Anda di halaman 1dari 17

TERMODINAMIKA

“RINGKASAN MATERI USAHA (W)”

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


1) Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd.

2) I Gede Arjana, S.Pd., M.Sc., RWTH

Disusun Oleh :
Ni Ketut Ananda Satianingrat Sancaya 2213021002
Pande Made Laksmi Puja Rastiti 2213021004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN FISIKA
2024
2.1 Termodinamika

Termodinamika adalah cabang ilmu Fisika yang membahas tentang hubungan antara
panas (kalor) dan usaha yang dilakukan oleh kalor tersebut. Jadi, ilmu termodinamika
ini menggambarkan usaha untuk mengubah kalor (perpindahan energi yang disebabkan
perbedaan suhu) menjadi energi serta sifat-sifat pendukungnya. Termodinamika juga
berhubungan erat dengan fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.
Dalam melakukan pengamatan mengenai aliran energi antara panas dan usaha ini dikenal
dua istilah, yaitu sistem dan lingkungan.

Gambar 1. Bola besi dan air merupakan sistem yang diamati. Adapun, udara luar
merupakan lingkungannya.
Misalkan, ketika kita mengamati aliran kalor antara bola besi panas dan air dingin.
Ketika bola besi tersebut dimasukkan ke dalam air. Bola besi dan air disebut sistem karena
kedua benda tersebut menjadi objek pengamatan dan perhatian kita yang mengamati.
Wadah air dan udara luar disebut lingkungan karena berada di luar sistem, tetapi dapat
memengaruhi sistem tersebut. Dalam pembahasan termodinamika, besaran yang digunakan
adalah besaran makroskopis suatu sistem, yaitu tekanan, suhu, volume, entropi, kalor,
usaha, dan energi dalam. Usaha yang dilakukan oleh sistem (gas) terhadap lingkungannya
bergantung pada proses -proses dalam termodinamika, di antaranya proses isobarik,
isokhorik, isotermal, dan adiabatik.
Usaha yang dilakukan oleh sistem (gas) terhadap lingkungannya bergantung pada proses -
proses dalam termodinamika, di antaranya proses isobarik, isokhorik, isotermal, dan
adiabatic.
2.2 Pengertian Usaha

Sistem yang berada dalam keadaan setimbang akan tetap mempertahankan


keadaannya. Untuk mengubah keadaan seimbang ini diperlukan pengaruhpengaruh dari
luar atau sistem harus berinteraksi dengan lingkungannya. Yang berperan dalam
termodinamika bukan kerja internal, melainkan hanya kerja yang melibatkan atraksi sistem
dan lingkungannya. Bila sistem melakukan kerja eksternal, perubahan yang terjadi dapat
diberikan oleh kuantitas makroskopik yang berhubungan dengan sistem secara
keseluruhan. Perubahan yang dialami sistem dari interaksi itu selalu dianggap berlangsung
secara kuasistatik. Dengan ini diartikan perubahan itu dicapai dalam tahapan yang infinit
sedemikian rupa, sehingga sistem pada setiap saat proses tersebut berlangsung berada
dalam keadaan seimbang. Di dalam mekanika, besar usaha didefinisikan sebanding dengan
besar gaya dan besar perpindahan, secara matematik dirumuskan :
𝐖 = 𝐅 . ∆S.
Didalam sistem gas yang diperhatikan perubahan volume sistem (dV), untuk lebih
memahami usaha di dalam termodinamika dapat dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 2
Kita mempunyai sistem seperti ditunjukkan pada gambar (1), system berada pada
tekanan p. Gaya luar sebesar dF dikerjakan kebagaian permukaan seluas dA, dengan 𝑑𝐹 =
𝑝. 𝑑𝐴. Apabila akibat gaya luar bagian sistem bergerak sejauh dS , maka kerja yang
dilakukan gaya luar tersebut adalah:
𝑑𝑊 = 𝑑𝐹 . 𝑑𝑆 .................................................................................................................. (1)
Integral permukaan menghasilkan: 𝑑𝑊 = 𝑝. 𝑑𝐴. 𝑑𝑆 , dengan A adalah luas total
permukaan, dA.dS adalah perubahan volume sistem (dV ), sehingga kerja luarnya adalah
𝑑𝑊 = 𝑝𝑑𝑉 ....................................................................................................................... (2)
Dengan:
dW = kerja luar (Joule)
p = tekanan sistem ( N/m2)
dV = perubahan volume sistem (m3)

