Anda di halaman 1dari 10

Nama Anggota Kelompok 9

Dian Arsy Aini : 2282200010


Elsa Oktaviani Sopyan : 2282200018
Iin Indriyati : 2282200012
Nuralia Annisatus Solekha : 2282200048
Safira Juvitasari : 2282200049
Siti Aisyah Ibrahim : 1001210084

Dosen Pengampu : Imas Eva Wijayanti, M.Si


Mata Kuliah : Kimia Fisika : Termodinamika dan Kesetimbangan

Rangkuman Materi Hukum Termodinamika II dan III

POKOK BAHASAN

1. Menganalisis arah perubahan spontan pada Hukum Termodinamika II & III


a. Konsep Entropi
b. Efisiensi Mesin Kalor
c. Fungsi Energi Bebas Gibbs dan Helmholtz
2. Menghitung energi bebas Gibbs pada berbagai sistem Termodinamika
3. Membedakan fungsi energi bebas Gibbs dan Helmholtz penggunaan pada berbagai sistem
Termodinamika
A. Menganalisis Arah Perubahan Spontan pada Hukum Termodinamika II & III
melalui, Konsep Entropi, Efisiensi Mesin Kalor dan Fungsi Energi Bebas Gibbs dan
Helmholtz
Sebuah proses spontan memiliki kecenderungan alami terjadi, tanpa perlu masukan
dari pekerjaan ke dalam sistem. Perubahan spontan selalu disertai pengurangan kualitas
energi. Contohnya adalah perluasan gas ke dalam ruang hampa, bola bergulir ke bawah
bukit atau aliran panas dari tubuh panas untuk yang dingin.
1. Entropi
Hukum kedua termodinamika, dinyatakan dalam fungsi keadaan lain yaitu entropi.
Kalor yang hilang pada suatu proses dapat dinyatakan dengan suatu variabel keadaan
termodinamika yang disebut entropi, yaitu ukuran jumlah energi atau kalor yang tidak
dapat diubah menjadi kerja. Proses irreversibel adalah proses spontan, sehingga proses
tersebut disertai kenaikan entropi. Sementara itu, proses reversibel adalah proses yang
seimbang sehingga tidak menyebabkan perubahan entropi. Jika suatu sistem pada
temperatur tertentu mengalami proses reversibel atau irreversibel dengan kontribusi
sejumlah kalor (dq), maka perubahan entropi sistem tersebut dirumuskan sesuai
persamaan 5.1.
∆S = dq/T .............................................................................. (5.1)
Jika reaksi kimia dalam kalor dengan perubahan enyalpi ∆H maka dq =- ∆H.
Perubahan entropi ∆S hanya tergantung pada keadaan akhir dan keadaan awal. Satuan
entropi dalam sistem SI adalah J K-1. Persamaan 5.1 menjelaskan secara matematis
hukum kedua termodinamika sebagai perubahan entropi sistem sesuai persamaan 5.2
∆Salam semesta ≥ O .................................................................. (5.2)
dimana:
∆Salam semesta= ∆Ssistem + ∆Slingkungan ≥ 0........................................ (5.3)
Artinya, proses reversibel tidak mengubah entropi total alam semesta (∆Salam semesta =
0), tetapi setiap proses irreversibel selalu menaikkan entropi alam semesta (∆Salam
semesta ≥ 0).
Rumusan entropi dalam kondisi statis disebut rumus Boltzmann yang dirumuskan
sesuai persamaan 5.4.
S = kBlnw ............................................................................ (5.4)
dimana : kB = 1.381 x 10-23 J K-1 disebut tetapan Boltzmann dan w adalah jumlah
kemungkinan konfigurasi sistem. dapat disimpulkan bahwa entropi proses yang
berlangsung spontan (irevelsible) dalam suatu sistem yang terisolasi akan meningkat
atau kenaikkan entropi.sedangkan yang reversible hanya dapat memindahkan entropi
saja tanpa menghasilkan. Dengan demikian hukum kedua termodinamika dapat pula
dinyatakan: “derajat ketidakteraturan dalam alam semesta akan selalu meningkat”.
Perubahan entropi positif timbul karena reaksi adalah eksotermik, dan panas yang
hilang ke lingkungan menyebabkan ΔS menjadi positif, dan besarnya lebih besar
daripada ΔSsistem.
Hukum ketiga termodinamika pada dasarnya memberi tahu kita bahwa tidak mungkin,
dengan prosedur apa pun, untuk mencapai suhu nol absolut dalam sejumlah langkah
terbatas. Dengan pengetahuan bahwa entropi zat kristal murni adalah nol pada suhu
nol mutlak kenaikan entropi zat dapat diukur jika dipanaskan. Dengan kata lain jika
entropi semua unsur dalam keadaan stabil pada T= 0, semua zay mempunyai entropi
positif pada T=0 dapat menjadi nol dan semua zat kristal sempurna entropinya menjadi
nol.Perubahan entropi diberikan :
∆S = Sakhir – Sawal = Sakhir
Entropi adalah fungsi keadaan yang dapat dihitung dari enyropi standar keadaan awal
dan akhir.
Rumus perubahan entropi standar
∆Soreaksi = ∑So(produk) - ∑So(reaktan)
2. Mesin kalor
Sebuah mesin kalor adalah sesuatu alat yang menggunakan kalor/panas untuk
melakukan usaha/kerja. Tujuan dari mesin kalor adalah perubahan panas menjadi kerja
dengan efisiensi sebesar mungkin. Dibawah ini Skema Mesin Kalor.
Sebuah mesin, harus mengikuti prinsip konservasi energi. Sebagian dari kalor input
Q diubah menjadi kerja W, dan sisanya Q dibuang ke cold reservoir. Jika tidak ada
H C

