Kelompok 6
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PENDAHULUAN
Protein memegang peran yang sangat penting dalam sebagian besar proses
biologi yang terdapat pada alam. Hampir semua enzim, yang merupakan katalis
dalam reaksi biokimia, merupakan protein. Dalam tubuh manusia, terdapat sekitar
100.000 jenis protein yang berbeda yang dimana setiap jenisnya memiliki fungsi
yang spesifik dalam fungsi fisiologisnya. Protein memiliki massa molar yang
besar berkisar dari 5000 g hingga 1 x 107g, namun komposisi persen massa tiap
unsur dalam protein sangat konstan, yaitu 50-55% karbon, 7% hidrogen, 23%
oksigen, 16% nitrogen, dan 1% belerang (Chang dan Overby 2011).
Ikatan peptida merupakan kondensasi dari dua asam amino. Rantai yang
terbuat dari 20 asam amino disebut sebagai oligopeptida, sedangkan rantai yang
lebih panjang disebut dengan polipeptida. Protein adalah polipeptida yang
memiliki fungsi biologi. Protein memiliki struktur yaitu struktur primer, sekunder,
tersier, dan kuartener. Urutan asam amino dalam protein disebut dengan struktur
primer. Struktur sekunder ditentukan oleh sudut dihedral 𝜙, 𝜓 dari ikatan peptida,
struktur tersier ditentukan oleh pelipatan rantai protein dalam ruang. Sedangkan
struktur kuartener menjelaskan bagaimana beberapa rantai polipeptida berkumpul
untuk membentuk protein tunggal fungsional (Buxbaum 2015)
Struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari protein dapat berubah karena
pengaruh dari lingkungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
tersebut adalah suhu, pH, konsentrasi ion, tekanan, pelarut organik, garam,
senyawa hidrofilik kecil, dan ion logam berat (Buxbaum 2015; Kessel dan
Ben-Tal 2018). Menurut Buxbaum (2015), perubahan ini dapat terjadi karena
struktur sekunder, tersier, dan kuartener protein yang memiliki interaksi yang
relatif lemah, seperti ikatan hidrogen atau interaksi hidrofilik sehingga dapat
berubah dengan pengaruh lingkungan.
Albumin merupakan protein yang dapat larut dalam air serta dapat
terkoagulasi oleh panas. Dalam plasma manusia, albumin merupakan protein
terbanyak (4.5 g/dl) sekitar 60% dari total plasma darah (Yuniarti et al. 2013).
Albumin disintesis oleh hati yang kemudian dilepaskan ke ruang intravaskuler
(Gracia-Martinez et al. 2013). Menurut Yuniarti et al. (2013), albumin tersusun
dari 16 jenis asam amino dengan kadar asam amino tertinggi pada albumin adalah
glisin dan asam glutamat. Albumin umumnya berbentuk bulat elips dan terdiri
atas rantai polipeptida yang berlipat pada umumnya gugus R polar terletak di
sebelah luar rantai polipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofobik terletak di
sebelah dalam molekul protein. Albumin berperan penting dalam kesehatan dan
penyakit, albumin merupakan penyumbang utama Colloid Oncotic Pressure
(COP) yang mengikat molekul endogen dan eksogen, koagulasi menengahi dan
membantu untuk mempertahankan permeabilitas mikrovaskuler (Indrawati et al.
2019).
Tujuan
METODE
Prosedur Percobaan
Sedimentasi Logam
Pada percobaan sedimentasi logam, lima tetes HgCl2 2% dimasukan ke
dalam 3 ml larutan albumin. Percobaan kemudian diulangi dengan menggunakan
larutan Pb-asetat 5% dan AgNO 3 5%. Pengendapan yang terjadi diamati dan
dicatat.
Sedimentasi Garam
Pada percobaan sedimentasi garam, 10 ml larutan albumin dijenuhkan
menggunakan garam (NH4)2SO4. Garam ditambahkan sedikit demi sedikit dan
diaduk hingga mencapai titik jenuh, kemudian larutan disaring. Kelarutan
diperiksa dengan menggunakan air. Sedimen diperiksa dengan menggunakan
reagen Millon dan filtrat diperiksa dengan menggunakan reagen Biuret.
Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat
Koagulasi Protein
Untuk percobaan koagulasi protein dua tetes asam asetat 1M dimasukan ke
dalam 5 ml larutan albumin yang berada di dalam tabung. Kemudian tabung
dimasukan ke dalam air mendidih selama lima menit. Sedimen yang terbentuk
diambil menggunakan batang pengaduk. Sedimen diperiksa dengan menggunakan
reagen Millon dan kelarutannya diperiksa dalam air.
Denaturasi Protein
Tiga tabung reaksi disiapkan. Pada tabung pertama dimasukkan 9 ml larutan
albumin dan 1 ml HCl 0.1M. Pada tabung kedua dimasukkan 9 ml dan 1 ml
NaOH 0.1M. Pada tabung ketiga dimasukkan 9 ml larutan albumin dan 1 ml
buffer asetat pH 4.7. Ketiga tabung reaksi dimasukan kedalam air mendidih
selama 15 menit dan kemudian didinginkan dalam suhu ruangan. Hasil yang
terbentuk diperhatikan. Pada tabung pertama dan kedua ditambahkan 10 ml buffer
asetat pH 4.7 dan hasil yang terbentuk diamati dan dicatat.