Aturan konversi tanda pada usaha (dW)


dW bernilai positif jika sistem melakukan usaha pada lingkungan,
contoh: gas panas di dalam silinder mesin mobil menggerakkan piston, piston
terdorong keluar maka dalam hal ini sistem melakukan usaha, tanda dW positif.
dW bernilai negatif jika sistem dikenakan kerja oleh lingkungan,
contoh: memasukkan udara ke dalam ban sepeda dengan pompa, dalam hal ini
usaha dikerjakan pada sistem, maka dW bernilai negatif.
Dalam termodinamika kerja merupakan metode interaksi antara system dengan
lingkungannya.
a) Menentukan Usaha Melalui Diagram p-V
Proses reversibel dapat digambarkan dengan sebuah garis pada bidang p-V . Garis itu
merupakan proyeksi garis pada permukaan p-V-T yang menggambarkan proses
reversibel.

Gambar 3
Gambar (3) menunjukkan sistem mengalami proses sehingga keadaannya berubah dari
a menjadi b. Usaha per unit massa/mol untuk perubahan volume kecil digambarkan
oleh daerah yang diarsir. Jadi usaha adalah luas daerah di bawah kurva pada bidang p-
V . Usaha total untuk perubahan volume dari keadaan a ke keadaan b adalah:
𝑏
𝑊 = ∮𝑎 𝑝. 𝑑𝑉 ............................................................................................................. (3)
b) Usaha pada proses siklus
Proses siklus adalah suatu proses dimana pada akhir proses keadaan sistem kembali
seperti keadaan awal.
Gambar 4
Dapat dipandang suatu sistem mengalami proses siklus seperti ditunjukkan padagambar
(4). Untuk menentukan besar usaha pada system maka siklus kita bagi menjadi dua
bagian yaitu dari a ke b kemudian dilanjutkan dari b ke a.
Pada bagian a→b, sistem melakukan usaha sehingga usaha bertanda positif, besar
usaha sama dengan luas daerah di bawah kurva a→b.
Pada bagian b→a, sistem dikenakan usaha sehingga usaha bertanda negatif, besar
usaha sama dengan luas daerah di bawah kurva b→a.
Usaha total sistem: 𝑊 = 𝑊𝑎𝑏 − 𝑊𝑏𝑎 atau sama dengan luas daerah di bawah kurva
a→b dikurangi luas daerah di bawah kurva b→a yang sama dengan luas daerah di
dalam siklus.

Usaha pada proses termodinamika :


1. Usaha pada proses isobator (tekanan konstan)

Gambar 5. Proses isobar


Pada proses di atas usaha yang dilakukan sama dengan luas daerah di bawah kurva
𝑏
a→b. 𝑊 = ∮𝑎 𝑝. 𝑑𝑉 . Karena p konstan maka
𝑏

𝑊 = 𝑝 ∮ 𝑑𝑉
𝑎
𝑏
𝑊 = 𝑝[𝑉]
𝑎
𝑊 = 𝑝 (𝑉𝑏 − 𝑉𝑎)
𝑊 = 𝑝∆𝑉 ………………….................................................................................... (4)
2. Usaha pada proses isokhorik (volume konstan)

Gambar 6. Proses isokhorik


Pada proses diatas terlihat bahwa ∆𝑉 = 0 . Maka usaha yaitu :

𝑏
𝑊 = ∮𝑎 𝑑𝑝 . 𝑉 untuk ∆𝑉 = 0 maka 𝑑𝑉 = 0 sehingga

𝑊=0 ……………………………………………………………………….…….(5)
3. Usaha pada proses isothernal (suhu konstan)

Gambar 1. Proses isothermal


Kita akan menghitung usaha yang dilakukan oleh gas yang berekspansi dari keadaan a
(volume V A) ke keadaan b (volume V B). Kerja yang dilakukan adalah 𝑊 =
𝑏
∮𝑎 𝑝 . 𝑑𝑉 . Karean gas adalah gas ideal dan prosesnya berupa kuasitatik proses maka
dapat digunkan persamaan 𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 untuk setiap keadaan, maka :
𝑏

