I. PENDAHULUAN
asam amino jenis ini tidak dapat diproduksi dari dalam tubuh. membutuhkan pI yang artinya parameter poin isometrik dan pK
Sedangkan asam amino nonesensial merupakan asam amino yang artinya poin konstanta. Saat melakukan titrasi asam basa ini
yang bisa diproduksi dalam tubuh. Asam amino memiliki melibatkan penambahan atau pelepasan proton. Contohnya yaitu
beberapa sifat diantaranya yaitu mudah larut dalam air namun titrasi pada glisin. Pada umumnya kurva titrasi menggunakan
tidak dapat larut dalam pelarut organik nonpolar serta bersifat glisin karena gugus sampingnya sama dengan atom hidrogen
amfoterik [2]. Klasifikasi pada asam amino dapat ditunjukkan sehingga tidak bisa mengion. Sedangkan pada gugus karboksil dan
seperti, asam amino dengan gugus R nonpolar alifatik, asam gugus amina glisin dapat terionisasi karena pentritasian dengan
amino dengan gugus R aromatik, asam amino dengan gugus R basa kuat seperti NaOH. Pada titrasi ini memiliki dua tahap yang
polar yang tidak bermuatan, asam amino dengan rantai sepronasi dari dua kelompok berbeda glisin. Tahap pertama,
samping asam, serta asam amino dengan rantai samping basa terjadinya pelepasan proton pada gugus –COOH dari glisin.
[4]. Namun, pada titik tengahnya terdapat donor proton (+H3N-CH2-
COOH) dan akseptor proton (+H3N-CH2-COO-) sehingga
mencapai titik infleksi yang mana pH-nya sama dengan pKa, yaitu
2,34. Jadi, gugus –COOH memiliki pK1 sebesar 2,34. Kemudian,
proses titrasi kembali berlangsung dan mendapat titik akhir
sebesar 5,97. pH tersebut didapatkan saat titik infleksi sudah
mengangkat proton pertamanya dan memulai pengangkatan untuk
proton yang kedua. Pada pH ini glisin terbentuk ion dipolar
(zwitterion). Tahap kedua, terjadi pelepasan proton dari gugus –
NH3 glisin yang menghasilkan pH 9,60. pH ini sama dengan pK2
Gambar 5. Struktur asam amino dengan gugus R nonpolar dari gugus –NH3. Titrasi glisin berakhir dengan struktur NH2 -
[21]. CH2 – COO- yang pH nya sebesar 12 [19]. Berikut merupakan
kurva titrasi dari glisin.
(Dokumentasi
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
2. Ditambah Untuk 1 1 ml
kan 1 ml membebaskan albumin
NaOH ammonia lagi dan 1 ml
10% dari amonium NaOH
kemudian sulfat yanh ada 10%
panaskan. pada telur dimasukk
an ke
dalam
tabung
reaksi
kemudian
(Dokumentasi dipanaska
Pribadi, 2022) n. NaOH
(Dokumentasi
Pribadi, 2022) yang
3 Dipanask Untuk
ditambah
an pada mendenaturasi
kan untuk
air sehingga
hidrolisis
mendidih terlepasnya
asam
dan sebagian
amino dan
diamati hingga semua
pemanasa
perubahan ikatan peptida
n
warna dan yang mengikat
bau 2 Pb-Asetat
5%
(Dokumentasi
sebanyak
Pribadi, 2022)
4 tetes
4 Setelah ditambah
Untuk
berbau kan pada
mengetahui larutan
seperti dan
amonia dan
memastikan diamati
dan gas yang
terjadi (Dokumentasi perubahan
dihasilkan Pribadi, 2022) nya
perubahan
warna adalah gas
diangkat amonia 3 4 tetes
dan HCl pekat
diukur ph ditambah
(Dokumentasi uapnya kan pada
Pribadi, 2022) larutan
dan
5 Di ukur Untuk diamati
ph dan mengetahui perubahan
didapatka bahwa dalam warna dan
n ph basa uap yang baunya.
yaitu 13 dihasilakn (Dokumentasi
terdapat Pribadi, 2022)
amonia yang
memiliki pH
sebesar 13 2.3.2 Tabel Cara Kerja Uji Kelarutan
Pada Uji kelarutan dapat dilakukan seperti pada tabel 2
(Dokumentasi berikut.
Pribadi, 2022) Tabel 2. Uji Kelarutan
2. Pada 5. Pada
tabung 1 tabung
ditambahka keempat
n larutan ditambahka
aquades 1 n larutan
ml. alkohol
96% 1 ml.