Hasil
Logam berat berpengaruh terhadap perubahan struktur protein. Hal ini
terjadi karena logam berat mengikat gugus karboksilat atau sulfihidril dari protein
(Buxbaum 2015). Menurut Adhani dan Husaini (2017), kemampuan logam dalam
mengendapkan protein ini dipengaruhi oleh bentuk senyawa, daya kelarutan
logam berat dalam cairan, ukuran partikel, dan beberapa sifat kimia dan fisika
lainnya. Berdasarkan Tabel 1 kemampuan pengendapan protein oleh logam dapat
dilihat bahwa AgNO3 > HgCl2 > Pb-asetat, hal ini disebabkan logam Ag dan Hg
merupakan logam transisi (gol. IB, periode 5; gol. IIB, periode 6) sehingga logam
Ag dan Hg bersifat lebih reaktif dibandingkan Pb. Maka, logam Ag dan Hg lebih
banyak mendenaturasi protein dibandingkan logam Pb.
Selain logam berat, garam juga mampu mendenaturasi atau merubah
struktur protein. Menurut Buxbaum (2015), garam mampu mengendapkan protein
karena dapat mengurangi konsentrasi air yang tersedia untuk mempertahankan
struktur protein. Uji Millon dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan asam
amino tirosin melalui perubahan warna larutan menjadi merah akibat adanya
garam merkuri dari Tirosin yang ternitrasi (Dirga et al. 2018). Uji Biuret
dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan ikatan peptida yang ditunjukan
dengan terbentuknya larutan berwarna biru akibat reaksi antara ikatan peptida
yang membentuk kompleks berwarna ungu dengan garam Cu dalam larutan alkali
(Purnama et al. 2019). Berdasarkan Tabel 1 sampel menunjukan hasil positif pada
setiap uji yang dilakukan.
Tabel 1. Pengendapan protein oleh logam dan garam
Hasil
Albu- ++ + +++ ++ + +
min (putih) (putih) (merah) (biru)
Keterangan: + (endapan sedikit), ++ (terbentuk endapan), +++ (endapan banyak)
Faktor lain yang dapat merubah struktur dari protein adalah suhu. Kenaikan
suhu mengakibatkan peningkatan gerak molekuler, akibatnya dapat memutus
ikatan hidrogen protein (Bumbaux 2015). Kelarutan dari sampel menunjukan ada
atau tidaknya endapan pada sampel. Uji Millon dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan asam amino tirosin. Berdasarkan Tabel 2 sampel menunjukan hasil
negatif pada uji kelarutan dan hasil positif pada uji Millon.
Hasil Pengamatan
Sampel
Kelarutan Uji Millon
Albumin – +
Keterangan: – (tidak larut, tidak berwarna merah), + (larut, berwarna warna merah)
Protein dapat terdenaturasi karena pengaruh suhu dan juga pengaruh asam
atau basa. Prinsip dari denaturasi protein dengan pengaruh pH mirip dengan
prinsip pengendapan protein dengan alkohol. Berdasarkan Tabel 4 sampel yang
diberikan buffer asetat pH 4.7 menunjukan terbentuknya endapan putih. Hal ini
sesuai dengan literatur. Setelah penambahan buffer asetat pH 4.7 dan pemanasan
pengendapan albumin terlihat lebih jelas. Hal ini membuktikan bahwa albumin
mengendap pada titik isoelektriknya, yaitu pada pH kisaran 4.6 - 4.7 (Asfar et al.
2019). Pada penambahan HCl, NaOH dan pemanasan menunjukan hasil positif
yang ditunjukan dengan larutan yang menjadi keruh. Hal ini disebabkan oleh
pemanasan menyebabkan peningkatan gerak molekul yang menyebabkan
terputusnya ikatan hidrogen protein. Terputusnya ikatan hidrogen ini
menyebabkan struktur protein menjadi lemah sehingga mudah untuk diendapkan
atau berkurang kelarutannya (Bumbaux 2015).
Pembahasan
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adhani R, Husaini. 2017. Logam Berat Sekitar Manusia. Banjarmasin (ID):
Lambung Mangkurat University Press
Asfar M, Tawali AB, Pirman, Mahendradatta M. 2019. Ekstraksi albumin ikan
gabus (Channa striata) pada titik isoelektriknya. Jurnal Agercolere. 1(1):
6-12.
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wootton M. 2014. Ilmu Pangan. Jakarta
(ID): UI Press.
Buxbaum E. 2015. Fundamentals of Protein Structure and Function. Ed ke-2.
Cham (CH): Springer
Chang R, Overby J. 2011. General Chemistry: The Essential Concepts. Ed ke-6.
New York (NY): McGraw Hill
Dirga, Asyhari N, Djayanti AG. 2018. Analisis protein pada tepung kecambah
kacang hijau (Phaseolus aureus) yang dikecambahkan menggunakan media
air, air cucian beras dan air kelapa. Journal of Science and Applicative
Technology. 2(1): 27-33.
Rais AF. 2017. Analisis profil protein ikan nila (Oreochromis niloticus) berbasis
SDS-Page berdasarkan variasi lama marinasi dan konsentrasi asam cuka
[tesis]. Semarang: Universitas Muhammadiyah