𝑊 = ∮ 𝑝 . 𝑑𝑉
𝑎
𝑊 = 𝑏 𝑛𝑅𝑇
𝑑𝑉 dengan T, n, dan R adalah konstanta, maka :
∮𝑎 𝑉
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 𝑏1 𝑑𝑉 Keadaan a (volume 𝑉 ) ke keadaan b (volume 𝑉 )
∮𝑎 𝑉 𝐴 𝐵

𝑉𝑏

1
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 ∮ 𝑑𝑉
𝑉
𝑉𝐴
𝑉𝐵
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 In 𝑉|
𝑉𝐴
𝑉𝐵
𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 In …………………………………………………………………(6)
𝑉𝐴

Pada proses di atas usaha yang dilakukan sama dengan luas daerah di bawah kurva PV.
Karena gas berekspansi maka 𝑉𝐵 > 𝑉𝐴 dan nilai usaha yang dilakukan oleh gas bertanda
positif. Jika gas dikompres sehingga volume akhir dari gas lebih keci dari volume awal
maka nilai usaha yang dilakukan oleh gas bertanda negative.

2.3 Diferensial Parsial


Dalam mengkaji persamaan keadaan lebih jauh akan dijumpai konsep laju perubahan
dari suatu fungsi dengan dua variabel. Dalam hal ini diperlukan pemahaman yang baik
tentang konsep diferensial suatu fungsi dengan dua atau lebih variabel. Untuk itulah perlu
dibahas mengenai diferensial parsial tersebut. Tinjaulah fungsi dengan tiga variabel ( x, y,z
) yang dinyatakan dengan 𝑓 (𝑥, 𝑦, 𝑧) = 0 , yang secara eksplisit dapat pula dinyatakan
dengan :
𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦), 𝑥 = 𝑓(𝑦, 𝑧), 𝑦 = (𝑥, 𝑧) ………………………………………...……..(7)
Jika x dan y berubah, maka perubahan z dapat dinyatakan sebagai berikut :
𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝑑𝑧 = ( 𝜕𝑥) 𝑑𝑥 + ( ) 𝑑𝑦 ……………………………...……………………..(8)
𝑦 𝜕𝑦 𝑥

Dengan melakukan cara yang sama dapat diperoleh untuk x dan y sebagai berikut:
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑑𝑥 = ( ) 𝑑𝑦 + ( ) 𝑑𝑧 ……………………………………………...……..(9)
𝜕𝑦 𝑧 𝜕𝑧 𝑦

𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑑𝑦 = ( 𝜕𝑥 ) 𝑑𝑥 + ( 𝜕𝑧 ) 𝑑𝑧 …………………………………………………..(10)
𝑧 𝑥

Subtitusikan nilau dy kedalam persamaan dz, maka diperoleh sebagai berikut :


𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝑑𝑧 = ( 𝜕𝑥) 𝑑𝑥 + ( 𝜕𝑦) 𝑑𝑦
𝑦 𝑥

𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑑𝑧 = ( ) 𝑑𝑥 + [( ) ] [( ) 𝑑𝑥 + ( ) 𝑑𝑧]
𝜕𝑥 𝑦 𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧 𝜕𝑧 𝑥

𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑦
𝑑𝑧 = ( ) 𝑑𝑥 + [( ) ( ) 𝑑𝑥 + ( ) ( ) 𝑑𝑧]
𝜕𝑥 𝑦 𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧 𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑧 𝑥

𝜕𝑧
𝑑𝑧 = ( ) (𝜕𝑦) 𝑑𝑧 = ( 𝜕𝑧) 𝑑𝑥 + ( 𝜕𝑧) (𝜕𝑦) 𝑑𝑥 ………………………..(11)
𝜕𝑧
𝜕𝑦 𝑥 𝑥 𝜕𝑥 𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝑥 𝑧

Berdasarkan persamaan diatas diperoleh :


𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑦
[1 − ( 𝜕𝑦) ( 𝜕𝑧 ) ] 𝑑𝑧 = [( 𝜕𝑥) + (( 𝜕𝑦) ( 𝜕𝑥 ) )] 𝑑𝑥 …………………..…..(12)
𝑥 𝑥 𝑦 𝑥 𝑧
Perubahan dz dan dx adalah bebas. Bila kita mengambil 𝑑𝑧 = 0 maka 𝑑𝑥 ≠ 0 ,
sehingga diperoleh sebagai berikut :
𝜕𝑧 𝜕𝑦
[1 − ( ) ( ) ]=0
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑧 𝑥

𝜕𝑧 𝜕𝑦
( ) ( ) =1
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑧 𝑥

𝜕𝑦 1
( ) = 𝜕𝑧
…………………………………………………………………(13)
𝜕𝑧 𝑥 ( )
𝜕𝑦 𝑥

Sedangkan bila kita ambil 𝑑𝑥 = 0 maka 𝑑𝑧 ≠ 0, sehingga diperoleh :


𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑦
( ) + (( ) ( ) ) = 0
𝜕𝑥 𝑦 𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧

𝜕𝑧 𝜕𝑦 𝜕𝑧
( ) ( ) = −( )
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧 𝜕𝑥 𝑦
𝜕𝑧 𝜕𝑦 1
( ) ( ) =−
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑥 𝑧 𝜕𝑥
( )
𝜕𝑧 𝑦
𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑦
( ) ( ) ( ) = −1 ……………………………………………………(14)
𝜕𝑦 𝑥 𝜕𝑧 𝑦 𝜕𝑥 𝑧

2.4 Koefisien Ekspansi dan Compresibelitas


a) Koefisien ekspansi (β)
Koefisien ekspansi (β) didefinisikan sebagai perubahan relatifvolume karena adanya
perubahan temperatur.
̅= 𝑽 𝟐 −𝑽 𝟏
𝖰 ........................................................................................... (15)
𝑽𝟏(𝑻𝟐−𝑻𝟏)

̅ adalah koefesien ekspansi rata-rata. Jika sistem mengalami perubahan


Dengan 𝖰
temperatur kecil dan perubahan volume juga kecil maka yang diperoleh koefisien ekspansi
sebenarnya (β), yang ditentukan melalui persamaan berikut.
𝑑𝑉 1 𝑑𝑉
𝛽= = ………….... …………………………….………………………..(16)
𝑉 𝑑𝑇 𝑉 𝑑𝑇

Jika proses berlangsung pada tekanan konstan maka:


1 (𝑑𝑉)𝑝
𝛽= ………………………………...………………………………………(17)
𝑉 (𝑑𝑇)𝑝
Karena V merupakan fungsi dari T dan p, maka dalam bentuk
(𝑑𝑉)𝑝 1 𝜕𝑉
Diferensial parsial bentuk harus diganti dengan (𝜕𝑉 ) sehingga 𝛽 = ( )
(𝑑𝑇)𝑝 𝜕𝑇 𝑝 𝑉 𝜕𝑇 𝑝
1 𝜕𝑉
didalam volume spesifik menjadi : 𝛽= ( )
𝑉 𝜕𝑇 𝑝

𝜕𝑉
( ) =𝛽𝑣 …………………..……………………………………………………(18)
𝜕𝑇 𝑝

b) Koefisien ekspansi gas ideal

Kita dapat menentuka n koefisien ekspansi gas ideal dengan menurunkannya dari
persamaan gas ideal yaitu : 𝑝𝑣 = 𝑅𝑇. Berdasarkan persamaan (4), dapat diperoleh :

𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
( ) ( ) ( ) = −1
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉

𝜕𝑉
Dari persamaan (5), kita harus mencaro terlebih dahulu nilai ( ) untuk
𝜕𝑇 𝑝

𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
mendapatkan nilai 𝛽 , maka diperoleh : (𝜕𝑉) (𝜕𝑇) ( ) = −1
𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉

𝜕𝑝
𝜕𝑉 ( )
(𝜕𝑇 ) = − 𝜕𝑝 1 𝜕𝑇 =(
𝜕𝑇 𝑉
𝜕𝑝
)
……………………………………………………(19)
( ) (

𝑝 ) 𝜕𝑉 𝑇
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑝 𝑉

𝑅𝑇
Dari persaamaan gas idel diperoleh 𝑝 = , kemudian kita cari nilai untuk masing-masing
𝑣

turunanparsial diatas, maka diperoleh sebagai berikut :


