Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

“KREPORMANA” Krim Ekstrak Daun Gatal (Laportea decumana) sebagai


Solusi Luka Iris pada Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) Menggunakan Uji In
Vitro dan In Vivo

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan Oleh :

Bakas A Wirawan 16/398171/KH/8942 (2016)

Atma Aulia R 17/409243/KH/9244 (2017)

Avidhatul Nurrohmah 17/409245/KH/9246 (2017)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................2
1.4 Luaran yang Diharapkan ..............................................................................2
1.5 Manfaat .........................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................2
2.1 Luka ..............................................................................................................3
2.2 Penyembuhan Luka ......................................................................................3
2.3 Daun Gatal ....................................................................................................3
BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................................4
3.1 Lokasi Penelitian ..........................................................................................4
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................5
3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................................5
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .......................................................7
4.1 Anggaran Biaya ............................................................................................7
4.2 Jadwal Kegiatan ...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................8
LAMPIRAN ...........................................................................................................10
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping ......................10
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ....................................................14
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas ...........16
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti .................................................19

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia kaya akan keragaman hayati tumbuhan obat yang belum banyak
diteliti potensinya. Pada saat ini masih banyak masyarakat yang menggunakan
tanaman sebagai obat, apalagi ketika harga obat-obat kimia menjadi sangat mahal.
Sebagai negara yang memiliki iklim tropis Indonesia kaya dengan
keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah tumbuhan obat, 80% yang
digunakan oleh penduduk dunia dapat ditemukan di Indonesia. Terdapat 28.000
spesies dan 1.000 spesies diantaranya telah digunakan sebagai tumbuhan obat
(Pribadi, 2009; Zuhud, 2008). Penggunaan tumbuhan obat dan obat tradisional
sudah dikenal sejak jaman dahulu untuk mengobati penyakit maupun menjaga
tubuh dari serangan penyakit. Gaya hidup yang buruk akan berpengaruh terhadap
kesehatan dan menimbulkan penyakit sehingga kesehatan akan jadi suatu hal yang
mahal. Kurang terjangkaunya obat sintetis atau obat modern menyebabkan
penurunan kualitas kesehatan. Dari pemasalahan tersebut perlu adanya alternatif
obat yang secara khasiat tidak kalah dengan obat sintetis yaitu kembali ke alam
dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai obat (Hikmat et al., 2011).

WHO (World Health Organization) telah menyarankan penggunaan


tumbuhan sebagai obat herbal untuk memelihara kesehatan, pencegahan dan
pengobatan penyakit. Hal ini menunjukkan dukungan terhadap alternatif
pengobatan yang dikenal dengan back to nature. Penggunaan obat herbal terus
mengalami peningkatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Di
Indonesia sendiri sebagai negara berkembang pada tahun 2001 mengalami
peningkatandari 1,3 trilyun menjadi 1,5 trilyun pada tahun 2002 dan akan terus
meningkat seiring berjalannya waktu (Wasito, 2011).

Provinsi Papua merupakan daerah tropis terluas dan tertinggi


keanekaragaman hayati di dunia yang masih kurang dikelola dan dimanfaatkan
secara maksimal (Kawengian dan Rumahorbo, 2009). Hasil penelitian di berbagai
wilayah di Papua menunjukkan, bahwa pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan
obat tradisional di Papua cukup tinggi, dan setiap daerah mempunyai potensi yang
berbeda. Keragaman tumbuhan khususnya vegetasi nonkayu dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk berbagai keperluan termasuk bahan pangan, bangunan dan
perabot rumah tangga, obat-obatan, senjata tradisional, kerajinan tangan, dan
tanaman hias (Sada dan Rosye, 2010).

Tanaman gatel (Laportea decumana (Roxb.) Wedd.) telah lama


dimanfaatkan oleh masyarakat Maluku, Papua dan Papua Nugini untuk mengatasi
berbagai keluhan kesehatan seperti rasa sakit, kaku/pegal, sakit kepala, sakit perut,
nyeri otot dan sendi, dan memar (WHO 2009). Tumbuhan ini tumbuh diberbagai
2

tempat baik di tepi hutan maupun di pekarangan atau ladang masyarakat yang
dapat dijumpai di Maluku, Papua Nugini dan sekitarnya.

Peneliti ingin menguji potensi krim ekstrak daun gatal terhadap


kesembuhan luka iris pada kulit tikus secara makroskopik dan mikroskopik.
Selain itu, peneliti ingin mengenalkan daun gatal (Laportea decumana) yakni obat
masyarakat asli dari daerah timur khususnya Papua dan sebagai kekayaan
nasional.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah krim ekstrak daun gatal mempunyai khasiat (efektif) untuk
menyembuhkan luka iris pada tikus?
1.3. Tujuan
1. Menguji dan mengetahui potensi krim ekstrak daun gatal secara topikal
terhadap kesembuhan luka iris pada tikus.
1.4. Luaran yang Diharapkan
1. Dapat membuktikan secara ilmiah bahwa penggunaan krim ekstrak
daun gatal dapat menyembuhkan luka iris pada tikus.
2. Pembuatan artikel ilmiah tentang pengobatan luka iris menggunakan
krim ekstrak daun gatal.
1.5. Manfaat
Optimalisasi pemanfaatan obat herbal melalui pembuatan krim
esktrak daun gatal sebagai bahan penyembuh luka iris. Selain itu untuk
menemukan pengobatan alternatif herbal baru yang dikenal dengan back to
nature.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Luka
Luka pada kulit didefinisikan sebagai hilangnya integritas kulit sebagai
bagian pelindung utama dari tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan
fungsi jaringan normal (Enoch & John, 2008). Menurut Umar et al. (2012) luka
adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan yang rusak atau hilang. Ketika
luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya adalah hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, pendarahan dan pembekuan
darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel.

Penelitian tentang penggunaan obat herbal untuk pengobatan luka iris


sudah pernah dilakukan dengan hasil yang bervariasi, misalnya: tentang potensi
daun binahong terhadap kesembuhan luka secara mikroskopik dengan parameter
pengamatan sel polimorfonuklear, fibroblas dan kolagen pada domba (Raharjo
dkk., 2010). Raharjo dkk., (2011) juga melakukan penelitian efek daun binahong
terhadap kesembuhan luka secara mikroskopik dengan parameter pengamatan
secara molekuler khususnya pengamatan adanya Cyclooxygenase (COX)-2 dan
3

keratinosit pada proses kesembuhan luka jaringan kulit domba. Efek getah pisang
terhadap daya rentang dan kepadatan kolagen pada kesembuhan luka operasi
kucing, telah dilaporkan dengan hasil yang cukup baik (Santosa dan Hartiningsih,
1990), namun penelitian tentang kajian potensi krim esktrak daun gatal untuk
pengobatan luka iris pada anjing belum pernah dilaporkan.

2.2. Penyembuhan luka


Tahapan penyembuhan luka terbagi atas: 1) Fase koagulasi: setelah luka
terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang diikuti dengan aktifasi kaskade
pembekuan darah sehingga terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti oleh
proses selanjutnya yaitu fase inflamasi. 2) Fase inflamasi: Fase inflamasi
mempunyai prioritas fungsional yaitu menggalakkan hemostasis, menyingkirkan
jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada
fase ini platelet yang membentuk klot hematom mengalami degranulasi,
melepaskan faktor pertumbuhan seperti platelet derived growth factor
(PDGF) dan transforming growth factor ß (βTGF), granulocyte colony
stimulating factor (G-CSF), C5a, TNFα, IL-1 dan IL-8. Leukosit bermigrasi
menuju daerah luka. Terjadi deposit matriks fibrin yang mengawali proses
penutupan luka. Proses ini terjadi pada hari 2-4. 3) Fase proliperatif: Fase
proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma. Keratinosit disekitar
luka mengalami perubahan fenotif. Regresi hubungan desmosomal antara
keratinosit pada membran basal menyebabkan sel keratin bermigrasi kearah
lateral. Keratinosit bergerak melalui interaksi dengan matriks protein
ekstraselular (fibronectin,vitronectin dan kolagen tipe I). Faktor proangiogenik
dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial growth factor (VEGF) sehingga
terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan granulasi. 4) Fase remodeling:
Remodeling merupakan fase yang paling lama pada proses penyembuhan
luka, terjadi pada hari ke 21-hingga 1 tahun. Terjadi kontraksi luka, akibat
pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan
kekuatan kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi juga
remodeling kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I yang
dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblas, dan sel
endotel. Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan kembali
20% kekuatan jaringan normal (Hunt, 2003; Mann et al., 2001, Ting et al.,
2008).

2.3. Daun Gatal


Laportea decumana yang biasa disebut oleh masyarakat sebagai daun
gatal sudah secara turun-temurun digunakan oleh masyarakat Papua sebagai obat
antinyeri (WHO, 2009). Pemakaiannya dengan cara langsung memetik atau
membeli ke pasar tradisional lalu mengoleskan ke bagian tubuh yang terasa sakit
dan pegal. Setelah lima menit efek antinyerinya akan segera terasa yang ditandai
4

dengan efek gatalnya. Pada saat daun gatal dioleskan seluruh tubuh maka asam
format yang ada pada kulit daun akan masuk ke kulit dan memperlebar poripori
tubuh. Proses inilah yang merangsang peredaran darah sehingga menghilangkan
rasa pegal, nyeri, dan capek pada otot dan tubuh.

Laportea decumana (Roxb.) Wedd. memiliki berbagai nama spesifik di


setiap negara dan daerah. Tanaman ini di Indonesia disebut sebagai Daun gatel
atau disebut Daun gatel besar atau Sala oleh orang Ambon, dan disebut Sosoro
baca oleh orang Ternate (Heyne 1987), tetapi oleh masyarakat Nusa Tenggara
Barat disebut Jelateng Kerbau (DEPHUT 2010). Selain itu di Papua Nugini
tanaman ini memiliki berbagai nama lokal seperti salat (Pidgin); nik (Mendi,
Southern Highlands); nondi (Ialibu, Southern Highlands); niki (Tari, Southern
Highlands); youta (Wagawaga, Milne Bay); yagwata (Tawala, Milne Bay); gofe
(Kabiufa, Eastern Highlands); pisi (Kenemote, Eastern Highlands); nunt (Mt.
Hagen, Western Highlands); nontz (Minj, Western Highlands); nakau
(Wapenamanda, Enga). Dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut sebagai
stinging tree (WHO 2009).

Laportea decumana (Roxb.) Wedd. merupakan tumbuhan semak-semak,


sub-semak atau tanaman tinggi yang dapat tumbuh hingga mencapai 2 m. Bunga
jantan mempunyai empat benang sari, empat tepals dan buah yang achene
(Hartley 1973 dan Holdworth 1983 diacu dalam Winduo 2003). Tanaman ini
memiliki batang yang banyak dan lunak, rapuh, bercabang dengan baik (well
branched) dan memiliki senjata berupa rambut panjang dan kaku yang tersusun
rapat dan iritan.

Habitat tumbuhan ini pada tempat yang teduh dan tumbuh dengan baik
pada daerah basah tapi dengan tanah yang kering (WHO 2009). Praktek
penggunaan tanaman ini dilakukan dengan menggosokkan sehelai daun gatel
dengan lembut pada bagian yang terasa sakit. Sensasi menyengat akan dirasakan
saat pertama kali daun digosokkan. Pada tahap selanjutnya akan timbul mati rasa
pada bagian tersebut atau efek anestesi.

Selain itu pada penderita asma daun dapat digosokkan pada bagian dada
(WHO 2009). Penggunaan daun ini telah banyak dilakukan oleh masyarakat
Maluku (Heyne 1987) dan penduduk Provinsi Morobe (Papua Nugini) (Hartley
1973 dan Holdworth 1983 diacu dalam Winduo 2003). Pemanfaatan eksternal
daun gatel pada tubuh dilakukan untuk mengurangi rasa sakit, kelelahan, sakit
kepala, sakit perut, nyeri otot dan sendi, serta memar (WHO 2009).

