Disusun Oleh :
Ni Ketut Ananda Satianingrat Sancaya 2213021002
Pande Made Laksmi Puja Rastiti 2213021004
Termodinamika adalah cabang ilmu Fisika yang membahas tentang hubungan antara
panas (kalor) dan usaha yang dilakukan oleh kalor tersebut. Jadi, ilmu termodinamika
ini menggambarkan usaha untuk mengubah kalor (perpindahan energi yang disebabkan
perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya. Termodinamika juga
berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.
Dalam melakukan pengamatan mengenai aliran energi antara panas dan usaha ini dikenal
dua istilah, yaitu sistem dan lingkungan.
Gambar 1. Bola besi dan air merupakan sistem yang diamati. Adapun, udara luar
merupakan lingkungannya.
Misalkan, ketika kita mengamati aliran kalor antara bola besi panas dan air dingin.
Ketika bola besi tersebut dimasukkan ke dalam air. Bola besi dan air disebut sistem karena
kedua benda tersebut menjadi objek pengamatan dan perhatian kita yang mengamati.
Wadah air dan udara luar disebut lingkungan karena berada di luar sistem, tetapi dapat
memengaruhi sistem tersebut. Dalam pembahasan termodinamika, besaran yang digunakan
adalah besaran makroskopis suatu sistem, yaitu tekanan, suhu, volume, entropi, kalor,
usaha, dan energi dalam. Usaha yang dilakukan oleh sistem (gas) terhadap lingkungannya
bergantung pada proses -proses dalam termodinamika, di antaranya proses isobarik,
isokhorik, isotermal, dan adiabatik.
Usaha yang dilakukan oleh sistem (gas) terhadap lingkungannya bergantung pada proses -
proses dalam termodinamika, di antaranya proses isobarik, isokhorik, isotermal, dan
adiabatic.
2.2 Pengertian Usaha
Gambar 2
Kita mempunyai sistem seperti ditunjukkan pada gambar (1), system berada pada
tekanan p. Gaya luar sebesar dF dikerjakan kebagaian permukaan seluas dA, dengan 𝑑𝐹 =
𝑝. 𝑑𝐴. Apabila akibat gaya luar bagian sistem bergerak sejauh dS , maka kerja yang
dilakukan gaya luar tersebut adalah:
𝑑𝑊 = 𝑑𝐹 . 𝑑𝑆 .................................................................................................................. (1)
Integral permukaan menghasilkan: 𝑑𝑊 = 𝑝. 𝑑𝐴. 𝑑𝑆 , dengan A adalah luas total
permukaan, dA.dS adalah perubahan volume sistem (dV ), sehingga kerja luarnya adalah
𝑑𝑊 = 𝑝𝑑𝑉 ....................................................................................................................... (2)
Dengan:
dW = kerja luar (Joule)
p = tekanan sistem ( N/m2)
dV = perubahan volume sistem (m3)
Gambar 3
Gambar (3) menunjukkan sistem mengalami proses sehingga keadaannya berubah dari
a menjadi b. Usaha per unit massa/mol untuk perubahan volume kecil digambarkan
oleh daerah yang diarsir. Jadi usaha adalah luas daerah di bawah kurva pada bidang p-
V . Usaha total untuk perubahan volume dari keadaan a ke keadaan b adalah:
𝑏
𝑊 = ∮𝑎 𝑝. 𝑑𝑉 ............................................................................................................. (3)
b) Usaha pada proses siklus
Proses siklus adalah suatu proses dimana pada akhir proses keadaan sistem kembali
seperti keadaan awal.
Gambar 4
Dapat dipandang suatu sistem mengalami proses siklus seperti ditunjukkan padagambar
(4). Untuk menentukan besar usaha pada system maka siklus kita bagi menjadi dua
bagian yaitu dari a ke b kemudian dilanjutkan dari b ke a.
Pada bagian a→b, sistem melakukan usaha sehingga usaha bertanda positif, besar
usaha sama dengan luas daerah di bawah kurva a→b.