lagi kehilangan energi dalam mesin, maka prinsip konservasi energi:


Efisiensi proses termal (ε) merupakan perbandingan antara kalor yang bermanfaat
dengan kalor yang dimasukkan pada suatu sistem. Untuk menghasilkan efisiensi yang
tinggi, sebuah mesin kalor harus menghasilkan jumlah kerja yang besar dan kalor input
yang kecil. Karenanya, efisiensi, e, dari suatu mesin kalor didefinisikan sebagai
perbandingan antara kerja yang dilakukan oleh mesin W dengan kalor input Q
H
Kerja yg dilakukan W
e 
Input panas QH
e = QH - QC / QH
ⴄ =(1-QH/QC) x 100%
Untuk menghasilkan efisiensi yang tinggi, sebuah mesin kalor harus menghasilkan
jumlah kerja yang besar dan kalor input yang kecil.
 Pendingin (refrigerator): sebuah mesin kalor yang beroperasi secara terbalik.
Refrigerator menarik panas dari tempat dingin (di dalam pendingin) dan
melepaskan panas ke tempat yang lebih hangat. Semakin besar rasio ini maka
semakin baik pendinginnyaRasio ini disebut koefisien kinerja (coeficient of
performance)
K= Qc/W = Qc/ Qh-Qc

REFRIGE
Th
Qh

Qc
Tc

 Untuk menaikkan efisiensi mesin kalor, Sadi Carnot mempelajari proses irreversibel
mesin kalor tersebut. Agar mesin kalor memiliki efisiensi yang maksimum maka
proses irreversibel tersebut harus dikurangi. Oleh karena itu, Sardi Carnot
mengasumsikan proses tersebut mengalami siklus yang disebut siklus Carnot sehingga
bersifat reversibel.
Terkait dengan efisiensi mesin kalor, maka efisiensi mesin Carnot dapat
dirumuskan sesuai persamaan 5.8.
ⴄ = ( 1 - T1/T2 ) x100% ........................................................... (5.8)

3. Fungsi energi bebas gibs dan helmboltz


Entropi adalah konsep dasar untuk mengetahui arah perubahan suatu proses termasuk
proses kimia. Perubahan tersebut selalu menyebabkan perubahan energi sehingga
dibutuhkan besaran baru yang berkaitan langsung dengan entropi untuk mengetahui
perubahan energi tersebut. Misal suatu sistem kimia mengalami proses irreversibel
hingga mencapai kesetimbangan termal dengan lingkungannya pada temperatur T,
maka perubahan entropinya sesuai pertidaksamaan 5.9.
𝑑𝑞
dS – 𝑇 ≥ 0......................................................................... (5.9)

