Anda di halaman 1dari 91

Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

I. NOMOR PERCOBAAN : 08
II. JUDUL PERCOBAAN : Mempelajari Sifat-Sifat dan Reaksi Warna
dari Protein
III. TANGGAL PERCOBAAN : 13 April 2017 pukul 09.40-15.30 WIB
IV. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel dan irreversibel.
2. Membedakan reaksi denaturasi protein yang disebabkan oleh asam, garam dan
garam dari logam berat, serta pemanasan berdasarkan pengamatan.
3. Memahami penyebab terjadinya pengendapan pada protein.
4. Mengidentifikasi adanya protein melalui reaksi warna.

V. DASAR TEORI
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan
fungsi semua sel makhluk hidup dan virus ( Lehninger, 1982).
Ditinjau dari unsur yang menyusun protein terdiri atas unsur-unsur C, H, O, dan N,
beberapa protein juga mengandung belerang, fosfor, dan beberapa unsur logam seperti
seng, besi dan tembaga. Bentuk polimer dari protein mempunyai struktur yang kompleks.
Struktur protein tersusun atas gabungan asam amino pada gugus karbonil dan amino
dengan ikatan peptida. Ikatan peptida ini yang menggabungkan monomer asam amino satu
dengan yang lain dalam struktur protein.

O H O
+
+
NH3CH2C + NH3 C C
O- O-

CH3

O
H O
+
NH3CH2C +
NH2 C C + H2O
O-
CH3

Ikatan Peptida

Penggabungan asam amino diatas dengan satu ikatan peptida diperoleh suatu
senyawa dipeptida. Senyawa tripeptida diperoleh dari penggabungan tiga asam amino
dengan dua ikatan peptida. Untuk senyawa protein (polipeptida) diperoleh penggabungan
sebanyak 50 asam amino. Struktur polipeptida tersebut sering ditulis dengan simbol
sebagai berikut:
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [1]
PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

R O R' O R''
O
H H
H2N C C N C C N C C
H H OH
n
H

(Anwar, dkk., 1994).

Di dalam larutan, asam amino terionisasi dan dapat bersifat asam atau basa. Asam-
asam -amino yang mempunyai gugus amino tunggal dan gugus karboksil tunggal
mengkristal dari larutan netral dalam bentuk ion penuh, yang disebut ion dipolar atau
zwiterion. Walaupun ion dipolar bersifat netral dan tidak bergerak di dalam medan listrik,
ion ini mempunyai muatan listrik yang berlawanan pada kedua kutubnya. (Lehninger,
1982)

Sumber-Sumber Protein
1. Susu
Susu merupakan larutan yang berisi protein, laktosa, mineral dan vitamin
tertentu yang mengemulsi lemak dan kasein. Jika lemak dihilangkan dari susu tersebut
diperoleh susu skim sedangkan apabila kaseinnya diendapkan residu yang diperoleh
disebut serum. Kasein dapat diendapkan dengan cara mengasamkan susu sampai pH
4,7. Banyaknya kasein dalam susu sapi berkisar 3,0 3,5 %, sedangkan dalam susu ibu
berkisar 0,3 3,6%. Untuk protein yang tidak terendapkan pada pH 4,7 terdapat dalam
serum. Protein serum ini terdapat sebanyak 0,6 - 0,7% dalam susu. Serum ini terdiri
dari globulin dan albumin (Anwar, dkk., 1994).

2. Telur

Salah satu sumber protein dalam bahan makanan adalah telur. Telur merupakan
sumber makanan yang banyak dimanfaatkan manusia. Bahan makanan ini
mengandung protein, lemak, vitamin dan mineral. Kandungan penyusun protein telur
dapat dibagi kedalam protein putih telur dan protein kuning telur. Komposisi protein
putih telur akan disajikan dalam tabel 1 berikut:

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [2]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

Tabel 1. Komposisi Protein Putih Telur


Total protein 10 11% dasar basah
Ovalbumin 70% dari total protein
Conalbumin 9 dari total protein
Ovomucoid 13 dari total protein

Protein penyusun kuning telur terdiri dari lipovitelin dan lipovitellenin. Kedua
protein tersebut merupakan campuran protein dan lemak yang pada umumnya berupa
lisitin. Disamping itu terdapat protein yang larut dalam air yang disebut livetin
(Anwar, dkk., 1994).

Sifat-Sifat Protein
Karena protein tersusun atas asam-asam amino maka protein mempunyai sifat
mirip dengan asam-asam amino. Protein merupakan suatu koloid elektrolit yang bersifat
amfoter. Dengan sifat ini, protein dapat bersifat asam atau basa. Sifat amfoter ini
tergantung jumlah gugus -NH2 dari amina dan COOH dari asam. Dalam bentuk netral,
senyawa ini berbentuk dua kutub ion (Zwister ion). Pada keadaan dua kutub ion ini disebut
titik isoelektrik.
R

H2N C COOH
H

NH2 R NH3+

+OH- H+
R C COO- R C COO- R C COOH
H H H

suasana basa titik isoelektrik suasana asam

Pada keadaan titik isoelektrik jumlah muatan positif dan negatif sama. Dengan
menambahkan asam (menurunkan pH dibawah titik isoelektrik) membuat sifat protein
bertindak sebagai basa, sedangkan pada penambahan basa protein menjadi asam. Titik
isoelektrik ini berguna untuk memisahkan asam-asam amino penyusun protein karena
setiap asam amino mempunyai titik isoelektrik (pI) yang berlainan. Sebagai contoh pada
pH diatas isoelektrik protein berada dalam bentuk ion negatif mampu bereaksi dengan

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [3]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

suatu kation sedangpada pH dibawah titik isoelektrik (berbentuk muatan positif) protein
mampu mengikat anion.
Pada umumnya, protein mempunyai sifat sebagai senyawa amorf, tidak berwarna,
mempunyai titik leleh dan titik didih yang tidak tetap, tak larut dalam pelarut organik dan
apabila dilarutkan dalam air membentuk suatu larutan koloid. Protein ini mudah rusak
karena pengaruh panas, penambahan logam, dan pengaruh asam atau basa (Anwar, dkk.,
1994).

1. Denaturasi Protein
Denaturasi merupakan perubahan fisik dan perubahan yang tidak diketahui
dari protein. Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan
konfigurasi protein dari bentuk -heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan
rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat
protein.
Sifat denaturasi protein umumnya bersifat irreversibel yaitu pengendapan yang
tidak dapat diperoleh kembali protein asal, baik dengan melarutkan dalam air atau
dalam larutan garam. Dengan berubahnya struktur protein maka aktifitas protein akan
hilang. Perubahan struktur protein dapat juga terjadi pada proses hidrolisis sehingga
kecenderungan membentuk sifat koagulasi berkurang dan akhirnya hilang sama sekali
(larutan menjadi jernih) (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan
konfigurasi protein dari -helik menjadi memanjang. Hal ini disebabkan rusaknya
ikatan hidrogen dan ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat dari protein.

Denaturasi (Anwar,
akibat dkk., 1994)
penambahan senyawa kimia dapat disebabkan terjadinya reaksi kimia antara gugus-
gugus yang ada dengan senyawa yang ditambahkan. Sebagai contoh penambahan
formaldehid akan terjadi reaksi pada gugus amino pada protein dengan asam
aminodimetil. Hasil reaksi ini memberikan endapan yang tidak larut dalam air dan
mengeras (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [4]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

Gambar denaturasi protein (Lehninger, 1982)

2. Pengendapan Protein
Adanya berbagai gugus fungsional (NH2, NH, OH, CO) dan bentuk ion ganda
(zwitter ion) yang terdapat dalam struktur protein dapat menyebabkan terjadinya
reaksi pengendapan protein. Gugus-gugus fungsional tersebut mampu mengikat
molekul air melalui pembentukan ikatan hidrogen. Reaksi pengendapan dapat terjadi
dikarenakan penambahan bahan-bahan kimia seperti garam-garam dan pelarut organik
yang dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air.
a. Pengendapan dengan amonium sulfat
Pengendapan yang diakibatkan oleh penambahan amonium sulfat pekat
menyebabkan terjadinya dehidrasi protein (kehilangan air). Akibat proses dehidratasi
ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendap.
Protein yang diendapkan dengan cara ini tidak mengalami perubahan kimia sehingga
dapat dengan mudah dilarutkan kembali melalui penambahan air. Pengendapan
dengan cara ini bersifat reversibel.
b. Pengendapan karena asam mineral pekat

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [5]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

Perlakuan asam mineral pekat pada protein dapat menyebabkan terbentuknya


senyawa garam dari reaksi asam dengan gugus amino protein. Pengaruh lainnya dapat
terjadi denaturasi irreversibel dan diperoleh endapan protein. Namun pada umumnya
pengendapan dengan penambahan asam mineral kuat (kecuali HNO 3 pekat) bersifat
reversibel.
c. Pengendapan protein oleh logam berat
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang
bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi
netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang mengendap.
Endapan protein ini akan larut kembali pada penambahan alkali (misalnya NH 3 dan
NaOH). Sifat pengendapan protein tersebut adalah reversibel. Dari dasar reaksi ini
protein sering kali dipakai sebagai obat penawar keracunan logam-logam berat seperti
merkuri, tembaga, dan lain-lain (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).

3. Reaksi Warna Protein


a. Reaksi Biuret
Reaksi Biuret merupakan reaksi warna yang umum digunakan untuk gugus
peptida (-CO-NH-) dari protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna
ungu karena terbentuknya senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan
peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi
warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida ungu
dan tetrapeptida serta peptida komplek memberikan warna merah. Beberapa protein
yang mempunyai gugus CS-NH, -CH-NH- dalam molekulnya juga memberikan tes
warna positif dari reaksi biuret ini membentuk suatu senyawa kompleks yang
digambarkan dibawah ini:

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [6]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

Struktur komplek Cu2+ senyawa peptida


(Tim Dosen Kimia Organik, 2017)

b. Reaksi Ksanthoprotein
Reaksi warna ksanthoprotein dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin
benzena dari asam amino penyusun protein. Test dikatakan positif ditunjukkan
dengan warna kuning yang disebabkan terbentuknya suatu senyawa
polinitrobenzena dari asam amino protein. Reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzena misalnya tirosin, fenil alamin,
triptofan. Pada penambahan senyawa alkali warna kuning akan hilang dan berubah
menjadi kuning muda sampai jingga disebabkan sifat keasaman fenol bereaksi
dengan alkali. Warna jingga ini apabila diasamkan akan berubah kembali menjadi
kuning (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).

c. Reaksi Ninhidrin
Reaksi warna protein ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan
warna biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino
dengan ninhidrin yang dituliskan dibawah ini:

(Fessenden & Fessenden, 1982)

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [7]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

Warna biru-ungu di atas juga dapat digunakan untuk menentukan asam


amino secara kuantitatif dengan mengukur absorbansinya pada 570 nm. Dasar
reaksi ini digunakan dalam alat untuk penentuan asam amino.

d. Reaksi Millon
Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein
sehingga penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari senyawa
merkuri. Untuk protein yang mengandung tirosin atau triptofan penambahan
pereaksi Millon menghasilkan warna merah. Namun pereaksi ini tidak spesifik
karena juga memberikan test positif warna merah dengan adanya senyawa fenol
(Tim Dosen Kimia Organik, 2017).

e. Reaksi Hopkin-Cole
Reaksi warna protein ini menunjukkan positif apabila ditandai terbentuknya
cincin ungu pada bidang batas antara larutan protein dengan pereaksi.
Pembentukan cincin ini dikarenakan terbentuknya kondensasi 2 inti indol dari
triptofan dengan aldehid. Aldehid disinidiperoleh asam glikosalat yang digunakan
untuk test Adamkiewicz Hopkins (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
4. Hidrolisis Protein
Adanya penambahan alkali pada protein dapat menyebabkan terjadinya
hidrolisis ikatan peptida dari polimer protein. Hidrolisis ini menghasilkan monomer-
monomer asam amino dan sebagian gugus amino yang berubah menjadi ammonia.
Akibat hidrolisis tersebut jumlah gugus amino berkurang. Jika dalam protein terdapat
asam amino yang mempunyai atom S seperti sistein dan sistin dalam molekulnya maka
asam amino ini dapat tereliminasi ke dalam bentuk senyawa H2S. penambahan garam
Pb dalam suasana basa menjadi endapan PbS yang mudah diamati.
Pb2+ + 4 OH- PbO22- + 2 H2O
S2- + 2 H2O + PbO22- PbS + 4 OH-
Endapan hitam

(Tim Dosen Kimia Organik, 2017)

VI. ALAT DAN BAHAN


Alat:
Tabung reaksi 20 buah
Rak tabung reaksi 1 buah
Pipet tetes 20 buah
Spiritus 1 buah
Kaki tiga 1 buah
Kasa 1 buah
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [8]
PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

Penjepit kayu 1 buah


Gelas kimia 2 buah

Bahan:
Asam asetat 1 N 2 tetes
Telur ayam negeri 1 butir
Susu sapi murni 100 mL
(NH4)2SO4 2 tetes
Formaldehid 1-15 mL
Aquades secukupnya
HCl 1 N 1 tetes
Indikator kongo secukupnya
NaOH 0,1 M 3 mL
HNO3 pekat 1 mL
HCl pekat 1-2 mL
CuSO4 secukupnya
PbSO4 secukupnya
FeSO4 secukupnya
ZnSO4 secukupnya
Larutan Ninhidrin 0,2% 10 tetes
Amonia secukupnya
1% HgSO4 1 mL
10% H2SO4 secukupnya
1% NaNO3 1 tetes
Formaldehid encer 1 tetes
CuSO4 0,5% secukupnya
40% NaOH 1 mL

VII. ALUR KERJA


1. Denaturasi Protein
a. Denaturasi karena penambahan CH3COOH

5 ml larutan protein
2-3 mL larutan protein

Dimasukkan
Dimasukkan keke dalam
dalam tabung
tabung reaksi
reaksi
Dipanaskan 2selama
Ditambahkan 1 menit 1 N sambil dikocok
tetes CH3COOH
Endapan
terbentuk flake (endapan)
didinginkan
dibagi menjadi 2 bagian
Dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit
Diamati erubahan pada endapan
Bagian I Bagian II

b. Denaturasi Karena Pemanasan


Hasil1-2
pengamatan Dipanaskan
Ditambahkan tetes larutan (NH4)2SO4
Dipanaskan Diamati
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [9]
Diamati
PROTEIN

Hasil pengamatan Hasil pengamatan


Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [10]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

c. Denaturasi Karena Penambahan Formaldehid

1-15 ml formaldehid + 2 ml aquades

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan larutan protein bertetes-tetes
Diamati

Hasil pengamatan
2. Pengendapan Protein
a. Pengendapan Protein dengan (NH4)2SO4

3-4 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 3-4 ml larutan jenuh (NH4)2SO4
Dikocok pelan-pelan
Larutan keruh

Diambil 1 ml larutan keruh


Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2-3 ml aquades
Dikocok
Larutan
b. Uji jernih Basa
dalam Suasana

3 ml larutan NaOH encer

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan beberapa tetes indikator PP

Larutan berwarna merah jambu

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [11]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

2-3 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan bertetes-tetes larutan NaOH 0,1 M yang telah diuji dengan indi
Diamati dan dicatat

Perubahan warna

3. Pengendapan Protein
a. Pengendapan Protein dengan (NH4)2SO4

3-4 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 3-4 ml larutan jenuh (NH4)2SO4
Dikocok pelan-pelan
Larutan keruh

Diambil 1 ml larutan keruh


Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2-3 ml aquades
Dikocok
Larutan jernih

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [12]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

b. Pengendapan protein dengan Asam Mineral

1 ml HNO3 pekat 1 ml HCl pekat

Masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Tabung dimiringkan
Ditambahkan 1-1,5 ml larutan protein bertetes lewat tabung
Tabung ditegakkan kembali
Didiamkan sejenak
cincin putih (endapan putih)

Tabung dikocok
Ditambahkan asam-asam tersebut
Diamati setiap tabung

Hasil pengamatan
c. Pengendapan Protein dengan Logam Berat

1-1,5 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan CuSO4 tetes demi tetes
Dikocok

Endapan berwarna biru

Ditambahkan CuSO4 berlebih


Endapan larut

Diulangi percobaan dengan garam-garam dari ZnSO4, FeSO4, dan HgSO4


Diamati

Hasil pengamatan

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [13]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

4. Reaksi-Reaksi Protein
a. Reaksi Biuret

3 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 1 ml NaOH 40%
Ditambahkan beberapa tetes larutan 0,5% CuSO4

Larutan berwarna
b. Reaksi Ksanthoprotein

3 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 1 ml HNO3 pekat
Dipanaskan campuran
Larutan berwarna kuning

Didinginkan
Ditambahkan NH3
Larutan berwarna jingga
c. Reaksi Ninhidrin
pH larutan protein 0,5% diatur sampai pH = 7

1 ml larutan protein 0,5% pH 7

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 10 tetes larutan ninhidryn 0,2%
Dipanaskan pada suhu 100oC selama 10 menit
Diamati

Hasil pengamatan

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [14]


PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II

d. Reaksi Millon

2 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 1 ml pereaksi HgSO4
Dipanaskan

Endapan kuning

Didinginkan dengan air


Ditambahkan 1 tetes larutan 1% NaNO3
Dipanaskan
Larutan merah
e. Reaksi Hopkin-Cole

1 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 1 tetes larutan formaldehid encer
Ditambahkan 1 tetes pereaksi HgSO4
Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung yang dimiringkan sehingga terbentuk 2 lap

Terbentuk 2 lapisan (cincin ungu)


5. Hidrolisis Protein dan Tes Adanya Belerang

1 ml larutan protein

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 1 ml larutan 40% NaOH
Dipanaskan selama 1 menit
Ditambahkan 1 tetes Pb-asetat

Endapan PbS berwarna hitam

MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [15]


PROTEIN
VIII. HASIL PENGAMATAN

No Prosedur Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan


.
1 Denaturasi Protein Sebelum: Protein akan terdenaturasi dengan Protein
a. Denaturasi karena penambahan CH3COOH Susu: larutan berwarna adanya penambahan asam, terdenaturasi
putih pemanasan, dan penambahan dengan adanya
Putih telur: larutan tidak formaldehid. penambahan
5 ml larutan protein
berwarna asam dengan
CH3COOH 1 N: larutan ditandai
tidak berwarna terbentunya flake
pada larutan
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Sesudah:
Ditambahkan 2 tetes CH3COOH N sambil dikocok
Susu + CH3COOH:
larutan putih terbentuk
flake
Dipanaskan: flake putih
terbentuk flake (endapan)
dan endapan larutan
(Lehninger, 1982)
keruh
Putih telur + CH3COOH
Dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit
Perubahan pada endapan diamati 1 N: larutan berwarna
putih keruh dan
terbentuk flake
Dipanaskan: larutan
Hasil pengamatan keruh dan flake
b. Denaturasi karena pemanasan Sebelum: Protein
Susu : larutan berwarna terdenaturasi
putih
2-3 mL larutan protein dengan adanya
Putih telur : larutan tidak
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berwarna peningkatan suhu
Dipanaskan selama 1 menit (NH4)2SO4: larutan tidak dengan ditandai
Didinginkan berwarna
oleh terbentuknya
Dibagi menjadi dua
Sesudah: endapan pada
Susu dipanaskan : larutan larutan
Bagian I Bagian II putih keruh.
1. Bagian 1
(+) (NH4)2SO4 : larutan
Ditambahkan 1-2 tetes larutan (NH4)2SO4 Dipanaskan
keruh
Dipanaskan Diamati Dipanaskan: larutan putih
Diamati keruh(+),endapan putih
2. Bagian 2
Dipanaskan: larutan keruh
Hasil pengamatan Hasil pengamatan dan endapan putih

Putih telur dipanaskan:


larutan keruh
1. Bagian 1
(+) (NH4)2SO4 : larutan
keruh
Dipanaskan: larutan putih
keruh (+),endapan putih
2. Bagian 2
Dipanaskan: larutan keruh
dan endapan putih

c. Denaturasi karena penambahan formaldehid


Sebelum: Protein akan terdenaturasi dengan Protein
Formaldehid: larutan tak adanya penambahan formaldehid terdenaturasi
1-15 ml formaldehid + 2 ml aquades berwarna dengan
dengan membentuk endapan akibat
Aquades: larutan tak penmabhan
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi berwarna dari gugus amina pada protein formaldehid
Ditambahkan larutan protein bertetes-tetes
Larutan putih telur: larutan dengan ditandai
dengan formaldehid.
Diamati tak berwana terbentuknya
Susu: larutan berwarna putih endapan pada
Hasil pengamatan
larutan.
Sesudah:
Formaldehid+ aquades:
larutan tak berwarna
Larutan formaldehid + susu:
larutan putih
keruh,endapan putih
Larutan formaldehid +putih
telur: larutan tak
berwarna,endapan putih
2 Sifat Amfoter Protein Sebelum: O Protein dapat
a. Uji3 dalam suasana asam
ml aquades Aquades: cairan tak H3N C
H2O bereaksi dengan
+ H+
berwarna C O asam, hal ini
H2
HCl: larutan tak berwarna ditandai dengan
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 1 tetes HCl 1 N
Ditambahkan beberapa tetes indikator kongo

Larutan berwarna biru


Putih telur: tidak berwarna adanya perubahan
Larutan pp: larutan tak O warna indikator
berwarna kongo.
H3N C
C OH
H2
Sesudah:
Telur
Aquades+ HCl : larutan tak
berwarna
+ indikator kongo: berwarna
biru

Larutan berwarna biru +


susu : larutan berwarna
merah jambu dan terdapat
Larutan berwarna biru
endapan putih
-Ditambahkan 2-3 ml larutan protein
- Diamati dan dicatat Larutan berwarna biru+
putih telur: berwarna pink
dan ada gumpalan putih
Perubahan warna

b. Uji dalam suasana basa Sebelum: O Protein dapat


NaOH encer: tidak berwarna H3N C bereaksi dengan
+ OH-
Indikator pp: tidak berwarna C
H2
O basa, hal ini
3 ml larutan NaOH encer
Putih telur: tidak berwarna ditandai dengan
NaOH 0,1 M: tidak O adanya perubahan
berwarna H2N C
warna indikator
+ H2O
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi C OH PP.
H2
Sesudah:
Ditambahkan beberapa tetes indikator PP

Larutan berwarna merah jambu


NaOH+ pp: larutan merah Protein
jambu Protein memiliki sifat amfoter. merupakan
Apabila ditambah asam, maka senyawa amfoter,
Larutan merah jambu +susu: protein akan bertindak sebagai basa. karena dapat
larutan merah muda+ Dan apabila ditambah basa, maka bereaksi dengan
endapan sifat protein akan bertindak sebagai asam maupun
asam (Anwar, dkk., 1994). basa.
Larutan merah jambu +putih
telur: larutan merah muda
+ endapan putih telur

2-3 ml larutan protein

- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


- Ditambahkan bertetes-tetes larutan NaOH 0,1 M yang tela
Diamati dan dicatat

Perubahan warna

3 Pengendapan Protein Sebelum: Pengendapan protein dengan Pengendapan


a. Pengendapan protein dengan (NH4)2SO4 Susu : berwarna putih pemberian ammonium sulfat protein dengan
3-4 ml larutan protein Larutan putih telur : larutan bersifat reversibel. Protein yang ammonium sulfat
tidak berwarna diendapkan tidak mengalami bersifat
(NH4)2SO4: larutan tidak
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi perubahan kimia sehingga mudah reversibel.
berwarna
Ditambahkan 3-4 ml larutan jenuh (NH4)2SO4
Aquades: tak berwarna dilarutkan kembali melalui Ditandai dengan
Dikocok pelan-pelan
penambahan air (Anwar, dkk., larutnya endapan
Larutan keruh Sesudah
1994). saat ditambah
Susu + (NH4)2SO4 : larutan
aquades.
berwarna putih keruh+
endapan putih
Susu + (NH4)2SO4 +
aquades : larutan jernih
Putih telur + (NH4)2SO4 :
larutan keruh
Putih telur + (NH4)2SO4 +
aquades : larutan jernih

Larutan keruh

- Diambil 1 ml larutan keruh


- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Ditambahkan 2-3 ml aquades
-Dikocok

Larutan jernih

b. Pengendapan protein dengan asam Sebelum: Terbentuknya senyawa garam Pengendapan


mineral Susu : berwarna putih akibat reaksi antara asam dengan protein dengan
1 ml HNO3 pekat 1 ml HCl pekat Larutan putih telur : larutan gugus amina protein yang ditandai asam mineral
tidak berwarna
dengan terbntuknya endapan. HNO3 bersifat
HNO3 pekat: larutan tidak
berwarna irreversibel.
HCl
Masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi pekat : larutan tak O
Ditandai dengan
H H
berwarna H2O, H+
2

Tabung dimiringkan N C C
C
+ 2HCl
N C endapan semakin
H2 H
Ditambahkan 1-1,5 ml larutan protein bertetes lewat dinding tabung
Sesudah:
O
banyak saat
Tabung ditegakkan kembali
Didiamkan sejenak Susu O ditambah HNO3
Susu + HNO3 : terbentuk Cl-
H2 berlebih.
cincin putih (endapan putih) cincin putih
H3N C
+ C OH
C OH H3N C

Tabung dikocok Susu + HNO3 + dikocok : H2


Cl-
O Pengendapan
Ditambahkan asam-asam endapan
tersebut kuning
Didiamkan: endapan protein dengan
Diamati setiap tabung
bertambah
Hasil pengamatan asam mineral HCl
susu + HCl pekat : cincin bersifat
putih reversibel.
larut
Dikocok: larutan putih keruh Ditandai dengan
+ HCl pekat: tidak ada latutnya kembali
endapan dan larutan keruh endapan saat

Telur ditambah HCl


Putih telur + HNO3 pekat: berlebih.
terbentuk cincin putih
Putih telur + HNO3 pekat+
dikocok : endapan kuning
Setelah didiamkan: endapan
bertambah
Putih telur + HCl pekat :
cincin putih
Dikocok: larutan tidak
berwarna
+ HCl pekat : larutan putih
keruh endapan larut

c. Pengendapan protein dengan logam berat


Sebelum: Protein akan mengalami Pengendapan
Susu:larutan berwarna putih pengendapan dengan adanya protein dengan
1-1,5 ml larutan protein
Putihtelur :tidak berwarna
logam-logam berat. logam berat
CuSO4: larutan berwarna
O
biru bersifat
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi H H2
Pb(CH3COO)2: larutan N C C
+ H SO reversibel.
Ditambahkan CuSO4 tetes demi tetes C N C
2 4

keruh H2 H
Dikocok Ditandai dengn
ZnSO4: larutan tak berwarna O

FeSO4: larutan tak berwarna terbentuknya


Endapan berwarna biru
HgSO4: larutan tak berwarna endapan
O
H2O
+ H2SO4
kemudian dapat
H2N C L
Sesudah: C
H2
O larut kembali.
2
Endapan berwarna biru 1. CuSO4
Susu+ CuSO4: larutan biru+
endapan,endapan larut
- Ditambahkan CuSO4 berlebih
+ CuSO4 berlebih : endapan
larut
Endapan larut
Telur+CuSO4: larutan biru
- Diulangi percobaan dengan garam- keruh+ endapan
garam dari ZnSO4, FeSO4, dan + CuSO4 berlebih : endapan
HgSO4 larut
- Diamati
2. Pb(CH3COO)2
Susu+ Pb(CH3COO)2:
Hasil pengamatan
larutan putih+ endapan
+ Pb(CH3COO)2 berlebih :
endapan larut
Telur + Pb(CH3COO)2:
larutan putihkeruh+
endapan
+ Pb(CH3COO)2 berlebih :
endapan larut

3. ZnSO4
Susu+ ZnSO4: larutan
putih+ endapan
+ZnSO4 berlebih : endapan
larut

Telur + ZnSO4: larutan


putihkeruh+ endapan
+ZnSO4 berlebih : endapan
larut

4. FeSO4
Susu+ FeSO4: larutan putih+
endapan
+ FeSO4 berlebih : endapan
larut
Telur + FeSO4: larutan putih
keruh+ endapan
+ FeSO4 berlebih : endapan
larut
5. HgSO4
Susu+ HgSO4: larutan
putih+ endapan
+ HgSO4 berlebih : endapan
larut
Telur + HgSO4: larutan
putihkeruh+ endapan
+ HgSO4 berlebih : endapan
larut

4 Reaksi-Reaksi Protein Sebelum: CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Larutan protein


a. Reaksi Biuret Susu : larutan berwarna Cu(OH)2 (aq) + Na2SO4(aq) membentuk
putih
ikatan peptida
3 ml larutan protein Putih telur : larutan tidak
berwarna Cu(OH)2 Cu2+ + 2OH- ditandai dengan
40% NaOH: larutan hasil uji positif
tidak berwarna O
terbentuknya
0,5% CuSO4: larutan H H 2
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 2 N C C + Cu2+
berwarna biru. C N C larutan ungu pada
Ditambahkan 1 ml NaOH 40% H2 H

Ditambahkan beberapa tetes larutan 0,5% CuSO4


O
uji biuret karena

Larutan berwarna
Sesudah: telah terbentuk
Susu +40% NaOH : larutan O senyawa
berwarna putih + 0,5% H H2
N C H C kompleks
CuSO4 : larutan ungu C N C
H2
Putih telur + 40% NaOH : antara Cu2+ dan N
Cu2+ O
larutan berwarna putih + O dari molekul
0,5% CuSO4 : larutan H2
N C C ikatan peptida.
ungu H C N C
H2
H
O

Reaksi positif ditandai dengan


terbentuknya warna ungu karena
terbentuk senyawa kompleks Cu2+
dengan N dari molekul protein
b. Reaksi Ksanthoprotein Sebelum: O
Larutan protein
3 ml larutan protein Susu : larutan berwarna H2N
C OH
mengandung
CH
putih
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi cincin benzena
Putih telur : larutan tidak
Ditambahkan 1 ml HNO3 pekat + 3HNO3 dengan ditandai
berwarna
Dipanaskan campuran
HNO3 pekat: larutan tak oleh terbentuknya
Larutan berwarna kuning
berwarna
larutan yang
Sesudah:
Didinginkan Susu berwarna jingga
Ditambahkan NH4OH Susu+ HNO3 : lapisan bawah pada uji reaksi
Larutan berwarna jingga kuning dan lapisan atas Ksanthoprotein
putih.
Didinginkan + ammonium:
larutan berwarna jingga O

H2N C
OH
Putih telur CH

Putih telur + HNO3 : lapisan O2 N


NO2

bawah kuning dan lapisan


atas putih.
Didinginkan + ammonium:
NH2
larutan berwarna jingga
Reaksi warna Ksanthoprotein dapat
terjadi karena reaksi nitrasi pada
cincin benzena dari asam amino
penyusun protein. Tes dikatakan
positif ditunjukkan dengan warna
kuning yang disebabkan
terbentuknya senyawa
polinitrobenzena dari asam amino.

c. Reaksi Ninhidrin Sebelum: Larutan protein


1 ml larutan protein 0,5% pH 7
Susu : larutan berwarna
pH larutan protein 0,5% diatur sampai pH = 7 mengandung
putih
Putih telur : larutan tidak asam amino
berwarna bebas dengan
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
0,2 % ninhidrin: larutan ditandai oleh
Ditambahkan 10 tetes larutan ninhidrin 0,2%
tak berwarna.
Dipanaskan pada suhu 100oC selama 10 menit terbentuknya
Diamati

Hasil pengamatan
larutan berwarna
Sesudah: ungu pada uji
Susu +0,2% ninhidrin :
reaksi Ninhidrin.
larutan tak berwarna.
Setelah dipanaskan : larutan
berwarna ungu .
(Fessenden & Fessenden, 1982)
Putih telur + Ninhidrin 0,2%
: larutan tak berwarna.
Setelah dipanaskan : larutan
berwarna ungu

d. Reaksi
2 ml Millon
larutan protein Sebelum: Protein membentuk warna merah Larutan protein
Susu : larutan berwarna dengan pereaksi millon karena mengandung
Dimasukkan ke dalam tabung putih
reaksi mengandung asam amino tirosin tirosin dengan
Ditambahkan 1 ml pereaksiHgSO4
Putih telur : larutan tidak ditandai oleh
Dipanaskan berwarna Tambahi reaksi terbentuknya
Pereaksi merkuri sulfat : endapan merah
Endapan kuning
larutan tak berwarna bata.
Didinginkan dengan air
Ditambahkan 1 tetes larutan 1% NaNO3
Dipanaskan
Larutan merah
NaNO3 1%: larutan tak
berwarna

Sesudah:
Susu + pereaksi merkuri
sulfat : larutan berwarna
putih.
Dipanaskan: terbentuk
endapan putih dan larutan
sedikit merah muda
+ NaNO3 1% : larutan
sedikit merah muda.
Dipanaskan : endapan merah
bata dan larutan berwarna
merah muda.

Putih telur + pereaksi


merkuri sulfat : larutan tak
berwarna.
Dipanaskan: larutan
berwarna sedikit merah
muda
+ 1% NaNO3: larutan
berwarna sedikit merah
muda dan endapan merah
bata.

e. Reaksi Hopkin-Cole Sebelum: Membntuk cincin ungu bidang Larutan protein


1 ml larutan protein Susu: larutan berwarna
batas mengandung inti
putih indol asam amino
Putih telur : larutan tidak
triptofan dengan
ke dalam tabung reaksi berwarna
1 tetes larutan formaldehid encer Formaldehid: larutan tak terbentuknya
1 tetes pereaksi HgSO4 berwarna cincin berwarna
Pereaksi
1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung yang dimiringkan sehinggamerkuri sulfat: 2 lapisan
terbentuk
larutan tak berwarna ungu.
H2SO4 :larutan tak
Terbentuk 2 lapisan (cincin ungu)
berwarna

Sesudah:
Susu + formaldehid : larutan
berwarna putih
+ pereaksi merkuri sulfat :
larutan putih
+ H2SO4 :cincin berwarna
ungu

Putih telur + formaldehid :


larutan tak berwarna
+ pereaksi merkurisulfat :
1 ml larutan protein larutan tak berwarna
+ H2SO4 : menghasilkan
cincin berwarna ungu

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


5 Hidrolisis Protein & Tes Adanya Belerang Sebelum: Pb2+ + 4OH- PbO22- + 2H2O Larutan protein
Ditambahkan 1 ml larutan 40% NaOH
Susu : larutan S2- + 2H2O + PbO22- PbS + 4OH- mengandung
Dipanaskan selama 1 menit
Ditambahkan 1 tetes Pb-asetat

Endapan PbS berwarna hitam


berwarna putih belerang dengan
Putih telur : larutan ditadai oleh
tidak berwarna
NaOH 40% : larutan terbentuknya
tak berwarna endapan hitam
Pb-asetat: larutan tak pada larutan.
berwarna

Sesudah:
Susu + NaOH 40%:
larutan berwarna putih
Dipanaskan : larutan
berwarna kuning
+ Pb Asetat : larutan
berwarna coklat
kehitaman.

Putih telur + 40% NaOH


: larutan tak berwarna
Dipanaskan : larutan
berwarna kuning jernih
+ Pb Asetat : larutan
berwarna coklat
kehitaman
IX. ANALISIS PEMBAHASAN

1. Denaturasi Protein
Denaturasi merupakan perubahan fisik dan perubahan yang tidak diketahui
dari protein. Proses denaturasi bisa disebabkan karena pengaruh bahan-bahan kimia,
tekanan tinggi, penyinaran sinar X dan ultraviolet serta pemanasan (Anwar, 1994).
Berikut ini akan dibahas mengenai denaturasi protein yang disebabkan oleh
penambahan asam asetat, pemanasan, dan karena penambahan formaldehid.
a. Denaturasi Karena Penambahan Asam Asetat
Protein Susu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui denaturasi protein pada susu sapi
akibat adanya penambahan asam asetat. Langkah pertama yang dilakukan yakni 5
mL larutan susu berwarna putih dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 2
tetes asam asetat 1 N tidak berwana sambil dikocok terbentuk endapan putih.
Penambahan asam asetat mengakibatkan larutan protein (susu) mengendap, hal ini
disebabkan asam asetat merupakan penyebab terjadinya denaturasi pada protein.
Saat mengalami proses denaturasi, struktur protein akan mengalami perubahan
konfigurasi dari bentuk -heliks menjadi memanjang. Asam asetat menghancurkan
jembatan garam dengan adanya muatan ionik dimana ion positif dan negatif yang
berasal dari asam asetat yang ditambahkan menggantikan ion positif dan negatif
dalam garam protein (reaksi penggantian dobel).
Setelah dikocok dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit timbul
endapan putih keruh pada susu. Hal ini dikarenakan perubahan struktur dari protein
dari struktur kuartener ataupun struktur tersier (-heliks) menjadi struktur yang
lebih sederhana (memanjang). Hal ini dikarenakan panas dapat mengacaukan
ikatan hidrogen.
Gambar 1. Perubahan struktur protein karena mengalami denaturasi
(Anwar, 1994).

Protein Putih Telur Ayam Negeri


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui denaturasi protein akibat
adanya penambahan asam asetat pada protein putih telur ayam negeri. Pada
percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah mengencerkan larutan putih
telur terlebih dahulu. Larutan protein didapatkan melalui pengenceran dengan
aquades. Satu butir telur ayam negeri hanya diambil putih telurnya saja kemudian
dimasukkan kedalam beaker glass, lalu ditambahkan aquades hingga volume
larutan mencapai 100 mL. Larutan protein putih telur ayam negeri tidak berwarna.
Selanjutnya larutan putih telur ayam negeri tersebut diambil 5 mL dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambah asam asetat 1 N sambil di
kocok. Larutan asam asetat tidak berwarna. Tujuan penambahan dua tetes asam
asetat 1 N adalah sebagai pereaksi untuk mengetahui proses terjadinya denaturasi
protein karena penambahan asam asetat. Setelah penambahan asam asetan 1 N
menyebabkan terbentuk endapan putih pada larutan putih telur tersebut yang
menunjukkan bahwa endapan tersebut masih bersifat sebagai protein (albumin),
namun telah terjadi perubahan struktur menjadi tersier maupun kwartener.

Kemudian larutan telur dipanaskan selama 5 menit larutan putih telur

memadat dan berwarna putih. Hal ini dikarenakan pemanasan akan menyebabkan
protein telur terdenaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya
gumpalan dan proses pemanasan.

b. Denaturasi Karena Pemanasan


Protein Susu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui denaturasi protein pada susu sapi
akibat adanya pemanasan. Langkah pertama yang dilakuakan adalah diambil 2-3
mL larutan protein (susu) dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan
selama 1 menit larutan berwarna putih. Setelah itu tabung reaksi didinginkan,
kemudian larutan dibagi menjadi 2 bagian. Pada tabung reaksi I, ditambahkan 1-2
tetes larutan (NH4)2SO4. Larutan (NH4)2SO4 tidak berwarna. Setelah penambahan
(NH4)2SO4, larutan tetap berwarna putih. Kemudian dipanaskan sehingga
menghasilkan endapan putih. Fungsi penambahan (NH4)2SO4 adalah memberikan
suasana basa pada larutan protein susu. Penambahan (NH4)2SO4 akan
meningkatkan kekeruhan dengan kata lain meningkatkan terdenaturasinya protein.
Sedangkan pada tabung reaksi II, dipanaskan tanpa penambahan larutan
(NH4)2SO4 menghasilkan endapan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa, tabung reaksi I menghasilkan endapan yang lebih banyak
daripada tabung reaksi II, hal ini disebabkan karena penambahan ammonium sulfat
pada tabung reaksi I. Ammonium sulfat bertindak sebagai agen dehidrasi dimana
protein yang memiliki kelarutan paling rendah akan mengendap. Namun
pengendapan ini bersifat reversibel karena tidak terjadi perubahan kimia terhadap
protein sehingg dapat dengan mudah dilarutkan kembali dengan penambahan air.
Pada percobaan ini, yang dapat mendenaturasi protein (susu) adalah dengan
menaikkan suhu (memanaskan) terhadap larutan protein (susu). Panas dapat
merusak ikatan hidrogen. Pemanasan juga akan menurunkan kemampuan mengikat
air dari protein. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan
terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak
memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida.

Protein Putih Telur Ayam Negeri


Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui denaturasi protein akibat
pemanasan pada protein putih telur Ayam negeri. Percobaan ini dilakukan dengan
cara memasukkan 2 - 3 mL larutan putih telur ke dalam tabung reaksi. Larutan
putih telur ayam negeri tidak berwarna. Kemudian dipanaskan sehingga terbentuk
endapan putih dan larutan keruh. Pemanasan digunakan untuk merusak ikatan
hidrogen dan interaksi hidrofobik non-polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi
dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein
bergerak sangat cepat sehingga merusak ikatan molekul tersebut. Sehingga protein
akan terdenaturasi .
Selanjutnya larutan didinginkan dan dibagi dalam 2 tabung. Tabung 1
ditambahkan (NH4)2SO4 kemudian dipanaskan dan tabung 2 tanpa penambahan
apapun kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan tabung 1 larutan terdapat
endapan putih dan larutan keruh (++) dan tabung 2 larutan keruh dan ada endapan
putih(+). Fungsi penambahan (NH4)2SO4 adalah memberikan suasana pada
larutan. Penambahan asam akan meningkatkan kekeruhan dengan kata lain
meningkatkan terdenaturasinya protein. penambahan ammonium sulfat juga akan
menyebabkan terjadinya dehidrasi pada protein sehingga akan lebih mudah
mengendap.

c. Denaturasi Karena Penambahan Formaldehid


Protein Susu
Percobaan denaturasi karena penambahan karbohidrat ini yang pertama
dilakuakan adalah 1-1,5 formalehid tidak berwarna dan 2 mL akuades tidak
berwarna dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan protein
(susu) tetes demi tetes terbentuk endapan putih. Pada percobaan ini penambahan
formaldehid mengakibatkan protein terdenaturasi menghasilkan endapan
dikarenakan formaldehid berikatan dengan protein pada gugus aminanya sehingga
dapat menghasilkan suatu turunan asam amino dimetil (reaksi asam).

Protein Putih Telur Ayam Negeri


Pada percobaan ini bertujuan mengetahui denaturasi protein akibat
penambahan formaldehid pada protein putih telur ayam negeri. Yang pertama
dilakukan larutan formaldehid sebanyak 1-1,5 mL dimasukkan tabung reaksi lalu
ditambah dengan 2 mL aquades. Setelah itu ditambah protein putih telur sebanyak
10 tetes sampai terbentuk endapan putih. Terbentuknya endapan dikarenakan
asam amino yang berikatan dengan formaldehid akan bereaksi asam.

2. Sifat Amfoter Protein


a. Dalam Suasana Asam
Protein Susu
Pertama yang dilakukan adalah larutan akuades tidak berwarna sebanyak 3
mL dimasukkan dalam tabung reaski, kemudian ditambahkan 1 tetes HCl 1 N tidak
berwarna dan ditambahkan 1 tetes indikator kongo larutan berubah warna menjadi
biru. Indikator kongo merupakan indikator pH dalam rentang pH asam. Kemudian
ditambah 3 mL larutan protein (susu) berubah menjadi warna merah jambu,
terdapat endapan (+). Hal ini menunjukkan bahwa menghasilkan suatu kation
(bersifat asam). Struktur protein tersusun oleh gabungan asam amino pada gugus
karbonil dan asam amino dengan ikatan peptida. Adapun perubahan warna akibat
dari konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion COO- sehingga
terbentuk ion positif.

Protein Putih Telur Ayam Negeri

2 mL aquades dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian


ditambahkan dengan 1 tetes larutan Asam Klorida (HCl) 1N kemudian ditambah
1 tetes indikator kongo larutan menjadi warna biru. Lalu larutan tersebut ditambah
2-3 mL larutan protein putih telur ayam negeri sehingga terjadi perubahan dari
larutan tersebut yang semula berwarna biru menjadi kemerahan. Penambahan HCl
disini adalah memberi suasana asam.

Reaksi dengan asam:


b. Dalam Suasana Basa
Protein Susu

Pertama yang dilakukan adalah larutan NaOH tidak 0,1 M tidak


berwarna dimasukkan dalam tabung reaksi menghasilkan larutan tidak
berwarna , ditambahkan 1 tetes indikator pp tidak berwarna
menghasilkan larutan berwarna merah muda. Kemudian ditambahkan 3
mL larutan protein (susu) berwarna putih menjadi larutan warna muda,
terdapat endapan (+). Hal ini menunjukkan bahwa menghasilkan suatu
anion (bersifat basa) sehingga dapat disimpulkan bahwa protein
bersifat amfoter. Dalam suasana basa konsentrasi ion OH - yang tinggi
mampu mengikat ion-ion H+ pada gugus NH3+. Dalam suasana basa
molekul protein akan membentuk ion negatif.

Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan


melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H +,
seperti reaksi berikut:

COOH -COO- + H+

-NH2 + H+ -NH3+

Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat
membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut
juga ion amfoter (zwitterion), keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan.

Protein Putih Telur Ayam Negeri


3 mL larutan NaOH encer dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambah
indikator PP larutan berwarna merah muda. Fungsi penambahan NaOH untuk
memberi suasana basa. Kemudian larutan tersebut ditambahkan 2-3 mL larutan
telur. Setelah ditambah larutan putih telur warna larutan tersebut tetap merah
muda tetapi menjadi jernih.
Reaksi dengan basa:

3. Pengendapan Protein
a. Pengendapan Protein dengan Amonium Sulfat
Protein Susu
Percobaan dilakukan pertama-tama 3 mL larutan protein (susu) berwarna
putih dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambah 3-4 tetes larutan (NH 4)2SO4 jenuh
tidak berwarna dan dikocok menghasilkan larutan keruh, terdapat endapan (++).
Kemudian dipindahkan 1 mL keruh tersebut dalam tabung reaksi lain, ditambahkan
3 mL akuades mengahsilkan larutan sedikit jernih, endapan larut (+).Pada
percobaan pengendapan protein dengan ammonium sulfat, penambahan
ammonium silfat terhadap larutan protein menyebabkan protein mengalami
dehidrasi sehingg larutan yang memiliki kelarutan kecil akan mengendap.
Kemudian setalah ditambah akuades, endapan larut (+), larutan sedikit jernih. Hal
ini dikarenakan protein yang diendapkan dengan penambahan Ammonium sulfat
tidak mengalami perubahan kimia, sehingga dapat dengan mudah dilarutkan
kembali melalui penambahan air. Dengan kata lain, pengendapan dengan
penambahan Ammonium sulfat bersifat reversibel.

Protein Putih Telr Ayam Negeri

Langkah percobaan pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah


larutan putih telur sebanyak 3-4 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
ditambah 3 - 4 mL (NH4)2SO4 jenuh sambil dikocok sehingga larutan keruh dan
terdapat endapan. Kemudian 1 mL larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan ditambah 2 - 3 mL aquades sambil dikocok larutan menjadi jernih.
Terbentuk endapan pada larutan ini karena penambahan (NH4)2SO4 yang
menyebabkan terjadinya dehidrasi pada protein. Protein yang mengendap tidak
mengalami perubahan kimia, sehingga dapat dilarutkan kembali melalui
penambahan air. Pada percobaan ini reaksi pengendapan bersifat reversibel.

b. Pengendapan Protein dengan Asam Mineral


Protein Susu
Pada percobaan pengendapan protein dengan asam mineral ini, disediakan
dua tabung reaksi. Tabung reaski I ditambahkan 1 mL HNO 3 pekat, larutan tidak
berwarna, setelah itu ditambah 1-1,5 mL larutan protein (susu) tetes demi tetes
melalui dinding tabung reaksi terbentuk cincin putih. Kemudian larutan dikocok
menghasilkan larutan berwarna kuning terdapat endapan (+), setelah itu
ditambahkan HNO3 pekat lagi terbentuk endapan (++). Pada tabung yang berisi
HNO3 pekat yang direaksikan dengan larutan protein akan membentuk garam
mineral dengan gugus amino pada protein. Selain itu, juga menghasilkan
denaturasi irreversibel.

RCHCOOH

NH3+NO3-
Tabung reaksi II ditambahkan 1 mL HCl pekat larutan tidak berwarna,
setelah itu ditambah 1-1,5 mL larutan protein (susu) tetes demi tetes melalui
dinding tabung reaksi terbentuk cincin putih. Kemudian larutan dikocok
menghasilkan larutan keruh (++), terdapat endapan (+). Setelah itu ditambahkan
HCl pekat lagi menghasilkan tidak terdapat endapan, larutan sedikit keruh (+).
Pada tabung yang berisi HCl pekat yang direaksikan dengan larutan protein juga
akan membentuk garam mineral dengan gugus amino pada protein. Selain itu, juga
menghasilkan denaturasi reversibel dimana protein dapat dilarutkan kembali
dengan penambahan HCl berlebih.

RCHCOOH

NH3+Cl-

Protein Putih Telur Ayam Negeri


Tabung 1
Yang pertama dilakukan pada percobaan ini adalah larutan HNO 3 pekat
sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi 1, kemudian ditambah 1-1,5
mL larutan putih ayam negeri melalui dinding tabung reaksi kemudian terbentuk
cincin berwarna putih (+), selanjutnya dikocok dan ditambah HNO 3 pekat,
sehingga larutan terbentuk endapan berawarna kuning. Fungsi dengan adanya
penambahan HNO3 menyebabkan terbentuknya senyawa garam dari reaksi asam
dengan gugus amino pada protein. Pada percobaan ini terjadi reaksi irreversibel
dibuktikan dengan endapan tidak larut setelah penambahan HNO 3 berlebih pada
larutan protein .
Tabung 2
Yang pertama dilakukan pada percobaan ini adalah larutan HCl pekat
dimasukkan kedalam tabung reaksi 2, kemudian di tambah 1-1,5 mL larutan putih
telur melalui dinding tabung terbentuk cincin putih. Kemudian dikocok larutan
menjadi tidak berwarna dan ditambah HCl pekat lagi menyebabkan endapan larut,
penambahan asam klorida berlebih menyebabkan endapan larut kembali. Sehingga
penambahan asam klorida menghasilkan endapan yang bersifat reversibel.

c. Pengendapan Proein dengan Logam Berat


Percobaan ini bertujuan untuk mengendapkan protein susu menggunakan
logam berat. Langkah pertama pada percobaan ini, dipersiapkan 5 tabung reaksi. 1
mL susu berwarna putih dimasukkan pada tiap-tiap tabung. Tabung reaksi 1
ditambah 3 tetes CuSO4. Setelah itu dikocok maka terbentuk larutan berwarna biru
dan endapan. Kemudian ditambah CuSO4 lagi 3 tetes, endapan larut. Tabung reaksi
2 ditambah 1mL Pb(CH3COO)2. Setelah itu dikocok maka terbentuk endapan putih
dan larutan putih. Tabung reaksi 3 ditambah 3 tetes ZnSO 4. Setelah itu dikocok
maka terbentuk endapan dan larutan berwarna putih. Kemudian. Tabung reaksi 4
ditambah 3 tetes FeSO4. Setelah itu dikocok maka terbentuk endapan dan larutan
berwarna putih. Tabung 5 ditambah 3 tetes HgSO 4, kemudian dikocok dan
terbentuk larutan berwarna putih terdapat endapan. Pada pengendapan protein
dengan logam berat, endapan terjadi karena ion logam berat dengan protein
membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air. Dari percobaan ini
menunjukkan bahwa pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel,
dengan ditandai terbentuknya endapan kemudian dapat larut kembali. Sedangkan
adanya perbedaan warna pada tiap-tiap penambahan logam berat mengikuti warna
logam tersebut.
Berbagai reaksi saat penambahan ion logam berat pada percobaan ini, terjadi sesuai
persamaan berikut:
Penambahan CuSO4
O
O
H H2
N C C
H2O
+ H2N C
Cu
C N C
H2 H CuSO4(aq) C
H2
O + SO42-(aq)
2
O
(s)
Penambahan Pb(CH3COO)2
O
O
H H2
H2O
N C C
+ Pb(CH3COO)2( H2N C
Pb
C
H2
N
H
C
C O + SO42-(aq)
O
aq) (() H2
2

(s)
Penambahan ZnSO4
O
O
H H2
N C C H2O
+ H2N C
C N C ZnSO4(aq) Zn
H2 H C
H2
O + SO42-(aq)
2
O
(s)
Penambahan FeSO4
O
O
H H2 H2O
N C C
C N C
+ FeSO4(aq) H2N
C
C
Fe + SO42-(aq)
H2 H O
H2
2
O
(s)

Penambahan HgSO4
O
O
H H2
H2O
N C C
+ HgSO4(aq) H2N C
C
H2
N
H
C
C O
Hg + SO42-(aq)
H2
2
O
(s)

Protein Putih Telur Ayam Negeri


CuSO4
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil 1-
1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan CuSO 4 tetes
demi tetes kedalam tabung reaksi. Larutan CuSO 4 berwarna biru.. Setelah
dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan hasil campuran berwarna
biru dan timbul endapan berwarna biru.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang
bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi
reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang
mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa larutan
putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif, akan
berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Cu) sehingga terjadi reaksi
netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan logam berat
(Cu) adalah garam Cu proteinat yang berupa endapan berwarna biru.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi CuSO 4 tetes
demi tetes sampai terjadi perubahan. hingga terjadi perubahan yaitu endapan larut.
Endapan Cu proteinat dapat larut dikarenakan sifat pengendapan protein dengan
logam berat bersifat reversibel (dapat balik), sehingga saat ditambahkan CuSO4
berlebih dapat menyebabkan endapan larut.

Pb-asetat
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil 1-
1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan Pb-asetat
tetes demi tetes kedalam tabung reaksi. Larutan Pb-asetat tidak berwarna. Dalam
percobaan ini, diberikan Pb-asetat sebanyak sehingga terjadi perubahan. Setelah
dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan hasil campuran berupa
larutan keruh dan timbul endapan berwarna putih.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa
larutan putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif,
akan berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Pb) sehingga terjadi
reaksi netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan
logam berat (Pb) adalah garam Pb proteinat yang berupa endapan berwarna
putih.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi Pb-asetat
tetes demi tetes sampai terjadi perubahan. Endapan Pb proteinat dapat larut
dikarenakan sifat pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel
(dapat balik), sehingga saat ditambahkan Pb-asetat berlebih dapat
menyebabkan endapan larut.

ZnSO4
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil
1-1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan
ZnSO4 tetes demi tetes kedalam tabung reaksi. Larutan ZnSO 4 tidak berwarna.
Setelah dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan hasil
campuran berupa larutan keruh dan timbul endapan berwarna putih.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa
larutan putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif,
akan berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Zn) sehingga terjadi
reaksi netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan
logam berat (Zn) adalah garam Zn proteinat yang berupa endapan berwarna
putih.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi ZnSO 4 tetes
demi tetes sampai terjadi perubahan. Endapan Zn proteinat dapat larut
dikarenakan sifat pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel
(dapat balik), sehingga saat ditambahkan Pb-asetat berlebih dapat
menyebabkan endapan larut.

FeSO4
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil
1-1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan
FeSO4 tetes demi tetes kedalam tabung reaksi. Larutan FeSO 4 tidak berwarna.
Setelah dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan hasil
campuran berupa larutan keruh dan timbul endapan berwarna putih.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa
larutan putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif,
akan berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Fe) sehingga terjadi
reaksi netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan
logam berat (Fe) adalah garam Fe proteinat yang berupa endapan berwarna
putih.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi FeSO 4 tetes
demi tetes sampai terjadi perubahan. Endapan Fe proteinat dapat larut
dikarenakan sifat pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel
(dapat balik), sehingga saat ditambahkan FeSO 4 berlebih dapat menyebabkan
endapan larut.

HgSO4
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil
1-1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan
HgSO4 tetes demi tetes kedalam tabung reaksi. Mua-mula larutan HgSO 4 tidak
berwarna. Setelah dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan
hasil campuran berupa larutan keruh dan timbul endapan berwarna putih.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa
larutan putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif,
akan berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Hg) sehingga terjadi
reaksi netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan
logam berat (Hg) adalah garam Hg proteinat yang berupa endapan berwarna
putih.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi HgSO4 tetes
demi tetes sampai terjadi perubahan. Endapan Hg proteinat dapat larut
dikarenakan sifat pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel
(dapat balik), sehingga saat ditambahkan HgSO4 berlebih dapat menyebabkan
endapan larut.

