Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL IKATAN KIMIA

“UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT

PUTIH”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kimia

Disusun oleh :
Rohmatutib Fathurrohman (3211151002)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
Cimahi
2017
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ i


BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 6
2.1 Klasifikasi Tanaman Kunyit Putih (Curcuma Mangga Val.) ................................. 6
2.2 Morfologi Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.) ................................. 6
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.) ......................... 7
2.4 Kandungan Kimia Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.) ..................................... 9
2.5 Manfaat Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.).................................... 9
BAB III ................................................................................................................................ 11
METODOLOGI PENELITIAN................................................................................................ 11
3.1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................................... 11
3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian .............................................................................. 12
3.2.1 Alat yang digunakan : ....................................................................................... 12
3.2.2 Bahan yang digunakan : ................................................................................... 12
3.3 Prosedur Kerja dam Pengumpulan Data ........................................................... 13
3.3.3 Pengumpulan Data.................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
RENCANA KEGIATAN ......................................................................................................... 17
ANGGARAN BIAYA............................................................................................................ 18

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

WHO (World Health Organitation) telah menyarankan penggunaan

tumbuhan sebagai obat herbal untuk memelihara kesehatan, pencegahan, dan

pengobatan penyakit. Hal ini menunjukkan dukungan terhadap alternatif

pengobatan yang dikenal dengan back to nature. Penggunaan obat herbal terus

mengalami peningkatan baik di negara maju maupun negara berkembang. (Wasito,

2011).

Indonesia sebagai negara yang memiliki iklim tropis, kaya dengan

keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah tumbuhan obat, 80% yang digunakan

oleh penduduk dunia dapat ditemukan di Indonesia. Terdapat 28.000 spesies dan

1.000 spesies diantaranya telah digunakan sebagai tumbuhan obat (Pribadi, 2009;

Zuhud, 2008).

Penggunaan tumbuhan obat dan obat tradisional sudah dikenal sejak jaman

dahulu untuk mengobati penyakit maupun menjaga tubuh dari serangan penyakit.

Gaya hidup yang buruk akan berpengaruh terhadap kesehatan dan menimbulkan

penyakit maka kesehatan akan jadi suatu yang mahal. Kurang terjangkaunya obat

sintetis atau obat modern menyebabkan penurunan kualitas kesehatan. Dari

permasalahan tersebut perlu adanya alternatif obat yang secara khasiat tidak kalah

dengan obat sintetis yaitu kembali ke alam dengan memanfaatkan tumbuhan

sebagai obat (Hikmat et al., 2011).

1
2

Tumbuhan obat yang sering digunakan sebagai obat salah satunya adalah

tanaman dari familli Zingiberaceae (Sulistiarini, 2011). Salah satu spesiesnya yaitu

kunyit putih (Curcuma zedoaria). Kunyit putih adalah tanaman yang rimpangnya

berbentuk spesifik dan dapat dibedakan dari rimpang empon-empon lainnya.

Kunyit putih mengandung senyawa kimia, seperti kurkuminoid dan minyak atsiri.

Kunyit putih (Curcuma alba) Kunyit putih alias temu putih adalah satu di antara

tanaman berkhasiat yang bisa diolah menjadi obat tradisional. Bernama

latin Curcuma zedoaria, kunyit putih merupakan tanaman rimpang atau umbi-

umbian. Selintas tanaman ini mirip dengan temu mangga, sebab warnanya sama-

sama putih. Kunyit atau kunir putih juga berbeda dengan kunyit kuning yang

berwarna kuning.

Tanaman kunyit adalah tanaman berumur panjang dengan daun besar

berbentuk elips, 3-8 buah, panjang sampai 85 cm, lebar sampai 25 cm, pangkal daun

meruncing, berwarna hijau seragam. Batang semu berwarna hijau atau agak

keunguan, tinggi sampai 1,60 m. Perbungaan muncul langsung dari rimpang,

terletak di tengah-tengah batang, ibu tangkai bunga berambut kasar dan rapat, saat

kering tebalnya 2-5 mm, panjang 16-40 cm, daun kelopak berambut berbentuk

lanset panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, yang paling bawah15 berwarna hijau,

berbentuk bulat telur, makin ke atas makin menyempit dan memanjang, warna putih

atau putih keunguan, tajuk bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah

jambu.