Pertidaksamaan 5.9 dapat diinterpretasikan dengan dua cara, yaitu:


a) Kalor berpindah pada volume tetap
Pada kondisi ini, jika tidak ada kerja selain kerja pemuaian (dq = dU), Jika energi
dalam tetap (dU = 0) atau entropi tetap (dS = 0), maka pertidaksamaan menjadi
Dsu,v ≥ 0, bermakna jika perubahan spontan terjadi pada volume dan energi dalam
tetap (seperti dalam sistem yang terisolasi), maka entropi sistem bertambah.
dSs,v ≤ 0, bermakna jika perubahan perubahan spontan terjadi pada volume dan
entropi tetap, maka energi dalam sistem akan berkurang.
b) Kalor berpindah pada tekanan tetap
Pada kondisi ini, jika tidak ada kerja selain kerja pemuaian (dq = dH), maka
Jika entalpi tetap (dH = 0) atau entropi tetap (dS = 0), maka pertidaksamaan 5.12
menjadi
DsH,v ≥ 0 ,bermakna jika perubahan spontan terjadi pada tekanan dan entalpi tetap,
maka entropi sistem bertambah.
DhS,p ≤ 0, bermakna jika perubahan perubahan spontan terjadi pada tekanan dan
entropi tetap, maka entalpi sistem akan berkurang.
Pertidaksamaan diatas memberikan hubungan antara energi sistem (U dan H)
dengan entropi. Hubungan tersebut dinyatakan dengan besaran termodinamika
yang baru, yaitu fungi Helmholtz (A) sesuai persamaan pada kondisi isotermal :
dA = dU - TdS atau A = U – TS
A : Energi bebas Helmhozt, U = Energy Dalam, T = Suhu, S = Entropi
Dan fungsi Gibbs (G) sesuai persamaan pada kondisi isothermal:
dG = dH – TdS atau G = H – TS
G : Energi bebas Gibbs, H : Entalpi, P : Tekanan, V : Volume
Sehingga dihasilkan pertidaksamaan sebagai berikut :
dATV ≤ 0
dGTp ≤ 0
Kedua pertidaksamaan ini bermakna bahwa perubahan spontan terjadi jika
perubahan energi Helmholtz (∆A) dan perubahan energi Gibbs (∆G) bernilai
negative atau terjadi pengurangan.

B. Menghitung energi bebas Gibbs pada berbagai sistem Termodinamika


Energi bebas gibbs merupakan fungsi kuantitas termodinamika yang menyatakan
hubungan antara entalpi, entropi dan temperatur sistem dan direpresentasikan dengan
persamaan sebagai berikut:
G = H – TS

Keterangan
G = energi bebas gibbs
H = entalpi
T = temperatur (K)
S = entropi

Besaran H, S dan G merupakan fungsi keadaan. Nilai G ditentukan oleh keadaan awal
dan keadaan akhir selama proses berlangsung. Besaran H dinyatakan pada tekanan tetap,
maka besaran G juga pada tekanan dan suhu tetap. Penentuan energi bebas reaksi kimia
umumnya dinyatakan dalam perubahan energi bebas Gibbs standar, dinotasikan
sebagai ΔG. Energi bebas standar suatu reaksi tidak diukur secara langsung. Karena
perubahan energi bebas gibbs merupakan fungsi keadaan, maka pengukuran energi bebas
sistem reaksi dapat dilakukan melalui pengukuran perubahan entalpi dan perubahan
entropi pada temperatur dan tekanan standar. Setelah itu, energi bebas dihitung dengan
menggunakan persamaan energi bebas gibbs.

