Anda di halaman 1dari 38

HUKUM

TERMODINAMIKA
KELOMPOK 13
1. Muh.Fachmi Akbar Abb’ror (D600220210)
2. Agum Surya Revanza (D6002202130)
3. Bastion Out Setiawan (D600220223)
4. Fa'iq Afifudin D.P. (D600220255)
5. Mutiara Iqsti Septiana Suwarno Putri (D600220257)
A. Pengertian
• Termodinamika berasal dari Bahasa Yunani, yaitu thermos
yang berarti panas, dan dynamic yang berarti perubahan.
• Termodinamika merupakan ilmu yang mempelajari hukum-
hukum yang mengatur perubahan energi dari suatu bentuk ke
bentuk lain, aliran, dan kemampuan energi melakukan usaha.
• Termodinamika membahas tentang sistem kesetimbangan
(equilibrium), yang dapat digunakan untuk mengetahui
besarnya energi yang diperlukan untuk mengubah suatu sistem
dari keadaan kesetimbangan
B. Sistem Termodinamika
Sistem dalam termodinamika merupakan bagian dari semesta yang
menjadi subjek pembahasan atau pusat perhatian yang diamati
perubahannya dalam hal energi dan entropinya, sedangkan di luar sistem
dikenal sebagai lingkungan. Terdapat 3 bentuk sistem yang umum
dijumpai, yaitu:
1. Sistem terbuka
Pada sistem ini, baik untuk energi maupun materi, dapat terjadi
pertukaran antara sistem dengan lingkungan. Pada sistem ini :
● terjadi pertukaran materi (n) sistem dan lingkungan sehingga dn ≠ 0
● terjadi pertukaran energi (E) sistem dan lingkungan sehingga dE ≠ 0
2. Sistem tertutup
Suatu sistem yang dibatasi dengan dinding impermeable yang
memungkinkan pertukaran energi, tapi tidak dengan pertukaran materi
sistem. Pada sistem ini
• tidak terjadi pertukaran materi (n) sistem dan lingkungan sehingga dn = 0
• terjadi pertukaran energi (E) sistem dan lingkungan sehingga dE ≠ 0

3. Sistem terisolasi
Suatu keadaan sistem di mana baik energi maupun materi sistem tidak dapat
bertukar antara sistem dengan lingkungan. Pada sistem ini :
• tidak terjadi pertukaran materi (n) sistem dan lingkungan sehingga dn = 0
• tidak terjadi pertukaran energi (E) sistem dan lingkungan sehingga dE = 0
C. Variabel Sistem
Suatu sistem, dalam termodinamika, dapat diukur melalui karakter dari sistem
bersangkutan. Karakter sistem yang dapat diukur meliputi
Apabila sistem menggunakan atau menerima kerja dari lingkungan maka
nilai w sistem adalah positif. Sebaliknya, apabila sistem melakukan kerja
(sistem kehilangan energi) maka nilai w sistem adalah negatif.
D. Hukum-Hukum Termodinamika
1. Hukum Nol Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua benda berada dalam kesetimbangan panas jika
tidak ada pertukaran kalor antara dua benda tersebut saat keduanya disentuhkan.
Kondisi ini hanya dapat dicapai jika suhu kedua benda tersebut sama, sebab
perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan
kesetimbangan panas, inilah inti dari hukum ke nol termodinamika.

2. Hukum I Termodinamika
Hukum I Termodinamika menjelaskan tentang energi yang ada dalam suatu sistem
dan dikenal sebagai hukum Kekekalan Energi. Hukum I Termodinamika
menyatakan bahwa kalor dan kerja mekanik dapat saling tukar antara sistem/zat
dengan lingkungannya, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah kalor, dan sebaliknya.
Energi dalam suatu sistem (U) sendiri merupakan jumlah dari energi kinetik (Ek)
dan energi potensial (Ep) dari molekul pembangun sistem. Jika kalor diberikan
kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat
mengembang dan bertambah panas) dan sebaliknya. Jika kalor diberikan kepada
sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat mengembang
dan bertambah panas) dan sebaliknya.
Jika sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya dan melakukan kerja W pada
lingkungannya, maka secara matematis, Hukum I Termodinamika adalah hukum
umum konservasi energi yang diterapkan pada sistem apa pun di mana transfer
energi dari atau ke lingkungan (melalui panas dan kerja) diperhitungkan sebagai
persamaan :
Q=W+U Q = Kalor
W = usaha/kerja
U = energi dalam
Perubahan energi dalam yang terjadi pada setiap proses tersebut
dijelaskan sebagai berikut :