4. Reaksi Warna Protein


a. Reaksi Biuret
Protein Susu

Susu sebanyak 3 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambah


larutan NaOH 40%, larutan tetap berwarna putih. Ditambah CuSO 4 0,5% tetes demi
tetes larutan menjadi berwarna ungu (+). Fungsi dari penambahan NaOH adalah agar
suspensi protein menjadi bersuasana alkalis. Sedangkan penambahan CuSO4 berfungsi
mengetahui adanya ikatan peptida atau tidak. Hal ini dikarenakan terbentuk senyawa
kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Dari percobaan warna protein
pada reaksi biuret dihasilkan warna ungu pada protein susu lebih pekat daripada protein
telur. Hal ini mengindikasikan bahwa ikatan peptida dalam protein susu lebih banyak
atau panjang dibandingkan dengan ikatan peptida pada protein telur. Sehingga dapat
disimpulkan ketika protein susu dan telur diuji dengan biuret akan menghasilkan uji
yang positif. Reaksi sebagai berikut :

H H2
2 N C C + Cu2+
C N C
H2 H

O
O
H H2
N C H C
C N C
H2

Cu2+ O

O
H2
N C C
H C N C
H2
H
O

Protein Putih Telur Ayam Negeri


Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum digunakan untuk
menguji adanya gugus peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuknya senyawa kompleks antara
Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida (Tim Dosen Kimia Organik, 2017). Pada
percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus peptida (-CO-NH-)
dari protein melalui reaksi warna pada protein menggunakan pereaksi biuret.
Mula-mula, sampel protein disiapkan terlebih dahulu, yaitu larutan putih telur
ayam negeri. Untuk prosedur selanjutnya adalah diambil 3 mL larutan putih telur
ayam negeri dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Larutan putih telur ayam
negeri tidak berwarna. Kemudian ditambahkan 1 mL NaOH 40%. NaOH 40%
tidak berwarna. Setelah penambahan 1 mL NaOH 40%, campuran tetap tidak
berwarna. Fungsi penambahan NaOH 40 % adalah agar suspensi protein menjadi
bersuasana basa. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes CuSO4. Mula-mula
CuSO4 berwarna biru. Setelah penambahan CuSO4 diperoleh hasil campuran
tersebut berubah warna menjadi ungu. Penambahan CuSO 4 berfungsi untuk
mengetahui adanya ikatan peptida atau tidak pada sampel protein. Perubahan
warna menjadi ungu menandakan hasil uji positif. Warna ungu timbul sebagai
akibat terbentuknya senyawa kompleks antara Cu 2+ dan N dari molekul ikatan
peptida.
Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi
warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna biru, tripeptida
ungu dan tetrapeptida serta peptida komplek memberikan warna merah (Tim
Dosen Kimia Organik, 2017). Berdasarkan kajiian teori tersebut, diperoleh hasil
bahwa larutan putih telur ayam negeri merupakan senyawa yang mengandung
tripeptida karena menhghasilkan warna ungu. Mekanisme reaksi pada percobaan
ini adalah sebagai berikut:
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) Cu(OH)2 (aq) + Na2SO4(aq)
Cu(OH)2 Cu2+ + 2OH-

H H2
2 N C C + Cu2+
C N C
H2 H

O
O
H H2
N C H C
C N C
H2

Cu2+ O

O
H2
N C C
H C N C
H2
H
O

b. Reaksi Ksanthoprotein
Protein Susu

Susu sebanyak 3 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi. HNO 3 pekat


sebanyak 1 mL ditambahkan kemudian dipanaskan larutan berwarna putih ( larutan
menjadi berwarna kuning dan terdapat endapan kuning). Reaksi yang terjadi ialah
nitrasi atau reaksi substitusi atom H pada benzena yang terdapat pada molekul
protein oleh gugus nitro. Inti benzena dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat
menghasilkan turunan nitrobenzena. Warna jingga disebabkan terbentuknya suatu
senyawa polinitrobenzena dari asam amino protein. Setelah itu didinginkan dan
ditambahkan larutan NH3 . Penambahan NH3 menyebabkan terbentuknya 2 lapisan.
Lapisan atas berwarna jingga (++) sedangkan lapisan bawah berwarna kuning.
Penambahan ammonia menyebabkan warna kuning hilang dan berubah menjadi
jingga hal ini disebabkan karena sifat keasaman fenol bereaksi dengan alkali.
Dari percobaan ini dapat diidentifikasi bahwa asam amino yang terdapat
pada kedua protein ini menunjukkan adanya atau tebentuknya polinitro benzena.
Seperti fenilalanin, tirosin, albumin, triptofan dan lain sebagainya yang ditandai
dengan terbentuknya endapan kuning.
Reaksi sebagai berikut :
O
O

H2N C
H2N C
CH OH CH OH

O2N NO2 O2N NO2


+ 3HNO3 + 3H2O

NO2 NO2

Protein Putih Telur Ayam Negeri


Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi asam amino dengan inti
benzena pada sampel protein larutan putih telur ayam negeri dengan reaksi
Ksanthoprotein. Tes dikatakan positif ditunjukkan dengan warna kuning yang
disebabkan terbentuknya suatu senyawa polinitrobenzena dari asam amino protein.
(Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Mula-mula, diambil 3 mL larutan protein (larutan putih telur ayam negeri)
dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Larutan putih telur ayam negeri tidak
berwarna. Kemudian ditambahkan 1 mL HNO3 pekat tidak berwarna. Campuran
antara larutan protein pada putih telur ayam negeri dengan HNO3 pekat dihasilkan
larutan yang berwarna kuning. Warna kuning terbentuk sebagai akibat terjadinya
reaksi nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein oleh gugus
nitro. Inti benzena dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat menghasilkan turunan
nitrobenzena. Reaksi antara larutan protein dengan HNO 3 pekat merupakan reaksi
eksoterm yang ditandai dengan perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan
sehingga menyebabkan dinding tabung reaksi terasa panas. Kemudian, tabung
reaksi didiamkan dingin terlebih dahulu, selanjutnya ditambahkan amonia. Amonia
merupakan larutan yang tidak berwarna. Setelah penambahan amonia, campuran
tersebut berwarna jingga. Penambahan senyawa amonia menyebabkan warna
kuning akan hilang dan berubah menjadi jingga. Hal ini disebabkan karena sifat
keasaman fenol bereaksi dengan amonia. Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan, maka didapatkan data bahwa larutan putih telur ayam negeri
mengandung asam amino dengan inti benzena yang ditandai dengan hasil uji
positif (terbentuk warna jingga) pada uji Ksanthoprotein. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini adalah:
O
O

H2N C H2N C
CH OH CH OH

O2N NO2 O2N NO2


+ 3HNO3 + 3H2O

NO2 NO2

c. Reaksi Ninhidrin
Protein Susu

Sampel susu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diukur tepat pH 7 yaitu
berwarna putih. Kemudian susu tersebut diambil 1 mL dan ditambahkan 10 tetes
larutan ninhidrin 0,2%, larutan berwarna putih. Lalu dipanaskan selama 10 menit
pada suhu 100C, larutan menjadi berwarna ungu. Larutan protein mengandung
asam amino bebas dengan ditandai terbentuknya larutan berwarna ungu yang
menunjukkan uji ninhidrin positif. karena pada asam amino terdapat gugus
karboksil yang dapat dilepaskan atau tereduksi akan bereaksi dengan NH3 dengan
proses dekarboksilasi dan menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam
amino dapat bereaksi dengan asam nitrit dan melepaskan gas nitrogen. Asam
amino, ammonia dan gugus amino primer dalam protein apabila didihkan dengan
larutan protein pada pH 7 dan dengan adanya ninhidrin menjadikan larutan menjadi
berwarna ungu. Reaksi sebagai berikut :

(Fessenden & Fessenden, 1982)


Protein Putih Telur Ayam Negeri
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi gugus amino bebas
dari asam amino pada protein larutan putih telur ayam negeri dengan reaksi
ninhidrin. Reaksi warna protein ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan
warna biru atau ungu (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Mula-mula, diambil 1 mL larutan protein (larutan putih telur ayam negeri)
dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Larutan putih telur ayam negeri tidak
berwarna. Kemudian, diatur pH larutan protein hingga 7. Mula-mula, pH larutan
protein adalah 10. Kemudian, ditambahkan dua tetes asam asetat sehingga pH nya
berubah menjadi 7. Setelah itu, ditambahkan 10 tetes larutan ninhidrin 0,2 %.
Larutan ninhidrin 0,2% tidak berwarna. Tujuan oenambahan larutan ninhidrin
0,2% adalah sebagai pereaksi untuk gugus amino bebas, dimana apabila terdapat
gugus amino bebas pada sampel protein akan menghasilkan hasil uji positif yaitu
terbentuk warna biru atau ungu. Setelah penambahan larutan ninhidrin 0,2%,
larutan menjadi keruh. Lalu, tabung reaksi dipanaskan pada penangas air dengan
suhu 1000C. Setelah dipanaskan, larutan berubah warna menjadi ungu. Warna
ungu yang di hasilkan menunjukkan uji ninhidrin positif, karena pada asam amino
terdapat gugus karboksil yang bereaksi dengan NH3, dengan proses dekarboksilasi
menghasilkan suatu amina. Gugus amino bebas pada asam amino dapat bereaksi
dengan asam nitrit dan melepaskan gas nitrogen. Asam amino, ammonia dan
gugus amino primer dalam protein apabila didihkan dengan larutan protein pada
pH 7 dan dengan adanya ninhidrin serta hidrindatin menjadikan larutan menjadi
berwarna ungu. Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:

d. Reaksi Millon
Protein Susu

Susu sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah


dengan pereaksi Millon, larutan berwarna putih. Setelah itu dipanaskan, larutan
berwarna putih. Setelah dingin ditambah 1 tetes NaNO 2 1%, larutan tak berwarna
dan terbentukendapan merah bata. Lalu dipanaskan lagi menjadi larutan berwarna
mera. Fungsi penambahan NaNO2 adalah untuk mereduksi Hg.
Dari percobaan ini dapat dijelaskan bahwa terjadi pengikatan Hg pada
hidroksifenil yang menghasilkan kompleks berwarna merah. Dimana kompleks
berwarna merah tersebut menunjukkan adanya tirosin pada kedua protein tersebut
yaitu susu dan telur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika protein direaksikan
dengan millon akan bernilai positif. Reaksi sebagai berikut :

