − 𝑤𝑝 + 𝑒𝑓
𝜌 2 𝜌 2
2
𝑝𝑑 − 𝑝𝑠 Σ𝐿𝑒𝑠 + Σ𝐿𝑒𝑑 1 4𝑉̇
ℎ𝑝𝑜 = 𝑧𝑑 − 𝑧𝑠 + + 2𝑓 [ ] ( 2)
𝜌𝑔 𝐷 𝑔 𝜋𝐷
persamaan menjadi,
38
ℎ𝑝𝑜 = 𝑎 + 𝑏𝑉̇ 2
Persamaan kuadrat tersebut merupakan persamaan dari kurva operasi pompa yang
ilustrasinya adalah sebagai berikut,
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan bahwa head maksimum yang dapat dicapai
oleh sebuah pompa adalah saat kurva operasi pompa berpotongan dengan kurva
performa kompa.
f. NPSH
Pada operasi pompa, tidak boleh ada gas atau uap yang mengalir agar tidak terjadi
kavitasi. Untuk menentukan ada tidaknya gas yang akan terbentuk dari suatu
pompa, digunakanlah NPSH. Jika nilai NPSH positif, tidak akan ada gas yang
terbentuk dan cairan pun dapat dipompa.
Penentuan NPSH pada berbagai kasus adalah sebagai berikut,
39
i. Daya pada Pompa
Dengan asumsi: tekanan suction = p3 dan tekanan discharge = p4; diameter suction
dan discharge sama; serta ketinggian suction (z3) sama dengan discharge (z4),
energi yang diterima cairan dari pompa adalah sebagai berikut,
𝑝4 − 𝑝3
𝑊𝑠 =
𝜌
𝑝4 − 𝑝3
ℎ𝑝 =
𝜌𝑔
Daya yang diberikan oleh pompa terhadap cairan adalah sebagai berikut,
𝑊̇𝑠
𝜂𝑝 =
𝑊̇𝑝
𝑊̇𝑝 : Daya listrik yang digunakan
j. Blower
Blower memiliki bagian bergerak yang disebut fan atau impeller. Blower
mengambil udara dari bagian suction lalu kemudian dibuang pada bagian
discharge.
Daya yang dihasilkan dari blower adalah sebagai berikut,
𝑊̇𝑁𝐵 = 𝑉𝑔̇ (𝑝4 − 𝑝3 )
𝑝3 : Tekanan suction
𝑝4 : Tekanan discharge
𝑉𝑔̇ : Laju alir volumetrik gas
40
Mind Map Aliran Fluida Kompresibel
41
VI. Aliran Fluida Kompresibel
a. Kompresor
Kompresor memiliki dungsi untuk memperkecil volume gas dan menaikkan
tekanannya (akibatnya temperatur dan densitas gas juga meningkat). Secara garis
besar, kompresor diklasifikasikan menjadi 2 klasifikasi besar berdasarkan jenis
alirannya, yaitu
• Rotary
42
• Kompresor Axial
43
• Rasio tekanan:
𝑝𝑖+1
𝑅𝑝𝑖 =
𝑝𝑖
• Rasio tekanan dijaga konstan:
𝑝2 𝑝3 𝑝4 𝑝𝑖+1
= = =
𝑝1 𝑝2 𝑝3 𝑝𝑖
• Kerja pada kompresi politropik 2 tahap secara umum:
𝑘−1 𝑘−1
𝑘 𝑝2 𝑘 𝑘 𝑝3 𝑘
−𝑤 = ( ) 𝑝1 𝑣1 [( ) − 1] + ( ) 𝑝2 𝑣2 [( ) − 1]
𝑘−1 𝑝1 𝑘−1 𝑝2
44
Nyatanya, setiap kompresor memiliki efisiensi yang diakibatkan oleh kerja rotasi
mekanik (efisiensi mekanik (𝜂𝑚 )) dan proses politropik (efisiensi politropik (𝜂𝑝 )).
