Anda di halaman 1dari 16

Hukum

Termodinamika
2 dan 3
RIFALDI HARFIYANTAMA
2111013031
KELAS A
HUKUM TERMODINAMIKA 2
→Hukum termodinamika kedua menyatakan bahwa kondisi-kondisi
alam selalu mengarah kepada ketidak aturan atau hilangnya
informasi.Hukum ini juga dikenalsebagai “Hukum Entropi”.Entropi
adalah selang ketidakteraturan dalam suatu sistem.Entropi sistem
meningkat ketika suatu keadaan yang teratur,tersususn dan terencana
menjadi lebih tidak teratur,tersebar dan tidak terencana.Semakin tidak
teratur,semakin tinggi pula entropinya.Hukum entropi menyatakan
bahwa seluruh alam semesta bergerak menuju keadaan yang semakin
tidak teratur,tidak terencana,dan tidak terorganisir
Proses siklis reversibel sebarang berupa satu kurva tertutup
Proses ini dapat didekati dg siklus Carnot dg arah yg sama
Hasil keseluruhan menjadi suatu garis bergerigi yang tertutup.
Jika siklus-siklus itu dibuat lebih kecil, maka bagian adiabatik seluruhnya
saling melenyapkan
Sedangkan bagian-bagian isotermalnya tidak
Hukum kedua termodinamika terkait dengan
entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi
dari suatu sistem termodinamika terisolasi
cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai
maksimumnya
CONTOH
Salah satu aplikasinya yaitu kulkas. Kulkas harus mempunyai pembuang
panas di belakangnya, yang suhunya lebih tinggi dari udara sekitar. Karena
jika tidak Panas dari isi kulkas tidak bisa terbuang keluar. Formulasi Kelvin-
Planck atau hukum termodinamika kedua menyebutkan bahwa adalah tidak
mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu
siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu
reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik. Hukum
kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah; dengan
kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah reversible (dapat
dibalikkan arahnya)
PERUMUSAN HUKUM
TERMODINAMIKA 2
Perumusan Kelvin: Tidak ada suatu proses yang hasil akhirnya berupa
pengambilan sejumlah kalor dari suatu reservoar kalor dan mengkonversi
seluruh kalor menjadi usaha
Perumusan Clausius: Tidak ada proses yang hasil akhirnya berupa pengambilan
kalor dari reservoar kalor bersuhu rendah dan pembuangan kalor dalam jumlah
yang sama kepada suatu reservoar yang bersuhu lebih tinggi.
Efisiensi:

= W/Q dgn W = Q1 + Q2 dan Q = Q1

= (Q1 + Q2)/ Q1

= (T1 – T2)/ T1
Proses Reversibel dan Proses
Irreversibel
Proses Irreversibel (Proses Tak Terbalikkan)
Apabila kita menekan pengisap tersebut dengan sangat cepat sampai
kembali lagi ke kesetimbangan dengan reservoir, selama proses ini gas
bergolak dan tekanan serta temperaturnya tidak dapat didefinisikan
secara tepat sehingga grafik proses ini tidak dapat digambarkan
sebagai sebuah garis kontinu dalam diagram P-V karena tidak
diketahui berapa nilai tekanan atau temperatur yang akan
diasosiasikan dengan volume yang diberikan. Proses inilah yang
dinamakan proses irreversibel.
Proses Reversibel (Proses
Terbalikkan)
Apabila kita menekan pengisap dengan sangat lambat sehingga
tekanan, volume, dan temperatur gas tersebut pada setiap waktu
adalah kuantitas-kuantitas yang dapat didefinisikan secara tepat. Mula-
mula sedikit butiran pasir dijatuhkan pada pengisap dimana kemudian
volume sistem akan direduksi sedikit dan T akan naik serta terjadi
penyimpangan terhadap kesetimbangan yang sangat kecil. Sejumlah
kecil kalor akan dipindahkan ke reservoir dan dalam waktu singkat
sistem akan mencapai kesetimbangan baru dengan T adalah sama
dengan T reservoir. Peristiwa ini diulakukan berulang-ulang sampai
akhirnya kita mereduksi volume menjadi setengah kali volume awalnya
Efisiensi Termal Mesin Kalor
Efisiensi maksimum sebuah pembangkit tenaga listrik yang
beroperasi antara temperatur TH = 750 K dan TL = 300 K adalah
60 persen jika menggunakan rumus efisiensi mesin reversibel,
tetapi aktualnya hanya sekitar 40 persen. Hal ini sebenarnya tidak
begitu buruk dan hal tersebut masih membutuhkan improvisasi
untuk mendekati efisiensi mesin reversibel.
RUMUS
a W dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut
0 =(Q1 - Q2) - W
W = Q1 - Q2
MESIN PENDINGIN
Mesin pendingin adalah mesin kalor yang prinsip kerjanya
terbalik dengan mesin kalor. Mesin kalor mengambil kalor
dari reservoir kalor bersuhu tinggi dan mengubahnya menjadi
kerja mekanik serta membuang kelebihannya ke reservoir
suhu rendah. Tetapi mesin pendingin mengambil panas dari
reservoir suhu rendah kemudian kompresornya memberikan
input usaha mekanik dan kalor dibuang pada reservoir suhu
tinggi.
RUMUS
sehingga dapat ditulis dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