Protein Putih Telur Ayam Negeri


Pada percobaan ini bertujuan untuk menguji adanya tirosin atau triptofan
dalam larutan protein (larutan putih telur ayam negeri). Untuk protein yang
mengandung tirosin atau triptofan penambahan pereaksi Millon menghasilkan
warna merah (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Mula-mula, diambil 2 mL larutan protein (larutan putih telur ayam negeri)
dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Larutan putih telur ayam negeri tidak
berwarna. Kemudian, ditambahkan 1 mL pereaksi HgSO 4 tidak berwarna. Tujuan
ditambahkan HgSO4 karena Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg
ke dalam protein sehingga penambahan logam ini akan menghasilkan endapan
putih dari senyawa merkuri. Kemudian, tabung reaksi dipanaskan dalam penangas
air. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat laju reaksi. Setelah dipanaskan
terbentuk endapan putih.
Setelah itu, tabung reaksi diangkat dari penangas air dan dibiarkan dingin
pada suhu kamar, kemudian ditambahkan 1 tetes NaNO 2 1%. Larutan NaNO2
tidak berwarna. Setelah penambahan NaNO2 1%, terbentuk endapan merah bata.
Fungsi penambahan NaNO2 adalah untuk mereduksi Hg. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara teoritis protein pada susu menunjukkan uji positif
pada reaksi millon karena warna larutan yang dihasilkan adalah larutan berwarna
merah setelah penambahan NaNO2 1%.
Pada percobaan ini endapan putih yang terbentuk setelah penambahan
HgSO4 tersebut berasal dari endapan merkuri, dimana pada awalnya Hg yang
terlarut di dalam HNO3 tereduksi menjadi Hg+. Ion Hg+ ini selanjutnya
membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin. Setelah penambhan
NaNO2 1% endapan putih tersebut berubah menjadi endapan merah bata. Hal ini
terjadi karena asam nitrat yang semula berfungsi sebagai pelarut mereduksi Hg 2+
menjadi Hg+. Bersamaan dengan hal tersebut, asam amino tirosin ternitrasi.
Kemudian terjadi reaksi pembentukan HgO yang berwarna merah. Pembentukan
kompleks berwarna merah tersebut menunjukkan adanya tirosin pada larutan putih
telur ayam negeri. Persamaan reaksi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

e. Reaksi Hopkin-Cole
Protein Susu
Susu sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah 1 tetes
formaldehid encer, larutan tetap berwarna putih. Kemudian ditambah 1 tetes
pereaksi merkuri(II) sulfat tetap terbentuk larutan putih. Lalu ditambah asam sulfat
pekat terbentuk cincin berwarna ungu. Uji yang dilakukan pada protein susu positif
mengandung gugus indol, dalam hal ini ditandai dengan terbentuknya cincin
berwarna ungu.
Reaksi sebagai berikut :

Protein Putih Telur Ayam Negeri


Pada percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya asam amino
triptofan pada protein larutan putih telur ayam negeri dengan reaksi Hopkin-Cole.
Mula-mula, diambil 1 mL larutan protein dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Larutan putih telur ayam kampung tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan 1
tetes larutan formal dehid encer. Larutan formaldehid encer tidak berwarna.
Setelah ditambahkan 1 tetes formaldehid encer, larutan tetap tidak berwarna.
Kemudian ditambahkan 1 tetes pereaksi HgSO4 tidak berwarna untuk identifikasi
adanya asam amino triptofan. Selanjutnya ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat.
Larutan H2SO4 tidak berwarna. Penambahan H2SO4 pekat harus dilakukan
melingkar melalui dinding tabung reaksi dan posisi tabung reaksi dimiringkan.
Setelah penambahan H2SO4 pekat, terbentuk dua lapisan larutan (bagian atas
terdapat cincin ungu). Setelah itu, tabung reaksi dikocok, dan terbentuklah larutan
berwrana ungu. Terbentuknya larutan berwrna ungu setelah penambahan H2SO4
pekat disebabkan karena terbentuknya kondensasi 2 inti indol dari asam amino
triptofan dengan aldehid. Aldehid diperoleh dari penambahan larutan formaldehid
ke dalam protein. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil
bahwa protein pada larutan putih telur ayam negeri mengandung asam amino
triptofan, ditandai dengan trebentuknya larutan berwarna ungu. Reaksi yang
terjadi dalam percobaan ini adalah:

5. Hidrolisis Protein dan Tes Adanya Belerang


Protein Susu
Susu sebanyak 1 mL ditambah dengan 1 mL NaOH 40% maka terbentuk
larutan berwarna putih. Setelah dipanaskan selama 1 menit terbentuk larutan
berwarna kuning. Kemudian ditambah Pb-asetat menjadi larutan berwarna coklat
kehitaman. Penambahan NaOH akan menghirolisis ikatan peptida dari polimer
protein. Hidrolisis ini menghasilkan monomer asam amino. Jika dalam protein
terdapat asam amino yang mengandung atom S seperti sistein atau metionin maka
menghasilkan warna coklat karena atom S bereaksi dengan asam asetat membentuk
endapan PbS. Reaksi sebagai berikut :
Pb(CH3COO)2(aq) + 4NaOH(aq) Na2PbO2(aq) + 2CH3COONa(aq)
Na PbO + 2S2- + 2H O PbS + 2NaOH + 2OH-
2 2(aq) (aq) 2 (aq) (aq) (aq) (aq)

Protein Putih Telur Ayam Negeri

Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya belerang dalam protein


pada larutan putih telur ayam kampung. Langkah pertama yang dilakukan adalah
memasukkan 1 mL larutan protein (larutan putih telur ayam negeri) kedalam
tabung reaksi. Larutan putih telur ayam kampung tidak berwarna. Kemudian,
ditambahkan 1 mL larutan NaOH 40%. Larutan NaOH 40% tidak berwarna.
Setelah penambahan NaOH 40%, larutan tetap tidak berwarna. Tujuan penambahan
NaOH 40% adalah untuk menghidrolisis ikatan peptida dari polimer protein.
Hidrolisis ini menghasilkan monomer-monomer asam amino dan sebagian gugus
amino yang berubah menjadi ammonia. Akibat hidrolisis tersebut jumlah gugus
amino berkurang. Selanjutnya, tabung reaksi dipanaskan dalam penngas air selama
satu menit. Tujuan pemanasan adalah untuk mempercepat laju reaksi. Setelah
dipanaskan larutan berubah warna menjadi kuning. Warna kuning yang terbentuk
pada larutan protein menandakan kemungkinan adanya atom S dalam asam amino
karena ikatan peptida dari polimer protein telah terhidrolisis.
Jika dalam protein terdapat asam amino mempunyai atom S seperti Cistein
dan Cistin dalam molekulnya maka asam amino ini dapat tereliminasi kedalam
bentuk senyawa H2S (Anwar, dkk, 1994). Oleh karena itu, langakah selanjutnya
yang harus diakukan adalah menguji kebenaran adanya atom S dalam sampel
larutan protein (larutan putih telur ayam negeri). Pengujian yang dapat dilakukan
yaitu dengan melakukan penambahan 1 tetes Pb-asetat. Larutan Pb-asetat tidak
berwarna. Namun, setelah penambahan Pb-asetat pada larutan berwarna kuning,
akhirnya larutan tersebut berubah warna menjadi coklat kehitaman. Terbentuknya
larutan kehitaman ini menandakan bahwa dalam sampel protein tersebut positif
mengandung asam amino yang mempunyai atom S. Atom S yang terdapat pada
asam amino dalam sampel protein akan berikatan dengan Pb membentuk endapan
PbS berwarna hitam. Namun, pada percobaan yang dilakukan, PbS tidak dapat
membentuk endapan, hanya memberikan warna kehitaman saja dalam sampel
larutan protein. Hal ini disebabkan karena kelarutan PbS dalam sampel percobaan
ini cukup besar sehingga tidak dapat membentuk endapan. Jadi, berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa sampel protein putih telur
ayam horen mengandung asam amino yang mempunyai atom S. Hal ini dibuktikan
dengan adanya warna coklat kehitaman pada larutan setelah penambahan Pb-asetat.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah:
Pb2+ + 4 OH- PbO22- + 2 H2O
S + 2 H2O + PbO22- PbS + 4 OH-
2-

Endapan hitam

X. KESIMPULAN
1. Membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel dan irreversibel dan
Penyebab terjadinya pengendapan pada protein :
a. Protein akan mengendap ketika bereaksi dengan amonium sulfat dan larutan
jernih kembali setelah ditambah dengan aquades yang merupaka reaksi
reversibel
b. Terjadi reaksi irreversible pada penambahan HNO 3 pekat. Namun setelah
penambahan HCl pekat reaksinya menjadi reversible
2. Membedakan denaturasi protein yang disebabkan oleh asam, garam, dan garam
dari logam berat, serta pemanasan berdasarkan pengamatan
a. Protein akan mengendap dengan adanya logam berat.
b. Penambahan asam pada protein susu dan putih telur ayam kampung dapat
menyebabkan protein mengalami denaturasi. Hal ini ditandai dengan
terbentuknya endapan
c. Protein dapat mengalami denaturasi karena pemanasan yang ditandai dengan
terbentuknya endapan.
d. Protein yang ditambahkan (NH4)2SO4 menghasilkan endapan lebih banyak
3. Identifikasi adanya protein melalui reaksi warna :
a. Uji warna protein pada reaksi biuret untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada susu dan putih telur yang menghasilkan warna ungu ketika direaksikan
dengan biuret. Pada percobaan ini menghasilkan uji positif ketika protein
susu dan putih telur dengan biuret.
b. Uji warna protein pada reaksi ksanthoprotein untuk mengetahui susu dan
telur mengandung cincin benzena yaitu senyawa polinitrobenzena dari asam
amino protein yang ditandai dengan larutan berwarna kuning ketika diuji
pereaksi ksanthoprotein dan berubah jingga ketika diuji dengan alkali. Pada
percobaan ini menghasilkan uji positif ketika protein susu dan putih telur
dengan reaksi ksanthoprotein yang kedua-duanya protein menghasilkan
warna kuning (+).
c. Uji warna protein pada reaksi ninhidrin untuk mengetahui protein susu dan
putih telur mengandung asam amino dengan pH 7, jika uji positif terbentuk
warna biru atau ungu. Pada percobaan ini menghasilkan uji positif pada
protein susu terbentuk warna ungu sedangkan pada protein putih telur positif
dengan terbentuknya larutan berwarna ungu.
d. Uji warna protein pada reaksi millon untuk membuktikan bahwa protein
putih telur dan susumengandung asam amino tirosin atau triptofan
ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah. Pada percobaan
ini protein putih telur menghasilkan endapan putih keruh (+) dan susu
menghasilkan endapan berwarna merah muda sehingga disimpulkan protein
negatif terhadap uji millon.
e. Uji warna protein pada reaksi Hopkin-Cole untuk membuktikan bahwa
protein putih telur dan susumengandung gugus indol yang ditandai dengan
terbentuknya cincin ungu pada bidang batas antara larutan dengan pereaksi.
Pada percobaan ini protein putih telur dan susupositif terhadap reaksi
Hopkin-Cole ditandai dengan terbentuknya cincin ungu dan larutan berwarna
ungu kecoklatan.

XI. Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan apa fungsi pengujian protein dengan masing-masing reagen uji


(CuSO4, HgCl2, HNO3, Pb-asetat)!

Jawaban :

a) CuSO4 digunakan untuk uji adanya logam berat pada protein yang
ditandai dengan adanya pengendapan apabila protein positif
mengandung logam berat.

b) HgCl2 digunakan untuk uji protein yang mengandung gugus hidroksil


phenil (-OH).

c) HNO3 digunakan untuk uji adanya cincin benzene dari garam asam
amino penyusun protein, yaitu pada percobaan ini ketika asam nitrat
pekat ditambahkan dan menghasilkan turunan nitrobenzene.
d) Pb asetat digunakan untuk uji adanya asam amino sistein dan metionin,
yaitu dalam percobaan ini akan menghasilkan larutan warna hitam
karena atom S bereaksi dengan asam asetat membentuk endapan PbS.

2. Bagaimana pengaruh pelarut organik (aseton dan etanol) terhadap sifat


denaturasi protein?

Jawaban :

Pengaruh pelarut organik terhadap sifat denaturasi protein adalah protein atau
asam nukleat akan kehilangan struktur sekunder dan tersiernya karena pelarut
organic mengakibatkan protein dapat terdenaturasi.

