PROTEIN II
Kelompok 7
Ayu Septra Wulandari J3L112029
Yaya Nugraha J3L112089
Diana Agustini Raharja J3L112168
NH 2 C H
variasi struktur terjadi
R dalam rantai samping
Gambar 2 Asam amino bersifat amfoter dapat berperilaku sebagai asam sekaligus
basa (Hawab 2004)
Protein terbentuk dari beberapa asam amino yang dihubungkan dengan
ikatan peptida. Peptida merupakan oligomer dari asam amino yang memainkan
peran penting dalam banyak proses biologis (Wirahadikusumah 1977).
H O H O
H2N C C NH C OH
ikatan peptida R2
R1
Tujuan
Praktikum dilakukan untuk mengidentifikasi sifat dan struktur asam amino
dan protein melalui reaksi uji pengendapan protein oleh logam, pengendapan
protein oleh garam, uji koagulasi, pengendapan protein oleh alkohol, serta
denaturasi protein.
Metode
Bahan-bahan yang digunakan, di antaranya sampel putih telur, HgCl2 2%,
Pb-asetat 5%, AgNO3 5%, kristal (NH4)2SO4, pereaksi Millon, pereaksi Biuret,
asam asetat 1 M, HCL 0,1 M, NaOH 0,1 M, buffer asetat pH 4,7, etanol 95%,
akuades, dan kertas saring . Alat-alat yang digunakan adalah penangas air dan
alat-alat gelas.
Pengendapan protein oleh logam dilakukan dengan cara ke dalam 3 mL
sampel putih telur ditambahkan 5 tetes larutan HgCl2 2%. Percobaan diulangi
dengan menggunakan larutan Pb-asetat 5% dan AgNO3 5%.
Pengendapan protein oleh garam dilakukan dengan cara 10 mL sampel
putih telur dijenuhkan dengan (NH4)2SO4 dengan ditambahkan sedikit demi
sedikit garam tersebut serta diaduk hingga mencapai titik jenuh dan disaring.
Endapan yang terbentuk diuji kelarutannya dalam air dan dengan pereaksi Millon
dan filtrate diuji dengan pereaksi Biuret.
Uji koagulasi dilakukan dengan cara 2 tetes asam asetat 1 M ditambahkan
ke dalam 5 mL sampel putih telur. Tabung diletakkan ke dalam air mendidih
selama 5 menit. Endapan diambil dengan batang pengaduk dan endapan tersebut
diuji kelarutannya dalam air dan pereaski Millon.
Pengendapan protein oleh alkohol dilakukan dengan cara 3 tabung reaksi
disiapkan. Tabung pertama dimasukkan 2,5 mL sampel putih telur, 0,5 mL HCl
0,1 M, dan 3 mL etanol 95%. Tabung kedua dimasukkan 2,5 mL sampel putih
telur, 0,5 mL NaOH 0,1 M, dan 3 mL etanol 95%. Tabung ketiga dimasukkan 2,5
mL sampel putih telur, 0,5 mL buffer asetat pH 4,7, dan 3 mL etanol 95%.
Kemudian kelarutan sampel putih telur diamati pada tiap tabung.
Denaturasi protein dilakukan dengan cara 3 tabung reaksi disiapkan.
Tabung pertama dimasukkan 4,5 mL sampel putih telur dan 0,5 mL HCl 0,1 M.
Tabung kedua dimasukkan 4,5 mL sampel putih telur dan 0,5 mL NaOH 0,1 M.
Tabung ketiga dimasukkan 4,5 mL sampel putih telur dan 0,5 mL buffer asetat pH
4,7. Ketiga tabung ditempatkan dalam air mendidih selama 15 menit dan
didinginkan pada temperatur kamar. Untuk tabung pertama dan kedua
ditambahkan 5 mL buffer asetat pH 4,7.
