I. NOMOR PERCOBAAN : 08
II. JUDUL PERCOBAAN : Mempelajari Sifat-Sifat dan Reaksi Warna
dari Protein
III. TANGGAL PERCOBAAN : 13 April 2017 pukul 09.40-15.30 WIB
IV. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel dan irreversibel.
2. Membedakan reaksi denaturasi protein yang disebabkan oleh asam, garam dan
garam dari logam berat, serta pemanasan berdasarkan pengamatan.
3. Memahami penyebab terjadinya pengendapan pada protein.
4. Mengidentifikasi adanya protein melalui reaksi warna.
V. DASAR TEORI
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan
fungsi semua sel makhluk hidup dan virus ( Lehninger, 1982).
Ditinjau dari unsur yang menyusun protein terdiri atas unsur-unsur C, H, O, dan N,
beberapa protein juga mengandung belerang, fosfor, dan beberapa unsur logam seperti
seng, besi dan tembaga. Bentuk polimer dari protein mempunyai struktur yang kompleks.
Struktur protein tersusun atas gabungan asam amino pada gugus karbonil dan amino
dengan ikatan peptida. Ikatan peptida ini yang menggabungkan monomer asam amino satu
dengan yang lain dalam struktur protein.
O H O
+
+
NH3CH2C + NH3 C C
O- O-
CH3
O
H O
+
NH3CH2C +
NH2 C C + H2O
O-
CH3
Ikatan Peptida
Penggabungan asam amino diatas dengan satu ikatan peptida diperoleh suatu
senyawa dipeptida. Senyawa tripeptida diperoleh dari penggabungan tiga asam amino
dengan dua ikatan peptida. Untuk senyawa protein (polipeptida) diperoleh penggabungan
sebanyak 50 asam amino. Struktur polipeptida tersebut sering ditulis dengan simbol
sebagai berikut:
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT DAN REAKSI WARNA DARI [1]
PROTEIN
Laporan Resmi Praktikum Kimia Organik II
R O R' O R''
O
H H
H2N C C N C C N C C
H H OH
n
H
Di dalam larutan, asam amino terionisasi dan dapat bersifat asam atau basa. Asam-
asam -amino yang mempunyai gugus amino tunggal dan gugus karboksil tunggal
mengkristal dari larutan netral dalam bentuk ion penuh, yang disebut ion dipolar atau
zwiterion. Walaupun ion dipolar bersifat netral dan tidak bergerak di dalam medan listrik,
ion ini mempunyai muatan listrik yang berlawanan pada kedua kutubnya. (Lehninger,
1982)
Sumber-Sumber Protein
1. Susu
Susu merupakan larutan yang berisi protein, laktosa, mineral dan vitamin
tertentu yang mengemulsi lemak dan kasein. Jika lemak dihilangkan dari susu tersebut
diperoleh susu skim sedangkan apabila kaseinnya diendapkan residu yang diperoleh
disebut serum. Kasein dapat diendapkan dengan cara mengasamkan susu sampai pH
4,7. Banyaknya kasein dalam susu sapi berkisar 3,0 3,5 %, sedangkan dalam susu ibu
berkisar 0,3 3,6%. Untuk protein yang tidak terendapkan pada pH 4,7 terdapat dalam
serum. Protein serum ini terdapat sebanyak 0,6 - 0,7% dalam susu. Serum ini terdiri
dari globulin dan albumin (Anwar, dkk., 1994).
2. Telur
Salah satu sumber protein dalam bahan makanan adalah telur. Telur merupakan
sumber makanan yang banyak dimanfaatkan manusia. Bahan makanan ini
mengandung protein, lemak, vitamin dan mineral. Kandungan penyusun protein telur
dapat dibagi kedalam protein putih telur dan protein kuning telur. Komposisi protein
putih telur akan disajikan dalam tabel 1 berikut:
Protein penyusun kuning telur terdiri dari lipovitelin dan lipovitellenin. Kedua
protein tersebut merupakan campuran protein dan lemak yang pada umumnya berupa
lisitin. Disamping itu terdapat protein yang larut dalam air yang disebut livetin
(Anwar, dkk., 1994).
Sifat-Sifat Protein
Karena protein tersusun atas asam-asam amino maka protein mempunyai sifat
mirip dengan asam-asam amino. Protein merupakan suatu koloid elektrolit yang bersifat
amfoter. Dengan sifat ini, protein dapat bersifat asam atau basa. Sifat amfoter ini
tergantung jumlah gugus -NH2 dari amina dan COOH dari asam. Dalam bentuk netral,
senyawa ini berbentuk dua kutub ion (Zwister ion). Pada keadaan dua kutub ion ini disebut
titik isoelektrik.
R
H2N C COOH
H
NH2 R NH3+
+OH- H+
R C COO- R C COO- R C COOH
H H H
Pada keadaan titik isoelektrik jumlah muatan positif dan negatif sama. Dengan
menambahkan asam (menurunkan pH dibawah titik isoelektrik) membuat sifat protein
bertindak sebagai basa, sedangkan pada penambahan basa protein menjadi asam. Titik
isoelektrik ini berguna untuk memisahkan asam-asam amino penyusun protein karena
setiap asam amino mempunyai titik isoelektrik (pI) yang berlainan. Sebagai contoh pada
pH diatas isoelektrik protein berada dalam bentuk ion negatif mampu bereaksi dengan
suatu kation sedangpada pH dibawah titik isoelektrik (berbentuk muatan positif) protein
mampu mengikat anion.
Pada umumnya, protein mempunyai sifat sebagai senyawa amorf, tidak berwarna,
mempunyai titik leleh dan titik didih yang tidak tetap, tak larut dalam pelarut organik dan
apabila dilarutkan dalam air membentuk suatu larutan koloid. Protein ini mudah rusak
karena pengaruh panas, penambahan logam, dan pengaruh asam atau basa (Anwar, dkk.,
1994).
1. Denaturasi Protein
Denaturasi merupakan perubahan fisik dan perubahan yang tidak diketahui
dari protein. Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan
konfigurasi protein dari bentuk -heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan
rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat
protein.
Sifat denaturasi protein umumnya bersifat irreversibel yaitu pengendapan yang
tidak dapat diperoleh kembali protein asal, baik dengan melarutkan dalam air atau
dalam larutan garam. Dengan berubahnya struktur protein maka aktifitas protein akan
hilang. Perubahan struktur protein dapat juga terjadi pada proses hidrolisis sehingga
kecenderungan membentuk sifat koagulasi berkurang dan akhirnya hilang sama sekali
(larutan menjadi jernih) (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan
konfigurasi protein dari -helik menjadi memanjang. Hal ini disebabkan rusaknya
ikatan hidrogen dan ikatan non polar yang terjadi pada struktur berlipat dari protein.
Denaturasi (Anwar,
akibat dkk., 1994)
penambahan senyawa kimia dapat disebabkan terjadinya reaksi kimia antara gugus-
gugus yang ada dengan senyawa yang ditambahkan. Sebagai contoh penambahan
formaldehid akan terjadi reaksi pada gugus amino pada protein dengan asam
aminodimetil. Hasil reaksi ini memberikan endapan yang tidak larut dalam air dan
mengeras (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
2. Pengendapan Protein
Adanya berbagai gugus fungsional (NH2, NH, OH, CO) dan bentuk ion ganda
(zwitter ion) yang terdapat dalam struktur protein dapat menyebabkan terjadinya
reaksi pengendapan protein. Gugus-gugus fungsional tersebut mampu mengikat
molekul air melalui pembentukan ikatan hidrogen. Reaksi pengendapan dapat terjadi
dikarenakan penambahan bahan-bahan kimia seperti garam-garam dan pelarut organik
yang dapat merubah sifat kelarutan protein dalam air.
a. Pengendapan dengan amonium sulfat
Pengendapan yang diakibatkan oleh penambahan amonium sulfat pekat
menyebabkan terjadinya dehidrasi protein (kehilangan air). Akibat proses dehidratasi
ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendap.
Protein yang diendapkan dengan cara ini tidak mengalami perubahan kimia sehingga
dapat dengan mudah dilarutkan kembali melalui penambahan air. Pengendapan
dengan cara ini bersifat reversibel.
b. Pengendapan karena asam mineral pekat
b. Reaksi Ksanthoprotein
Reaksi warna ksanthoprotein dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin
benzena dari asam amino penyusun protein. Test dikatakan positif ditunjukkan
dengan warna kuning yang disebabkan terbentuknya suatu senyawa
polinitrobenzena dari asam amino protein. Reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzena misalnya tirosin, fenil alamin,
triptofan. Pada penambahan senyawa alkali warna kuning akan hilang dan berubah
menjadi kuning muda sampai jingga disebabkan sifat keasaman fenol bereaksi
dengan alkali. Warna jingga ini apabila diasamkan akan berubah kembali menjadi
kuning (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
c. Reaksi Ninhidrin
Reaksi warna protein ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan
warna biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino
dengan ninhidrin yang dituliskan dibawah ini:
d. Reaksi Millon
Pereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein
sehingga penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari senyawa
merkuri. Untuk protein yang mengandung tirosin atau triptofan penambahan
pereaksi Millon menghasilkan warna merah. Namun pereaksi ini tidak spesifik
karena juga memberikan test positif warna merah dengan adanya senyawa fenol
(Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
e. Reaksi Hopkin-Cole
Reaksi warna protein ini menunjukkan positif apabila ditandai terbentuknya
cincin ungu pada bidang batas antara larutan protein dengan pereaksi.
Pembentukan cincin ini dikarenakan terbentuknya kondensasi 2 inti indol dari
triptofan dengan aldehid. Aldehid disinidiperoleh asam glikosalat yang digunakan
untuk test Adamkiewicz Hopkins (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
4. Hidrolisis Protein
Adanya penambahan alkali pada protein dapat menyebabkan terjadinya
hidrolisis ikatan peptida dari polimer protein. Hidrolisis ini menghasilkan monomer-
monomer asam amino dan sebagian gugus amino yang berubah menjadi ammonia.
Akibat hidrolisis tersebut jumlah gugus amino berkurang. Jika dalam protein terdapat
asam amino yang mempunyai atom S seperti sistein dan sistin dalam molekulnya maka
asam amino ini dapat tereliminasi ke dalam bentuk senyawa H2S. penambahan garam
Pb dalam suasana basa menjadi endapan PbS yang mudah diamati.
Pb2+ + 4 OH- PbO22- + 2 H2O
S2- + 2 H2O + PbO22- PbS + 4 OH-
Endapan hitam
Bahan:
Asam asetat 1 N 2 tetes
Telur ayam negeri 1 butir
Susu sapi murni 100 mL
(NH4)2SO4 2 tetes
Formaldehid 1-15 mL
Aquades secukupnya
HCl 1 N 1 tetes
Indikator kongo secukupnya
NaOH 0,1 M 3 mL
HNO3 pekat 1 mL
HCl pekat 1-2 mL
CuSO4 secukupnya
PbSO4 secukupnya
FeSO4 secukupnya
ZnSO4 secukupnya
Larutan Ninhidrin 0,2% 10 tetes
Amonia secukupnya
1% HgSO4 1 mL
10% H2SO4 secukupnya
1% NaNO3 1 tetes
Formaldehid encer 1 tetes
CuSO4 0,5% secukupnya
40% NaOH 1 mL
5 ml larutan protein
2-3 mL larutan protein
Dimasukkan
Dimasukkan keke dalam
dalam tabung
tabung reaksi
reaksi
Dipanaskan 2selama
Ditambahkan 1 menit 1 N sambil dikocok
tetes CH3COOH
Endapan
terbentuk flake (endapan)
didinginkan
dibagi menjadi 2 bagian
Dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit
Diamati erubahan pada endapan
Bagian I Bagian II
Hasil pengamatan
2. Pengendapan Protein
a. Pengendapan Protein dengan (NH4)2SO4
Perubahan warna
3. Pengendapan Protein
a. Pengendapan Protein dengan (NH4)2SO4
Tabung dikocok
Ditambahkan asam-asam tersebut
Diamati setiap tabung
Hasil pengamatan
c. Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Hasil pengamatan
4. Reaksi-Reaksi Protein
a. Reaksi Biuret
3 ml larutan protein
Larutan berwarna
b. Reaksi Ksanthoprotein
3 ml larutan protein
Didinginkan
Ditambahkan NH3
Larutan berwarna jingga
c. Reaksi Ninhidrin
pH larutan protein 0,5% diatur sampai pH = 7
Hasil pengamatan
d. Reaksi Millon
2 ml larutan protein
Endapan kuning
1 ml larutan protein
1 ml larutan protein
Perubahan warna
Larutan keruh
Larutan jernih
Tabung dimiringkan N C C
C
+ 2HCl
N C endapan semakin
H2 H
Ditambahkan 1-1,5 ml larutan protein bertetes lewat dinding tabung
Sesudah:
O
banyak saat
Tabung ditegakkan kembali
Didiamkan sejenak Susu O ditambah HNO3
Susu + HNO3 : terbentuk Cl-
H2 berlebih.
cincin putih (endapan putih) cincin putih
H3N C
+ C OH
C OH H3N C
keruh H2 H
Dikocok Ditandai dengn
ZnSO4: larutan tak berwarna O
3. ZnSO4
Susu+ ZnSO4: larutan
putih+ endapan
+ZnSO4 berlebih : endapan
larut
4. FeSO4
Susu+ FeSO4: larutan putih+
endapan
+ FeSO4 berlebih : endapan
larut
Telur + FeSO4: larutan putih
keruh+ endapan
+ FeSO4 berlebih : endapan
larut
5. HgSO4
Susu+ HgSO4: larutan
putih+ endapan
+ HgSO4 berlebih : endapan
larut
Telur + HgSO4: larutan
putihkeruh+ endapan
+ HgSO4 berlebih : endapan
larut
Larutan berwarna
Sesudah: telah terbentuk
Susu +40% NaOH : larutan O senyawa
berwarna putih + 0,5% H H2
N C H C kompleks
CuSO4 : larutan ungu C N C
H2
Putih telur + 40% NaOH : antara Cu2+ dan N
Cu2+ O
larutan berwarna putih + O dari molekul
0,5% CuSO4 : larutan H2
N C C ikatan peptida.
ungu H C N C
H2
H
O
H2N C
OH
Putih telur CH
Hasil pengamatan
larutan berwarna
Sesudah: ungu pada uji
Susu +0,2% ninhidrin :
reaksi Ninhidrin.
larutan tak berwarna.
Setelah dipanaskan : larutan
berwarna ungu .
(Fessenden & Fessenden, 1982)
Putih telur + Ninhidrin 0,2%
: larutan tak berwarna.
Setelah dipanaskan : larutan
berwarna ungu
d. Reaksi
2 ml Millon
larutan protein Sebelum: Protein membentuk warna merah Larutan protein
Susu : larutan berwarna dengan pereaksi millon karena mengandung
Dimasukkan ke dalam tabung putih
reaksi mengandung asam amino tirosin tirosin dengan
Ditambahkan 1 ml pereaksiHgSO4
Putih telur : larutan tidak ditandai oleh
Dipanaskan berwarna Tambahi reaksi terbentuknya
Pereaksi merkuri sulfat : endapan merah
Endapan kuning
larutan tak berwarna bata.
Didinginkan dengan air
Ditambahkan 1 tetes larutan 1% NaNO3
Dipanaskan
Larutan merah
NaNO3 1%: larutan tak
berwarna
Sesudah:
Susu + pereaksi merkuri
sulfat : larutan berwarna
putih.
Dipanaskan: terbentuk
endapan putih dan larutan
sedikit merah muda
+ NaNO3 1% : larutan
sedikit merah muda.
Dipanaskan : endapan merah
bata dan larutan berwarna
merah muda.
Sesudah:
Susu + formaldehid : larutan
berwarna putih
+ pereaksi merkuri sulfat :
larutan putih
+ H2SO4 :cincin berwarna
ungu
Sesudah:
Susu + NaOH 40%:
larutan berwarna putih
Dipanaskan : larutan
berwarna kuning
+ Pb Asetat : larutan
berwarna coklat
kehitaman.
1. Denaturasi Protein
Denaturasi merupakan perubahan fisik dan perubahan yang tidak diketahui
dari protein. Proses denaturasi bisa disebabkan karena pengaruh bahan-bahan kimia,
tekanan tinggi, penyinaran sinar X dan ultraviolet serta pemanasan (Anwar, 1994).
Berikut ini akan dibahas mengenai denaturasi protein yang disebabkan oleh
penambahan asam asetat, pemanasan, dan karena penambahan formaldehid.
a. Denaturasi Karena Penambahan Asam Asetat
Protein Susu
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui denaturasi protein pada susu sapi
akibat adanya penambahan asam asetat. Langkah pertama yang dilakukan yakni 5
mL larutan susu berwarna putih dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 2
tetes asam asetat 1 N tidak berwana sambil dikocok terbentuk endapan putih.
Penambahan asam asetat mengakibatkan larutan protein (susu) mengendap, hal ini
disebabkan asam asetat merupakan penyebab terjadinya denaturasi pada protein.
Saat mengalami proses denaturasi, struktur protein akan mengalami perubahan
konfigurasi dari bentuk -heliks menjadi memanjang. Asam asetat menghancurkan
jembatan garam dengan adanya muatan ionik dimana ion positif dan negatif yang
berasal dari asam asetat yang ditambahkan menggantikan ion positif dan negatif
dalam garam protein (reaksi penggantian dobel).
Setelah dikocok dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit timbul
endapan putih keruh pada susu. Hal ini dikarenakan perubahan struktur dari protein
dari struktur kuartener ataupun struktur tersier (-heliks) menjadi struktur yang
lebih sederhana (memanjang). Hal ini dikarenakan panas dapat mengacaukan
ikatan hidrogen.
Gambar 1. Perubahan struktur protein karena mengalami denaturasi
(Anwar, 1994).
memadat dan berwarna putih. Hal ini dikarenakan pemanasan akan menyebabkan
protein telur terdenaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya
gumpalan dan proses pemanasan.
COOH -COO- + H+
-NH2 + H+ -NH3+
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat
membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut
juga ion amfoter (zwitterion), keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan.
3. Pengendapan Protein
a. Pengendapan Protein dengan Amonium Sulfat
Protein Susu
Percobaan dilakukan pertama-tama 3 mL larutan protein (susu) berwarna
putih dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambah 3-4 tetes larutan (NH 4)2SO4 jenuh
tidak berwarna dan dikocok menghasilkan larutan keruh, terdapat endapan (++).
Kemudian dipindahkan 1 mL keruh tersebut dalam tabung reaksi lain, ditambahkan
3 mL akuades mengahsilkan larutan sedikit jernih, endapan larut (+).Pada
percobaan pengendapan protein dengan ammonium sulfat, penambahan
ammonium silfat terhadap larutan protein menyebabkan protein mengalami
dehidrasi sehingg larutan yang memiliki kelarutan kecil akan mengendap.
Kemudian setalah ditambah akuades, endapan larut (+), larutan sedikit jernih. Hal
ini dikarenakan protein yang diendapkan dengan penambahan Ammonium sulfat
tidak mengalami perubahan kimia, sehingga dapat dengan mudah dilarutkan
kembali melalui penambahan air. Dengan kata lain, pengendapan dengan
penambahan Ammonium sulfat bersifat reversibel.
RCHCOOH
NH3+NO3-
Tabung reaksi II ditambahkan 1 mL HCl pekat larutan tidak berwarna,
setelah itu ditambah 1-1,5 mL larutan protein (susu) tetes demi tetes melalui
dinding tabung reaksi terbentuk cincin putih. Kemudian larutan dikocok
menghasilkan larutan keruh (++), terdapat endapan (+). Setelah itu ditambahkan
HCl pekat lagi menghasilkan tidak terdapat endapan, larutan sedikit keruh (+).
Pada tabung yang berisi HCl pekat yang direaksikan dengan larutan protein juga
akan membentuk garam mineral dengan gugus amino pada protein. Selain itu, juga
menghasilkan denaturasi reversibel dimana protein dapat dilarutkan kembali
dengan penambahan HCl berlebih.
RCHCOOH
NH3+Cl-
(s)
Penambahan ZnSO4
O
O
H H2
N C C H2O
+ H2N C
C N C ZnSO4(aq) Zn
H2 H C
H2
O + SO42-(aq)
2
O
(s)
Penambahan FeSO4
O
O
H H2 H2O
N C C
C N C
+ FeSO4(aq) H2N
C
C
Fe + SO42-(aq)
H2 H O
H2
2
O
(s)
Penambahan HgSO4
O
O
H H2
H2O
N C C
+ HgSO4(aq) H2N C
C
H2
N
H
C
C O
Hg + SO42-(aq)
H2
2
O
(s)
Pb-asetat
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil 1-
1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan Pb-asetat
tetes demi tetes kedalam tabung reaksi. Larutan Pb-asetat tidak berwarna. Dalam
percobaan ini, diberikan Pb-asetat sebanyak sehingga terjadi perubahan. Setelah
dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan hasil campuran berupa
larutan keruh dan timbul endapan berwarna putih.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa
larutan putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif,
akan berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Pb) sehingga terjadi
reaksi netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan
logam berat (Pb) adalah garam Pb proteinat yang berupa endapan berwarna
putih.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi Pb-asetat
tetes demi tetes sampai terjadi perubahan. Endapan Pb proteinat dapat larut
dikarenakan sifat pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel
(dapat balik), sehingga saat ditambahkan Pb-asetat berlebih dapat
menyebabkan endapan larut.
ZnSO4
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil
1-1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan
ZnSO4 tetes demi tetes kedalam tabung reaksi. Larutan ZnSO 4 tidak berwarna.
Setelah dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan hasil
campuran berupa larutan keruh dan timbul endapan berwarna putih.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa
larutan putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif,
akan berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Zn) sehingga terjadi
reaksi netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan
logam berat (Zn) adalah garam Zn proteinat yang berupa endapan berwarna
putih.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi ZnSO 4 tetes
demi tetes sampai terjadi perubahan. Endapan Zn proteinat dapat larut
dikarenakan sifat pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel
(dapat balik), sehingga saat ditambahkan Pb-asetat berlebih dapat
menyebabkan endapan larut.
FeSO4
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil
1-1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan
FeSO4 tetes demi tetes kedalam tabung reaksi. Larutan FeSO 4 tidak berwarna.
Setelah dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan hasil
campuran berupa larutan keruh dan timbul endapan berwarna putih.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa
larutan putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif,
akan berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Fe) sehingga terjadi
reaksi netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan
logam berat (Fe) adalah garam Fe proteinat yang berupa endapan berwarna
putih.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi FeSO 4 tetes
demi tetes sampai terjadi perubahan. Endapan Fe proteinat dapat larut
dikarenakan sifat pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel
(dapat balik), sehingga saat ditambahkan FeSO 4 berlebih dapat menyebabkan
endapan larut.
HgSO4
Pada percobaan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah mengambil
1-1,5 mL larutan protein (larutan putih telur) dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi. Larutan putih telur awalnya tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan
HgSO4 tetes demi tetes kedalam tabung reaksi. Mua-mula larutan HgSO 4 tidak
berwarna. Setelah dicampurkan dengan larutan putih telur, maka didapatkan
hasil campuran berupa larutan keruh dan timbul endapan berwarna putih.
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap (Tim Dosen Kimia Organik, 2017).
Berdasarkan penjelasan dari kutipan diatas, diperoleh hasil bahwa
larutan putih telur yang berada dalam bentuk isoelektrik bermuatan negatif,
akan berinteraksi dengan muatan positif dari logam berat (Hg) sehingga terjadi
reaksi netralisasi. Produk dari reaksi netralisasi antara larutan putih telur dan
logam berat (Hg) adalah garam Hg proteinat yang berupa endapan berwarna
putih.
Selanjutnya, pada tabung reaksi tersebut ditambahkan lagi HgSO4 tetes
demi tetes sampai terjadi perubahan. Endapan Hg proteinat dapat larut
dikarenakan sifat pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversibel
(dapat balik), sehingga saat ditambahkan HgSO4 berlebih dapat menyebabkan
endapan larut.
H H2
2 N C C + Cu2+
C N C
H2 H
O
O
H H2
N C H C
C N C
H2
Cu2+ O
O
H2
N C C
H C N C
H2
H
O
H H2
2 N C C + Cu2+
C N C
H2 H
O
O
H H2
N C H C
C N C
H2
Cu2+ O
O
H2
N C C
H C N C
H2
H
O
b. Reaksi Ksanthoprotein
Protein Susu
H2N C
H2N C
CH OH CH OH
NO2 NO2
H2N C H2N C
CH OH CH OH
NO2 NO2
c. Reaksi Ninhidrin
Protein Susu
Sampel susu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diukur tepat pH 7 yaitu
berwarna putih. Kemudian susu tersebut diambil 1 mL dan ditambahkan 10 tetes
larutan ninhidrin 0,2%, larutan berwarna putih. Lalu dipanaskan selama 10 menit
pada suhu 100C, larutan menjadi berwarna ungu. Larutan protein mengandung
asam amino bebas dengan ditandai terbentuknya larutan berwarna ungu yang
menunjukkan uji ninhidrin positif. karena pada asam amino terdapat gugus
karboksil yang dapat dilepaskan atau tereduksi akan bereaksi dengan NH3 dengan
proses dekarboksilasi dan menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam
amino dapat bereaksi dengan asam nitrit dan melepaskan gas nitrogen. Asam
amino, ammonia dan gugus amino primer dalam protein apabila didihkan dengan
larutan protein pada pH 7 dan dengan adanya ninhidrin menjadikan larutan menjadi
berwarna ungu. Reaksi sebagai berikut :
d. Reaksi Millon
Protein Susu
e. Reaksi Hopkin-Cole
Protein Susu
Susu sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambah 1 tetes
formaldehid encer, larutan tetap berwarna putih. Kemudian ditambah 1 tetes
pereaksi merkuri(II) sulfat tetap terbentuk larutan putih. Lalu ditambah asam sulfat
pekat terbentuk cincin berwarna ungu. Uji yang dilakukan pada protein susu positif
mengandung gugus indol, dalam hal ini ditandai dengan terbentuknya cincin
berwarna ungu.
Reaksi sebagai berikut :
Endapan hitam
X. KESIMPULAN
1. Membedakan sifat kelarutan protein secara reversibel dan irreversibel dan
Penyebab terjadinya pengendapan pada protein :
a. Protein akan mengendap ketika bereaksi dengan amonium sulfat dan larutan
jernih kembali setelah ditambah dengan aquades yang merupaka reaksi
reversibel
b. Terjadi reaksi irreversible pada penambahan HNO 3 pekat. Namun setelah
penambahan HCl pekat reaksinya menjadi reversible
2. Membedakan denaturasi protein yang disebabkan oleh asam, garam, dan garam
dari logam berat, serta pemanasan berdasarkan pengamatan
a. Protein akan mengendap dengan adanya logam berat.
b. Penambahan asam pada protein susu dan putih telur ayam kampung dapat
menyebabkan protein mengalami denaturasi. Hal ini ditandai dengan
terbentuknya endapan
c. Protein dapat mengalami denaturasi karena pemanasan yang ditandai dengan
terbentuknya endapan.
d. Protein yang ditambahkan (NH4)2SO4 menghasilkan endapan lebih banyak
3. Identifikasi adanya protein melalui reaksi warna :
a. Uji warna protein pada reaksi biuret untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada susu dan putih telur yang menghasilkan warna ungu ketika direaksikan
dengan biuret. Pada percobaan ini menghasilkan uji positif ketika protein
susu dan putih telur dengan biuret.
b. Uji warna protein pada reaksi ksanthoprotein untuk mengetahui susu dan
telur mengandung cincin benzena yaitu senyawa polinitrobenzena dari asam
amino protein yang ditandai dengan larutan berwarna kuning ketika diuji
pereaksi ksanthoprotein dan berubah jingga ketika diuji dengan alkali. Pada
percobaan ini menghasilkan uji positif ketika protein susu dan putih telur
dengan reaksi ksanthoprotein yang kedua-duanya protein menghasilkan
warna kuning (+).
c. Uji warna protein pada reaksi ninhidrin untuk mengetahui protein susu dan
putih telur mengandung asam amino dengan pH 7, jika uji positif terbentuk
warna biru atau ungu. Pada percobaan ini menghasilkan uji positif pada
protein susu terbentuk warna ungu sedangkan pada protein putih telur positif
dengan terbentuknya larutan berwarna ungu.
d. Uji warna protein pada reaksi millon untuk membuktikan bahwa protein
putih telur dan susumengandung asam amino tirosin atau triptofan
ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah. Pada percobaan
ini protein putih telur menghasilkan endapan putih keruh (+) dan susu
menghasilkan endapan berwarna merah muda sehingga disimpulkan protein
negatif terhadap uji millon.
e. Uji warna protein pada reaksi Hopkin-Cole untuk membuktikan bahwa
protein putih telur dan susumengandung gugus indol yang ditandai dengan
terbentuknya cincin ungu pada bidang batas antara larutan dengan pereaksi.