Untuk menentukan efisiensi politropik, digunakan persamaan berikut,
𝑘−1
𝑇1 𝑧1 𝑝2 𝑘
𝜂𝑝 = ( )[ ( ) − 1]
𝑇1 + 𝑇2 𝑧2 𝑝1
45
Mind Map Aliran Dua Fasa Gas-Cair
46
VII. Aliran Dua Fasa Gas-Cair
Aliran satu fasa dan dua fasa memiliki perbedaan pada bentuk aliran dan hilang
energinya. Bentuk aliran dua fasa ada 2 macam, yaitu ketika fasa uap lebih dominan
dan ketika fasa cair lebih dominan. Untuk hilang energi, aliran dua fasa memiliki hilang
energi yang lebih besar daripada aliran satu fasa.
sedangkan ilustrasi beragam bentuk aliran dua fasa pada pipa horizontal adalah
sebagai berikut,
47
Penjelasan lebih lanjut mengenai ke-7 bentuk aliran fluida dua fasa adalah sebagai
berikut,
1. Aliran terdispersi (spray flow). Aliran ini terjadi jika fasa cairan berbentuk
butir-butir halus merata yang terbawa mengalir oleh aliran uap. Ukuran butir-
butir cairan harus cukup kecil dan kira-kira sama serta homogen untuk dapat
dikatakan terdispersi. Fasa uap merupakan fasa yang dominan pada aliran ini.
2. Aliran pembuluh (annular flow). Aliran ini terjadi jika fasa cairan membentuk
lapisan tipis di sekitar permukaan dalam pipa, sementara uap mengalir di
bagian tengah pipa pada tingkat laju alir yang lebih tinggi.
3. Aliran bergelembung (bubbly flow). Aliran ini terjadi jika fasa uap berbentuk
gelembung-gelembung merata yang terbawa mengalir oleh aliran cairan. Laju
alir gelembung-gelembung uap kira-kira sama dengan laju alir cairan. Fasa
cair merupakan fasa yang dominan pada aliran ini.
4. Stratified flow. Aliran ini terjadi jika fasa uap terpisah secara jelas dengan fasa
cair dan membentuk dua lapisan, yaitu lapisan cairan di bagian bawah dan
lapisan gas di bagian atas. Di antara kedua lapisan tersebut, terdapat bidang
batas cair-uap yang rata dan mulus.
5. Aliran bergelombang (wave flow). Aliran ini serupa dengan aliran berlapis,
tetapi batas bidang yang terbentuk tidak rata dan mulus, melainkan
bergelombang. Keadaan ini disebabkan oleh aliran uap yang mempengaruhi
aliran cairan sehingga seolah-olah terbentuk gelombang.
6. Aliran sumbat (plug flow). Aliran ini serupa dengan aliran bergelombang,
tetapi cairan lebih memenuhi pipa dibandingkan dengan uap. Dalam keadaan
ini, bagian atas pipa secara bergantian berisi cairan dan uap yang mengalir
seolah-olah berupa sumbatan.
7. Aliran mampat (slug flow). Aliran ini serupa dengan aliran bergelombang,
tetapi gelombang terbentuk secara berkala dan dengan ukuran yang lebih besar
sehingga memenuhi pipa lalu kemudian pecah kembali. Aliran cairan dan uap
sangat terganggu pada bentuk aliran ini sehingga laju alirnya tidak tetap.
48
2. Kecepatan Superfisial Gas (UG) dan Cairan (UL)
𝑄𝑔 𝑄𝐿
𝑈𝐺 = 𝑈𝐿 =
𝐴 𝐴
49
16. Kecepatan Superfisial Gas (UG) dan Cairan (UL) {alternatif rumus}
𝑚𝐺 𝑉𝐺 𝜔𝐺𝑉𝐺 𝑚𝐿 𝑉𝐿 𝜔𝐺𝑉𝐿
𝑈𝐺 = = 𝑈𝐿 = =
𝛼𝐴 𝛼𝐴 (1 − 𝛼)𝐴 (1 − 𝛼)𝐴
50
d. Kecepatan Slip
Besaran-besaran kecepatan bernilai positif bila searah dengan arah pergerakan
gelembung disperse. Jika gelembung gas berukuran seragam dan terdistribusi
merata pada panampang kolom, kecepatan gas (UG) dan cairan (UL) didefinisikan:
𝑄𝐺 𝑄𝐿
𝑈𝐺 = 𝑈𝐿 =
𝛼𝐴 (1 − 𝛼)𝐴
Perbedaan antara kecepatan gas dan cairan disebut kecepatan slip, yaitu:
𝑄𝐺 𝑄𝐿
𝜐𝑠𝑙𝑖𝑝 = 𝑈𝐺 − 𝑈𝐿 = −
𝛼𝐴 (1 − 𝛼)𝐴
Pada kolom aliran searah, 𝑈𝐺 dan 𝑈𝐿 bernilai positif, sedangkan pada aliran yang
berlawana, 𝑈𝐺 bernilai positif dan 𝑈𝐿 bernilai negatif
𝑓𝑊 2
Δ𝑃100 = 0,000336 ( 5 )
𝐷 𝜌
f: faktor gesekan
W: laju alir massa
D: diameter dalam pipa
Untuk menentukan faktor gesekan, bilangan Reynolds harus dihitung terlebih
dahulu dengan persamaan berikut,
𝑊
𝑁𝑅𝑒 = 6,31 ( )
𝐷𝜇
51
Modulus aliran dua fasa (𝜙 2 ) diperkirakan berdasarkan modulus Lochart-
Martinelli menggunakan persamaan atau kurva. Data yang diperlukan untuk bisa
membaca kurva adalah faktor friksi uap (fv) dan cairan (fl) serta X (akar
perbandingan Δ𝑃100 (cair) dan Δ𝑃100 (uap)). Faktor friksi ditentukan dari kurva
faktor friksi dengan data bilangan Reynolds. Untuk menentukan nilai X, digunakan
persamaan berikut,
Δ𝑃100 (𝑐𝑎𝑖𝑟) 𝑊𝑙 2 𝜌𝑣 𝑓𝑙
𝑋2 = = ( ) ( )( )
Δ𝑃100 (𝑢𝑎𝑝) 𝑊𝑣 𝜌𝑙 𝑓𝑣
Setelah menentukan nilai Δ𝑃100 (𝑑𝑢𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎) dengan data Δ𝑃100 (𝑢𝑎𝑝) dan 𝜙 2 ,
hilang tekan total dapat dihitung dengan mengalikan kelipatan panjang setara pipa
sebagai berikut,
𝐿
Δ𝑃 = Δ𝑃100 (𝑑𝑢𝑎 𝑓𝑎𝑠𝑎) × ( )
100
0,046 0,046
𝑓𝑙 = ( 0,2 ) 𝑓𝑣 = ( 0,2 )
𝑁𝑅𝑒 𝑁𝑅𝑒
f. Contoh Soal
Diketahui suatu aliran 2 fasa cair-gas memiliki data fluida sebagai berikut :
52
air Udara
3
Densiitas (kg/m ) 1000 1,1
μ 10 -3
1,7. 10-5
υ 0,073
Fraksi massa 0,7 0,3
Aliran tersebut memiliki laju alir 5 kg/s dan melewati pipa berdiameter 15 cm.
Berapa nilai rejim aliran 2 fasanya.
Petunjuk
• Mencari nilai Q untuk liquid dan gas
• Mencari nilai U untuk liquid dan gas
Jawab : nilai Q dapat dicari dengan rumus :
Qg = Mg/ρg = 0,3. 5/1,1 = 1,36 m3/s
Dengan cara yang sama akan diperoleh Ql = 3,5. 10-3 m/s
Nilai U dapat dicari dengan rumus :
1,36
Ug = Qg / A = 0,25 ×3,14 𝑥 0,152 = 76,96 m/s
53
Mind Map Aliran Fluida Berpadatan
54
VIII. Aliran Fluida Berpadatan
a. Perbedaan Sifat Aliran Fluida dan Padatan
Fluida Partikel Padat
• Mengisi penuh volume ruang • Ada ruang kosong (void fraction)
• Mengalir kontinyu • Mengalir tidak kontinyu
b. Kecepatan Relatif
Perbedaan sifat yang sangat besar antara fluida dan padatan menyebabkan
perbedaan kecepatan. Perbedaan kecepatan tersebut dinyatakan sebagai kecepatan
relatif yang didefinisikan sebagai berikut,
𝑈𝑓𝑝 = 𝑈𝑓 − 𝑈𝑝
𝑈𝑝𝑓 = 𝑈𝑝 − 𝑈𝑓
𝜌|𝑈𝑓 − 𝑈𝑝 |𝑑𝑝
𝑁𝑅𝑒𝑝 =
𝜇
55
Perbedaan tekanan di depan dan belakang partikel padatan menimbulkan gaya seret
atau drag force (FD) sebagai berikut,
2
𝐶𝐷 𝐴𝑝 𝜌𝑢𝑓𝑝
𝐹𝐷 =
2
CD merupakan koefisien seret yang dinyatakan sebagai rasio gaya seret total per
luas terhadap hasil kali densitas dan kecepatan relatif:
𝐹𝐷
𝐶𝐷 = 2
𝑢𝑓𝑝
𝐴𝑝 𝜌 2
• Aliran laminar (NRep < 0,2), gunakan hukum stokes untuk menentukan
koefisien seret partikel bola:
24
𝐶𝐷 =
𝑁𝑅𝑒𝑝
• Pada 𝑁𝑅𝑒𝑝 > 5 × 105 : 𝐶𝐷,𝑏𝑜𝑙𝑎 = 0,20; 𝐶𝐷,𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 =0,33; 𝐶𝐷,𝑑𝑖𝑠𝑘 =1,12
Selain dari aturan di atas, penentuan koefisien seret juga dapat dilakukan dengan
menggunakan kurva berikut,
56
e. Mekanika Gerakan Partikel
Pada sebuah partikel padatan jatuh berkecepatan u, terdapay tiga gaya yang
bekerja, yaitu gaya luar (gravitasi atau sentrifugal), gaya apung, dan gaya seret.
𝑑𝑢
𝑚 = 𝐹𝑒 − 𝐹𝑏 − 𝐹𝐷
𝑑𝑡
2
𝑑𝑢 𝜌𝑝 − 𝜌 𝐶𝐷 𝑢𝑓𝑝 𝜌𝐴𝑝
= 𝑎𝑒 −
𝑑𝑡 𝜌𝑝 2𝑚
percepatan partikel jatuh dalam fluida, didapati kecepatan terminal sebagai berikut:
2𝑔(𝜌𝑝 −𝜌)𝑚
Untuk gaya gravitas, 𝑢𝑡 = √ 𝐴𝑝 𝐶𝐷 𝜌𝜌𝑝
2𝑟(𝜌𝑝 −𝜌)𝑚
Untuk gaya sentrifugal, 𝑢𝑡 = 𝜔√ 𝐴𝑝 𝐶𝐷 𝜌𝜌𝑝
𝜋𝐷𝑝3
Khusus untuk partikel berbentuk bola, m = 𝜌𝑝 dan Ap = 0,25 x 𝜋 x Dp2,
6
4𝑔(𝜌𝑝 − 𝜌)𝐷𝑝
𝑢𝑡 = √
3𝐶𝐷 𝜌
𝑑1 𝜌 −𝜌
= 𝜌1−𝜌 …..(turbulen)
𝑑2 2
58
Mind Map Aplikasi Aliran Fluida Berpadatan
59
IX. Aplikasi Aliran Fluida Berpadatan
a. Ruang Pengendapan Gravitasi
0,5
18𝜇𝑄
𝑑𝑝 = [ ]
𝑔𝑊𝐿(𝜌𝑝 − 𝜌)
b. Filtrasi
Dalam proses filtrasi, partikel akan terpisahkan di atas media penyaring (cake)
sedangkan cairan akan lolos melewati penyaring (filtrat). Berdasarkan arah cairan
terhadap medium filter, proses filtrasi dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
60
permukaan filter akan semakin tebal dan fluks
menurun
2. Cross (Tangential) Flow Filtration
Pada kategori ini, cairan mengalir sejajar/searah
dengan permukaan filter. Kategoti ini dipilih
untuk mengurangi cake yang terbentuk.
Kinerja proses Filtrasi Konvensional dapat dianalisis menggunakan Hukum Darcy:
1 𝑑𝑉 Δ𝑝
=
𝐴 𝑑𝑡 𝜇0 𝑅
V adalah volume filtrat, A adalah luas permukaan filtrasi, Δ𝑝 adalah beda tekan
dan R adalah tahanan total proses filtrasi, yaitu tahanan medium (Rm) ditambah
dengan tahanan cake Rc.
𝑅 = 𝑅𝑚 + 𝑅𝑐
𝑉
𝑅𝑐 = 𝛼𝜌𝑐 ( )
𝐴
𝑑𝑉 𝜅𝐴2 1
= (𝑃1 − 𝑃2 )
𝑑𝑡 𝛼𝜇 𝑉
2𝜅𝐴2 (𝑃1 − 𝑃2 )𝑡
𝑉=√
𝛼𝜇
61
• Persamaan Linear untuk Regresi
Persamaan diintegrasi untuk membuat persamaan linear sehingga
diperoleh,
𝑡 𝐾𝑝
= 𝑉+𝐵
𝑉 2
dengan,
𝜇𝛼𝑐𝑠 𝜇𝑅𝑚
𝐾𝑝 = 2 𝐵=
𝐴 (−Δ𝑃) 𝐴(−Δ𝑃)
𝑑𝑉
2. Penyaringan dengan laju alir volume tetap ( 𝑑𝑡 = 𝑄)
c. Unggun Diam
Fenomena yang terjadi dalam unggun diam adalah:
• Fluida mengalir di antara ruang kosong
antarpartikel padat yang diam
• Interaksi fluida dan partikel padat yang diam
menimbulkan gaya seret yang ditandai dengan
hilan tekan dari fluida mengalir
• Aplikasinya seperti aliran fluida dalam reaktor
berkatalis padat
• Hiang tekan membesar dengan naiknya
kecepatan superfisial fluida
Pada unggun diam, jika ukuran partikel beragam maka ukuran partikel rerata lah
yang digunakan,
1
𝑑𝑝 =
𝑦
∑( 𝑖 )
𝑑𝑝𝑖
62
Beberapa besaran yang digunakan pada unggun diam adalah:
63
• Bilangan Reynolds Bed:
𝜌𝑑𝑒 𝑢𝑠 ψ 𝜌𝑑𝑝 𝑢𝑠 𝜓
𝑁𝑅𝑒,𝑏 = =
𝜇 𝜇(1 − 𝜀)
𝜓: Faktor bentuk (jika bulat sempurna nilainya 1)
• Faktor Friksi Bed secara empiris
Ergun menyatakan bahwa nilai faktor friksi sebagai fungsi bilangan Reynolds
pada bed adalah sebagai berikut:
150
𝑁𝑅𝑒,𝑏 ≤ 5,
𝑁𝑅𝑒,𝑏
𝑓𝑝 (𝑁𝑅𝑒,𝑏 ) = 150 + 1,75
5 < 𝑁𝑅𝑒,𝑏 < 10000,
𝑁𝑅𝑒,𝑏
{ 𝑁𝑅𝑒,𝑏 ≥ 10000, 1,75
Selain itu, penentuan nilai faktor friksi sebagai fungsi bilangan Reynolds juga
dapat menggunakan kurva berikut:
d. Unggun Fluidisasi
Unggun fluidisasi terjadi ketika fluida mengalir dari bawah melawan gravitasi
unggun partikel sehingga terjadi pergerakan yang khas pada partikel tersebut.