3. Pada 6. Pada
tabung tabung 5
kedua ditambahka
ditambahka n kloroform
n larutan 1 ml.
HCL 10% 1
ml.
(Dokumentasi Pribadi,
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
2022)
4. Pada tabung
2.3.3 Tabel Cara Kerja Uji Pengendapan ke 3 dan ke 4
Adapun dalam cara kerja uji pengendapan dapat diberikan
diketahui melalui tabel 3 berikut. setetes demi
Tabel 3. Cara kerja Uji Pengendapan setetes larutan
asam asetat
No Gambar Perlakuan Fungsi dan larutan
. Perlakua asam sulfo
n silsilia pada
tabu
1. Albumin telur
dimasukkan
ke dalam
tabung reaksi
berjumlah 5. Pada tabung
6,yang ke-5 dan ke-6
masing diberikan
masing setetes demi
sebanyak 2 setetes larutan
ml. CuSO4 5%
dan Pb-asetat
5% pada
(Dokumentasi Pribadi, tabung yang
2022) berbeda,
masing-
2. Pada tabung masing 10
pertama tetes dan
albumin kemudian
ditetesi dihomogenka
larutan NaCl n.
5% setetes
demi setetes
hingga jenuh
2.3.4 Tabel Cara Kerja Uji Biuret
dan terdapat
Dalam pembuatan uji biuret dapat diketahui melalui tabel
endapan. Lalu
4 berikut.
ditambahkan
sampai Tabel 4. Cara kerja uji biuret
berlebihan No Gambar Perlakuan Fungsi
dan . Perlakuan
(Dokumentasi Pribadi, dihomogenka
2022) n. 1. Diambil Fungsi
albumin telur perlakuan
dan gelatin pemberian
2% sebanyak gelatin 2%
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
1. Albumin + + +
2 ml ke dalam dan albumin Telur
tabung reaksi telur ialah
yang berbeda untuk
membedaka
n tingkat III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ikatan 3.1 Uji Erlenmenter Protein
peptida yang Pada uji elementer ini bertujuan untuk membuktikan adanya
terdapat kandungan dalam protein. Kandungan tersebut meliputi unsur C,
pada proteinH, O, dan N. Serta unsur lain seperti sulfur dan pospat [1]. Uji ini
dibagi menjadi tiga, yang pertama adalah uji unsur C, H, O,
(Dokumentasi pribadi, kemudian yang kedua adalah unsur N, dan unsur S. Pada uji
2022) elementer dengan unsur C, H, O didapatkan hasil seperti pada
table berikut ini.
2. Kepada Pemberian Tabel 5. Uji adanya unsur C, H, dan O
masing- NaOH
masing bertujuan Uji erlenmenter ini diawali dengan memasukkan albumin ke
tabung, untuk cawan porselen yang kemudian ditutup dengan gelas objek dan
diteteskan 1 memberikandipanaskan. Pada reaksi pemanasan terjadi dua reaksi yaitu reaksi
ml NaOH pengarangan yang mampu mengubah carbon menjadi hitam. Lalu
suasana basa
pada kaca objek akan mengalami pengembunan dikarenakan
10% pada sampel
oksigen yang terdapat pada albumin menguap sehingga timbul
kemudian
embun pada gelas objek. Sehingga pada uji ini membuktikan
dihomogenka bahwa pada protein mengandung unsur carbon dan oksigen
n didalamnya [10].
(Dokumentasi pribadi, Selanjutnya, pada uji unsur N didapatkan hasil seperti pada
2022) tabel 6 berikut.
Tabel 6. uji adanya unsur N
3. Diteteskan 3 Fungsi No. Perlakuan Hasil Pengamatan
tetes CuSO4 pemberian (+/-)
0,2% pada CuSO4 ialah Bau Amonia pH
larutan di untuk 1. Albumin + 1 ml + 13
tabung reaksi, mereaksikan NaOH 10% dipanaskan
kemudian ikatan Uji adanya unsur N, dilakukan dengan dimasukkan 1 ml
dihomogenka peptida albumin telur ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan NaOH10%,
n kembali dengan dan larutan dipanaskan kemudian diamati. Hasil yang didapat
ikatan logamadalah tercium bau amonia dan larutan memiliki pH 13 yang
berat yaitu menandakan bahwa larutan bersifat basa. Hal ini disebabkan oleh
Cu2+ penambahan NaOH 10% dimana NaOH bersifat basa sehingga
(Dokumentasi pribadi, sesuai denga sifat protein yang amfoter maka suasana ada sampel
2022) juga akan bersifat basa akibat dipengaruhi oleh NaOH10% [2].