a. Proses isotermik
Jika pada suatu sistem, proses yang terjadi berlangsung dalam suhu
konstan (ΔT = 0), maka proses ini dinamakan proses isotermik.
Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan
energi dalam (ΔU = 0) dan berdasarkan Hukum I Termodinamika
kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q =
W).
Dari persamaan umum gas: PV = nRT, maka usaha yang dilakukan oleh gas pada
suhu konstan adalah:
Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik P – V berikut ini. Usaha
yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai:
Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas
b. Proses adiabatic
Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja yang dilakukan oleh
gas adalah murni berasal dari perubahan energi internalnya. Tidak ada energi yang
masuk maupun yang keluar (Q) selama proses itu berjalan.
Kondisi proses adiabatik adalah:
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W
ΔU = - W ΔU = - W = - P.dV = - P (𝑉2 − 𝑉1)
Maka: W = P.dV = P (𝑉2 − 𝑉1)
Atau: W = nRΔT = nR (𝑇2 − 𝑇1)
Persamaan Q = ΔU + W = ΔU + P ΔV pada volume tetap maka: Q = ΔU.
Secara matematis, kapasitas kalor (C) dinyatakan dengan persamaan:

kapasitas kalor gas pada tekanan tetap (CP) dan kapasitas kalor pada volume
tetap (CV) secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
Jika besaran QP dan QV dimasukkan ke dalam persamaan Hukum Pertama
Termodinamika, Q = ΔU akan didapatkan persamaan berikut:

Dengan memasukkan nilai ΔU = - W maka diperoleh


c. Proses isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas
dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume
konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan
sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan
sebagai kalor gas pada volume konstan QV. Proses Isokhorik adalah proses
perubahan keadaan yang terjadi pada volume tetap.
Q = ΔU + W
W = P.dV= P.0 = 0
Q = ΔU = U2 – U1 = nR(T2 – T1)
Kapasitas kalor pada proses isokhorik :
CV = - nR(T2 – T1)
d. Proses isobaric
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan,
gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan
konstan, gas melakukan usaha (W = p.∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai
kalor gas pada tekanan konstan QP. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada
proses isobarik berlaku :
Q = ΔU + W = ΔU + P 𝑉2 − 𝑉1 Grafik proses isobaric
Q = 𝑛𝑅 𝑇2 − 𝑇1 + P 𝑉2 − 𝑉1

Kapasitas kalor pada proses isobarik


diperoleh sebagai :
CP = CV + nR
Tabel perbedaan proses perubahan energi

Catt : Garis pada grafik P-V proses adiabatik hampir sama dengan garis pada grafik
proses isotermal, hanya kelengkungannya lebih tajam. Suhu awal dan akhir kedua
jenis garis itu berada di titik yang sama.
3. Hukum II termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi, yang mengatakan bahwa
entropi dari setiap sistem yang terisolasi selalu meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
Menurut Clausius, suatu sistem yang melakukan proses reversible (dapat
dibalik arahnya) pada suhu konstan disertai penyerapan kalor Q mengalami
perubahan entropi sebagai :
ΔS = Q/T , dengan :
ΔS = perubahan entropi
Q = kalor yang diserap
T = suhu proses
Dalam proses alamiah, perubahan entropi memenuhi persyaratan-persyaratan
berikut:
• Untuk sistem yang terisolasi, perubahan entropi semua proses memenuhi
ΔS > 0
• Untuk sistem yang tidak terisolasi, perubahan entropi total, yaitu jumlah
entropi sistem dan lingkungan selalu positif, ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan > 0

Dengan menggunakan konsep entropi, maka Hukum II Termodinamika dapat


dijelaskan bahwa, pada setiap proses alamiah, entropi total sistem dan
lingkungan selalu mengalami penambahan. Sebuah benda dengan massa m
dilepaskan dari ketinggian h secara spontan jatuh ke tanah, kemudian diam.
Pada situasi ini energi semesta adalah jumlah energi termal benda, energi
termal tanah dan energi mekanik benda.
Sebelum dilepaskan, benda mempunyai energi mekanik yang sama dengan energi
potensialnya:
U = m. g. h , dimana :
U = energi internal sistem
m = massa sistem
g = gravitasi
h = jarak/ketinggian

Satu aplikasi penting dari hukum kedua adalah studi tentang mesin kalor.
Formulasi Kelvin-Planck atau hukum termodinamika kedua menyebutkan
bahwa adalah tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja
dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh
dari suatu reservoir pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.
4. Hukum III termodinamika
Hukum III termodinamika menyatakan bahwa entropi suatu sistem
mendekati nilai konstan ketika suhu mendekati nol absolut. Entropi sistem
pada nol absolut biasanya nol, dan dalam semua kasus hanya ditentukan
oleh jumlah kondisi dasar yang dimilikinya. Secara khusus, entropi zat
kristal murni (urutan sempurna) pada suhu nol absolut adalah nol.
Pernyataan ini berlaku jika kristal sempurna hanya memiliki satu keadaan
dengan energi minimum.
Mesin carnot
Mesin carnot bekerja berdasarkan proses termodinamika yang terdiri atas dua proses isotermik dan dua
proses adiabatic. Prinsip mesin carnot digambarkan dalam grafik p – V dan membentuk siklus carnot.
Perhatikan siklus carnot seperti pada gambar.

a. Proses A-B, disebut pemuaian isotermik pada suhu konstan T1. Kalor Q1 diberikan kepada sistem sehingga
gas mengembang atau memuai dan melakukan usaha.
b. Proses B – C, disebut pemuaian adiabatic. Suhu sistem berubah dari T1 menjadi T2 dan gas melakukan usaha
dari perubahan energy dalam sistem.
Mesin carnot
c. Proses C – D, disebut penyusunan isotermik pada suhu konstan T2, Kalor Q2 dilepaskan dari sistem
kelingkungan sehingga gas menyusut dan usaha dilakukan kepada sistem.
d. Proses D –A, disebut penyusutan Adiabatik. Suhu sistem berkurang dari T2 menjadi T1 dan usaha dilakukan
kepada gas. Karena tidak ada perubahan suhu yang terjadi pada keseluruhan siklus, perubahan energy dalam sama
dengan nol. Jadi, usaha W yang dilakukan oleh mesin dalam keseluruhan siklus adalah selisih kalor yang diberikan
kedalam sistem Q1 dengan kalor yang dilepaskan Q2.
W = Q1-Q2
Mesin carnot
Efisiensi Mesin Carnot
Mesin kalor mengubah kalor menjadi usaha. Efisiensi mesin kalor menggambarkan seberapa
efektif usaha dihasilkan dari kalor yang diserap oleh sistem. Efisiensi η dinyatakan sebagai
perbandingan antara usaha W yang dilakukan dengan kalor yang diserap Q1 oleh sistem.

η= w/Q1 = (Q1 – Q2)/Q1 = 1- Q2/Q1

Karena, Q2/Q1=T2/T1 maka

η = 1- T2/T1

dimana T2 = Suhu reservoir tinggi dan T1 = Suhu reservoir rendah..


Mesin Pendingin
Prinsip dasar mesin pendingin berlawanan dengan mesin kalor. Mesin pendingin pada dasarnya
mengambil (melepaskan) kalor dari sistem ke lingkungan atau memindahkan kalor dari reservoir
dingin ke reservoir panas. Usaha diperlukan atau dikerjakan pada sistem agar mekanisme ini
dapat berlangsung.

Pada mesin pendingin berlaku usaha atau kerja dilakukan atau dikerjakan kepada sistem agar
kalor dapat dipindahkan atau mengalir dari reservoir suhu rendah ke reservoir suhu tinggi. Jadi
usaha W yang dilakukan kepada sistem adalah selisih kalor yang diserap di reservoir suhu rendah
Q2 dengan kalor yang dilepaskan di reservoir suhu tinggi Q1.