𝜕𝑝
( ) =𝑅 ……………………………………………………………………..……(20)
𝜕𝑇 𝑉 𝑣

𝜕𝑝 𝑅𝑇
( ) = ……………………………………………………………………….(21)
𝜕𝑉 𝑇 𝑣2

𝜕𝑝 𝑅
Maka , (𝜕𝑣 ) ( )
𝜕𝑇 𝑉 (𝑣 )
𝜕𝑇 𝑝 = − (𝜕𝑝) = (− )
𝑅𝑇
𝜕𝑉 𝑇 𝑣2

𝜕𝑉 𝑅 2
( ) = )(𝑣 ) = 𝑣
…………………………………………………………….(22)
𝜕𝑇 𝑝
(𝑣 𝑅𝑇 𝑇
Sehingga koefisien ekspansi gas ideal adalah :

1 𝜕𝑣 1 𝑣
𝛽= ( ) → 𝛽= ( )
𝑣 𝜕𝑇 𝑝 𝑣 𝑇
1 …………………………………….……………………………………..(23)
𝛽=
𝑇

c) Koefisien ekspansi gas van der walls

Dengan cara yang sama seperti pada gas ideal dapat diterapkan untuk mencari koefisien
𝑎
ekspansi gas van der walls. Persamaan gas van der walls yaitu (𝑝 + 𝑣2 ) (𝑣 − 𝑏) = 𝑅𝑇.
Berdasarkan persamaan 4 dapat diperoleh :

𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
( ) ( ) ( ) = −1
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉

𝜕𝑉
Dari persamaan (5), kita harus mencaro terlebih dahulu nilai ( ) untuk
𝜕𝑇 𝑝

𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
mendapatkan nilai 𝛽 , maka diperoleh : (𝜕𝑉) (𝜕𝑇) ( ) = −1
𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉

𝜕𝑝
𝜕𝑉 ( )
(𝜕𝑇 ) = − 𝜕𝑝 1(𝜕𝑇 =(
𝜕𝑇 𝑉
𝜕𝑝
)
( )

𝑝 ) 𝜕𝑉 𝑇
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑝 𝑉

𝑅𝑇 𝑎
Dari persamaan gas van der walls diperoleh : 𝑝 = − , kemudian kita cari nilai
(𝑣−𝑏) 𝑣2

untuk masing-masing turunan parsial diatas didapatkan sebagai berikut :

𝜕𝑝 𝑅
( ) =
𝜕𝑇 𝑉 (𝑣 − 𝑏)
𝜕𝑝 𝑅 2𝑎 𝑅𝑇𝑣3−2𝑎(𝑣−𝑏)2
( ) = = = ……………………………………………..(24)
𝜕𝑇 𝑉 (𝑣−𝑏)2 𝑣3 𝑣3(𝑣−𝑏) 2

𝜕𝑝
𝜕𝑉 ( )
𝜕𝑇
( ) = 𝜕𝑝 𝑉
𝜕𝑇 𝑝 ( )
𝜕𝑉 𝑇

𝑅
𝜕𝑉 ( )
(𝑣 − 𝑏)
( 𝜕𝑇 ) = 𝑅𝑇𝑣3 − 2𝑎(𝑣 − 𝑏)2
𝑝 ( )
𝑣3(𝑣 − 𝑏)2

( 𝜕𝑇 ) = ( ×
𝜕𝑉 𝑅
)
𝑣3(𝑣 − 𝑏)2 3 2
𝑝 (𝑣 − 𝑏) 𝑅𝑇𝑣 − 2𝑎(𝑣 − 𝑏)

𝜕𝑉 𝑅𝑣3(𝑣−𝑏)2
( 𝜕𝑇 ) = ( 3 2 ) ……………………………......………………………….(25)
𝑝 𝑅𝑇𝑣 −2𝑎(𝑣−𝑏)
Sehingga koefisien ekspansi gas van del walls adalah :