BAB 3. METODE PENELITIAN/PELAKSANAAN


3.1. Lokasi Penelitian
5

Penelitian akan dilaksanakan di klinik hewan Kuningan FKH UGM,


laboratorium Farmakologi FKH UGM atau Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu UGM.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun gatal,
ethanol 96%, gelas beker, blender, ayakan halus, corong saring, loyang atau
nampan, gloves, tabung reaksi, mikropipet, sentrifuge, kandang tikus, container
box, mikroskop, pH meter, skalpel, objek glass, spuit, mikropipet, bunsen, tikus,
aquadest, pakan tikus, alkohol.
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian
3.3.1. Pengambilan Daun Gatal
Sampel daun gatal dikirim dari Sorong, Papua Barat sebanyak 1 boks
penuh.
Pembuatan simplisia daun gatal
Daun gatal dicuci bersih dengan air, ditiriskan kemudian ditimbang berat
simplisia basahnya. Simplisia dipotong kecil-kecil dengan menggunakan pisau,
kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven suhu 50oC. Setelah kering,
daun gatal ditimbang sebagai berat simplisia kering. Simplisia dihaluskan
menggunakan blender dan siap untuk diekstraksi.
Pembuatan ekstrak daun gatal
Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi.
Sebanyak 500 gram serbuk daun gatal ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas
beker dan ditambah dengan etanol 96% 1 Liter. Setelah 24 jam, larutan tersebut
disaring menggunakan kertas saring untuk mendapatkan ekstrak cair dari daun
gatal. Proses maserasi dilakukan sebanyak tiga kali dan diuapkan sampai kental.
Skrining Fiokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap simplisia, ekstrak, dan fraksi aktif
meliputi pemeriksaan terhadap golongan flavonoid, alkaloid, saponin, vitamin,
kuinon, tannin dan steroid (Franswort, 1969).
Pembuatan krim ekstrak daun gatal
Basis krim dicampur dengan ekstrak kental daun gatal dengan konsentrasi
10%.
3.3.2. Pengujian pada Hewan Coba
Pengadaptasian hewan
Selama satu minggu awal, tikus di adaptasikan pada kandang klinik
Kuningan FKH UGM. Hewan diberi makan dan minum. Jumlah tikus yang
dipakai sebanyak 15 ekor tikus wistar jantan usia 3-4 bulan.
Perlakuan
Sebelum diberi perlakuan, tikus dipuasakan dahulu selama 12 jam. Tikus
kemudian ditimbang berat badannya untuk menentukan dosis yang paling tepat.
Tikus dianestesi menggunakan ketamine dengan dosis 25mg/KgBB dan Xylazine
dengan dosis 3mg/KgBB secara Intramuskular diantara muskulus semitendineus
dan semimembranosus. Setelah tikus teranestesi, tikus dilukai secara incisi dengan
6

menggunakan blade dengan panjang 0,8cm kemudian kulit dijahit agar tidak ada
luka yang terbuka. Tikus dikelompokkan berdasarkan hari nekropsi: 3 hari, 7 hari
dan 14 hari. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus yang dibagi 3 jenis
perlakuan: kontrol (-), Kontrol (+), KREPORMANA 10%
Analisis Hasil
Parameter yang dipakai dalam evaluasi kesembuhan adalah :
1. Waktu kesembuhan
Waktu kesembuhan pada tikus perlakuan dibandingkan dengan tikus
kontrol. Apakah ada beda waktu antara tikus yang diberi perlakuan
Krepormana dari daun gatal dan yang tidak. Analisis data yang digunakan
adalah Anova One Way dengan derajat signifikasi 95%.
2. Tipe kesembuhan luka
Pada kesembuhan luka dapat dilihat warna, pembuluh darah yang baru,
serta jenis jaringan yang baru terbentuk. Untuk melihat ketebalan dan jenis
jaringan yang terbentuk dari bekas luka dapat dilakukan dengan pembuatan
preparat histologi. Uji histologi menggunakan pengecatan HE, Mallory, PAS,
dan VEGF. Masing-masing pengecatan dilakukan skoring berdasarkan data
yang terlihat dalam preparat histologi.
3. Pengujian kandungan protein dari Esktrak Daun Gatal
Pengujian dilakukan dengan metode elektroforesa protein (SDS Page).
Krepormana yang didapat dari ekstrak daun gatal dilihat kandungan proteinya.