Q2= W + Q2 ATAU W= Q1 – Q2

`Efisiensi mesin pendingin (η) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah kalor yang
diserap dengan usaha yang dilakukan pada sistem.

N= Q2/W * 100% = Q2 / Q1-Q2 *100%

Dengan gas ideal sebagai fluida maka persamaan di atas dapat diubah menjadi sebagai berikut.

n= T2/T1-T2 * 100%
HUKUM TERMODINAMIKA 3
Molekul hanyamemiliki energi vibrasi yang sama besar sehingga
berada dalam keadaan kuantum tunggal. Ditinjau dan kedudukan dan
distribusi energi, penyusunan molekul-molekul dalam suatu kristal yang
sempurna pad 0 K hanya dapat dilaksanakan dengan satucara. Dalam
hal ini W = 1 dan ln W = 0, sehingga menurut persamaan boltzmann S
=0. Jadi, entropi suatu kristal murni yang sempurna ialah nol pada 0 K .
Pernyataan initerkenal sebagai Hukum Ketiga Temomedinamika.
Ungkapan matematik hukumtermodinamika ketiga adalah
0S T=0 = 0
. Fungsi Energi Bebas Helmholt
Bagi suatu perubahan kecil yang berlangsung tak reversibel pada temperatur
T berlaku:
dS> δ q/T atau δ q - T d S< 0 .
pada volume tetap, dV = 0, sehingga
dU - T d S < 0 atau d( U — TS ) T,p < 0
fungsi U - TS, yang merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas
Helmholtz, A, A=U-TS Bila persamaan dideferensiasi, diperoleh dA = dU - T dS
– Sd T bagi proses yang berjalan reversibel dan isoterm d A = δ W .. jadi
penurunan energi bebas helmholtz, - ∆ A , ialah kerja maksimum
dapatdihasilkan dan suatu proses yang dikerjakan secara isoterm.
Fungsi Energi Bebas Gibbs
Kebanyakan proses biasanya dikerjakan pada temperatur dan tekanan tetap.Pada kondisi
ini, persamaan (44) dapat ditulis dalam bentuk, d( U — pV — TS)T,p< 0 .

Besaran U + PV — TS

merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas Gibbs , G

G =U+PV — TS =H -TS =A + PV

Jadi, suatu proses yang berlangsung pada temperatur dan tekanan tetap disertaidengan
penurunan energi bebar Gibbs, (d G) T,p < 0 (hanya kerja volume)

Suatu persamaan penting yang mengkaitkan ∆ H , ∆S dan ∆G dapat diturunkan sebagai


berikut, ∆ G = ∆ H - T ∆ S
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai