Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elsa Oktaviani Sopyan

NIM : 2282200018
Kelas : A
KUIS BIOKIMIA PROTEIN

 Materi yang didapatkan pada pertemuan ke-4


Jawab
1. Struktur dan fungsi dari protein
Protein berfungsi sebagai sumber energi, membangun dan memperbaiki
jaringan tubuh, membentuk hormon dan enzim, serta membentuk antibodi. Protein
memiliki fungsi seluler yang penting dalam tubuh karena terlibat dalam biosintesis
porfirin, purin, pirimidin, dan urea. Ada 4 struktur protein, yaitu:
a) Struktur primer: Struktur ini terdiri dari satu rantai protein yang asam amino
penyusunnya tidak membentuk ikatan.

b) Struktur sekunder: Rantai protein dapat membentuk struktur heliks, paralel dan
antiparalel dengan membentuk ikatan hidrogen antara asam amino penyusunnya.
Jika rantai polipeptida membentuk ikatan dari ujung-N ke ujung-C, itu disebut
paralel, dan arah yang berlawanan disebut antiparalel.

c) Struktur tersier: Struktur ini merupakan campuran struktur sekunder yang


membentuk rantai polipeptida. Posisi, orientasi dan sudut jenis struktur sekunder
tergantung pada jenis residu asam amino yang membentuk polipeptida. Ikatan
yang membentuk struktur tersier adalah ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik,
jembatan disulfida dan ikatan ionik.
a) Struktur Kuarterner. Struktur ini terdiri atas dua atau lebih protein yang
memiliki struktur tersier.

2. Jenis Protein
Protein Hewani : daging, telur, dan susu
Protein Nabati : tempe, dan tahu

3. Struktur asam amino


Asam amino memiliki dua gugus fungsi yaitu –NH2 dan –COOH. Pada
keadaan zwitter ion, biasanya gugus tersebut dalam keadaan – NH4+ dan – COO-.
Asam amino pembentuk protein memiliki gugus karboksil bebas dan gugus amino
bebas tidak tersubstitusi yang terikat pada atom karbon α sehingga dinamakan dengan
α-asam amino.

Untuk membentuk peptida dan protein, asam amino membentuk ikatan peptida
dengan molekul asam amino lainnya. Peptida terbentuk sebagai amida dalam ikatan
gugus amino dengan gugus hidroksil dalam molekul lain melalui proses kondensasi.
Di sisi lain, pemutusan ikatan peptida disebut hidrolisis.

4. Stereoisomer asam amino


Dengan pengecualian glisin, α-karbon asam amino adalah C kiral. Oleh karena
itu, struktur tetrahedral asam amino memiliki dua bentuk bayangan cermin, yang
disebut enantiomer. Semua molekul dengan C kiral aktif secara optik dan dapat
memutar bidang cahaya terpolarisasi untuk membentuk sistem D dan L. L dan D
dirancang untuk menggambarkan levorotatory (memutar cahaya ke kiri) dan
dextrorotatory (memutar cahaya ke kanan). Asam amino yang membentuk molekul
protein adalah yang memiliki stereoisomer L. D-asam amino dapat ditemukan pada
penyusun peptida rantai pendek yang menyusun dinding sel bakteri dan peptida yang
berfungsi sebagai antibiotik.

Asam amino hanya berbeda pada gugus R nya saja. Penggolongan asam amino
berdasar- kan : muatan (nonpolar, polar tak bermuatan, polar bermuatan positif, polar
bermuatan negatif) atau jenis (alifatik, aromatik, asam, basa, hidroksi, sulfur, amida,
karboksilat, imino) pada gugus R.

5. Proses Titrasi Asam Amino


Asam amino dapat membentuk ion dengan dua kutub polar (dipol) kutub,
biasa disebut zwitterion bila dilarutkan dalam air. Zwitterion dapat bertindak sebagai
asam (donor proton) dan basa (akseptor proton). Asam amino sering disebut sebagai
amfoter atau amfolit (amfoter elektrolit) karena sifatnya yang dipolar dan
kemampuannya untuk berfungsi baik sebagai asam maupun basa. Ion amonium (-
NH3+) bertindak sebagai asam dan ion karboksilat (-COO -) bertindak sebagai basa.
Adanya gugus karboksilat -COOH menyebabkan asam amino bertindak sebagai asam
karena dapat melepaskan proton atau H+. Proses pelepasan proton ini disebut
deprotonasi. Asam amino yang mengalami deprotonasi akan bermuatan negatif atau
menghasilkan asam amino basa terkonjugasi. Adanya gugus amina -NH 2
menyebabkan asam amino bertindak sebagai basa karena dapat menerima proton atau
H+. Proses menerima proton ini disebut protonasi. Asam amino yang telah mengalami
protonasi akan bermuatan positif atau menghasilkan asam konjugat dari asam amino.
Asam amino dalam larutan umumnya dalam bentuk isoelektrik. Titik muatan
memiliki pH nol dan disebut titik isoelektrik (pl). Asam amino bermuatan negatif
ketika pH di atas pl dan bermuatan positif ketika pH di bawah pl. Titrasi asam amino
dapat dilakukan untuk menentukan pl asam amino.
Titrasi asam basa dapat digunakan untuk menentukan titik isoelektrik asam
amino karena prosesnya sama. Titik isoelektrik (pI) adalah pH di mana asam amino
netral atau memiliki muatan nol (bentuk zwitterionik). Namun titrasi asam basa tidak
memiliki beberapa tahapan, sedangkan titrasi asam amino memiliki beberapa tahapan,
sehingga asam amino yang lebih negatif akan keluar terlebih dahulu.
Dari kurva titrasi glisin pada pH sangat rendah (pH <<< pKa), sebagian besar
glisin akan terprotonasi dalam bentuk +H3N-CH2-COOH (donor proton), sehingga
molekulnya bermuatan +1. Kemudian setelah basa ditambahkan (dititrasi), maka
gugus -COOH dari glisin akan melepaskan protonnya atau hampir terdeprotonasi
secara sempurna sehingga akan membentuk +H3N-CH2-COO-  dengan muatan 0.
Kemudian dilakukan titrasi lagi, maka gugus –NH3+  pada asam amino diprotik
tersebut akan  terdeprotonasi secara sempurna membentuk H2N-CH2-COO-dengan
muatan -1. Ketika pKa1= 2,34, artinya setengah dari glisin (gugus pertama) telah
menjadi basa konjugasi, sementara setengah sisanya masih dalam bentuk asam. Oleh
karena itu, konsentrasi asam akan sebanding dengan konsentrasi basa konjugasi,
sehingga nilai pKa1 akan sebanding juga dengan nilai pH glisin tersebut, yaitu 2,34.
Gugus yang pertama kali akan terdeprotonasi adalah gugus yang memiliki kekuatan
asam lebih kuat, dalam hal ini adalah gugus karboksil. Sedangkan, gugus amino akan
terdeprotonasi setelah gugus karboksil habis dititrasi oleh basa. Sehingga, gugus
amino akan habis terdeprotonasi pada pKa 9,60. 

Anda mungkin juga menyukai