Dan yang ketiga terdapat uji Unsur P yang dapat diketahui
4. Diamati untuk Perubahan hasilnya melalui tabel 7 berikut.
perubahan warna yangTabel 7. Uji adanya unsur S
yang terjadi terjadi No
Hasil Pengamatan
setelah Perlakuan (+/-)
proses Bau belerang (S) pbS
homogen 1. Albumin + 1 ml NaOH + +
berfungsi 10% dipanaskan + 4
untuk tetes Pb asetat + 4
mengindikas tetes HCl
i adanya pekat
ikatan
Pada percobaan uji adanya unsur S, albumin yang ditambahkan
(Dokumentasi pribadi, peptida
NaOH lalu dipanaskan kemudian ditambahkan Pb asetat dan HCl
2022) protein pada
pekat memberikan sama – sama hasil positif terhadap
sampel
terbentuknya PbS dengan ditandai larutan berwarna hitam
Hasil mengendap kecoklatan dan memiliki bau sulfur atau belerang [2].
Pengamatan
No (+/-)
Bahan Uji 3.2 Uji Kelarutan Protein
Bau Dalam uji kelarutan protein ini memiliki fungsi untuk
Pengarangan rambut Pengembu mengetahui tingkat kelarutan protein terhadap suatu larutan
terbakar nan ataupun senyawa lain. Protein sendiri memiliki sifat amfoter, yaitu
mampu menjadi asam maupun basa [11]. Dan hasil yang
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
didapatkan adalah sebagai berikut. maupun asam.Pada uji pengendapan dengan garam dua tabung
Tabel 8. HasilUji kelarutan protein reaksimasing masing ditambahkan albumin telur 2 ml, tabung
Bahan Tab 1 Tab 2 Tab 3 Tab 4 Tab 5 reaksi 1 diberikan NaCl 5% dan tabung reaksi 2 diberikanMgSO4
Albumin 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 5%. Didapatkan hasil pada tabung reaksi 1 tidak adaendapan dan
telur tabung reaksi 2 terjadi endapan. Namun, padatabung reaksi 1 dan
Air suling 1 ml 2 terdapat faktor error, yaitu seperti penetesan larutan yang
HCl 10% 1 ml kurang tepat mapun penghomogenan yang kurang baik,
NaOH 1 ml Selanjutnya terdapat pula pengamatan pada larutan organik seperti
96% asam asetat dan asam sulfosalisiliat. Larutan tersebut diteteskan
Alkohol 1 ml sebanyak 10 tetes pada tiap tabung reaksi yang berisi albumin.
96% Hasil dari pengamatan tersebut adalah kedua larutan itu
Kloroform 1 ml mengendap dan pada sulfosalisilat berwarna putih dan pada asam
Kocok tabung dengan kuat asetat berwarna kuning. Pada pengamatan ini apabila protein
Hasil Larut Larut Larut Tidak Tidak diberi suasana basa maka protein akan semakin terhidrolisis. Lalu
putih larut larut pada pengamatan pb- asetat dan CuSO4 5%, hasil yang terlihat
keru yaitu terjadi pengendapan warna biru pada CuSO4 5%, dan
h pengendapan warna kuning pada Pb-asetat.
Percobaan ini diawali dengan, albumin telur dimasukkan ke
3.4 Uji Biuret
dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml. Lalu ditambahkan
Uji Biuret merupakan sebuah uji yang digunakan sebagai
sebanyak 1 ml air suling atau aquades. Karena sifat dari asam
pembuktian adanya ikatan peptide yang mengindikasikan adanya
amino yang dapat mengikat polar maka dari itu didapatkan
protein dimana Ikatan peptide akan bereaksi dengan reagen biuret
hasil yang tercampur rata dan berwarna sedikit bening. Hal ini
yang menghasilkan warna. Dalam uji ini langkah yang dilakukan
sesuai dengan referensi bahwa asam amino penyusun protein
setelah memasukkan 2ml gelatin dan 2 ml albumin masing-masing
dapat bersifat polar sehingga hidrofilik [9]. Serta aquades
pada tabung yang berbeda adalah dengan memasukkan 1 ml
merupakan pelarut yang memiliki gugus fungsional polar [12].