Gambar 4 Hasil uji pengendapan albumin dengan logam HgCl2 (a), Pb-asetat (b),
dan AgNO3 (c)
Gambar 5 Hasil uji kelarutan dalam air (a), uji Millon (b), dan uji Biuret pada
pengendapan albumin oleh garam
Gambar 7 Hasil uji kelarutan dalam air (a), uji Millon (b), dan uji Biuret (c) pada
uji koagulasi
Gambar 8 Hasil uji pengendapan oleh alkohol pada tabung 1 yang ditambahkan
HCl (a), tabung 2 yang ditambahkan NaOH (b), dan tabung 3 yang
ditambahkan buffer asetat pH 4,7 (c)
Percobaan berikutnya adalah pengendapan oleh alkohol. Pelarut organik,
seperti alkohol dapat mengganggu kelarutan albumin. Pelarut organik
menyebabkan denaturasi reversible dan sering digunakan untuk isolasi protein
secara pengendapan. Pada uji pengendapan oleh alkohol, hanya tabung 2 yang
mengandung basa yang menunjukkan protein yang larut dalam alkohol, karena pH
pada basa di atas titik isoelektriknya. Pada tabung 1, ujung C asam amino yag
terbuka pada protein dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam
membentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukkan oleh
adanya endapan yang terbentuk. Pada percobaan pengendapan oleh alkohol fungsi
dari buffer asetat pH 4,7 adalah untuk mengendapkan protein. Karena protein
sampel yang digunakan adalah albumin yang memiliki kisaran pH isoelektrik
sekitar angka tersebut maka protein akan mengendap. Hal ini terjadi karena pada
titik isoelektriknya, protein mempunyai daya kelarutan minimum
(Wirahadikusumah 1977). Fungsi dari uji ini adalah untuk mengetahui pengaruh
alkohol dalam suasana asam, basa, dan dengan menggunakan buffer pH asam
terhadap protein.
Tabel 5 Hasil uji denaturasi
Hasil pengamatan
Larutan Sebelum Setelah penambahan
Setelah pemanasan
pemanasan buffer
Albumin+HCl Berwarna putih, Berwarna putih, Terbentuk 2 fase,
tidak larut terdapat gumpalan yaitu fase atas tidak
berwarna dan fase
bawah berwarna
putih
Albumin+NaOH Tidak berwarna, Tidak berwarna, Putih keruh
larut tidak ada gumpalan
Albumin+buffer Terbentuk 2 Berwarna putih dan Tidak dilakukan
asetat pH 4,7 fase, yaitu fase keruh
atas putih keruh
(++) dan fase
bawah putih
keruh (+)
Keterangan: pada hasil pengamatan semakin banyak +, kekeruhan yang terbentuk
semakin banyak
Gambar 9 Hasil uji denaturasi pada albumin+buffer asetat pH 4,7 (a),
albumin+NaOH (b), albumin+HCl (c)
Simpulan
Berdasarkan .hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pada uji
pengendapan protein oleh logam, logam berat seperti Ag, Hg, dan Pb dapat
mengendapkan protein. Pada uji pengendapan protein oleh garam, endapan
protein dapat larut kembali dalam air dan ketika diberi pereaksi Millon
memberikan hasil yang negatif sedangkan filtrat yang diuji dengan pereaksi Biuret
memberikan hasil yang negatif juga. Pada uji koagulasi, endapan protein tidak
larut dalam air dan memberikan hasil negatif pada pereaksi Millon sedangkan
filtrat yang diuji dengan pereaksi Biuret memberikan hasil positif. Pada uji
pengendapan oleh alkohol dan denaturasi protein, dalam suasana asam dan buffer
pH 4,7, protein mengendap sedangkan pada basa tidak mengendap.
Daftar Pustaka
Fessenden RJ, JS Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid ke-2. Pudjaatmaka AH,
penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Ed. ke-3.
Hart Harold, LE Craine, DJ Hart. 2003. Kimia Organik. Achmadi SS,
penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry. Ed.
ke-11.
Hawab HM. 2004. Pengantar Biokimia. Malang: Bayumedia.
Lehninger AL. 1982. Dasar- Dasar Biokimia. Maggy T, penerjemah; Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Principle of Biochemistry.