1 𝜕𝑉
𝛽= ( )
𝑣 𝜕𝑇 𝑝

1 𝑅𝑣3(𝑣−𝑏)2
𝛽= ( 3 2
)
𝑣 𝑅𝑇𝑣 −2𝑎(𝑣−𝑏)

𝑅𝑣3(𝑣−𝑏)2
𝛽=( )
𝑅𝑇𝑣3−2𝑎(𝑣−𝑏)2

d) Compresibelitas (K)

Compresibelitas adalah perubahan relatif volume karena adanya perubahan tekanan


𝑽 𝟐 −𝑽 𝟏
̅=
𝑲 ………………………………………………………….(26)
𝑽𝟏(𝒑𝟐−𝒑𝟏)

̅ = kompresibelitas rata-rata
𝑲

Jika volume dan tekanan berubah infinit artinya perubahan volume kecil dan perubahan
tekanan juga kecil maka yang diperoleh compresibelitas sebenarnya ( K ), yang ditentukan
melalui persamaan berikut :
𝑑𝑉 1 𝑑𝑉
𝐾=− =− ……………………………………………………………(27)
𝑉 𝑑𝑝 𝑉 𝑑𝑇

Jika proses berlangsung pada temperatur konstan (proses isothermal) maka :


1 (𝑑𝑉)𝑇
𝐾=− ……………...……………………………………………………….(28)
𝑣 (𝑑𝑝)𝑇

Karena V merupakan fungsi dari T dan p, maka dalam bentuk diferensial parsial bentuk
𝑑𝑉 𝜕𝑉 1 𝜕𝑉
( ) harus diganti dengan ( ) sehingga 𝐾=− ( )
𝑑𝑃 𝑇 𝜕𝑝 𝑇 𝑣 𝜕𝑝 𝑇
𝜕𝑉

( ) = −𝐾𝑣 ……………………………………………………………….….…(29)
𝜕𝑝 𝑇

e) Compresibelitas Gas Ideal


Kita dapat menentukan koefisien ekspansi gas ideal dengan menurunkannya dari
persamaan gas ideal yaitu 𝑝𝑣 = 𝑅𝑇 . Berdasarkan persamaan (4), dapat diperoleh:
𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
( ) ( ) ( ) = −1
𝜕𝑉 𝑇 𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉

𝜕𝑉
Dari persamaan (5), kita harus mencaro terlebih dahulu nilai ( ) untuk
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑝 𝜕𝑣 𝜕𝑇
( ) ( ) ( )
mendapatkan nilai 𝛽 , maka diperoleh : 𝜕𝑉 𝜕𝑇
𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉 = −1
1 𝜕𝑣 𝜕𝑇
𝜕𝑝 = −( ) ( )

( ) 𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑝 𝑉
𝜕𝑉 𝑇
𝜕𝑇
( )

𝜕𝑣 𝜕𝑝 𝑉
( ) = 𝜕𝑇 …………………………………………………………………….(30)
𝜕𝑝 𝑇 ( )
𝜕𝑉 𝑝

𝑝𝑣
Dari persamaan gas ideal didapatkan: 𝑇 = kemudian kita cari nilai untuk masing-
𝑅

masing turunan parsial di atas, didapatkan sebagai berikut :


𝜕𝑇 𝑣
( ) = …......................................…………………………………………….(31)
𝜕𝑝 𝑉 𝑅

𝜕𝑇 𝑝
( ) = ……......................................…………………………………………….(32)
𝜕𝑉 𝑝 𝑅

𝜕𝑇
( 𝜕𝑝) 𝑉 (𝑣𝑅)
Maka (𝜕𝑣 ) = − =−
𝜕𝑇 𝑝
𝜕𝑝 𝑇 ( ) (𝑅 )
𝜕𝑉 𝑝

𝑣 𝑅 𝑣
( ) = −( )( )= −
𝜕𝑣 …………………………………………………………(33)
𝜕𝑝 𝑇 𝑅 𝑝 𝑝

Sehingga compresibelitas gas ideal adalah :


1 𝜕𝑉
𝐾=− ( )
𝑣 𝜕𝑝 𝑇

1 𝑣
𝐾=− (− )
𝑣 𝑝

1
𝐾= …………………………………………………………………………….(34)
𝑝

Anda mungkin juga menyukai