Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

INTERAKSI OBAT

NAMA : AULIA RAHMI


NIM : 2041013004

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


ANGKATAN I
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
RANGKUMAN MATERI
INTERAKSI OBAT
A. Interaksi Obat Tahap Preformulasi & Formulasi/Kombinasi Tetap
1. Interaksi obat tahap preformulasi & formulasi disebut interaksi farmasetik
2. Interaksi obat tahap preformulasi & formulasi dapat dibagi menjadi dua
yaitu : interaksi fisika dan interaksi kimia
3. Interaksi fisika : melibatkan perubahan laju disolusi atau perubahan warna.
4. Interaksi fisika adalah pembentukan kompleks, adsorpsi dan dispersi solida
5. Reaksi pembentukan kompleks terjadi antara agen pembuat kompleks dengan
zat aktif yang bisa berdampak negatif dan positif
6. Pembentukan kompleks berdampak negatif dapat menurunkan efek obat.
7. Pembentukan kompleks berdampak positif dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan bioavailabilitas pada obat-obat yang kurang larut dalam air
8. Adsorpsi merupakan peristiwa penempelan satu zat pada zat lain dimana
dapat berdampak negatif maupun positif.
9. Dispersi solid dimanfaatkan untuk meningkatkan bioavailabilitas dari
obat-obat yang bersifat hidrofobik.
10. Interaksi kimia melibatkan reaksi kimia seperti oksidas, dirolisis, dehidrasi,
isomerasi, interaksi antara zat aktif dengan eksipien atau zat aktif dengan
residu yang ditimbulkan dari ekspien tersebut.
Contoh Interaksi obat tahap preformulasi & formulasi:
 Kalsium karbonat yang dapat membentuk kompleks dengan tetrasiklin yang
menyebabkan penurunan laju disolusi
 Iburofen yang meningkat laju disolusinya saat diformulasikan dispersi
padat dengan polietilene glikol.
 Nifedipin, meningkat laju disolusinya saat diformulasikan dispersi padat
dengan polietilene glikol.
 Laktosa dapat mereduksi gugus amin dari teofilin sehingga dapat merubah
warna teofilin menjadi kuning
 Piroksikam yang meningkat laju disolusinya saat diformulasikan dispersi
padat dengan polietilene glikol.
B. Interaksi Obat pada Tahap Biofarmasetika
1. Fase biofarmasetik melibatkan seluruh unsur-unsur yang terkait mulai saat
pemberian obat hingga terjadinya penyerapan zat aktif.
2. Fase biofarmasetik terdiri dari tahap liberasi, disolusi dan saat dimulainya
absorpsi.
3. Liberasi (pelepasan) : tergantung dari jalur pemberian, keadaan lingkungan
biologis mekanis pada tempat pemasukan obat, misalnya gerakan peristaltic usus,
hal ini penting untuk bentuk sediaan yang keras atau yang kenyal.
4. Disolusi adalah pelarutan zat aktif yang terjadi secara progresif, yaitu
pembentukan dispersi molekuler dalam air.
5. Laju pelarutan dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat, formulasi, pelarut, suhu
media dan kecepatan pengadukan.
6. Sifat fisika dan kimia obat padat mempunyai pengaruh yang besar pada kinetika
pelarutan. Sifat-sifat ini terdiri atas: luas permukaan, bentuk geometrik partikel,
derajat kelarutan obat dalam air, dan bentuk obat yang polimorf.
7. Faktor formulasi mempengaruhi uji pelarutan obat : bahan tambahan dalam produk
obat juga mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mengubah media tempat
obat melarut atau bereaksi dengan obat itu sendiri.
8. Absorpsi merupakan tahap akhir dari biofarmasetik dan awal farmakokinetik
9. Fase absorpsi merupakan masuknya zat aktif dalam tubuh yang yang aturannya di
tenggarai oleh pemahaman ketersediyaan hayati (bioavailibilitas). Penyerapan zat
aktif tergantung pada berbagai parameter terutama sifat fisiko-kimia molekul
obat.
10. Proses penyerapan zat aktif terjadi apabila sebelumnya sudah dibebaskan dari
sediaan dan sudah melarut dalam cairan biologi setempat. Tahap pelepasan dan
pelarutan zat aktif merupakan tahap penentu pada proses penyerapan zat aktif
baik dalam hal jumlah yang diserap maupun jumlah penyerapannya.
Contoh interaksi obat pada tahap Biofarmasetik:
 Acetaminopen + karbohidrat dapat membentuk ikatan kompleks yang
memperlambat kecepata awal absorpsi acetaminopen
 Bisacodyl + susu/makanan bersifat basa dapat meningkatan pH menyebabkan
desintegrasi salut/lapisan enterik dari tablet bisacodyl.
 Magnesium stearat (bahan pelincir tablet) dapat menolak air, dan bila digunakan
dalam jumlah besar dapat menurunkan pelarutan.