Ilustrasi fenomena turun tekan pada unggun fluidisasi adalah sebagai berikut,
64
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan bahwa:
• Jika 𝑈𝑠𝑓 < (𝑈𝑠𝑓 )𝑚𝑓 , beda tekan linier meningkat terhadap Usf yang disebut
unggun fluidisasi
Formula untuk menentukan beda tekan saat kondisi minimum terjadinya unggun
fluidisasi:
(Δ𝑃)𝑚𝑓 = (1 − εmf )(𝜌𝑝 − 𝜌)𝐿𝑚𝑓 𝑔
Untuk menentukan 𝑁𝑅𝑒𝑝 pada kasus unggun fluidisasi digunakan persamaan
berikut:
𝜌𝑑𝑝 𝑢𝑠𝑓
𝑁𝑅𝑒𝑝,𝑓 =
𝜇(1 − 𝜀𝑓 )
Pada kasus khusus (𝑁𝑅𝑒𝑝 < 20), kecepatan minimum terjadinya fluidisasi adalah
sebagai berikut,
3
𝑑𝑝2 (𝜌𝑠 − 𝜌𝑔 )𝑔 𝜀𝑚𝑓 ϕ2s
𝑢𝑚𝑓 =
150𝜇 1 − 𝜀𝑚𝑓
65
Mind Map Fluida non-Newtonian
66
X. Fluida non-Newtonian
a. Klasifikasi Fluida
Berdasarkan viskositasnya, fluida
diklasifikasikan menjadi fluida
Newtonian dan non-Newtonian.
Jenis-jenis fluida non-Newtonian di
antaranya, yaitu Viskoplastik,
Bingham-plastik, Dilatan, dan
Pseudoplastik.
67
Jika diturunkan lebih lanjut akan didapati formula berikut,
8𝑢 𝑛−1
′
𝜇𝑎 = 𝐾 ( )
𝐷
𝜌𝑢𝐷 𝜌𝑢2−𝑛 𝐷𝑛
𝑁𝑅𝑒 = = ′ 𝑛−1
𝜇𝑎 𝐾8
1
𝑛 𝑛+1
ΔPf 𝑛 𝐷 𝑟 𝑛
𝑢𝑥 = (− ) ( ) [1 − ( ) ]
4𝐾𝐿 𝑛+1 2 𝑟𝑖
𝐷
1
𝑛
ΔPf 𝑛
𝑢𝑥,𝑚𝑎𝑥 = (− ) ( )𝑅
4𝐾𝐿 𝑛+1
𝐷
1
𝑛
ΔPf 𝑛
𝑢𝑥,𝑚𝑎𝑥 = (− ) ( )𝑅
4𝐾𝐿 3𝑛 + 1
𝐷
1
𝑛
ΔPf 𝑛 𝜋
𝑉̇ = (− ) ( ) 𝐷3
4𝐾𝐿 3𝑛 + 1 8
𝐷
68
1. Pendekatan laju alir volumetric dan beda tekan terukur:
𝑦 = 𝑎𝑋 + 𝑏
Data untuk di plot:
𝑉̇ 𝛥𝑝𝑓 𝐷
𝑦: log ( 2 ) 𝑋: log (− )
𝜋𝑅 𝐿 2
Setelah dilakukan regresi linear maka akan didapati nilai n dan K sebagai
berikut:
1
−
1 1 10𝑏 𝑎
𝑛= 𝐾 = {(𝑎 + 3) }
𝑎 2 𝑅
2. Pendekatan shear stress pada dinding pipa, turun tekan, dan kecepatan linier
rata-rata:
𝑦 = 𝑎𝑋 + 𝑏
Data untuk di plot:
8𝑢
𝑦: ln (𝜏𝑤 ) 𝑋: ln ( )
𝐷
Nilai dari shear stress pada dinding pipa dievaluasi menggunakan persamaan
berikut:
𝐷(−Δ𝑝𝑓 )
𝜏𝑤 =
4𝐿
Setelah dilakukan regresi linear maka akan didapati nilai n dan K sebagai
berikut:
𝑛=𝑎 𝐾′ = exp (𝑏)
𝑛′ = 𝑛
3𝑛 + 1 𝑛
𝐾′ = 𝐾 ( )
4𝑛
69
Faktor friksi untuk aliran fluida non-Newtonian adalah sebagai berikut:
1. Aliran Laminar
Untuk aliran laminar, digunakan persamaa berikut:
16
𝑓𝐹 =
𝑁𝑅𝑒
Perhitungan bilangan Reynolds dilakukan dengan menggunakan formula
bilangan Reynolds untuk fluida non-Newtonian.