Kebutuhan akan antibakteri sangat besar sebagai pengobatan penyakit

penyakit infeksi. Namun pada kenyataannya didapatkan penggunaan antibakteri


3

yang tidak tepat guna. The Center for Disease Control and Prevention in USA

mengungkapkan bahwa terdapat 50 juta penulisan resep antibakteri yang tidak

diperlukan dari 150 juta peresepan setiap tahun (Alkalin, 2002). Penggunaan

antibakteri yang tepat memberikan manfaat yang besar namun bila antibakteri

digunakan dan diresepkan secara tidak tepat akan menimbulkan kerugian (Utami,

2012)

Penggunaan antibakteri yang tidak tepat akan memunculkan bakteri patogen

yang kebal terhadap satu (antibacterial resisten) atau beberapa jenis antibakteri

(multiple drug resistance) mengakibatkan susahnya penganganan infeksi oleh

bakteri. Untuk itu harus digunakan obat-obatan antibakteri lini kedua ataupun

ketiga. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kekebalan terhadap

obat lini kedua maupun ketiga (Utami, 2012).

Beberapa penelitian mengatakan bahwa kunyit putih (Curcuma zedoaria)

merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat yang dapat diolah menjadi obat herbal.

Kandungan senyawa kimia pada kunyit putih mengandung banyak manfaat seperti

antikanker, antifungal, antiamebic, larvasida, antioksidan, antiplasmodial,

antialergi, dan analgetik. Berdasarkan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kunyit putih mengandung senyawa kimia kurkuminoid, RIP (Ribosome

Inacting Protein), isocurcumenol, demothxycurcumin, bisdemothxycurcumin,

epicurzerenone, curdione, dan ethyl p-methoxycinnamate yang berfungsi

menonaktifkan perkembangan sel kanker dan menghambat pertumbuhan sel

kanker. Selain itu, kunyit putih juga mengandung senyawa kimia seperti
4

curzerenone, zedoaron, minyak atsiri, diferuloylmethan, flavonoid, kurkumin,

trimethoxyflavone, tetramethoxyflavone, tetrahydrodemethoxycurcumin, dihydro

curcumin, dan polifenol yang bermanfaat secara farmakologis ( Muflikha

Sofiana Putri,2014).

Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukannya penelitian uji aktivitas

antibakteri ekstrak rimpang kunyit putih (Curcuma mangga Val.) terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah pada penelitian ini

adalah :

1. Apakah terdapat aktivitas antibakteri pada ekstrak etanol rimpang kunyit putih

(Curcuma mangga Val.) terhadap Staphylococus aureus ATCC 6538 dan

Escherichia coli ATCC 11229 ?

2. Konsentrasi berapakah aktivitas antibakteri ekstrak etanol rimpang kunyit

putih (Curcuma mangga Val.) terhadap Staphylococus aureus ATCC 6538 dan

Escherichia coli ATCC 11229 ?

1.3 Tujuan Penelitian

2. Umum Mengetahui aktivitas daya hambat antibakteri ekstrak etanol rimpang

kunyit putih (Curcuma mangga Val.) terhadap bakteri secara in vitro.

3. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol rimpang kunyit

putih (Curcuma mangga Val.) dapat menghambat pertumbuhan


5

Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Escherichia coli ATCC 11229 secara

bin vitro.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Memberi informasi ilmiah daya antibakteri rimpang kunyit putih (Curcuma

mangga Val.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia

coli.

b. Manfaat Aplikatif

1. yang aman, murah, dan mudah didapatkan.

2. Menambah daftar fitofarmaka dan fitoterapi.

3. Memberi dorongan peneliti lain untuk mengembangkan potensi kunyit putih

(Curcuma mangga Val.

4. Menambah daftar alternatif antibakteri


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Kunyit Putih (Curcuma Mangga Val.)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatogphyta

Subdivisi : Anginospermae

Classic : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma mangga Val.

(Backer, C.A, 1965)

2.2 Morfologi Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.)

Tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) merupakan tanaman semak

berumur tahunan. Tanaman ini mempunyai tinggi 50-75 cm, bentuk batang semu

yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Daun berwarna hijau, berbentuk seperti

mata lembing bulat lonjong di bagian ujung dan pangkalnya. Panjang daun 30-60

cm dengan l ebar daun 7,5-12,5 cm, tangkai daunnya panjang sama dengan panjang

daunnya. Permukaan atas dan bawah daun agak licin, tidak berbulu. Tanaman ini

6
7

mempunyai bunga majemuk berbentuk bulir yang muncul dari bagian ujung batang.

Mahkota bunga berwarna kuning mudaatau hijau keputihan, panjang 2,5 cm Kunyit

putih memiliki rimpang berbentuk bulat, renyah, dan mudah dipatahkan. Kulitnya

dipenuhi semacam akar serabut yang halus hingga menyerupai rambut. Rimpang

utamanya keras, bila dibelah tampak daging buah berwarna kekuning-kuningan di

bagian luar dan putih kekuningan di bagan tengahnya. Rimpang berbau aromatis

seperti bau mangga, dan rasanya mirip mangga sehingga masyarakat

menyebutnya temu mangga (Syukur, 2003).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.)

a) Iklim dan Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang sesuai untuk penanaman kunyit putih berkisar

250-1000 meter diatas permukaan laut (mdpl). Untuk mendapatkan target

produksi dan mutu yang optimal, ketinggian tempat penanaman sekitar 500

mdpl (Syukur, 2003).

b) Syarat Tanah

Tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) termasuk jenis tanaman

yang toleran terhadap jenis tanah, namun pertumbuhan akan baik apabila jenis

tanah yang digunakan untuk pertumbuan tanaman ini yaitu tanah liat berpasir

(lempung berpasir) yang gembur, subur, dan pengairan baik. Untuk

memperoleh tanah yang subur dan gembur, tanah diolah secara sempurna dan

cukup dalam, sertaditambahkan pupuk organik (kotoran ternak atau kompos)

(Syukur, 2003).

c) Curah Hujan
8

Curah hujan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kunyit

putih(Curcuma mangga Val.). Pada awal pertumbuhan hingga umur 5 bulan

setelah ditanam, tanaman ini membutuhkan curah hujan yang cukup

besar, yaitu sekitar 900-4000 mm per tahun dengan bulan kering kurang dari

5 bulan per tahun. Setelah berumur lebih dari 5 bulan diharapkan curah hujan

berangsur-angsur berkurang sehingga memungkinkan sinar matahari

bertambah banyak sampai rimpang siap panen (Syukur, 2003).

d) Kebutuhan Cahaya

Tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) dapat tumbuh baik

dengan cahaya penuh maupun ternaung (tertutup) atau cahaya matahari tidak

langsung mengenai tanaman. Dari sisi produksi Kunyit putih (Curcuma

mangga Val.) yang ditanam dibawah naungan, mempunyai berat yang tidak

jauh berbeda dangan yang ditanam didaerah cahaya matahari penuh. Namun

dari sisi kandungan minyak atsiri yang dihasilkan dari pertanaman dengan

cahaya penuh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman dibawah naungan

berat (Syukur, 2003).

e) Kelembapan Udara

Suhu untuk pertumbuhan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) yang

optimal berkisar antar 25-30 C. Ketinggian tempat di atas 1.200 mdpl dengan

suhu di bawah 24 C masih dapat tumbuh, tetapi harus melalui adaptasi yang

cukup lama atau memerlukan perlakuan khusus (Syukur, 2003).