Pada percobaan ini protein putih telur dan susupositif terhadap reaksi
Hopkin-Cole ditandai dengan terbentuknya cincin ungu dan larutan berwarna
ungu kecoklatan.
Jawaban :
a) CuSO4 digunakan untuk uji adanya logam berat pada protein yang
ditandai dengan adanya pengendapan apabila protein positif
mengandung logam berat.
c) HNO3 digunakan untuk uji adanya cincin benzene dari garam asam
amino penyusun protein, yaitu pada percobaan ini ketika asam nitrat
pekat ditambahkan dan menghasilkan turunan nitrobenzene.
d) Pb asetat digunakan untuk uji adanya asam amino sistein dan metionin,
yaitu dalam percobaan ini akan menghasilkan larutan warna hitam
karena atom S bereaksi dengan asam asetat membentuk endapan PbS.
Jawaban :
Pengaruh pelarut organik terhadap sifat denaturasi protein adalah protein atau
asam nukleat akan kehilangan struktur sekunder dan tersiernya karena pelarut
organic mengakibatkan protein dapat terdenaturasi.
Jawaban :
Ikatan disulfida
Ikatan hirogen
Terbentuk antara gugus NH- atau OH dan gugus C = Odalam ikatan
peptide atau COO- dalam gugus R.
2. Kaki tiga
3. Bahan-bahan yang digunakan
3.
Larutan putih telur + asam
asetat
Larutan (NH4)2SO4
10.
Yang ditambah
larutan (NH4)2SO4
Percobaan 1C Denaturasi
karena pemanasan
Formaldehid
23.
25.
Larutan formaldehid + akuades
Larutan formaldehid + 2 mL
28.
akuades
HCl 1N
1.
Larutan akuades
3.
3 mL akuades diasukkan
7.
dalam tabung reaksi
Larutan ditambahkan
beberapa tetes indikator
9.
kongo, larutan berubah warna
menjadi biru
Setelah ditambahkan 3 tetes
larutan protein larutan
10 berubah warna menjadi merah
jambu dan terdapat endapan
putih
NaOH 0,1N
11.
Larutan NaOH
13.
Larutan NaOH + indikator
14.
Fenolftalein
1.
Larutan (NH4)2SO4
Larutan dipindahkan 1 mL
8. pada tabung reaksi lain dan
ditambahkan 2-3 mL akuades
Percobaan 3B pengendapan
protein dengan asam
3. mineral
10.
13.
Larutan putih telur + CuSO4
dikocok
Susu + CuSO4
15. dikocok
Pb(CH3COOH)2
18.
Susu + Pb(CH3COOH)2
19.
Susu + Pb(CH3COOH)2
berlebih
20.
FeSO4
21..
Larutan putih telur + FeSO4
dikocok
ZnSO4
25.
Larutan putih telur + ZnSO4
dikocok
HgSO4
29.
Larutan putih telur + HgSO4
dikocok
3 mL larutan susu + 1 mL
7.
NaOH 40%
Ditambah tetes demi tetes
8. CuSO4 0,5% larutan berubah
menjadi warna ungu
Percobaan 4B reaksi
Ksanthoprotein
9.
Larutan putih telur ayam
negeri
3 mL larutan susu + 1 mL
15.
HNO3 pekat
Tebentuk endapan setelah
16.
dipanaskan
Percobaan 4C Ninhidrin
22.
Larutan putih telur + larutan
ninhidrin
Percobaan 4E reaksi
Hopkin-Cole
37.
Larutan formaldehid dan
merkuri sulfat
3. NaOH 40%
4. Pb(CH3COOH)2