NaOH 10%. NaOH berfungsi untuk memberikan suasana basa
Langkah kedua, dilakukan pengisian tabung 2 dengan albumin
pada larutan karena uji biuret memperlukan suasana basa dalam
telur 2 ml dan 1 ml HCl 10%. Hasil yang didapatkan albumin
pengujiannya [18]. Adanya warna ungu atau merah muda pada
dapat larut dengan HCl dan berwarna putih. Albumin telur
hasil uji dikarenakan adanya persenyawaan antara Cu2+ dari
dapat larut dengan HCl dimana larutan ini memberikan suasana
reagen biuret dengan NH dari ikatan peptide dan O dari air [18].
asam pada larutan [13]. Hal ini dikarenakan protein memiliki
Hal ini terlihat pada sampel gelatin yang berubah menjadi
sifat amfoter dimana dapat bersifat asam ataupun basa sesuai
keunguan, yang menandakan adanya protein yang kuat di
dengan pelarutnya. Langkah ketiga, dilakukan pengisian
dalamnya. Warna menjadi indikator adanya kandungan protein
tabung 3 dengan albumin telur 2 ml dan 1 ml NaOH 40%.
dan rantai peptida, maka semakin pekat warna peptida, semakin
Hasil yang didapatkan albumin telur dapat larut dengan NaOH
panjang rantai peptida dan semakin banyak pula kandungan
40%, karena memilikisifat amfoter dimana dapat bersifat asam
proteinnya. Semakin pudar warnanya menandakan semakin
ataupun basa sesuai dengan pelarutnya. Pada tabung ke 4 dan 5
pendek rantai peptidanya dan semakin sedikit kandungan
didapatkan bahwa sampel tidal larut hal ini dikarenakan pada
proteinnya.
alkohol merupakan pelarut organik yang bersifat polar,
sehingga tidak larut dalam protein dan berwarna putih. Pada
Kloroform sendiri bersifat non polar [14]. Sehingga protein IV. KESIMPULAN
juga tidak dapat mengikat atau larut dalam klorofom pada Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui
sampel terdapat warna ungu setelah penambahan klorofom 1ml unsur-unsur penyusun protein seperti unsur C,H, dan O. Lalu juga
karena kloroform memiliki warna ungu dan sebagai indikator terdapat unsur N dan S. Selanjutnya dapat diketahui juga tentang
pewarna [15]. Penambahan pelarut organik pada albumin akan kelarutan protein dapat larut pada aquades dan NaOH 40%. Serta
menurunkan konstanta dielektrik larutan sehingga gaya dapat dibuktikan adanya molekul peptida melalui proses uji biuret.
elektrostatik yang melingungi gugus fungsi yang polar dan :
bermuatan mengalami penurunan [16].
Protein ini. Namun saya harap, kedepannya semua para dosen, [23] J. M. Lara, Intracellular Management of Information: From DNA to
Proteins, TripleC, Vol 7(2), (2009), 376-385, doi: 10.31269/vol7iss2pp376-
aslab, maupun teman-teman dapat memberikan saran-saran dan
385
kritikan untuk membuat saya belajar lebih baik lagi. Sekian
yang dapat saya sampaikan, Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR PUSTAKA
[1] F. Kusnandar, Kimia Pangan Komponen Makro. 2019.
[2] R. M. S. P. Y. O. A. F. I. M. Desra Hari Putra, "KARAKTERISTIK
ASAM AMINO DAN ASAM LEMAK BEKASAM KERANG BULU
(Anadara antiquate) DI DESA BENAN KABUPATEN LINGGA,"
MARINADE, vol. Vol. 03 No. 02, no. Oktober, p. 161, 2020.
DOI:10.31629/MARINADE.V3I02.3404
[3] D. R. Ferrier, “Biokimia Edisi Keenam,” Tangerang Selatan:Binarupa
Aksara, 2014.
[4] A. Simamora, “BUKU AJAR BLOK 3 BIOLOGI SEL 1 Asam
amino,Peptida, dan Protein.” FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA,
2015
[5] F. Tunjungsari and W. Sumarni, “Karakteristik Adhesive Polymer
Polivinil Asetat Termodifikasi Butil Akrilat untuk Aplikasi Transfer
Metalize,” Indones. J. Chem. Sci., vol. 8, no. 2, pp. 81–86, 2019.
[6] D. Faustine, I. Setyaningsih, and S. D. Hardiningtyas, “Depolimerisasi
Kitosan Menggunakan Sinar Ultraviolet dan Katalis Asam Klorida,” J.
Pengolah. Has. Perikan. Indones., vol. 23, no. 3, pp. 412–422, 2020, doi:
10.17844/jphpi.v23i3.31656.
[7] S. L. Nur Alim Natsir, "ANALISIS KANDUNGAN PROTEIN
TOTAL IKAN KAKAP MERAH DAN IKAN KERAPU BEBEK,"
Biology Science & Education, vol. Vol. 7 No 1, p. 52, 2018.
[8] M. Ahmadi and S. H. Seyedin, “Investigation of NaOH properties,
production and sale mark in the world,” J. Multidiscip. Eng. Sci.
Technol., vol. 6, no. 10, pp. 10809–10812, 2019, [Online]. Available:
http://www.jmest.org/wp-content/uploads/JMESTN42353137.pdf.
[9] L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky, R. B. Orr.
“Campbell Biology Twelfth Edition”. New York: Pearson Education.
2020.
[10] K. Nisah, M. Afkar, and H. Sa’diah, “Analisis Kadar Protein Pada
Tepung Jagung, Tepung Ubi Kayu Dan Tepung Labu Kuning Dengan
Metode Kjedhal,” Amina, vol. 1, no. 3, pp. 108–113, 2021, doi:
10.22373/amina.v1i3.46.
[11] D. A. Virliantari, A. Maharani, U. Lestari, and Ismiyati,
“Pembuatan Indikator Alami Asam-Basa dari Ekstrak Kulit Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.),” Semnastek, pp. 1–6, 2018.
[12] H. Khotimah, E. W. Anggraeni, and A. Setianingsih,
“Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi,” J.
Chemurg., vol. 1, no. 2, p. 34, 2018, doi: 10.30872/cmg.v1i2.1143.
[13] P. Alvarez, V. M, and adriana neske, “Rollinia occidentalis extract
as green corrosion inhibitor for carbon steel in HCl solution,” J. Ind.
Eng. Chem., vol. 58, 2018, doi:
https://doi.org/10.1016/j.jiec.2017.09.012.
[14] [8] T. Proses Pangan, A. Wheni Indrianingsih, K. Nisa, E.
Damayanti, R. Maryana, and S. W. Krido UPT BPPT Kimia LIPI
Yogyakarta Jl Yogya Wonosari Km, Sub Tema Efektivitas Fraksi N-
Heksana, Kloroform Dan Etanol Ekstrak Biji Mimba Sebagai
Biopestisida Untuk Jamur Alternaria Porri (The Effectivity Of N-
Hexane, Chloroform And Ethanol Fraction Of Neem Seed Kernels
Extract As Biopesticide For Fungus Alternaria Porri).
2007. [Online].
Available:www.prn2.usm.my/mainsite/bulletin/sun/1997/sun6.html,
[15] A. R. Hikam, N. Ekowati, and H. Hernayanti, “The Cytotoxic and
Apoptosis Effects of Chloroform Extracts of Auricularia auricula on
Cervical Cancer Cells,” Biosaintifika J. Biol. Biol. Educ., vol. 11, no. 1,
pp. 32–38, 2019, doi: 10.15294/biosaintifika.v11i1.15492.
[16] I. Achmad, S. Dan, and E. Susanti, “PARTIAL PURIFICATION
OF CRUDE EXTRACTS OF CELLULASE OF
BACILLUSCIRCULANS WITH ACETON PRECIPITATION
METHODS,” 2019.
[17] [17]C. M Runnels., K. A. Lanier, J. K. Williams., J. C. Bowman,
A. S. Petrov, N. V Hud, & L. D Williams. “Folding, assembly, and
persistence: The essential nature and origins of biopolymers”. Journal
of molecular evolution. Vol 86(9): 598-610, 2018.
[18] Erianti, F., Marisa, D., & Suhartono, E. “Potensi Antiinflamasi Jus
Buah Belimbing (Averrhoa carambola L.) terhadap Denaturasi Protein
In Vitro”. Berkala Kedokteran, 11(1), 33-39. (2015)
LAMPIRAN
Hasil
Pengamatan
No (+/-)
Bahan Uji
Bau
Pengarangan rambut Pengembu
terbakar nan
1. Albumin + + +
Telur
5 Uji Pengendapan protein : Hasilnya terdapat pengendapan semua pada tabung 1 hingga 6
6. Uji Biuret : Makin ungu maka banyak ikatan peptidanya dan ditemukan
LAMPIRAN 2
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
Asam Amino dan Protein_2_5005211044
Asam Amino dan Protein_2_5005211044 17
Asam Amino dan Protein_2_5005211044 18