Pada bagian b→a, sistem dikenakan usaha sehingga usaha bertanda negatif, besar
usaha sama dengan luas daerah di bawah kurva b→a.
Usaha total sistem: 𝑊 = 𝑊𝑎𝑏 − 𝑊𝑏𝑎 atau sama dengan luas daerah di bawah kurva
a→b dikurangi luas daerah di bawah kurva b→a yang sama dengan luas daerah di
dalam siklus.
𝑊 = 𝑝 ∮ 𝑑𝑉
𝑎
𝑏
𝑊 = 𝑝[𝑉]
𝑎
𝑊 = 𝑝 (𝑉𝑏 − 𝑉𝑎)
𝑊 = 𝑝∆𝑉 ………………….................................................................................... (4)
2. Usaha pada proses isokhorik (volume konstan)
𝑏
𝑊 = ∮𝑎 𝑑𝑝 . 𝑉 untuk ∆𝑉 = 0 maka 𝑑𝑉 = 0 sehingga
𝑊=0 ……………………………………………………………………….…….(5)
3. Usaha pada proses isothernal (suhu konstan)
𝑊 = ∮ 𝑝 . 𝑑𝑉
𝑎
𝑊 = 𝑏 𝑛𝑅𝑇
𝑑𝑉 dengan T, n, dan R adalah konstanta, maka :
∮𝑎 𝑉
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 𝑏1 𝑑𝑉 Keadaan a (volume 𝑉 ) ke keadaan b (volume 𝑉 )
∮𝑎 𝑉 𝐴 𝐵
𝑉𝑏
1
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 ∮ 𝑑𝑉
𝑉
𝑉𝐴
𝑉𝐵
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 In 𝑉|
𝑉𝐴
𝑉𝐵
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 In …………………………………………………………………(6)
𝑉𝐴
Pada proses di atas usaha yang dilakukan sama dengan luas daerah di bawah kurva PV.
Karena gas berekspansi maka 𝑉𝐵 > 𝑉𝐴 dan nilai usaha yang dilakukan oleh gas bertanda
positif. Jika gas dikompres sehingga volume akhir dari gas lebih keci dari volume awal
maka nilai usaha yang dilakukan oleh gas bertanda negative.
Dengan melakukan cara yang sama dapat diperoleh untuk x dan y sebagai berikut:
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑑𝑥 = ( ) 𝑑𝑦 + ( ) 𝑑𝑧 ……………………………………………...……..(9)
𝜕𝑦 𝑧 𝜕𝑧 𝑦
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑑𝑦 = ( 𝜕𝑥 ) 𝑑𝑥 + ( 𝜕𝑧 ) 𝑑𝑧 …………………………………………………..(10)
𝑧 𝑥
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑑𝑧 = ( ) 𝑑𝑥 + [( ) ] [( ) 𝑑𝑥 + ( ) 𝑑𝑧]
𝜕𝑥 𝑦 𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧 𝜕𝑧 𝑥
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑦
𝑑𝑧 = ( ) 𝑑𝑥 + [( ) ( ) 𝑑𝑥 + ( ) ( ) 𝑑𝑧]
𝜕𝑥 𝑦 𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧 𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑧 𝑥
𝜕𝑧
𝑑𝑧 = ( ) (𝜕𝑦) 𝑑𝑧 = ( 𝜕𝑧) 𝑑𝑥 + ( 𝜕𝑧) (𝜕𝑦) 𝑑𝑥 ………………………..(11)
𝜕𝑧