 Natrium bikarbonat dapat mengubah pH media. Untuk obat asam seperti aspirin
dengan media alkali akan menyebabkan obat tersebut melarut cepat.
 Bahan tambahan yang berinteraksi dengan obat dapat membentuk kompleks
yang larut atau tidak larut dalam air, contoh tetrasiklina dan kalsium karbonat
membentuk kalsium tetrasiklina yang tidak larut air.
C. Interaksi Obat pada Tahap Absorpsi
1. Absorpsi dapat melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar
obat diabsorpsi secara pasif.
2. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi ke daerah
dengan kadar obat yang lebih rendah.
3. Pada transport aktif terjadi perpindahan obat melawan gradien konsentrasi
(contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses ini membutuhkan
energi.
4. Obat asam lemah jika dalam lambung dalam bentuk tak-terion (molekul) larut
lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel. Obat asam lemah dalam
usus dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi.
5. Mekanisme interaksi dipengaruhi oleh interaksi langsung; perubahan pH
saluran cerna; pembentukan senyawa kompleks tak larut atau khelat, dan
adsorsi; obat menjadi terikat pada sekuestran asam empedu; perubahan
fungsi saluran cerna
6. Interaksi lansung dapat dihindarkan dengan pemberian jarak konsumsi waktu
minimal 2 jam.
7. Perubahan pH saluran cerna : cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya
akibat adanya antasid, akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam
yang sukar larut dalam saluran cerna, misalnya aspirin. Dengan demikian
dipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan mempercepat absorpsinya.
Akan tetapi, suasana alkalis di saluran cerna akan mengurangi kelarutan
beberapa obat yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam cairan saluran
cerna, sehingga mengurangi absorpsinya.
8. Pembentukan senyawa kompleks tak larut atau khelat, dan adsorsi
Interaksi antara antibiotik golongan fluorokinolon (siprofloksasin, enoksasin,
levofloksasin, lomefloksasin, norfloksasin, ofloksasin dan sparfloksasin) dan
ion-ion divalent dan trivalent (misalnya ion Ca2+ , Mg2+ dan Al3+ dari
antasida dan obat lain) dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dari
absorpsi saluran cerna, bioavailabilitas dan efek terapetik, karena
terbentuknya senyawa kompleks.
9. Obat menjadi terikat pada sekuestran asam empedu (BAS : bile acid
sequestrant)
Kolestiramin dan kolestipol dapat berikatan dengan asam empedu dan
mencegah reabsorpsinya, akibatnya dapat terjadi ikatan dengan obat-obat lain
terutama yang bersifat asam (misalnya warfarin). Sebaiknya interval
pemakaian kolestiramin atau kolestipol dengan obat lain selama mungkin
(minimal 4 jam).
10. Perubahan fungsi saluran cerna (percepatan atau lambatnya pengosongan
lambung, perubahan vaksularitas atau permeabilitas mukosa saluran cerna,
atau kerusakan mukosa dinding usus).
Contoh Interaksi Obat Pada Tahap Absorpsi:
 Tetrasiklin + Antasida => Terbentuknya kompleks yang sukar terabsorpsi
 Digoksin + Metoklopramid => Absorpsi digoksin dikurangi perubahan
motilitas usus)
 Penisilin + Neomisin => Kondisi malabsorpsi yang diinduksi neomisin
 Antibiotik kuinolon + Antasida => Terbentuknya kompleks yang sukar
terabsorpsi
 Digoksin Tiroksin Warfarin + Kolestiramin => Absorpsi dikurangi karena
ikatan dengan kolestiramin
D. Interaksi Obat pada Tahap Distribusi
1. Obat-obatan diangkut melalui pengikatan pada plasma dan protein jaringan.
2. Protein plasma yang penting antara lain albumin, glikoprotein asam α1, dan
lipoprotein.
3. Obat asam terikat pada albumin
4. Obat basa terikat pada glikoprotein asam α1, lipoprotein, atau keduanya.
5. Obat tak terikat yang tersedia untuk difusi pasif ke situs ekstravaskular
atau jaringan dan biasanya menentukan konsentrasi obat di situs aktif.
6. Albumin disintesis di hati dan didistribusikan di plasma dan cairan
ekstraseluler kulit, otot dan berbagai jaringan.
7. Konsentrasi albumin cairan usus sekitar 60% dari yang ada di plasma. Karena
albumin memiliki lima situs pengikatan (yaitu, untuk warfarin,
benzodiazepin, digoksin, bilirubin dan tomoxifen), ciri utama adalah situs I
dan II
8. Jumlah protein plasma terbatas menyebabkan kompetisi obat yang bersifat
basa maupun asam untuk berikatan dengan protein yang sama. Sehingga
suatu obat dapat digeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain
peningkatan kadar obat bebas.
9. Obat yang terikat albumin secara farmakologi tidak aktif, sedangkan obat yang
tidak terikat, biasa disebut fraksi bebas, aktif secara farmakologi.
10. Obat dengan tingkat pengikatan protein plasma yang tinggi secara
potensial lebih mungkin digantikan oleh obat dengan afinitas yang lebih
besar untuk tempat pengikatan yang sama.
Contoh Interaksi Obat Pada Tahap Distribusi
 Warfarin dan diklofenak memiliki afinitas yang sama untuk albumin, oleh
karena itu pemberian diklofenak pada pasien yang diobati secara kronis
dengan hasil warfarin dalam perpindahan terakhir dari tempat pengikatannya.
Peningkatan konsentrasi plasma warfarin menyebabkan perkembangan reaksi
hemoragik yang serius .
 Asam valproat menggeser fenitoin dari ikatannya dengan protein dan juga
menghambat metabolisme fenitoin. Kadar fenitoin tak terikat akan meningkat
secara signifikan, menyebabkan efek samping yang lebih besar. Sebaliknya,
fenitoin dapat menurunkan kadar plasma asam valproat.
 Diazepam menggantikan fenitoin dari protein plasma, yang mengakibatkan
peningkatan konsentrasi fenitoin bebas dalam plasma dan peningkatan risiko
toksisitas.
 Digoksin dan kuinidin terjadi kompetisi untuk ikatan dalam jaringan yang
akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar plasma digoksin.
 Reseptor alfa pada pembuluh darah memberikan respon bila dikenai
obat norepineprin tetapi bila diberikan bersamaan dengan fenetrain,
pentolamin, maka obat ini akan menduduki reseptor tersebut dan tidak akan
memberikan respons
E. Interaksi Obat pada Tahap Metabolisme
1. Metabolisme merupakan proses perubahan obat aktif yang larut dalam lemak
di tubah tubuh menjadi tidak aktif sehingga mudah dikeluarkan tubuh.
2. Enzim yang berperan dalam interaksi obat pada tahap metabolisme adalah
Enzym Cytochrome P450
3. Interaksi dalam metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yakni
pemacu (inducer enzim) atau penghambat (inhibitor).
4. Inhibisi (penghambatan) metabolisme terjadi 2 kemungkinan yakni
penghambatan metabolik reversibel (kompetitif) atau ireversibel.
5. Penghambatan reversibel: terjadi ketika inhibitor dan substrat bersaing untuk
situs pengikatan yang sama pada enzim
6. Penghambatan reversibel bersifat langsung dan dengan cepat dapat dibalik.
7. Penghambatan metabolik irreversibel : metabolit yang dihasilkan dari oksidasi
substrat oleh CYP3A4 menjadi ireversibel dan terikat secara kovalen ke 3A4,
8. Penghambatan irreversibel merupakan penghambatan enzim secara permanen.
9. Inducer (Pemacu) : mekanismenya adalah aktivasi transkripsi yang mengarah
ke peningkatan sintesis lebih banyak protein enzim CYP.
10. Beberapa makanan yang termasuk golongan Enzim Inducer :
1. Charboiled food (CYP 1A2)
2. Cigarette smoke (CYP 1A2)
3. Ethanol (CYP 2C9; CYP 2E
Contoh interaksi obat pada tahap metabolisme:
 Omeprazole + Diazepam => Omeprazole secara selektif menghambat
isoenzym 2C19CYP450 => metabolisme diazepam menurun => konsentrasi
diazepam meningkat
 Interaksi terfenadin (Substrat CYP3A4/5) dengan ketokonazole (inhibitor
poten CYP3A4/5) akan meningkatkan kadar substrat, yang menyebabkan
toksisitas berupa perpanajangan interval QT yang berakibat terjadinya
aritmia ventrikel yang fatal.
 Fenobarbital meningkatkan metabolisme warfarin sehingga menurunkan
efek antikoagulannya
 Rifampisin dan metil prednisolon => rifampisin meningkatkan
penghapusan sejumlah besar metil prednisolon sehingga efeknya metil
prednisolon menurun
 Kontrasepsi oral (hormon estradiol) dengan adanya induktor enzim seperti
rifampisin, deksametason menyebabkan kadar estradiol menurun sehingga
efikasi kontrasepsi oral menurun.
F. Interaksi Obat pada Tahap Ekskresi
1. Interaksi obat dalam proses ekskresi ginjal disaring melalui glomeruli ginjal,
secara pasif diserap kembali oleh tubulus ginjal.
2. Pada tahap Laju filtrasi glomerulus dapat dipengaruhi oleh perubahan aliran
darah ginjal, keluaran jantung, dan tingkat keterikatan protein
3. Pada tahap sekresi di tubular. Selama proses transpor aktif di tubular
proksimal, banyak obat dalam bentuk kation dan anion serta metabolit
bersaing satu sama lain untuk sekresi.
4. Reabsorpsi obat dari lumen tubular melibatkan difusi pasif dan proses
transportasi aktif. Hanya senyawa nonionisasi yang direabsorbsi secara pasif
dari tubulus ginjal, sehingga dapat memanipulasi pH urin dapat mengubah
reabsorpsi asam dan basa organik lemah.
5. Dalam kasus obat dengan tingkat reabsorpsi yang tinggi (obat asam atau basa
lemah), pemberian obat secara bersamaan yang mempengaruhi pH urin dapat
mengubah ekskresi urin.
6. Banyak obat yang sangat terpolarisasi diekskresikan ke dalam cairan
tubulus ginjal atau secara aktif direabsorbsi oleh tubulus ginjal melalui
transporter.
7. Penghambatan interaksi dapat terjadi dalam proses ini di antara obat asam atau
di antara obat basa.
8. Kemungkinan interaksi obat dalam proses ekskresi urin untuk obat yang
disekresikan secara ekstensif ke dalam cairan tubulus ginjal dan yang
pembersihan ginjalnya tinggi.
9. Pasien dengan penyakit ginjal atau usia lanjut angka ekskresi obat yang rendah,
sehingga konsentrasi obat yang bergantung pada pembersihan ginjal dalam
darah cenderung tinggi.
10. Interaksi obat dalam ekskresi bilierc : obat sering dikonjugasikan dan
diekskresikan dalam empedu.
Contoh interaksi obat pada tahap ekskresi:
 Probenesid yang menghambat ekskresi golongan penisilin, beberapa
sefalosporin, indometasin dan dapson
 Itrakonazol, ihibitor p-glikoprotein di ginjal menurunkan clirens ginjal
digoksin jika diberikan bersama, sehingga kadar digoksin meningkat.
 Fenilbutazon dan indometasin menghambat sekresi ke tubuli ginjal obat obat
tiazid, furosemid, sehingga efek diuretiknya menurun
 Salisilat menghambat sekesi probenesid ke tubuli ginjal sehingga efek
probenesid sebagai urikosurik menurun.
 Kolestiramin suatu binding agents akan mengikat parent drug (misalnya
warfarin, digoksin) sehingga reabsorbsinya terhambat dan clirens meningkat.
KUIS I
1. Level signifikasi interaksi obat
Jawab:
Menurut Tatro (2006) level signifikansi diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Signifikansi 1 : kemungkinan besar terjadi interaksi yang berat dan mengancam
jiwa. Kejadian dapat diduga, telah terbukti atau sangat mungkin (probable) dalam
penelitian terkendali.
b. Signifikansi 2 : interaksi yang terjadi dapat memperburuk status klinis pasien.
Kejadiannya dapat diduga, telah terbukti dan sangat mungkin dalam penelitian
yang terkendali.
c. Signifikansi 3 : interaksi menimbulkan efek ringan, kejadiannya dapat diduga,
telah terbukti dan sangat mungkin dalam penelitian yang terkendali.
d. Signifikansi 4 : interaksi dapat menimbulkan efek yang sedang hingga berat,
data yang ada sangat terbatas.
e. Signifikansi 5 : interaksi dapat menimbulkan efek ringan hingga berat, data
yang ada sangat terbatas
2. Tujuan kombinasi Vitamin B-6 dengan INH.
Jawab: untuk mengatasi efek samping dari INH yaitu neuritis perifer.
3. Tujuan kombinasi amoxicilin dan asam klaulanat
Jawab: asam klavulanat melindungi cincin laktam dari amoxicilin dengan
menghambat enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri resisten
penisilin, sehingga bakteri tersebut tidak bisa menghancurkan amoxicillin.
Sehingga amoxicilin dapat bekerja baik.
4. Tujuan kombinasi Aluminium hidroksida dengan magnesium hidroksida
Jawab: meniadakan efek samping satu sama lain yang mana aluminium
hidroksida dapat menyebabkan konstipasi sedangkan magnesium hidroksida
menyebabkan diare
5. Rumus kimia aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida
Jawab: Al(OH)3 dan Mg(OH)2
6. Reaksi kimia Aluminium hidroksida dengan asam klorida
Jawab: Al(OH)3 + HCl => AlCl3 + H2O
KUIS II
1. Bagaimana interaksi vitamin C dan Fe?
Jawab: vitamin C dapat mebantu mereduksi ferri ( Fe3+) menjadi ferro (Fe2+)
sehingga mudah diserap pada saluran cerna.
2. Interaksi zat besi fumarat dengan sorbitol
Jawab: zat besi fumarat dapat memberikan efek konstipasi, sedangkan sorbitol
sebagai laksans untuk mencegah terjadinya konstipasi.
3. Jelaskan interaksi ferosi fumarat dengan sianokonbalamin!
Jawab : ineraksi besi dengan vitamin B-12 akan meningkatkan metabolisme
metabolisme sel. Vitamin B12 mendu kung metabolisme asam folat dalam bentuk
aktif, selain itu pengguanaan zat besi dan vitamin B12 dapat meningkatkan Hb.
4. Jelaskan interaksi vitamin B1 B6 B12
Jawab: vitamin B1 B6 B12 sebagai neurotropik yang berperan dalam sintesis
selubung mielin dan neurotransmiter. Perbaikan demineralisasi dapat meberikan
hantaran kecepatan saraf dan memperbaiki gejala negatif akibat neuropati.
5. Vitamin neurotropik yang beredar dipasaran
Jawab: neurosanbe, neurobion, xeaneuron, livron b-plex, B-plex ipi, vitaplex,
becombion, neurodex, betominplex, vitamin B komplex.
6. Jelaskan interaksi metampiron vitamin B1 B6 dan B12 dalam dolo neurobion.
Jawab: metampiron merupakan obat golongan anti inflamasi non steroid (OAINS)
yang digunakan untuk mengobati nyeri pada saraf. Sedangkan vitamin B1 B6
B12 sebagai neurotropik yang berperan dalam sintesis selubung mielin dan
neurotransmiter. Perbaikan demineralisasi dapat meberikan hantaran kecepatan
saraf dan memperbaiki gejala negatif akibat neuropati.
7. Jelaskan interaksi paracetamol dan N-acetyl sistein
Jawab: Penggunaan paracetamol dapat mengakibatkan toksisitas pada hati pada
dosis 7,5-10 gr dalam waktu 8 jam/ kurang. Obat ini dimetabolisme dihati
menjadi metabolit reaktifnya yang disebut NAPQI. NAPQI berperan sebagai
radikal bebas yang memiliki lama hidup yang singkat. Dalam keadaan normal
NAPQI akan di identifikasi secara cepat oleh enzim glutation hati. Glutation
mengandung gugus sulfihidril yang akan mengikat secara kovalen radikal bebas
NAPQI, menghasilkan konjugat asam merkapturat, yang kemudian keduanya
dapat diekskresikan melalui urin. Disini N-acetyl sistein bekerja sebagai
hepatoprotektor dengan cara memperbanyak glutation dihati bekerja sebagai
pengganti glutation dan meningkatkan konjugasi sulfat dan non toksik dari
paracetamol. L-sistein merupakan antioksidan enzim glutation.
8. Jelaskan kenapa vitamin B-6 dapat menurunkan efek samping INH
Jawab: INH dapat menyebabkan defisiensi piridoksin. Metabolit isoniazid
lansung menempel dan menghambat aktivitas piridoksin. INH menghambat
enzim piridoksin menjadi piridoksal 5 fosfat, kofaktor pada reaksi Pyridoxine -
dependent sehingga menyebabkan Neuritis perifer. Kombinasi vit B6 dan INH
dapat mengurangi resiko terjadinya neuritis perifer akibat INH.
9. Interaksi Fe dan air teh
Jawab: air teh mengandung tanin yang dapat menghambat abdorpsi besi apabila
dikonsumsi dalam waktu yang tidak tepat dan penyerapan ini terjadi disebabkan
adanya senyawa polifenol dalam minuman teh salah satunya senyawa tannin yang
dapat berikatan dengan logam Fe dan membentuk senyawa kompleks. Ketika
reaksi koordinasi antara ion logam dan molekul organik yang memiliki sepasang
elektron maka molekul organik tersebut akan mengikat ion logam.
10. Jelaskan interaksi obat asam lemah dengan antasida
Jawab: obat-obat asam lemah membentuk zat terion.
11. Jelaskan interaksi antara ampisilin dan klosasiklin!
Jawab: ampisilin aktif terhadap organisme gram positif dan gram negatif tertentu.
Tapi di inaktivasi oleh penisilinase, termasuk yang dihasilkan oleh S. aureus dan
gram negatif E. coli yang resisten terhadap ampisilin. Klosasiklin diberikan
sebagai first choice antibiotik bakterisidal untuk mengatasi penisilinase yang
dihasilkan S. aureus sehingga kebanyakan diberikan dalam bentuk kombinasi.
Interaksi keduanya adalah sinergis dimana tujuan kombinasi antibiotik ini adalah
untuk memperluas spektrum aktivitas dan klosasiklin membantu ampisilim
karena mengalami inaktivasi
12. Jelaskan interaksi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida
Jawab: meniadakan efek samping satu sama lain yang mana aluminium
hidroksida dapat menyebabkan konstipasi sedangkan magnesium hidroksida
menyebabkan diare
13. Jelaskan interaksi antara kodein HCl dengan ammonium klorida
Jawab: ammonium klorida berkhasiat sebagai ekspektoransia, zat-zat ini akan
memperbanyak produksi dahak yang encer dengan demikian mengurangi
kekentalannya sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk.
Sedangkan mekanisme kodein adalah menekan pusat batuk. Jadi interaksi kodein
dan ammonium klorida merupakan interaksi antagonis yang berlawanan dimana
kodein menekan pusat batuk dengan menghambat pengeluaran dahak yang
merupakan khasiat ammonium klorida.
14. Bagaimana upaya meningkatkan absorpsi griseofulvin?
Jawab: Griseofulvin diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal secara tidak
sempurna. Peningkatan absorpsi griseofulvin dapat dibantu dengan
mengkonsumsi griseofulvin dengan makanan dengan kadar lemak yang tinggi
sehingga obat dapat melarut bersama makanan dan obat akan lebih mudah diserap
membran saluran cerna.
15. Jelaskan interaksi luminal dan teofilin
Jawab: fenobarbital akan menurunkan kadar atau efek teofilin dengan
mempengaruhi metabolisme enzim hati CYP1A2 dan CYP3A4.
16. Jelaskan interaksi antibiotik ciprofloxacin dan susu!
Jawab: Susu banyak mengandung mineral dan logam seperti kalsium.
Ciprofloxacin dapat dapat membentuk ikatan kompleks khelat sehingga
menurunkan absorpsi ciprofloxacin di saluran cerna.
17. Jelaskan interaksi tetrasiklin dan sangobion!
Jawab: interaksi tetrasiklin dengan ferosifumarat dapat menurunkan konsentrasi
tetrasiklin dengan menghambat absorpsi di saluran cerna.
18. Jelaskan interaksi antara tablet ekstrak beladone dan norit!
Jawab: ketika terjadi toksisitas ekstrak beladone norit akan menyerap agen toksik
tersebut.
19. Jelaskan interaksi antibiotik levofloxacin dan keju!
Jawab: keju merupakan produk susu yang banyak mengandung mineral dan
logam seperti kalsium. Levofloxacin dapat dapat membentuk ikatan kompleks
khelat sehingga menurunkan absorpsi ciprofloxacin di saluran cerna.
20. Interaksi luminal dan fenitoin
Jawab: phenobarbital akan menurunkan level atau efek dari fenitoin dengan
menghambat enzim hepar CYPD2C9/10 dalam proses metabolisme.
KUIS III
1. Bagaimana absorpsi obat di saluran cerna?
Jawab:
1. Difusi Pasif
Zat aktif dapat melarut dalam konstituen membraner pelaluan terjadi menurut
suatu gradient atau perbedaan (konsentrasi atau elektrokimia-potensial kimia),
tanpa menggunakan energi atau kekuatan sampai di suatu keadaan
kesetimbangan di kedua sisi membrane.
2. Transfer konvectif
Suatu mekanisme positif, berkenaan dengan pelaluan zat melewati pori-pori
membrane yang terjadi disebabkan gradient tekanan hidrostatik atau osmotic.
Obat larut dalam medium air pada tempat absorpsi, bergerak melalui pori
bersama pelarutnya.
3. Transpor aktif
Suatu cara pelaluan yang sangat berbeda dengan difusi pasif, diperlukan suatu
carrier/ transporter/ pengemban.
Obat harus larut pada tempat absorpsi. Tiap obat memerlukan carrier spesifik.
Sebelum diabsorpsi obat berikatan dengan carrier mengikuti teori pengikatan
obat-reseptor.
4. Transport Fasilitatif
Transport fasilitatif disebut juga difusi dipermudah.
Pada dasarnya sama dengan transport aktif, perbedaannya tidak melawan
gradient konsentrasi.
Difusi dengan pertolongan carrier akan tetapi tidak membutuhkan energi luar
dan berjalan sesuai engan gradient konsentrasi
5. Ion-Pair ( Tranfer Pasangan Ion)
Obat-obat yang terionisasi kuat pada pH fisiologis tidak dapat dijelaskan cara
absorpsi lain. Ex : senyawa ammonium quarterner, senyawa asam sulfonat.
Ammonium quarterner, asam sulfonat (bermuatan positif) + substansi endogen
GIT (=kation organic seperti mucin) → membentuk kompleks pasangan ion
netral (dapat menembus membrane) → kemudian diabsorpsi secara difusi pasif
→ disosiasi. Karena kompleks tersebut larut dalam air dan lipoid.
6. Pinositosis
Suatu proses yang memungkinkan pelaluan molekul-molekul besar melewati
membrane, dikarenakan kemampuan membrane membalut mereka dengan
membentuk sejenis vesicula (badan dibalut) yang menembus membran.
2. Interaksi teofilin dan Laktosa?
Jawab: teofilin mengandung gugus amin primer sedangkan laktosa merupakan
gugus pereduksi. Reaksi yang terjadi adalah reaksi maylard yang mana laktosa
dapat mereduksi gugus amin pada teofilin dan dapat menyebabkan teofilin
berubah menjadi kuning.
3. Interaksi keju dan ciprofloxacin!
Jawab: keju merupakan produk susu yang banyak mengandung mineral dan
logam seperti kalsium. Ciprofloxacin dapat dapat membentuk ikatan kompleks
khelat sehingga menurunkan absorpsi ciprofloxacin di saluran cerna.
4. Kenapa obat asam lemah susah diabsorpsi di usus?
Jawab: karena obat asam lemah ketika berada di usus (pH basa) akan terionisasi
membentuk ion sehingga sulit diabsorbsi pada membran sel yang bersifat lipofil.
5. Bagaimana penyerapan griseofulvin dan makanan berlemak?
Jawab : Peningkatan absorpsi griseofulvin dapat dibantu dengan
mengkonsumsi griseofulvin dengan makanan dengan kadar lemak yang tinggi
sehingga obat dapat melarut bersama makanan dan obat akan lebih mudah diserap
membran saluran cerna.
KUIS IV
1. Suatu obat A terikat 99,5% dikombinasikan dengan obat B dapat menurunkan
obat A 10%. Bagaimana rasio obat bebas A yang ditambahkan dengan obat
B dibandingkan obat A yang digunakan sendirian saja.

Jawab:
Diketahui:
Obat A terikat: 99,5%
Obat A terikat : 100-99,5% = 0,5%
Obat A + Obat B = 99,5%- (99,5% X 10%)
Obat A+B terikat = 89,55%
0bat A+B bebas = 100 % - 89,55% = 10,45%

Perbandingan Obat A yang ditambahkan Obat B bebas dan Obat A yang


digunakan tunggal:
= 10,45% : 0,5%
= 20,9 kali

2. Interaksi laktosa dan teofilin


Jawab: teofilin mengandung gugus amin primer sedangkan laktosa
merupakan gugus pereduksi. Reaksi yang terjadi adalah reaksi maylard
yang mana laktosa dapat mereduksi gugus amin pada teofilin dan dapat
menyebabkan teofilin berubah menjadi kuning.
3. Seorang wanita berusia 55 tahun, BB 60 kg, 158 cm, kreatinin serum stabil
selama berada dirumah sakit. Nilai kreatini serum = 3 mg/dl. Hitung CrCl?
Jawab:
Rumus cockroft-gault = (140-umur (tahun)) x BB (kg)
72 x serum kreatinin
= (140-55) x 60 kg
72 x 3 mg/dl
= 5100
216
=23,6 (untuk pria)
Karena kasus seorang wanita = 0,85 x CrCl pria
= 0,85 x 23,6
= 20,06 ml/menit
4. Suatu obat asam lemah berada dalam urin yang pH nya 7,5, bagaimana
perbandingan ion dan molekul jika Pka = 5,5

Jawab:
Diketahui:
Ph obat dalam urine : 7,5
Pka : 5,5
Bagaimana perbandingan %ion dan molekul obat yang terbentuk:
Menggunakan rumus “Henderson Hasselbach”
x: jumlah yang terion
1-x: jumlah tidak tieron
Ph – Pka = Log
t
Antilog (7,5 – 5,5) =
t
Antilog (2) =
t
100 =
t
x = 100 – 100x
x + 100x = 100
101x = 100
x = 100/101 = 0,99
1-x = 1-0,99 = 0,01
Jumlah yang terion %=: 0,99 x 100 = 99 %
Jumlah yang tidak terion % = 100-99% = 1%

Cara lain:
′′
% terion= ′ MitgLiU
′′
% terion= ′ ͷ ͷtͷ ͷU
′′
% terion= ′ thU
′′
% terion = ′′
%terion = 99 %

%tidak terion= 100% – 99% = 1 %

5. Interaksi teofilin dan luminal


Jawab: fenobarbital akan menurunkan kadar atau efek teofilin dengan
mempengaruhi metabolisme enzim hati CYP1A2 dan CYP3A4.
TUGAS INTERAKSI OBAT
1. Kombinasi obat sangobion soft capsule:
Mengandung: Ferrous gluconate 250mg, magnesium sulfat, cooper sulfat,
vitamin C, asam folat.
Interaksi: Ferrous gluconat dan vitamin C > zat besi berfungsi untuk
membentuk inti dari cicin heme Fe-porfirin yang sama dengan rantai globin
membentuk hemoglobin. Vitamin C membantu penyrapan zat besi dengan cara
mereduksi ferro sehingga lebih mudah diserap di usus halus.
Interaksi Vitamin B-12 dan asam folat > Vitamin B 12 merupakan kofaktor
yang mengaktivasi koenzim asam folat. Asam folat harus mengalami hidrolisis,
reduksi dan metilasi agar dapat diabsorpsi. Akitivasi asam folat menjadi bentuk
aktifnya tetrahidrofolat membutuhkan Vit B12
Cooper berfungsi sebagai zatr pembangun enzim dalam tubuh terlebih enzim
yang berikaitan dengan oksigen. Tembaga membantu pembentukan transferin
(bahan utama pembentuk Hb). mangan sulfat berfungsi sebagi biokatalisator yang
meransang jaringan pembentukan darah dalam tubuh. Sorbitol berfungsi sebagai
laksans untuk menetralisir konstipasi.
2. Kombinasi ampisilin dan kloksasilin
Interaksi : ampisilin aktif terhadap organisme gram positif dan gram negatif
tertentu. Tapi di inaktivasi oleh penisilinase, termasuk yang dihasilkan oleh S.
aureus dan gram negatif E. coli yang resisten terhadap ampisilin. Klosasiklin
diberikan sebagai first choice antibiotik bakterisidal untuk mengatasi penisilinase
yang dihasilkan S. aureus sehingga kebanyakan diberikan dalam bentuk
kombinasi.
Interaksi keduanya adalah sinergis dimana tujuan kombinasi antibiotik ini
adalah untuk memperluas spektrum aktivitas dan klosasiklin membantu
ampisilim karena mengalami inaktivasi
3. Penstrep
Mengandung: Procain benzyl penicilin 200mg, dihydro streptomycin 250mg.
Interaksi: Kombinasu procain penisilin G dan dihydrostreptomycin bertindak
aditif, dan dalam berapa kasus sinergi. Procain penisilin G adalah spektrum-kecil
dengan aksi bakterisidal. Dihidrostreptomisin adalah aminogilkosida dengan aksi
bakterida terutama terhadap gram negatifa bakteri. Terapi kombinasi ini
digunakan untuk memperluas spektrum antibiotik, mencegah munculnya muatan
yang resisten, meminimalisasi toksisitas dan memperoleh aktivitas antibakteri
yang sinergis.
4. Paracetamol dan N-acetyl sistein
Penggunaan paracetamol dapat mengakibatkan toksisitas pada hati pada dosis
7,5-10 gr dalam waktu 8 jam/ kurang. Obat ini dimetabolisme dihati menjadi
metabolit reaktifnya yang disebut NAPQI. NAPQI berperan sebagai radikal bebas
yang memiliki lama hidup yang singkat. Dalam keadaan normal NAPQI akan di
identifikasi secara cepat oleh enzim glutation hati. Glutation mengandung gugus
sulfihidril yang akan mengikat secara kovalen radikal bebas NAPQI,
menghasilkan konjugat asam merkapturat, yang kemudian keduanya dapat
diekskresikan melalui urin. Disini N-acetyl sistein bekerja sebagai
hepatoprotektor dengan cara memperbanyak glutation dihati bekerja sebagai
pengganti glutation dan meningktakan konjugasi sulfat dan non toksik dari
paracetamol. L-sistein merupakan antioksidan enzim glutation.

Anda mungkin juga menyukai