Uji kandungan protein


Uji organoleptik
(SDS Page)

Pengambilan daun gatal Pembuatan ekstrak daun gatal

2 Kontrol
1 Perlakuan

Kontrol Kontrol
positif Negatif
Diberi luka, dan diberi
KREPORMANA 10%
Dibuat luka, Diberi luka, diberi
lalu di beri basis krim
Obat market
leader

Pencatatan waktu kesembuhan (Uji statistic)


Pembuatan preparat histology (Preparat hislogi) Analisis Hasil

Gambar 2. Bagan alir penelitian


7

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Berikut biaya ditampilkan pada tabel di bawah ini :
No. Jenis Pengeluaran Biaya
1 Peralatan penunjang Rp. 4.745.000,-
2 Bahan habis pakai Rp. 4.900.000,-
3 Perjalanan Rp. 1.000.000,-
Lain-lain: dokumentasi, administrasi dan
4
publikasi Rp. 1.855.000,-
Jumlah Rp. 12.500.000,-

4.2. Jadwal Kegiatan


Bulan ke - Bulan ke – Bulan ke – Bulan ke Bulan ke –
Agenda Kerja 1 2 3 –4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Penelitian
Pembuatan
Ekstrak Daun
Gatal
Pengadaptasi
an hewan
Perlakuan
Pengamatan
Hasil
Perlakuan
Analisa
Penulisan
laporan

DAFTAR PUSTAKA
Enoch, S., & John, L.D. 2008. Basic Science of Wound Healing. Surgery
(Oxford). 26(2):31-37

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Jakarta. Badan Litbang


Kehutanan.

Hikmat, A., et al. 2011. Revitalisasi Konservasi Tumbuhan Obat Keluarga


(TOGA) Guna Meningkatkan Kesehatan dan Ekonomi Keluarga Mandiri di
Desa Contoh Lingkar Kampus IPB Darma Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. Vol. 16. No. 2.
8

Hunt, K.T. 2003. Wound Healing In: Doherty MG Current Surgical


Diagnosis and Treatment 12th Ed., McGraw-Hills, USA. p75-87

Kawengian, L. dan BT. Rumahorbo, 2009. Potensi Vegetasi Non Kayu yang
Dimanfaatkan oleh Masyarakat di Distrik Unurum Guay, Kabupaten
Jayapura. Jurnal Biologi Papua. Volume 1, Nomor 1. Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Cendrawasih. Jayapura.

Mann, A., Breuhahn, K., Schirmacher, P., Blessing, M. 2001. Keratinocyte-


Drived Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor Accelerates
Wound Healing: Stimulation of Keratinocyte Proliferation, Granulation
Tissue Formation, and Vascularization. J Invest Dermatol. 117:1382-1390

Pribadi, E.R. 2009. “Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah
Penelitian dan Pengembangannya”. Perspektif.

Raharjo, S., Hartati, S. dan Santosa, A.B. 2010. Potensi Daun Binahong terhadap
Kesembuhan Luka Iris pada Domba. Laporan Penelitian. Hibah Penelitian
FKH UGM 2010.

Raharjo, S., Hartati, S. dan Santosa, A.B. 2011. Analisis Imunohistokimia


Cyclooxygenase (COX)-2 pada Proses Kesembuhan Luka Iris Kulit Domba
yang diterpi Daun Binahong. Laporan Penelitian. Hibah Penelitian FKH
UGM 2011

Sada, T. J. dan THR. Rosye, 2010. Keragaman Tumbuhan Obat Tradisional di


Kampung Nansfori Distrik Supiori Utara, Kabupaten Supiori–Papua.
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cendrawasih. Jayapura. Jurnal Biologi
Papua. 2 (2).

Santosa, B.A, dan Hartiningsih, 1990. Efek getah pisang terhadap daya rentang
dan kepadatan kolagen pada kesembuhan luka operasi kucing, Bull. Fak.
Kedokteran Hewan UGM, Ed. Khusus, Vol.VIII. Yogyakarta.

Ting EA, Mays RW, Frey RM, Hof vW, Madicetty S, Deans R. 2008. Therapeutic
Pathway of Adult Stem Cells Repair. Critical Review in Oncology and
Hematology., Elsevier, Ireland. p.81-93

Umar, Ani., Dwi Krihariyani., Diah Titik Mutiarawati. 2012. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Daun Binahong (Andredera cordifolia (Ten) steenis) terhadap
Kesembuhan Luka Infeksi Staphylococcus aureus pada Mencit. Analis
Kesehatan Sains Vol 01 No 02

Wasito, H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta


9

Winduo SE. 2003. Indigenous Knowledge Of Medicinal Plants In Papua New


Guinea. Canterbury. University of Canterbury.

Zuhud, E. A. M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga


Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Laboratorium Konservasi
Tumbuhan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

[DEPHUT] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Buku Wisata Nusa


Tenggara Barat : Taman Nasional Suranadi.
http://www.dephut.go.id/files/Buku_Informasi Wisata NTB 2008.pdf. [23
Februari 2010].

[WHO] World Health Organization. 2009. Medicinal Plants in Papua New


Guinea. Manila: World Health Organization, regional office for the Western
Pacific.
10

LAMPIRAN

Lampiran 1.Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pendamping


Lampiran 1.1 Biodata Ketua
A. Identitas diri 1. Lampira
1 Nama Lengkap ( dengan gelar ) Bakas Afrandy Wirawan
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Kedokteran Hewan
4 NIM 16/398171/KH/08942
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sorong, 8 April 1997
6 E-mail randiebaw@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 081243345545

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD Inpres 103 SMP N 9 SMA N 3
Jurusan IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2015

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah / Seminar Tempat
- - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreativitas Mahasiswa.
Yogyakarta, 30 Oktober 2017
Pengusul,

Bakas Afrandy Wirawan


11

Lampiran 1.2 Biodata Anggota


E. Identitas diri 2. Lampira
1 Nama Lengkap ( dengan gelar ) Atma Aulia Rusmonoputri
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Kedokteran Hewan
4 NIM 17/409243/KH/09244
5 Tempat dan Tanggal Lahir Pemalang, 18 November 1999
6 E-mail r.atmaaulia@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085290511581

F. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SMPN 1 SMAN 1
Nama Institusi SDN 2 Kalimas Randudongkal Pemalang
Jurusan IPA
Tahun Masuk-Lulus 2005-2011 2011-2014 2014-2017

G. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah / Seminar Tempat
- - - -

H. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreativitas Mahasiswa.
Yogyakarta, 30 Oktober 2017
Pengusul,

Atma Aulia Rusmonoputri


12

Lampiran 1.1 Biodata Anggota


I. Identitas diri 3. Lampira
1 Nama Lengkap ( dengan gelar ) Avidhatul Nurrohmah
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Kedokteran Hewan
4 NIM 17/409245/KH/09246
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kediri, 24 September 1998
6 E-mail avidhatuln@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085854220909

J. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
SDN 01
Nama Institusi Nambaan Mts N 2 Kediri SMAN 1 Kediri
Jurusan IPA
Tahun Masuk-Lulus 2005-2011 2011-2014 2014-2017

K. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah / Seminar Tempat
- - - -

L. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreativitas Mahasiswa.
Yogyakarta, 30 Oktober 2017
Pengusul,

Avidhatul Nurrohmah
13

Lampiran 1.4 Biodata Dosen Pendamping


A. Identitas diri 4. Lampira
1 Nama Lengkap ( dengan gelar ) drh. Slamet Raharjo, MP
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Kedokteran Hewan
4 NIDN 0020046902
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kebumen, 20 April 1969
6 E-mail raharjo_vet19@yahoo.com
7 Nomor Telepon/HP 0274-870035 / 087838237607

B. Riwayat Pendidikan
Sarjana S2/Magister S3/Doktor
Sain Veteriner
Nama Institusi FKH UGM FKH UGM
Kedokteran Kedokteran
Jurusan Hewan Hewan
Tahun Masuk-Lulus 1988-1994 1999-2004

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah / Seminar Tempat
- - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, asosiasi atau


institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1
2
3

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreativitas Mahasiswa.
Yogyakarta, 30 Oktober 2017
Dosen Pembimbing

drh.Slamet Raharjo, MP
14

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang

Justifikasi Harga Satuan


Material Kuantitas Keterangan
Pemakian (Rp)