𝜕𝑦 𝑥 𝑥 𝜕𝑥 𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝑥 𝑧
𝜕𝑧 𝜕𝑦
( ) ( ) =1
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑧 𝑥
𝜕𝑦 1
( ) = 𝜕𝑧
…………………………………………………………………(13)
𝜕𝑧 𝑥 ( )
𝜕𝑦 𝑥
𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝑧
( ) ( ) = −( )
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧 𝜕𝑥 𝑦
𝜕𝑧 𝜕𝑦 1
( ) ( ) =−
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧 𝜕𝑥
( )
𝜕𝑧 𝑦
𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦
( ) ( ) ( ) = −1 ……………………………………………………(14)
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑧 𝑦 𝜕𝑥 𝑧
𝜕𝑉
( ) =𝛽𝑣 …………………..……………………………………………………(18)
𝜕𝑇 𝑝
Kita dapat menentuka n koefisien ekspansi gas ideal dengan menurunkannya dari
persamaan gas ideal yaitu : 𝑝𝑣 = 𝑅𝑇. Berdasarkan persamaan (4), dapat diperoleh :
𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
( ) ( ) ( ) = −1
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉
𝜕𝑉
Dari persamaan (5), kita harus mencaro terlebih dahulu nilai ( ) untuk
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
mendapatkan nilai 𝛽 , maka diperoleh : (𝜕𝑉) (𝜕𝑇) ( ) = −1
𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉
𝜕𝑝
𝜕𝑉 ( )
(𝜕𝑇 ) = − 𝜕𝑝 1 𝜕𝑇 =(
𝜕𝑇 𝑉
𝜕𝑝
)
……………………………………………………(19)
( ) (
𝑝 ) 𝜕𝑉 𝑇
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑝 𝑉
𝑅𝑇
Dari persaamaan gas idel diperoleh 𝑝 = , kemudian kita cari nilai untuk masing-masing
𝑣
𝜕𝑝 𝑅𝑇
( ) = ……………………………………………………………………….(21)
𝜕𝑉 𝑇 𝑣2
𝜕𝑝 𝑅
Maka , (𝜕𝑣 ) ( )
𝜕𝑇 𝑉 (𝑣 )
𝜕𝑇 𝑝 = − (𝜕𝑝) = (− )
𝑅𝑇
𝜕𝑉 𝑇 𝑣2
𝜕𝑉 𝑅 2
( ) = )(𝑣 ) = 𝑣
…………………………………………………………….(22)
𝜕𝑇 𝑝
(𝑣 𝑅𝑇 𝑇
Sehingga koefisien ekspansi gas ideal adalah :
1 𝜕𝑣 1 𝑣
𝛽= ( ) → 𝛽= ( )
𝑣 𝜕𝑇 𝑝 𝑣 𝑇
1 …………………………………….……………………………………..(23)
𝛽=
𝑇
Dengan cara yang sama seperti pada gas ideal dapat diterapkan untuk mencari koefisien
𝑎
ekspansi gas van der walls. Persamaan gas van der walls yaitu (𝑝 + 𝑣2 ) (𝑣 − 𝑏) = 𝑅𝑇.
Berdasarkan persamaan 4 dapat diperoleh :
𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
( ) ( ) ( ) = −1
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉
𝜕𝑉
Dari persamaan (5), kita harus mencaro terlebih dahulu nilai ( ) untuk
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
mendapatkan nilai 𝛽 , maka diperoleh : (𝜕𝑉) (𝜕𝑇) ( ) = −1
𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉
𝜕𝑝
𝜕𝑉 ( )
(𝜕𝑇 ) = − 𝜕𝑝 1(𝜕𝑇 =(
𝜕𝑇 𝑉
𝜕𝑝
)
( )
𝑝 ) 𝜕𝑉 𝑇
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑝 𝑉
𝑅𝑇 𝑎
Dari persamaan gas van der walls diperoleh : 𝑝 = − , kemudian kita cari nilai
(𝑣−𝑏) 𝑣2
𝜕𝑝 𝑅
( ) =
𝜕𝑇 𝑉 (𝑣 − 𝑏)
𝜕𝑝 𝑅 2𝑎 𝑅𝑇𝑣3−2𝑎(𝑣−𝑏)2
( ) = = = ……………………………………………..(24)
𝜕𝑇 𝑉 (𝑣−𝑏)2 𝑣3 𝑣3(𝑣−𝑏) 2
𝜕𝑝
𝜕𝑉 ( )
𝜕𝑇
( ) = 𝜕𝑝 𝑉
𝜕𝑇 𝑝 ( )
𝜕𝑉 𝑇
𝑅
𝜕𝑉 ( )
(𝑣 − 𝑏)
( 𝜕𝑇 ) = 𝑅𝑇𝑣3 − 2𝑎(𝑣 − 𝑏)2
𝑝 ( )
𝑣3(𝑣 − 𝑏)2
( 𝜕𝑇 ) = ( ×
𝜕𝑉 𝑅
)
𝑣3(𝑣 − 𝑏)2 3 2
𝑝 (𝑣 − 𝑏) 𝑅𝑇𝑣 − 2𝑎(𝑣 − 𝑏)
𝜕𝑉 𝑅𝑣3(𝑣−𝑏)2
( 𝜕𝑇 ) = ( 3 2 ) ……………………………......………………………….(25)
𝑝 𝑅𝑇𝑣 −2𝑎(𝑣−𝑏)
Sehingga koefisien ekspansi gas van del walls adalah :
1 𝜕𝑉
𝛽= ( )
𝑣 𝜕𝑇 𝑝
1 𝑅𝑣3(𝑣−𝑏)2
𝛽= ( 3 2
)
𝑣 𝑅𝑇𝑣 −2𝑎(𝑣−𝑏)
𝑅𝑣3(𝑣−𝑏)2
𝛽=( )
𝑅𝑇𝑣3−2𝑎(𝑣−𝑏)2
d) Compresibelitas (K)
̅ = kompresibelitas rata-rata
𝑲
Jika volume dan tekanan berubah infinit artinya perubahan volume kecil dan perubahan
tekanan juga kecil maka yang diperoleh compresibelitas sebenarnya ( K ), yang ditentukan
melalui persamaan berikut :
𝑑𝑉 1 𝑑𝑉
𝐾=− =− ……………………………………………………………(27)
𝑉 𝑑𝑝 𝑉 𝑑𝑇
Karena V merupakan fungsi dari T dan p, maka dalam bentuk diferensial parsial bentuk
𝑑𝑉 𝜕𝑉 1 𝜕𝑉
( ) harus diganti dengan ( ) sehingga 𝐾=− ( )
𝑑𝑃 𝑇 𝜕𝑝 𝑇 𝑣 𝜕𝑝 𝑇
𝜕𝑉
( ) = −𝐾𝑣 ……………………………………………………………….….…(29)
𝜕𝑝 𝑇
𝜕𝑉
Dari persamaan (5), kita harus mencaro terlebih dahulu nilai ( ) untuk
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
( ) ( ) ( )
mendapatkan nilai 𝛽 , maka diperoleh : 𝜕𝑉 𝜕𝑇
𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉 = −1
1 𝜕𝑣 𝜕𝑇
𝜕𝑝 = −( ) ( )
( ) 𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉
𝜕𝑉 𝑇
𝜕𝑇
( )
𝜕𝑣 𝜕𝑝 𝑉
( ) = 𝜕𝑇 …………………………………………………………………….(30)
𝜕𝑝 𝑇 ( )
𝜕𝑉 𝑝
𝑝𝑣
Dari persamaan gas ideal didapatkan: 𝑇 = kemudian kita cari nilai untuk masing-
𝑅
𝜕𝑇 𝑝
( ) = ……......................................…………………………………………….(32)
𝜕𝑉 𝑝 𝑅
𝜕𝑇
( 𝜕𝑝) 𝑉 (𝑣𝑅)
Maka (𝜕𝑣 ) = − =−
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑝 𝑇 ( ) (𝑅 )
𝜕𝑉 𝑝
𝑣 𝑅 𝑣
( ) = −( )( )= −
𝜕𝑣 …………………………………………………………(33)
𝜕𝑝 𝑇 𝑅 𝑝 𝑝
1 𝑣
𝐾=− (− )
𝑣 𝑝
1
𝐾= …………………………………………………………………………….(34)
𝑝