2. Aliran Turbulen
𝜀
Untuk aliran turbulen, 𝑓𝐹 = 𝑓 (𝑁𝑅𝑒 , 𝐷 , 𝐾 ′ , 𝑛) sehingga memiliki beragam
70
Mind Map Pengadukan
71
XI. Pengadukan
a. Bilangan Power
Bilangan Power (Np) memberikan korelasi antara besar daya yang digunakan suatu
tipe pengaduk dengan tingkat turbulensi (NRe). Penentuan bilangan power diawali
dengan menentukan bilangan Reynolds impeller (NRe,impeller):
𝜌𝑁𝐷2
𝑁𝑅𝑒,𝑖𝑚𝑝𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 =
𝜇
𝜔
𝑁 (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢) =
2𝜋
Korelasi antara Bilangan Power dengan daya yang digunakan oleh pengaduk
adalah sebagai berikut:
𝑃
𝑁𝑝 =
𝜌𝑁 3 𝐷5
72
b. Anatomi Pengaduk
c. Baffle
Baffle adalah sirip yang dipasang pada dinding tangka untuk meningkatkan
turbulensi dan mencegah terjadinya pusaran/vortex. Berikut ini merupakan grafik
perbandingan bilangan power untuk pengaduk dengan baffle dan tanpa baffle:
d. Scale Up Pengadukan
Prinsip yang digunakan dalam melakukan scale up pengadukan adalah kesamaan
berbasis bilangan tak berdimensi:
73
• Kesamaan Dinamik (menggunakan kesamaan rasio gaya)
Beberapa catatan mengenai kesamaan yang dapat digunakan:
𝑃 𝑄 𝑁𝑅𝑒 ~𝑁𝐷𝐴2
𝑃~𝑁 3 𝐷𝐴5 𝑉~𝐷𝐴3 𝑄~𝑁𝐷𝐴3 = 𝑁 3 𝐷𝐴2 ~𝑁
𝑉 𝑉
Berikut merupakan tabel panduan untuk melakukan scale up:
74
X. Kumpulan Contoh Soal
A. Tegangan permukaan
B. Volume spesifik
F = 4Rg
g = tegangan muka
π = 3,14
R = jari-jari cincin
75
5. Gambar viskometer Ostwald (pilihan ganda) (Kompre 2016)
6. Diketahui Udara memiliki laju = … m/s dan viskositas dinamik (Vud) = …. m2/s
melalui sebuah pipa berdiameter D (Dudara). Jika air dilewatkan melalui pipa yang
sama dengan laju = … m/s dan viskositas dinamik (Vair)= ... m2/s. Dinamika kedua
aliran sama. (Bilangan Reynold sama). Ditanya diameter pipa untuk air (Dair)?
Re udara = Re air
Ingat bahwa V =
vDud vDair
=
Vud Vair
Dair = ....Cm
Ketika zat cair melewati bagian pipa yang penampangnya kecil (A2), laju cairan
meningkat. Menurut prinsipnya Bernoulli, jika laju cairan meningkat, maka
tekanan cairan menjadi kecil. Jadi tekanan zat cair pada penampang besar lebih
besar dari tekanan zat cair pada penampang kecil (P1 > P2). Sebaliknya v2 > v1.
76
8. Soal pipa annulus (dik 𝝆,,𝑫,𝑶𝑫,𝝁).𝑫𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝑵𝒓𝒆?
Soal diselesaikan dengan rumus Reynold biasa, gunakan rumus diameter hidrolik
untuk D.
11. Air raksa tidak menempel pada dinding termometer karena gaya KOHESI (Kompre
2015)
77
12. Kurva fluida newtonian dan non-newtonian (Kompre 2014)
Diketahui Q, d, L, dan f. =
Pf Lu 2
=4f
2D
14. Diberikan gambar kurva fluidisasi, berikan keterangan fasa di tiap tahapan?
(Kompre 2014)
15. Persamaan karakteristik orifice berbanding lurus dengan? (Kompre 2014)
Jawaban : B. p
78
16. Soal diameter hidrolik
79