9

2.4 Kandungan Kimia Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.)

Rimpang kunyit putih (Curcuma mangga Val.) mengandung bahan minyak

atsiri, amilum, tanin, gula dan damar (Muhisah, 1999) Syukur (2003). Komponen

yang terdapat dalam rimpang kunyit putih (Curcuma mangga Val.) yaitu myrcene

(81,4%), β-ocimene (5,1%), β-pinene (3,7%), α-pinene (2,9%), minyak atsiri

(0,28%), dan kurkumin (3%). Selain itu rimpang dan daunnya mengandung

saponin, flavonoid dan polifenol (Kardinan dan Taryono, 2003).

2.5 Manfaat Tanaman Kunyit Putih (Curcuma mangga Val.)

Tanaman kunyit putih (Curcuma mangga Val.) merupakan salah satu obat

tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat. Rimpangnya digunakan untuk

mengurangi rasa nyeri saat haid, penambah nafsu makan, penurun panas tubuh,

penyempitan peranakan, mengobati masuk angin, dan gatal-gatal (Muhlisah,

1999)Syukur (2003). Selain itu, dapat memperkecil rahim, menyempikan vagina,

mengeringkan luka operasi kanker payudara, mengobati maag, peradangan akibat

gangguan wasir, radang tenggorokan, diare, lemah syahwat, penangkal racun, dan

menghambat pertumbuhan kanker Syukur (2003).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

1. Preparasi Sampel

Kunyit Putih
(Curcuma mangga Val.)
- bersihkan dengan air
- dikeringkan dalam suhu ruang
- tumbuk sampai halus

50 gram sampel halus

- Dimaserasi dengan etanol 95%

- saring

Ekstrak Etanol Residu

- pekatkan dengan
evaporasi pada 37 °C

Ekstrak pekat Etanol


- Uji diameter zona hambat
- Uji Kadar Hambat Minimum
(KHM)

Hasil
- evaluasi data
Laporan

11
12

3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat yang digunakan :

1. Alat-alat gelas laboratorium.

2. Satu set alat maserasi

3. Lumpang dan alu

4. Neraca analitik

5. Autoklaf

6. Rotary evaporator

7. Cawan petri

8. Tabung reaksi

9. Erlenmeyer

10. Inkubator

11. Timbangan ohaus

12. Mikropipet 1 ml

13. Waterbath dan magnetic stirrer.

3.2.2 Bahan yang digunakan :

1. Kunyit putih.

2. Akuades

3. Etanol

4. Nutrient Agar (NA)

5. Nurtient Broth (NB)


13

3.3 Prosedur Kerja dam Pengumpulan Data

3.3.1 Prosedur Kerja

Tahapan-tahapan penelitian meliputi :

1. Pembuatan ekstrak etanol kunyit putih

a) Menghaluskan kunyit putih dengan lumpang dan alu .

b) Mengekstraksi sampel yang telah halus dengan alat maserator dan

Etanol sebagai pelarutnya.

c) Mendiamkannya selama 24 jam. Melakukan

d) Penyaringan, menampung filtrat dan memekatkannya menggunakan

rotary evaporator.

2. Uji diameter zona hambat

a) Mempersiapkan bahan ekstrak herbal (kunyit putih).

b) Sterilisasi alat dan media NA yang digunakan uji antibakteri

menggunakan autoklaf dengan suhu 121 ºC dalam waktu 30 menit.

c) Uji diameter zona hambat bakteri Escherichia coli dengan

menggunakan metode difusi sumur agar.

d) Langkah berikutnya adalah mengikuti prosedur kerja uji diameter zona

hambat dan dilanjutkan dengan uji Kadar Hambat Minimum (KHM).

