BIDANG KEGIATAN :
PKM-PENELITIAN
Diusulkan oleh:
BOGOR
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 2
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...... 3
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………………. 4
2.1 Anjing…………………………………………………………………….... 6
2.3 Dermatofitosis……………………………………………………………... 6
2.3.1 Definisi……………………………………………………………….. 6
2.3.2 Etimologi……………………………………………………………... 6
2.3.3. Morfologi…………………………………………………………….. 7
2.3.4 Patogenesis………………………………………………………….... 7
2.3.6 Diagnosis……………………………………………………………... 8
2
3.4.4 Parameter Penelitian………………………………………………....10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rancangan perlakuan penelitian……………………………………….... 9
Tabel 2. Scoring diameter daerah hambat dan perubahan morfologi kapang ….. 10
3
BAB 1. PENDAHULUAN
4
lebih aman daripada penggunaan obat kimia. Salah satu bahan alam yang sudah
lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat herbal adalah Allium cepa (Arffah
et al. 2021). Bawang merah dengan nama ilmiah Allium cepa extract digunakan
untuk mengatasi kemerahan dan tekstur kulit, sedangkan bawang putih (A. sativum)
terbukti memiliki tindakan pencegahan kemo terbaik (Tabassum dan Hamdani
2014).
Bawang putih digunakan sebagai obat topikal oleh beberapa orang Cina. Obat
herbal lainnya yang digunakan untuk penyembuhan dermatitis antara lain, madu,
the hijau, Gastrodia Elata, Calophyllum Inophyllum, dan Catalpa ovata (Arffah et
al. 2021). Sebagian besar obat herbal mampu mengobati penyakit ini. Oleh karena
itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan obat herbal yang cocok
dengan efek samping paling sedikit karena sebagian besar jamu memiliki efek
serupa yang dapat mengobati dermatitis pada hewan.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anjing
Anjing merupakan binatang peliharaan yang paling disukai dan makhluk
sosial seperti halnya manusia. Anjing memiliki posisi unik dalam hubungannya
dengan manusia. Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing sangat mirip
dengan konsep manusia tentang cinta dan persahabatan (Bennett 2018).
Sifat atau watak setiap anjing berbeda. Hal ini tergantung dari pribadi anjing
itu sendiri atau jenisnya. Anjing memiliki sifat pemberani yang membuatnya
bertahan meskipun tanpa dorongan atau pun bantuan dari pihak lain terhadap
bahaya baik dalam kondisi yang sebenarnya atau di rekayasa, seperti menggoda
(Ide 2010).
2.3 Dermatofitosis
2.3.1 Definisi
Dermatophytosis atau ringworm merupakan penyakit kulit yang disebabkan
oleh kapang dermatofita. Kapang atau cendawan merupakan salah satu jenis parasit
yang terdiri atas genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
Berbagai spesies dari tiga genus kapang ini dapat menginfeksi kulit, bulu/rambut
dan kuku/tanduk dalam berbagai intensitas infeksi. Dermatofitosis ini dapat
menular antar sesama hewan dan antara manusia dengan hewan (antropozoonosis)
dan hewan ke manusia (zoonosis) dan merupakan penyakit mikotik yang tertua di
dunia (Adzima et al. 2013).
2.3.2 Etimologi
Dermatofitosis disebut juga dengan tinea dan memiliki variasi sesuai dengan
lokasi anatominya seperti tinea kapitis, tinea barbae, tinea kruris, tinea pedis, dan
tinea korporis (Husni 2018). Terdapat tiga genus penyebab dermatofitosis, yaitu
6
Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton (manusia) yang dikelompokkan
dalam kelas Deuteromycetes. Dari ketiga genus tersebut telah ditemukan 41
spesies, terdiri dari 17 spesies Microsporum, 22 spesies Trichophyton, 2 spesies
Epidermophyton (Rippon 2011).
2.3.3 Morfologi
Dermatofitosis dapat diidentifikasi berdasarkan inang yang diinfeksinya,
penampilan koloni, dan karakteristik mikroskopis dari koloni. Dari pewarnaan
lactophenol cotton blue struktur mikroskopis dari kapang dapat diamati.
Makrokonidia dari Microsporum sp. pada umumnya berbentuk spindle atau seperti
kapal dengan dinding tebal dan kasar. Makrokonidia dari Trichophyton sp.
berjumlah lebih sedikit pada kultur dan berbentuk panjang seperti cerutu atau
pensil, serta berdinding tipis dan halus. Makrokonidia pada kultur T. verrucosum
sangat jarang terlihat namun salah satu karakteristiknya adalah klamidospora yang
membentuk rantai. Trichophyton mentagrophytes dan M. canis memiliki
kemampuan untuk menyerbu batang rambut dan menghasilkan perforasi kerucut
pada rambut yang dapat dilihat pada preparat LCB sebagai area berbentuk baji.
Trichophyton rubrum tidak mempenetrasi rambut tetapi tumbuh pada permukaanya
(Markey et al. 2013).
2.3.4 Patogenesis
Dermatofita merupakan golongan jamur yang melekat dan tumbuh pada
jaringan keratin, jamur menggunakan keratin sebagai sumber makanannya (Adzima
et al. 2013). Artrospora infektif berkecambah dalam waktu enam jam setelah
mengikuti struktur keratin. Trauma ringan pada kulit dan kelembaban dapat
memfasilitasi infeksi. Kemampuan dermatofit untuk menghidrolisis keratin
menyebabkan kerusakan pada epidermis, batang rambut, folikel rambut, dan bulu.