Tikus Hewan coba 15 ekor Rp. 30.000,- Rp. 450.000,-

Aquades Pengencer 12 liter Rp. 15.000,- Rp. 180.000,-

Alkohol Antiseptik 2 liter Rp. 27.500,- Rp. 55.000,-

Melabeli
Etiket 1 Pak Rp. 15.000,- Rp. 15.000,-
preparat

Ethanol Pembuatan
11 Liter Rp. 100.000,- Rp.1.110.000,-
96% Esktrak

Pengambilan
Alat bedah 3 Paket Rp. 250.000,- Rp. 750.000,-
sampel histologi

Membersihkan
Tissue 6 gulung Rp. 5.000,- Rp. 30.000,-
preparat

Memberi pakan
Pakan tikus 15 kg Rp. 35.500,- Rp. 355.000,-
hewan coba

Rp Rp.
Daun Gatal Bahan Dasar 1 Box
1.500.000,- 1.500.000,-

Mencegah
EDTA penjendalan 100 g Rp 3.000,- Rp. 300.000,-
darah

Sub Total (Rp) Rp.4.745.000,-

2. Bahan Habis Pakai

Justifikasi Harga Satuan


Material Kuantitas Katerangan
Pemakian (Rp)
15

Container Tempat alat dan Rp


1 Rp. 200.000,-
box bahan 200.000,-

Rp.
Blender Pembuatan ekstrak 1 Rp. 300.000,-
300.000,-

Kandang Rp.100.000
perawatan tikus 6 Rp. 600.000,-
tikus ,-
Tempat Rp.
perawatan tikus 8 Rp. 200.000,-
makan 25.000,-
Saringan Rp.300.000
Penyaring Esktrak 1 Rp. 300.000,-
halus ,-

Botol Rp. Rp.


Wadah larutan 4
Kaca500ml 25.000,- 100.000,-

Sewa
Rp
laboratoriu Melakukan penelitian 2 Rp. 600.000,-
300.000,-
m

Analisis
untuk menganalisa Rp Rp.
protein SDS 1
protein 800.000,- 800.000,-
PAGE

Pembutan melihat bagian-bagian


Rp.
preparat dari jaringan kulit 36 Rp 50.000,-
1.800.000,-
histologi tikus

Rp.
Sub Total (Rp)
4.900.000,-

3. Perjalanan
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Katerangan
Perjalanan Satuan (Rp)
Perjalanan
dari FKH Perbelian
UGM ke bahan bakar Rp.
100 Liter Rp. 1.000.000,-
Klinik kendaraan 10.000,-
Kuningan (Pertamax)
FKH UGM
Sub Total (Rp) Rp. 1.000.000,-
16

4. Lain-lain
Harga
Justifikasi
Material Kuantitas Satuan Katerangan
Perjalanan
(Rp)
Pendataan
Dokumentasi Rp. 200.000,-
setiap kegiatan
Merekap data
Administrasi Rp. 255.000,-
penelitian
Melakukan
publikasi
berupa poter,
web, dan
jurnal ilmiah
untuk
menginformasi
kan hasil
penelitian
Publikasi lebih lanjut Rp. 800.000,-
Melakukan
seminar untuk
menginformasi
kan kepada
seluruh orang
tentang
penelitian yang
Seminar dilakukan Rp. 600.000,-
Sub Total (Rp) Rp.1.855.000,-
Total (keseluruhan) Rp.12.500.000,-

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas


LAMPIRAN III Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

Alokasi
Program Bidang Waktu
No Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Ilmu (jam/min
ggu)
1 Bakas A Kedokteran Kedokteran 12 jam/ a. Pembelian
Wirawan / Hewan Hewan minggu tikus
8942 Persiapan
17

Kandang
b. Pengambilan
daun gatal
yang telah
dikirim
c. Pembuatan
Ekstrak daun
gatal
d. Pengujian
Krepormana
pada Tikus
e. Peminjaman
Laboratoium
f. Perawatan
Tikus
g. Uji
Sitotoksisitas
h. Uji Histologi
2 Atma Aulia Kedokteran Kedokteran 12 jam/ a. Pembelian
R / 9244 Hewan Hewan minggu bahan habis
pakai
b. Pembelian
Pakan
c. Pembuatan
ekstrak daun
gatal
d. Perawatan
tikus
e. Mempersiapk
n seminar
f. Pembuatan
preparat
histologi

3 Avidhatul Kedokteran Kedokteran 12 jam/ a. Menganalisa


Nurrohmah Hewan Hewan minggu protein dari
SDS Page
b. Dokumentasi
kegiatan
c. Publikasi
kegiatan
d. Pembuatan
18

ekstrak daun
gatal
e. Perawatan
tikus
f. Membuat
laporan akhir
kegiatan
19

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti

Anda mungkin juga menyukai