3. Sebutkan macam-macam ikatan yang menyebabkan polipeptida menjadi stabil


dalam bentuk heliks!

Jawaban :

Ikatan disulfida

Terbentuk antara 2 residu sistein yang saling berhubungan 2 bagian rantai


polipeptida melalui residu sistein.

Ikatan hirogen
Terbentuk antara gugus NH- atau OH dan gugus C = Odalam ikatan
peptide atau COO- dalam gugus R.

XII. DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Chairill, dkk. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta:
FMIPA UGM.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1982. Kimia Organik Jilid 2 Edisi ke-3.
Jakarta: Erlangga.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia, Jilid 1. Terjemahan Maggy
Thenawidjaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tim Dosen Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Unesa.

XIII. LAMPIRAN FOTO

Alat dan bahan


No. Gambar Keterangan

Alat-alat praktikum terdiri atas :


gelas ukur, tabung reaksi, gelas
1. kimia, spatula, pipet tetes, pipet
hisap, rak tabung reaksi,
pembakar spirtus

2. Kaki tiga
3. Bahan-bahan yang digunakan

4. Larutan protein susu

5. Telur ayam negeri

6. Larutan putih telur ayam negeri

Percobaan 1. Denaturasi Protein


No. Gambar Keterangan
Percobaan 1A Denaturasi
karena pemanasan

1. Asam asetat 0,1N


2. Larutan putih telur ayam negeri

3.
Larutan putih telur + asam
asetat

Larutan putih telur + asam


4. asetat
dipanaskan

5. Larutan protein susu


5 mL larutan protein (susu)
6. dimasukkan ke dalam tabung
reaksi

Larutan protein (susu) + 2 tetes


7. asam asetat

8. Dipanaskan dalam penangas air

Setelah dipanaskan terdapat


9.
endapan putih pada larutan susu
Percobaan 1B Denaturasi
karena pemanasan

Larutan (NH4)2SO4
10.

Larutan putih telur ayam negeri


11.

12. Larutan telur setelah


dipanaskan dan didinginkan

Proses larutan telur dibagi


13.
dalam 2 tabung reaksi
Larutan telur setelah
14.
dipanaskan

Yang ditambah
larutan (NH4)2SO4

15. Larutan protein susu

16. 2-3 mL larutan susu

Larutan susu dipanaskan dalam


17.
penangas air selama 1 menit
Setelah dipanaskan, dibagi
18.
menjadi 2 yakni tabung I dan II

Pada tabung I ditambahkan 2


19.
tetes (NH4)2SO4

Tabung I dan II (tambah


20. penambahan) dipanaskan dalam
penangas air

Tabung I terdapat endapan (++)


21.
setelah dipanaskan
Tabung II terdapat endapan (+)
22.
setelah dipanaskan

Percobaan 1C Denaturasi
karena pemanasan

Formaldehid
23.

Larutan putih telur ayam negeri


24.

25.
Larutan formaldehid + akuades

Larutan formaldehid + akuades


26.
+ larutan putih telur
27. Larutan protein susu

Larutan formaldehid + 2 mL
28.
akuades

Terbentuk endapan putih


setelah ditambahkan protein
29.
tetes demi tetes terbentuk
endapan putih

Percobaan 2. Sifat Amfoter Protein


No. Gambar Keterangan
Sifat Amfoter Protein dalam
Suasana Asam

HCl 1N
1.

Larutan putih telur ayam


2.
negeri

Larutan akuades

3.

Larutan akuade + indikator


4.
kongo
Larutan akuade + indikator
5. kongo + larutan putih telur
(larutan protein)

6. Larutan protein susu

3 mL akuades diasukkan
7.
dalam tabung reaksi

3 mL akuades + 1 tetes HCl 1


8.
N

Larutan ditambahkan
beberapa tetes indikator
9.
kongo, larutan berubah warna
menjadi biru
Setelah ditambahkan 3 tetes
larutan protein larutan
10 berubah warna menjadi merah
jambu dan terdapat endapan
putih

Sifat Amfoter Protein dalam


Suasana Basa

NaOH 0,1N
11.

Larutan putih telur ayam


12.
negeri

Larutan NaOH

13.
Larutan NaOH + indikator
14.
Fenolftalein

Larutan NaOH + indikator


15. Fenolftalein + larutanputih
telur (larutan protein)

16. Larutan protein susu

3 mL NaOH dimasukkan dam


17.
tabung reaksi
Ditambah beberapa indikator
18. pp larutan berubah menjadi
berwarna merah muda

Setelah ditambahkan 3 tetes


larutan protein larutan
19.
berwarna merah muda dan
terdapat endapan putih

Percobaan 3. Pengendapan Protein


No. Gambar Keterangan
Percobaan 3A pengendapan
protein dengan ammonium
sulfat

1.
Larutan (NH4)2SO4

Larutan putih telur ayam


2.
negeri
3. Larutan putih telur + larutan
(NH4)2SO4

Larutan putih telur + larutan


4.
(NH4)2SO4 + akuades

5. Larutan protein susu

3 mL larutan susu dimasukkan


6.
ke dalam tabung reaksi
Setelah ditambahkan 3 tetes
7. ammonium sulfat larutan
mejadi keruh

Larutan dipindahkan 1 mL
8. pada tabung reaksi lain dan
ditambahkan 2-3 mL akuades

Setelah ditambahkan akuades,


9.
endapan larut (sedikit)

Percobaan 3B pengendapan
protein dengan asam
3. mineral

HCl pekat dan HNO3 pekat

Larutan putih telur ayam


4.
negeri
5. Larutan protein susu

Proses penuangan HNO3 pekat


6. ke dalam tabung reaksi

Proses penuangan HCl pekat


7.
ke dalam tabung reaksi

Larutan HNO3 pekat + larutan


putih telur
dan
Larutan HCl pekat + larutan
8. putih telur
Dan
Larutan HNO3 pekat + susu
dan
Larutan HCl pekat + susu

Setelah ditambahkan HNO3


9.
pekat dan HCl pekat berlebih
Percobaan 3C pengendapan
protein dengan logam berat

10.

Larutan PbSO4, ZnSO4,


CuSO4, HgSO4, dan FeSO4

Larutan putih telur ayam


11.
negeri

12. Larutan protein susu


CuSO4

13.
Larutan putih telur + CuSO4
dikocok

Larutan putih telur + CuSO4


14.
berlebih

Susu + CuSO4
15. dikocok

16. Susu + CuSO4 berlebih

Pb(CH3COOH)2

17. Larutan putih telur +


Pb(CH3COOH)2
dikocok
Larutan putih telur +
Pb(CH3COOH)2 berlebih

18.

Susu + Pb(CH3COOH)2
19.

Susu + Pb(CH3COOH)2
berlebih
20.

FeSO4

21..
Larutan putih telur + FeSO4
dikocok

Larutan putih telur + FeSO4


22.
berlebih
23. Susu + FeSO4 berlebih

24. Susu + FeSO4 berlebih

ZnSO4

25.
Larutan putih telur + ZnSO4
dikocok

Larutan putih telur + ZnSO4


26.
berlebih

27. Susu + ZnSO4


28. Susu + ZnSO4 berlebih

HgSO4

29.
Larutan putih telur + HgSO4
dikocok

Larutan putih telur + HgSO4


30.
berlebih

31. Susu + HgSO4

32. Susu + HgSO4 berlebih


Perbandingan pengendapan
33. protein dengan berbagai
logam berat

Percobaan 4. Reaksi Warna Protein


No. Gambar Keterangan
Percobaan 4A reaksi biuret

Larutan putih telur ayam


1.
negeri

2. Larutan protein susu

3. Larutan NaOH 40%


4. Larutan CuSO4 0,5%

Larutan putih telur + NaOH


5.
1%

Larutan putih telur + NaOH


6. 1% + CuSO4 0,5%

3 mL larutan susu + 1 mL
7.
NaOH 40%
Ditambah tetes demi tetes
8. CuSO4 0,5% larutan berubah
menjadi warna ungu

Percobaan 4B reaksi
Ksanthoprotein

9.
Larutan putih telur ayam
negeri

10. Larutan protein susu

11. Larutan HNO3 pekat


Larutan putih telur + larutan
12.
HNO3 pekat

13. Larutan putih telur + larutan


HNO3 pekat
Dipanaskan

Larutan putih telur + larutan


14.
HNO3 pekat + ammonia

3 mL larutan susu + 1 mL
15.
HNO3 pekat
Tebentuk endapan setelah
16.
dipanaskan

Setelah dingin, ditambahkan


HNO3 pekat lagi terbentuk
17. warna jingga (atas), endapan
putih kekuningan (tengah),
larutan kuning (bawah)

Percobaan 4C Ninhidrin

Larutan Ninhidrin 0,2%


18.

19. Larutan putih telur ayam


negeri
20. Larutan protein susu

21. Trayek indikator

22.
Larutan putih telur + larutan
ninhidrin

Larutan putih telur + larutan


23. ninhidrin
Dipanaskan
1 mL lartan susu 0,5% + 10
24. tetes ninhidrin larutan
berwarna putih

Larutan dipanaskan dalam


penangas air sampai suhu
25.
100 selama 10 menit larutan
menjadi warna ungu

Percobaan 4D reaksi Millon


26.
Larutan merkuri sulfat

27. Larutan putih telur ayam


negeri
28. Larutan protein susu

Larutan putih telur + pereaksi


29.
Millon

Larutan putih telur + pereaksi


30. Millon
Dipanaskan

Larutan putih telur + pereaksi


31. Millon
Setelah dipanaskan
Larutan putih telur + pereaksi
32. Millon + NaNO3 1%
Dipanaskan

Susu + 1 mL pereaksi merkuri


33.
sulfat 1%

Susu + 1 mL pereaksi merkuri


34. sulfat 1%
Dipanaskan

terbentuk endapan putih dan


35. larutan berwarna sedikit
merah muda
Setelah dingin, ditambah 1
tetes larutan NaNO3 1% dan
36. dipanaskan kembali terbetuk
endapan berwarna merah dan
larutan putih

Percobaan 4E reaksi
Hopkin-Cole

37.
Larutan formaldehid dan
merkuri sulfat

38 Larutan putih telur ayam


negeri

39. Larutan protein susu

Larutan putih telur +


40. formaldehid + pereaksi
Hopkin-Cole
Larutan putih telur +
formaldehid + pereaksi
41.
Hopkin-Cole
Dikocok

1 mL larutan susu + 1 tetes


42. formaldehid encer + 1 tetes
merkuri sulfat

1 mL larutan susu + 1 tetes


formaldehid encer + 1 tetes
43.
merkuri sulfat
Dikocok

Percobaan 5 hidrolisis protein


No. Gambar Keterangan
1.

Larutan putih telur ayam


negeri
2.

Larutan protein susu

3. NaOH 40%

4. Pb(CH3COOH)2

1 mL larutan susu dimasukkan


5. dalam tabung reaksi
+ larutan NaOH 40%
Setelah dipanaskan larutan
5.
berwarna kuning (++)

Setelah ditambah 1 tetes


6. PbSO4 berwarna kuning
kehitaman (++)

Larutan putih telur + larutan


7.
NaOH 40%

Setelah dipanaskan larutan


8.
berwarna kuning (++)
Setelah ditambah 1 tetes
9. PbSO4 berwarna kehitaman (+
+)

Anda mungkin juga menyukai