Contoh soal menghitung energi bebas gibbs, entalpi dan entropi

1. Hitung energi bebas standar ΔG°, ΔH°, dan ΔS° untuk penguraian batu kapur menjadi
kapur tohor dan gas karbon dioksida seperti persamaan reaksi berikut:

CaCO3 (g)  CaO (s) + CO2 (g)


Zat ΔH°f/(kj/mol) S°/(J/mol)
CaCO3 -1207 93
CaO -635 40
CO2 -393,5 214
Nilai ΔH° dapat dihitung dari perubahan entalpi pemebentukan standar menggunakan
persamaan berikut:
ΔH° = ΔH°f(CO2) + ΔH°f(CaO) - ΔH°f(CaCO3)
ΔH° = -393,5 kj/mol – 635 kj/mol + 1207 kj/mol
ΔH° = 78,5 kj/mol

Nilai ΔS° dapat dihitung dari data entropi standar menggunakan persamaan berikut:
ΔS° (reaksi) = ΣS° (produk) - ΣS°(pereaksi)
Untuk reaksi ini adalah:
ΔS° = S°(CaO) + S°(CO2) - S°(CaCO3)
ΔS° = 40 J/Kmol + 214 J/Kmol – 93 J/Kmol
ΔS° = 161 J/Kmol

Langkah selanjutnya, menghitung energi bebas ΔG° dengan menggunakan nilai


ΔH° dan ΔS° dan persamaan berikut:
ΔG° = ΔH° - TΔS°
ΔG° = 178.500 Jmol – (298 K × 61 J/Kmol)
ΔG° = 14,552 kj/mol
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa perubahan energi bebas penguraian
batu kapur pada keadaan standar adalah 13,552 kj/mol.
Nilai energi bebasnya adalah positif, maka reaksi ini tidak terjadi. Namun
demikian reaksi pembentukan batu kapur dari unsur-unsurnya berlangsung secara
spontan pada keadaan standar.
Contoh soal perhitungan hukum termodinamika

2. Sebanyak 2 mol gas argon dipanaskan pada tekanan tetap dari 300K sampai 400K,
kemudian gas tersebut dimampatkan secara isoterm dampai volumenya setengah dari
semua. Berapa perubahan entropi sistem? Diketahui Cp gas = (5/2) R

Jawab :

Tahap I merupakan proses isobar yaitu ekspansi gas argon secara isobar dari T1 = 300K
sampai T2 = 400K

ΔS1 = ncpIn (T2/T1)

ΔS1 = (2 mol) (5/2 × 8,314 J mol-1 K-1) In (400K/300K)

ΔS1 = 11,96 J K-1

Tahap II meripakan proses isterm yaitu pemampatan gas secara isoterm dari V1
menjaid V2 = 1/2 V1.

ΔS2 = ncpIn (V2/V1)

ΔS2 = (2 mol) (5/2 × 8,314 J mol-1 K-1)In (1/2)

ΔS2 = -11,53 J K-1

ΔStotal = ΔS1 + ΔS2 = 0,43 J K-1


C. Membedakan fungsi energi bebas Helmholtz dengan Gibbs dan penggunaannya
pada berbagai sistem termodinamika
Energi bebas Gibbs
 Definisi
Energi bebas gibbs: dapat diartikan sebagai kerja reversible maksimum yang dapat
diperoleh dari sistem tertentu.
Energi bebas Helmholtz: dapat diartikan sebagai “pekerjaan yang bermanfaat” yang
dapat diperoleh dari sistem tertutup.
 Parameter konstan
Energi bebas gibbs: dihitung untuk sistem di bawah suhu dan tekanan konstan
Energi bebas Helmholtz: dihitung untuk sistem di bawah suhu dan volume konstan
 Aplikasi
Energi bebas gibbs: sering digunakan, karena mempertimbangkan kondisi tekanan
konstan
Energi bebas Helmholtz: tidak banyak digunakan, karena mempertimbangkan kondisi
volume konstan
 Reaksi kimia
Energi bebas gibbs: reaksi kimia bersifat spontan, ketika perubahan energi bebas gibbs
negatif
Energi bebas Helmholtz : reaksi kimia bersifat tidak spontan ketika perubahan energy
bebas Helmholtz negatif.
Referensi

Purba, Leony Sanga Lamsari. 2020. Buku Materi Pembelajaran Kimia Fisika I. UKI Press,

Jakarta. ISBN 978 623 7256 72 4

Sudarlin. 2016.TERMODINAMIKA KIMIA Edisi Pertama. Yogyakarta: Omah Ilmu

Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika ; alih bahasa, IrmaI. Jakarta : Erlangga

https://youtu.be/VS6v5jOh89o (link video)

Anda mungkin juga menyukai