Sifat lesi dipengaruhi oleh virulensi jamur dan respon imunologi dari inang. Hewan
yang sangat muda dan sangat tua serta individu yang lemah atau imunosupresi
adalah yang paling rentan terhadap infeksi. Host melakukan respon inflamasi
terhadap produk metabolisme jamur yang berbahaya bagi jamur, sehingga
dermatofita bergerak menjauh secara perifer menuju kulit normal yang
menghasilkan lesi melingkar (kurap) alopecia yang sering terlihat dengan
penyembuhan bagian tengan dan peradangan di bagian tepinya (Markey et al.
2013).
Dari hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan bahwa terjadi
neutropenia, limfositosis, monositosis, eosinopenia dan basofilia. Neutropenia
adalah penurunan jumlah absolut neutrofil yang disebabkan oleh jaringan dalam
proses fagositosis. Dalam kasus ini, neutropenia dapat disebabkan oleh infeksi
jamur yang bersifat kronis (Bastiawan et al. 2011)
7
2.3.5 Gejala Klinis
Gejala klinis yang terlihat pada anjing yang terinfeksi dermatofitosis adalah
anjing mengalami kegatalan pada bagian tubuh yang terdapat lesi. Sedangkan tanda
klinis yang terlihat seperti adanya alopesia anular pada daerah daun telinga, kaki
depan, kaki belakang, leher dan kelopak mata. Sisik ditemukan di bagian kaki
depan, kaki belakang dan perut. Krusta di bagian kaki belakang. Makula terdapat
pada daerah kaki depan dan kaki belakang. Hiperkeratosis pada kaki belakang
(Wibisono dan Putriningsih 2017).
2.3.6 Diagnosis
Dalam mendiagnosis penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang dermatofita
atau ringworm dapat dilakukan pengerokan kulit dan rambut (scrapping) yang
diteteskan dengan KOH 20% dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran
yang kecil dan besar. Apabila hewan terinfeksi kapang Microsporum dan
Trichophyton spp. maka akan terlihat rantai refraktil, artrospora bundar pada
rambut (Markey et al. 2013).
8
perlakuan dengan masing-masing terdapat lima sampel kapang penyebab
dermatofitosis yang diidentifikasi berdasarkan morfologinya.
9
10 menit dan diangin-anginkan sampai tidak ada larutan yang menetes (Ajiningrum
et al. 2019).
10
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
3. Perjalanan 300.000
4. Lain-lain 850.000
Jumlah 3.528.000
2. Pengambilan sampel
anjing
4. Pembuatan ekstrak
bawang putih
5. Uji khasiat
6. Analisis data
11
DAFTAR PUSTAKA
Aala F, Yusuf AK, Nulit R, Rezaie A. 2014. Inhibitory effect of allicin and garlic
extract on growth of cultured hyphae. Iran J Basic Med Sci. 17(3): 150-154.
Adzima V, Jamin F, dan Abrar M. 2013. Isolasi dan identifikasi kapang penyebab
dermatofitosis pada anjing di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Jurnal
Medika Veterinaria. 7 (1) : 46-47.
Ajiningrum PS, Ngadiani, Budiarti FF. 2019. Uji banding ekstrak bawang hitam
dan ekstrak bawang putih (Allium sativum) sebagai antifungi terhadap
pertumbuhan Candida albicans. Journal of Pharmacy and Science. 4(2): 101-
104.
Arffah KS, Ridzuan PM, Norliany MY. 2021. Effect of Herbal Medicine on Atopic
Dermatitis: A review. Annals of R.S.C.B. 25(1): 4944-4949.
Bennett RK. 2018. All About Dog Daycare. Ed ke-2. Falcon (CO): RB Consulting
Husni H. 2018. Identifikasi dermatofita pada sisir tukang pangkas di Kelurahan Jati
Kota padang. [tesis]. Padang (ID): Universitas Andalas
Kildaci I, Kilinc YB, Gunduz SK, Altuntas E. 2021. Linseed oil nanoemulsions for
treatment of atopic dermatitis disease: formulation, characterization, in vitro
and in silico evaluations. Journal of Drug Delivery Science and Technology.
doi: 10.1016/j.jddst.2021.102652
Moulia MN, Syarief R, Iriani ES, Kusumaningrum HD, Suyatma NE. 2018.
Antimikroba ekstrak bawang putih. Pangan. 27(1): 55-66.
Rippon JW. 2011. Medical Mycology The Pathogenic Fungi. Ed ke-3. Philadelphia:
WB Saunders Company.
12
Saifudin A, Rahayu V, Teruna HY. 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam.
Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Serlin A, Suartha N, Rompis ALT. 2020. Uji Efektivitas ekstrak daun sirsak
terhadap jamur Microsporum gypseum penyebab dermatitis kompleks pada
anjing. Buletin Veteriner Udayana. 12(2): 155-160. doi:
10.24843/bulvet.2020.v12.i02.p09
Wibisono HW, Putriningsih PA. 2017. Studi kasus: dermatofitosis pada anjing
lokal. Indonesia Medicus Veterinus. 6(2): 130-137. doi:
10.19087/imv.2017.6.2.130
13