3. Uji Kadar Hambat Minimum (KHM)

Langkah-langkah uji KHM adalah :


14

a) Menyiapkan larutan ekstrak sebanyak 1 g kemudian diencerkan dengan

aquades 10 ml dan ditambahkan larutan tween 80 sebanyak 100 μL

(b/v).

b) Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 7 tabung terdiri dari 6 tabung

untuk perlakuan dan 1 tabung untuk kontrol.

c) Tabung reaksi 1 diisi 1 ml bakteri uji dengan konsentrasi 106 bakteri/ml

tanpa pencampuran dengan ekstrak herbal. Tabung ini sebagai kontrol

bakteri (original inoculum).

d) Memasukkan media NB sebanyak 1 ml kedalam tabung 2 sampai

dengan 7. Kemudian larutan ekstrak dimasukkan pada tabung 2 dan 3

sebanyak 1 ml.

e) Pada tabung 3 dicampur hingga rata, kemudian dipindahkan sebanyak

1 ml kedalam tabung 4 dan diencerkan secara berseri sampai tabung ke-

7.

f) Pada tabung ke-7 setelah tercampur rata, larutan dibuang sebanyak 1

ml.

g) Pada tabung 3 - 7 ditambahkan bakteri sebanyak 1 ml dari 108

bakteri/ml yang diencerkan 100 kali sehingga konsentrasinya menjadi

106 bakteri/ml. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan konsentrasi

K(+) 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25 % dan 3,125% .

h) Seluruh tabung reaksi tersebut diinkubasi dalam inkubator pada suhu

37°C selama 18-24 jam. Kemudian dilakukan pengamatan keseluruhan


15

tabung terhadap kejernihan tabung dengan melihat kontrol positif dan

negatif.

i) Mengambil tabung yang memperlihatkan kejernihan dan ditanam

dengan metode streak plate. Prosedur yang dilakukan ialah :

 Memasukan media NA yang telah diinkubasi kedalam cawan petri

± 22 ml dan dibiarkan sampai padat.

 Mengambil inokulan pada tabung.

 Menggoreskan pada cawan petri.

 Menginkubasikan pada suhu 37° C selama 18-24 jam.

 Mengamati pertumbuhan bakteri untuk hasil KHM.

3.3.3 Pengumpulan Data

Teknik pegumpulan data ini yaitu study pustaka, studi literatur,

observasi, analisis data pengujian kunyit putih, dan analisis data dari hasil

antibakteri dan pelaporan hasil penelitian.


16

DAFTAR PUSTAKA

(Hikmat A., et al. 2011. Revitalisasi Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga (TOGA)

Guna Meningkatkan Kesehatan dan Ekonomi Keluarga Mandiri di

Desa Contoh Lingkar Kampus IPB Darma Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian

Indonesia. Vol. 16. No. 2.

Utami, E.R. 2012. Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Sainstis. Vol.

1. No. 1 April-September. Utami, P. 2012. Antibiotik Alami untuk

Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Sulistiarini, D. 2011. Keanekaragaman Tumbuhan Berpotensi Obat di Kawasan

Cagar Alam Gunung Tukung Gede, Serang Banten.

Wasito, H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Zuhud, E. A. M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan

Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Laboratorium Konservasi

Tumbuhan, Fakultas Kehutanan Institute Pertanian Bogor.

Pribadi, E.R. 2009. “Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah

Penelitiandan Pengembangannya”. Perspektif.


17

RENCANA KEGIATAN
Tabel Rencana Kegiatan

Bulan ke
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Proposal

2 Studi Literatur

3 Penelitian /Kerja

3.a Persiapan bahan

3.b Preparasi sampel

3.c Penelitian

4 Analisa Data

Bimbingan /

Penulisan skripsi

6 Seminar

7 Sidang
18

ANGGARAN BIAYA
Tabel Rincian Biaya

No Uraian Biaya

1 Anggaran Bahan Habis Pakai Rp1.450.000,-

2 Anggaran Pembuatan proposal Rp200.000,-

3 Anggaran Lain Rp250.000,-

Jumlah Rp1.900.000,-
19

Anda mungkin juga menyukai