W = Q1 – Q2
Mesin Pendingin
Berbeda dengan mesin kalor yang dinilai berdasarkan
efisiensinya, kinerja mesin pendingin dinilai berdasarkan
efisiensinya, kinerja mesin pendingin dinilai berdasarkan
nilai koefisien kinerjanya. Koefisien kinerja Cp adalah
perbandingan antara kalor yang diserap di reservoir suhu
rendah dan usaha yang dikerjakan.

Cp = Q2/W = Q2/(Q1 – Q2) = T2/(T1 – T2)


CONTOH SOAL
1. Kalor sebanyak 3000 J ditambahkan pada sistem dan sistem melakukan
usaha 2500 J pada lingkungan. Perubahan energi dalam sistem adalah...
Diketahui :
Q = +3000 Joule
W = +2500 Joule
Ditanya : ΔU ΔU = 3000-2500
Jawab: ΔU= Q – W ΔU = 500 Joule
Energi dalam sistem bertambah 500 Joule.
Aturan tanda :
Q (+) jika kalor ditambahkan pada sistem
Q (-) jika kalor dilepaskan sistem
W (-) jika lingkungan melakukan usaha pada system
W (+) jika sistem melakukan usaha pada lingkungan
2. Dengan usaha luar gas sebesar 150 ), suatu sistem mengalami proses
adiabatik. Perubahan energi dalam sistem adalah sebesar AU dan kalor yang
terserap dalam sistem adalah sebesar Q, pernyataan yang benar adalah....
Diketahui :
W = -150 J
Q = 0 (proses dalam sistem secara adiabatik)
Maka, berdasarkan hukum 1 Termodinamika :
ΔU + W = Q
ΔU = -W
ΔU = -(- 150 J)
ΔU = 150 J
SOAL
1. Gas Nitrogen (N2) dengan massa 280 gr ditekansecara isotermis
pada suhu 470 C sehingga volumenya menjadi 0,5 volume semula.
Maka kerja luar gas yang dikeluarkan sebesar…. (BM nitrogen = 28;
In 0,5-0,69; R = 8,31 J/molk)

2. Pada keadaan isokhorik suatu gas mengalami kenaikan suhu dari


25°C menjadi 40° C. Besar tekanan gas awal sebesar 15 Pa. Maka
besar usaha luar gas adalah ...
3. Sebuah sistem 1 mol gas ideal monoatomik (Cp = 5/2 R) mengalami
ekspansi isobarik pada tekanan 105 pa sehingga volumenya menjadi
2 kali volume awal. Bila volume awal 25 liter maka kalor yang diserap
gas pada proses ini adalah ...

4. Satu mol gas ideal mengalami proses isotermal pada suhu T sehingga
volumenya menjadi dua kali, jika R adalah konstanta gas molar, usaha
yang dikerjakan oleh gas selama proses tersebut adalah ....
5. Sebuah pabrik mesin menyatakan klaim berikut : Masukan kalor
mesin per detik 9,0 kJ pada 435 K. Keluaran kalor per detik adalah
4,0 kJ pada 285 K. Apakah Anda mempercayai klaim ini?

6. Freezer mempunyai koefisien kinerja 2,8 dan menggunakan daya


200 W. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membekukan
cetakan es batu yang berisi 600 g air pada 0°c? (L=333 kJ/kg).
1. Diketahui :
Massa Nitrogen = 280 gr
T tetap = 47° C = (47 +273)
K = 320 K
V₂ = 0,5 V1
BM nitrogen = 28
In 0,5-0,69
R = 8,31 J/mol K

Maka besar kerja luar gas dapat


dihitung sebagai berikut:
2. Diketahui :
T₁ = 25°C
T2 = 40°C
P = 15 Pa
Maka besar usaha luar gas dapat dihitung sebagai berikut :
W = PΔV
Sistem dalam keadaan isokhorik (volume tetap) ΔV = 0
maka :
W = p. 0
W=0
3. 4. Pada proses isothermal ΔU = 0,
usaha yang dilakukan dalam
proses isothermal adalah :
5. 6.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai