Disusun Oleh :
Aulia Rahmi, S.Farm
2041013004
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Rer. Nat. apt. Dian Handayani apt. Dwi Erliyana, S.Farm
NIP:19680517 199103 2 002 Apoteker Penanggung Jawab Apotek Madya
Diketahui oleh,
Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
Ketua
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah subhanahu wa ta‘ala Rabb semesta ‘alam,
shalawat dan salam semoga Allah limpahkan bagi Nabi Muhammad shallallaahu
dalam rangka Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Madya Jl.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada Program Studi Profesi Apoteker,
ini tidak terlepas dari dukungan, doa, dan semangat dari berbagai pihak. Pada
sebesar-besarnya kepada:
motivasi.
2. Ibu Prof. Dr. Apt. Fatma Sri Wahyuni, elaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.
3. Ibu apt. Rahmi Yosmar, M.Farm, selaku Ketua Program Studi Profesi
iii
5. Ibu apt. Dwi Erliyana S.Farm, selaku pembimbing II yang telah
PKPA Apotek.
Apotek.
Tahun 2020, Fakultas Farmasi Universitas Andalas dan semua pihak yang
Terima kasih atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis,
semoga Allah SWT selalu membalas segala kebaikan dan melimpahkan rahmat
serta karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis, Aamiin.
Dalam penulisan tugas khusus ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tugas khusus ini menjadi lebih
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 4
2.1..Resep ............................................................................................... 5
2.2..Deskripsi Pasien............................................................................... 5
2.3..Pengkajian Resep............................................................................. 6
2.4..Penyakit............................................................................................ 12
v
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 54
4.1 Kesimpulan....................................................................................... 54
4.2 Saran................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 35
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa waktu yang lalu profesi apoteker masih belum dikenal luas oleh
masyarakat. Padahal sebenarnya, farmasi juga memiliki peran yang sangat penting dalam
melalui penyediaan obat yang berkualitas. Selain obat yang berkualitas, apoteker
berorientasi kepada produk (product oriented) juga berorientasi kepada pasien (patient
Berbagai tuntutan yang ada di masyarakat menjadi tantangan untuk pengembangan dunia
kefarmasian seperti pharmaceutical care yaitu obat sampai ketangan pasien dalam
keadaan baik, efektif dan aman disertai informasi yang jelas sehingga penggunaannya
serta mengatasi masalah terkait Obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi,
1
Resep merupakan hal terpenting sebelum pasien menerima obat. Dalam alur
pelayanan resep, apoteker wajib melakukan skrining resep yang meliputi skrining
admninstrasi, kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu
resep dan meminimalkan kesalahan pengobatan. Resep harus ditulis dengan jelas untuk
menghindari salah presepsi antara penulis dengan pembaca resep, kegagalan komunikasi
dan salah interpretasi antara dokter dengan apoteker merupakan alah satu faktor kesalahan
merupakan salah satu faktor kesalahan medikasi (medication error) yang berakibat fatal
bagi pasien. Adapun salah satu cara untuk menghindari hal tersebut resep harus ditulis
dengan jelas. Dalam usaha meminimalkan masalah yang terkait obat, apoteker dapat
persyaratan klinis. Jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada
penanganan yang benar agar mendapatkan terapi yang sesuai oleh pihak medis.
Hipertensi adalah suatu penyakit meningkatnya tekanan darah arteri yang dapat
yang meningkat, disertai dengan penyakit lain yang menyertainya akan meningkatkan
yang tidak diobati, dari pasien hipertensi yang mendapat pengobatan, hanya sekitar 10-
20% yang mencapai target kontrol tekanan darah. Diperkirakan prevalensi hipertensi akan
kadar kolesterol dan lipid darah. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dari dokter,
2
apoteker, tenaga kesehatan lain serta pasien sangat diperlukan agar hipertensi dapat
dikendalikan.
lipid dan dikenal sebagai salah satu faktor risiko penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler, disamping faktor risiko lain seperti diabetes melitus, obesitas dan
hipertensi. Dislipidemia sendiri pada umumnya tidak bergejala sehingga sering diabaikan
dan tidak membawa pasiennya untuk mengunjungi dokter, oleh karena itu deteksi
dislipidemia secara dini sangat diperlukan khususnya pada kelompok populasi yang
berisiko tinggi. Berdasarkan data Global Health Observatory (GHO) dari badan kesehatan
dunia (WHO) yang menunjukkan bahwa prevalensi dislipidemia pada tahun 2008 adalah
sebesar 37% pada populasi laki-lakidan 40% pada populasi wanita dan dianggap
bertanggung jawab terhadap 2,6 juta kematiansertamenyebabkan 29,7 juta jiwa lainnya
hasil riset kesehatan dasar nasional (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan ada 35.9 %
dari penduduk Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun dengan kadar kolesterol abnormal
(berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl) dimana perempuan
lebih banyak dari laki-laki dan penduduk perkotaan lebih banyak dari pendudukpedesaan.
mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥ 190 mg/dl), 22.9 % kadarHDL yang
kurang dari 40 mg/dl, dan 11.9% dengan kadar trigliserid yang sangat tinggi (≥ 500
mg/dl).
Penyakit Hipertensi dan Dislipidemia dijuluki disebut penyakit silent killer yang dapat
penyakit ini bisa datang tiba-tiba tanpa menunjukkan gejala. Kerusakan organ akibat
komplikasi hipertensi akan tergantung pada besarnya peningkatan tekanan darah, lamanya
kondisi tekanan darah tidak terdiagnosis, dan apakah diobati atau tidak. Sebagai antisipasi
3
dan waspada dari hipertensi ini, para ahli medis selalu mengingatkan semua orang untuk
mengetahui faktor risiko yang mungkin dapat menjadi pemicu terjadinya hipertensi.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat yang diperoleh dari penyusunan tugas khusus apotek ini,
yaitu :
3. Mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
professional
4. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung
4
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1. Resep
Padang, 11 / 9 - 2020
R/ Lipitor 20 No. XXX
S1dd malam
R/ Candersartan 8 No. XV
S1dd pagi
R/ Amlodipin 5 No. XV
S1dd malam
5
2.3 Pengkajian Resep
1. Pengkajian Administratif
2. Pengkajian Farmasetis
a. Lipitor
6
Bentuk Sediaan Tablet
Kekuatan 20 mg
Jumlah Obat 30 tablet
Signa atau aturan pakai Ada (S1dd I : sehari satu kali satu kaplet)
malam hari
Ketersediaan Ada
Aturan atau cara dispensing Obat diberikan dalam bentuk tablet
atorvsstatin calicium sebanyak 30 tablet
(tidak diracik)
Kesesuian Dosis
Dosis Literatur Dosis di resep
PO : 20 mg 1x sehari 1 x 20mg = 20 mg/hari
(AHFS, Drug Information
Essentials)
Dosis : 20 atau 40 mg per hari
(AHFS, Drug Information
Essentials)
Kesimpulan Dosis obat yang diberikan ke pasien
sesuai dengan dosis literatur.
b. Candersartan
7
sebanyak 15 tablet (tidak diracik)
Kesesuian Dosis
Dosis Literatur Dosis di resep
PO : 8-32 mg/hari diberikan dalam 8 mg x 1 = 8 mg/hari
dosis tunggal atau terbagi (AHFS).
Kesimpulan Dosis obat yang diberikan ke pasien
sesuai dengan dosis literatur.
c. Amlodipin
8
3. Pengkajian Farmasi Klinis
a. Lipitor
Ada/Tidak
Pengkajian Farmasi
No Ada Keterangan
Klinik
Masalah
Indikasi: Mengurangi
kenaikan kolesterol total,
kolesterol-LDL
Ketepatan indikasi dengan
1. Tidak ada
kondisi pasien Pemberian obat sudah
sesuai dengan indikasi
dan penggunaannya.
Pemberian obat sudah
Kesesuaian dosis dengan
2. Tidak Ada sesuai dengan dosis
kondisi pasien
penggunaannya.
Aturan dan cara Pemberian obat sudah
3. Tidak Ada
penggunaan obat tepat
Tidak ada riwayat alergi
4. Riwayat alergi Tidak Ada
obat pada pasien.
Mual, muntah, diare, dan
5. ESO Tidak ada
sakit perut (MIMS)
Hal-hal khusus terhadap
6. Tidak Ada -
pasien
b. Candersartan
Ada/Tidak
Pengkajian Farmasi
No Ada Keterangan
Klinik
Masalah
Indikasi : Hipertensi
Ketepatan indikasi dengan
1. Tidak Ada Pemberian obat sudah
kondisi pasien
sesuai dengan indikasi
9
dan penggunaannya.
Pemberian obat sudah
Kesesuaian dosis dengan
2. Tidak Ada sesuai dengan dosis
kondisi pasien
literatur.
Aturan dan cara Pemberian obat sudah
3. Tidak Ada
penggunaan obat tepat.
Tidak ada riwayat alergi
4. Riwayat alergi Tidak Ada
obat pada pasien.
Pusing, diare,
5. ESO Tidak Ada
hiperurisemia.
Hal-hal khusus terhadap
6. Tidak Ada -
pasien
c. Amlodipin
Ada/Tidak
Pengkajian Farmasi
No Ada Keterangan
Klinik
Masalah
Indikasai : Hipertensi
Ketepatan indikasi dengan Pemberian obat sudah
1. Tidak Ada
kondisi pasien sesuai dengan indikasi
dan penggunaannya.
Pemberian obat sudah
Kesesuaian dosis dengan
2. Tidak Ada sesuai dengan dosis
kondisi pasien
penggunaannya.
Aturan dan cara Pemberian obat sudah
3. Tidak Ada
penggunaan obat tepat.
Tidak ada riwayat alergi
4. Riwayat alergi Tidak Ada
obat pada pasien.
Lelah, pusing, jantung
5. ESO Tidak Ada berdegup kencang, sakit
perut (Medscape).
10
Hal-hal khusus terhadap -
6. Tidak Ada
pasien
4. Pemberian Informasi Obat
a. Lipitor
b. Candersartan
c. Amlodipin
11
Penyimpanan : Simpan obat dikotak obat, atau tempat yang
sejuk dan tidak terkena cahaya matahari
langsung, jauh dari jangkauan anak-anak
Interaksi : -
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas
Efek Samping : Kulit memerah, sensasi kulit terbakar, dan
gatal.
2.4 Penyakit
2.4.1 Hipertensi
a. Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu penyakit meningkatnya tekanan darah arteri
yang dapat membahayakan system organ dan mempunyai factor resiko terhadap
120/80 mmHg dan terjadinya krisis hipertensi saat tekanan darah ≥ 180/120
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
b. Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
(essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah
12
disembuhkan secara potensial (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
2006).
c. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri
dalam millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur,
tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh
selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik
jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara
d. Manifestasi Klinis
13
yang utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali
atau lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis
sakit kepala, seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan
e. Klasifikasi Hipertensi
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua
dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg dan tekanan
klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage)
hipertensi , dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat
14
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah (ESH/ESC, 20013)
f. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel
arteri dan
mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya
organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar.
transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal
15
ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik, 2006).
g. Penatalaksanaan Hipertensi
- Inisiasi Terapi Hipertensi
Begitu banyak definisi mengenai hipertensi, dari perspektif klinis
definisi yang dianggap paling pas: hipertensi adalah “level tekanan darah
Hal yang berbeda didapat pada JNC-8 yang menyatakan bahwa batas
inisiasi terapi adalah 140/90 mmHg untuk dewasa umur <60 tahun tetapi
merekomendasikan batasan yang lebih rendah yaitu pada usia >60 tahun.
16
- Target Terapi Hipertensi
Target ideal dari terapi tekanan darah tergantung dari populasi
umum. Sampai saat ini target tekanan darah adalah < 140/90 mmHg untuk
untuk mereka yang berisiko tinggi yaitu pasien dengan diabetes, penyakit
untuk guideline JNC VIII, usia <60 tahun target kendali TD adalah sama
sistole sekitar 7-13 mmHg dan diastole sekitar 4-8 mmHg Terdapat
dosis rendah, atau CCB untuk pasien yang bukan ras kulit hitam. Terapi
awal untuk ras kulit hitam yang direkomendasikan adalah diuretic thiazide
indikasi khusus.
17
Guideline UK NICE memakai pendekatan berbeda, menekankan
pilihan obat awal pada hipertensi. Hal ini selanjutnya diadaptasi oleh
guideline JNC VIII. Rasionalisasi dari konsep ini adalah RAAS bersifat
lebih aktif pada usia muda jika dibandingkan pada usia tua dan ras kulit
ARB pada usia <55 tahun, bukan ras kulit hitam sedangkan CCB untuk
untuk usia >55 tahun (bukan ras kulit hitam) dan ras kulit hitam dengan
semua rentang usia. Batasan untuk rekomendasi ini adalah: (1) diuretics
thiazide lebih dipilih dibandingkan CCB untuk kondisi gagal jantung atau
pasien dengan risiko tinggi untuk mengalami gagal jantung; (2) ACE
inhibitor atau ARB tidak digunakan pada wanita hamil, dalam kondisi ini
pasien gagal jantung kronik, angina simtomatik, atau pasca infark miokard.
lebih mahal dari segi pembiayaan jika dipakai sebagai terapi awal.
18
Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium
Terapi Farmakologi
Diuretik
Diuretik, terutama golongan tiazid, adalah obat lini pertama
minum diuretik harus pagi hari untuk yang 1x/hari, pagi dan sore
19
untuk yang 2x/hari untuk meminimalkan diuresis pada malam hari.
nyata.
2006).
Pada studi dengan lansia, ACEI sama efektifnya dengan diuretik dan
penyekat beta, dan pada studi yang lain ACEI malah lebih efektif.
20
mendekati diuretik. ACEI menghambat perubahan angiotensin I
21
arteriol efferen dari glomerulus. ARB tidak memblok reseptor
darah.
Penyekat Beta
22
adalah obat utamanya, dan penyekat beta ditambahkan untuk
yaitu efek:
Kardioselektif (cardioselektivity)
ISA (intrinsic sympathomimetic activity)
Mestabilkan membran (membran-stabilizing)
Penyekat beta yang mempunyai afinitas yang lebih besar
23
Calcium Channel Blocker (CCB)
membran sel. Ada dua tipe voltage gated calcium channel: high voltage
channel (tipe L) dan low voltage channel (tipe T). CCB yang ada hanya
resiko tinggi.
24
lain dari dihidropiridin adalah pusing, flushing, sakit kepala, gingival
Penyekat Alfa1
pertama. Efek samping dapat juga terjadi pada kenaikan dosis. Episode
mau tidur. Hipotensi ortostatik dan pusing dapat berlanjut terus dengan
Agonis α2 sentral
25
Klonidin dan metildopa menurunkan tekanan darah terutama
untuk hipertensi yang resistan, dan metildopa adalah obat lini pertama
Kejadian hipotensi ortostatik dan pusing lebih tinggi dari pada dengan
cukup banyak seperti sedasi, mulut kering, konstipasi, retensi urin, dan
2006).
Reserpin
26
Reserpin menurunkan tekanan darah dengan mengosongkan
paruhnya lambat sehingga dosis pemberian satu kali per hari. Tetapi,
27
dapat diatasi dengan penggunaan penyekat beta bersamaan (Direktorat
2.4.2 Dislipidemia
a. Defenisi Dislipidemia
dan mencakup spectrum yang luas. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar
28
Tabel 1. Nilai normal kadar kolesterol total, HDL, dan LDL.( Dipiro et al, 2015)
rendah
mmol/L)
4,13mmol/L 4,90mmol/L)
b. Klasifikasi Dislipidemia
1. Dislipidemia Primer
29
2. Dislipidemia Sekunder
dislipidemia dapat disebabkan oleh gagal ginjal akut, dan penyakit hati
(Grundy, 2004).
c. Etiologi Dislipidemia
seperti:
30
Faktor Usia
Faktor Genetik
diturunkan secara berpasangan memerlukan satu gen dari ibu dan satu
Faktor Kegemukan
Kelebihan berat badan ini juga bisa disebabkan oleh makanan yang
31
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan dapat
Faktor Olahraga
meningkatkan kadar kolesterol baik atau HDL dalam tubuh. Selain itu
(Arisman, 2008).
Faktor Merokok
32
metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol HDL
Faktor Makanan
d. Patofisiologi Dislipidemia
sebagai kompleks lipid dan protein (lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut
dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur eksogen yaitu
trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
sebagai kilomikron. Selain kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus
juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus
halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang
berasal dari hati disebut lemak eksogen. Jalur endogen yaitu trigliserida dan
kolesterol yang disintesis oleh hati mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh
33
Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar
dan kadar kolesterol HDL, makin tinggi kadar HDL maka HDL bersifat
e. Penatalaksanaan Terapi
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak trans tidak jenuh sampai <
b) Aktivitas Fisik
34
dengan pengeluaran minimal 200 kkal/hari. Kegiatan yang disarankan
harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau beberapa sesi sepanjang
2. Terapi Farmakologi
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari terapi farmakologi
dan HDL dalam darah. Tujuan jangka panjang untuk mencegah terjadinya
1. Golongan Statin
2015). Terapi kombinasi antara Statin dengan BARs ( Bile Acis Resins)
35
juga rasional karena Ezetimibe dapat menghambat penyerapan
10 mg, 20 mg, 40 mg
Atorvastatin Tablet
10 mg, 20 mg, 40 mg
Lovastatin Tablet
Pravastatin Tablet
20 mg, 40 mg, 80 mg
Fluvastatin Kapsul
36
Pada tahun 2011, FDA Amerika Serikat mengeluarkan rekomendasi baru
dosis maksimum (80 mg) berhubungan dengan miopati atau jejas otot terutama
dianjurkan diresepkan bagi pasien baru, melainkan bagi mereka yang telah
menggunakan dosis tersebut selama 12 bulan berturutan tanpa keluhan atau gejala
miopati.
2. Golongan Fibrat
efektif dalam mengurangi VLDL, LDL, dan nilai kolesterol total. Konsentrasi HDL
sintesis VLDL dan lebih beresiko menyebabkan miopati dibandingkan fenofibrat jika
dikombinasi dengan Statin. Jika Fibrat diberikan bersamaan dengan statin maka
sebaiknya waktu pemberiannya dipisah, misalnya Fibrat pada pagi hari dan Statin
Fenofibrat merupakan golongan fibrat yang baik jika dikombinasi dengan Statin untuk
samping Fibrat yaitu gangguan gastrointestinal (GI) terjadi pada 3%-5%, ruam, pusing,
empedu di dalam usus dan meningkatkan LDL. BARs digunakan untuk mengobati
37
Colestipol 5 mg – 30 mg, dan Colesevalam 3,8 mg - 4,5 mg. penggunaan dosis tinggi
Pada dosis maksimum obat ini sering menimbulkan rasa tidak nyaman pada abdomen
(Dipiro et al, 2015) Efek samping BARs yaitu konstipasi, kembung, obstruksi GI, dan
loperamid, hydrochortison. Interaksi obat dapat dihindari dengan selang waktu 6 jam
atau lebih antara BARs dengan penggunaan obat lain (Dipiro et al, 2015).
3. Ezetimibe
tanpa mempengaruhi absorbsi nutrisi yang larut dalam lemak dan merupakan pilihan
yang tepat untuk meningkatkan efektivitas terapi yang dikombinasi dengan Statin.
kolesterol LDL 18%. Bila dikombinasi dengan Statin maka dapat menurunkan LDL
dengan kekuatan 10 mg, 20 mg, 40 mg, atau 80 mg (Dipiro et al, 2015).Efek samping
Ezetimibe yaitu dapat mengalami gangguan gastrointestinal (GI) 4%, sakit kepala,
4. Golongan Niacin
Niacin merupakan obat penurun lipid yang dapat mengurangi sintesis dalam
hati dari VLDL. Niacin juga dapat meningkatkan HDL dengan mengurangi
38
golongan Niacin sangat baik bila dikombinasi dengan Statin karena dapat
menghasilkan kadar lipid dalam plasma yang signifikan (Dipiro et al, 2015).
5. Pilihan Terapi
Berdasarkan mekanisme kerja dan efeknya terhadap faksi lipid dari masing-
masing golongan obat hipolipidemik tersebut maka pilihan terapi untuk pasien
LDL berdasarkan hasil berbagai penelitian tentang efektivitas obat ini dalam
Bile acid seguestrans dapat menurunkan K-LDL dan apo B serta sedikit
LDL dan apo B, khususnya pasien pasien yang tidak dapat mentoleransi
pasien PJKyang tidak mencapai target K-LDL dengan statin dosis maksimal
yang sangat tinggi atau target terapi K-LDL ataupun K-Non HDL tidak
diantaranya:
39
Statin dengan bile acid sequestrans. Penambahan colestipol atau kolestiramin
ataupun colesevelam pada pasien yang telah mendapatkan terapi statin akan
dapat menambah penurunan kadar K-LDL hingga 15- 30% dan terbukti dapat
dengan kadar K-LDL yang sangat tinggi atau pada pasien yang tidak dapat
(evolocumab).
hingga saat ini masih menjadi perdebatan, namun dari hasil berbagai penulusuran
pada subyek yang tergolong risiko tinggi dengan kadar trigliserid >200 mg/dl dan
40
c) Pada pasien hipertirigliseridemia dengan risiko kardiovaskular yang tinggi, maka
risiko kardiovaskular.
pasien dengan kadar TG yang sangat tinggi (>500 mg/dl). Dosis yang
terkontrol dengan statin ataupun fibrat, maka dapat ditambahkan asam lemak
41
BAB III
TINJAUAN KOMPETENSI
Apoteker dalam berpraktek harus secara legal dan memenuhi kode etik, salah satunya
memenuhi kode etik apoteker dan tidak menyalahi aturan hukum, beberapa diantaranya:
Dalam menjalankan tugasnya seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian.
Saat memulai komunikasi dengan pasien awali dengan salam dan perkenalkan diri
serta memohon izin untuk menjelaskan informasi terkait obat yang akan diberikan. Jika
pasien berkenan, tanyakan kepada pasien apa keluhan yang dirasakan, apa penyakit yang
dialami pasien, apa yang dikatakan dokter tentang obat yang diberikan, apa yang dikatakan
dokter tentang aturan pakai obat yang diresepkan, dan apa yang dikatakan doker tentang efek
yang diharapkan setelah menggunakan obat. Tujuan diajukannya pertanyaan ini adalah agar
42
tidak terjadi pemberian informasi yang tumpang tindih dan melengkapi informasi yang telah
Jika pasien merespon dengan benar bisa dilanjutkan ketahap pelayanan informasi
obat. Memastikan kepada pasien maupun keluarga pasien bahwa pasien tidak ada riwayat
alergi terhadap obat-obat tertentu, ada tidaknya riwayat penyakit yang sama pada keluarga,
pernahkah pasien mengalami hal yang sama sebelumnya, adakah meminum obat saat
mengalami sakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sebelumnya, kegiatan, makanan
dan minuman yang dikonsumsi pasien sebelumnya yang memungkinkan pasien menderita
menggali informasi dari pasien agar dapat dipastikan obat yang diberikan sesuai dengan
kondisi pasien.
Informasi yang diberikan oleh Apoteker kepada pasien mulai dari nama obat yang
diberikan, indikasi dari setiap obat yang diberikan, aturan dan cara menggunakan obat,
efek yang tidak diharapkan yang mungkin muncul setelah menggunakan obat serta
bagaimana cara mengatasinya, dan hal – hal yang harus dihindari yang dapat
pengobatan, seperti gaya hidup yang sehat. Apoteker juga harus menyampaikan cara
penyimpanan obat yang benar kepada pasien, sehingga obat terjamin mutunya selama
Komunikasi yang baik harus terjadi secara 2 arah, agar terjalin kedekatan antara
Apoteker dengan pasien, sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dengan baik.
yang diterima pasien. Apoteker dapat memberikan kontak yang dapat dihubungi oleh
pasien, apabila pasien mempunyai pertanyaan tentang obat yang diterima. Hal ini juga
43
sebagai wadah apoteker untuk menjalankan perannya dalam memonitoring efek terapi dan
dalam memberikan konseling kepada pasien ataupun keluarga pasien. Tujuannya agar
tidak terjadi pemberian informasi yang tumpang tindih dan melengkapi informasi yang
telah diberikan oleh dokter. Bentuk Three Prime Questions yang ditanyakan, antara lain :
- Dokter menjelaskan diharapkan setelah minum obat ini kadar kolesterol total dan tekanan
Pada saat pemberian konseling, perlu dijelaskan kepada pasien bahwa obat yang
diberikan harus diminum secara rutin sesuai dengan aturan pakai dan dihabiskan dalam 1
bulan pemakaian untuk lipitor 15 hari pemakaian untuk candersartan dan amlodipin.
Penulisan aturan pakai pada etiket harus jelas dan dapat dimengerti oleh pasien, bila perlu
tulis juga fungsi obat tersebut pada etiketnya. Selanjutnya, pasien juga perlu diingatkan
untuk selalu periksa kadar kolesterol dan tekanan darah. Pada saat control atau mengambil
obat setiap bulan diingatkan pasien untuk membawa obat sebelumnya agar dapat diketahui
tingkat kepatuhan pasien. Kepatuhan pasien dalam meminum obat dapat dinilai dari
jumlah sisa obat dengan waktu yang ada. Apoteker sebaiknya memiliki catatan atau
dokumen patient medical record dari pasien-pasien yang diberikan konseling sehingga
44
dapat mengetahui kapan terakhir pasien mengambil obat dan bagaimana perkembangan
pasien.
terhadap obat yang diresepkan agar dapat mengambil keputusan pengobatan yang tepat
sehingga tercapai penggunanaan obat yang aman dan efektif. Dari obat yang diresepkan,
pemilihan kombinasi obat Hipertensi pasien sudah sesuai karena kondisi pasien juga
arterosklerosis sehingga obat hipertensi yang sesuai adalah golongan Calcium Chanel Bloker
(Amlodipine) dan golongan ACEI/ARB. Selain itu juga ditambah obat untuk dislipidemia
yaitu lipitor (atorvastatin calcium) yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol total
pada pasien, pemilihan obat sudah sesuai karena kadar kolesterol total yang meningkat pada
pasien sehingga pilihan obat yang tepat adalah golongan statin. Efek samping yang mungkin
terjadi yaitu pusing, mual, muntah, badan terasa lemas, dll. Ketika efek samping muncul
disarankan untuk beristirahat dan tidak menghentikan penggunaan obat. Apabila efek
samping dirasakan sangat mengganggu dan tidak tertahankan, segera konsultasi ke dokter.
Proses dispensing terdiri dari proses penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
obat. Tahap awal adalah melakukan skrining resep yang bertujuan melihat legalitas resep
tersebut, mulai dari skrining administratif, farmasetik dan pertimbangan klinis, Apablia telah
sesuai dilanjutkan proses penyiapan obat dari resep. Pasien mendapatkan tiga macam obat
yang merupakan obat untuk pemberian oral sehingga etiket yang digunakan yaitu etiket
berwarna putih.
45
Berikut alur dispensing yang dilakukan:
Resep diterima dan dilakukan skrinning secara administratif, farmasetik dan klinis.
Resep diberi harga dan dikonfirmasi kepasien. Pasien setuju mengambil semua obatnya
Lipitor diambil 30 tablet, dimasukkan kedalam plastik obat yang sudah disertakan etiket
putih. Kemudian ditulis aturan pakai 1 x sehari 1 tablet diminum pada malam hari
Candesartan diambil sebanyak 15 tablet, dimasukkan ke dalam plastik obat yang sudah
disertakan etiket putih. Kemudian ditulis aturan pakai 1 x sehari 1 tablet segera setelah
Amlodipin diambil sebanyak 15 tablet dimasukkan ke dalam plastik obat yang sudah
disertakan etiket putih. Kemudian ditulis aturan penggunaanya 1 x sehari 1 tablet, diminum
Selanjutnya, obat diserahkan kepada pasien dan diberikan konseling mengenai obat seperti
nama obat, kegunaan, dosis, aturan pakai, efek samping yang mungkin timbul dan cara
mengatasinya. Informasi lain yang dapat disampaikan adalah mengenai terapi non
Pasien tidak mendapatkan resep racikan sehingga sediaan yang digunakan adalah
memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien. Ketika melakukan
skrining resep, apoteker juga sebaiknya mengetahui kondisi pasien (diagnose dokter). Jika
terdapat hal-hal yang meragukan terkait dosis dan indikasi obat terutama bila terdapat
46
Selain itu, ketika penyerahan obat, apoteker menginformasikan kepada pasien poin-poin
penting seperti cara penggunaan obat dan kepatuhan dalam mengkonsumsi obat.
Penatalaksanaan terapi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah pasien dan kadar
kolesterol total. Untuk mencapai terapi yang berhasil, dibutuhkan kerjasama yang erat dan
terpadu antara pasien dan keluarga dengan para tenaga kesehatan yang menanganinya.
Pentingnya peran apoteker dalam keberhasilan pengelolaan penyakit ini karena tingkat
keberhasilan atau outcome terapi dari pengobatan tergantung pada kepatuhan pasien dalam
minum obat sehingga diperlukan peran apoteker untuk meyakinkan pasien untuk patuh
minum obat, Peluang ini harus dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh apoteker
penatalaksanaan penyakit, apoteker tidak hanya dapat terlibat dalam aspek farmakoterapi
atau yang berhubungan dengan obat semata, tetapi lebih luas lagi, mulai dari skrining
resep sampai dengan pencapaian terapi pasien. Masalah ini memberikan kesempatan
apoteker berfokus kepada pengendalian kolesterol dan tekanan darah pasien, termasuk
Upaya pencegahan serta promosi kesehatan dapat dilakukan baik secara langsung
berkomunikasi dengan pasien ataupun dengan berupa poster atau media. Diantaranya
yaitu :
Melakukan diet sehat untuk menurunkan berat badan bagi yang obesitas
47
Menghindari memakan makanan yang mengandung banyak gula, tinggi kadar lemak
dan garam
Melakukan pemeriksaan kolesterol dan tekanan darah rutin minimal satu kali dalam
sebulan.
Seorang apoteker dalam melakukan pengadaan dan pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan agar tersedia secara efektif dan efisien, maka seorang apoteker harus mempunyai
kemampuan dalam menyusun suatu rencana mengenai pemasaran obat dan alat kesehatan
sehingga obat yang diterima ataupun yang dikeluarkan ke pasaran berada dalam jumlah yang
tepat. Menurut Permenkes RI no. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
apotek, Tugas apoteker di apotek yaitu melaksanakan managerial dan farmasi klinis,
managerial meliputi perencanaan sampai pencatatan dan pelaporan, sedangkan farmasi klinis
yaitu dimulai pengkajian resep sampai kegiatan konseling. Peran apoteker dalam managerial
Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan untuk memperkirakan kebutuhan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang akan dipesan. Rencana pembelian disusun untuk selalu menjamin
memegang prinsip efektif dan efisien yaitu selain agar barang tersedia juga
memperhatikan efisiensi dari segi biaya. Oleh karena itu diperlukan suatu dasar atau
sistem yang menjadi acuan dalam pengadaan barang. Perencanaan pengadaan barang di
48
Pengadaan
Pengadaan barang dengan metode analisis pareto berdasarkan penjualan yaitu dengan
melihat jumlah penjualan barang sebelumnya selama periode waktu tertentu. Hasil
analisis pareto berupa daftar seluruh obat yang disusun berdasarkan besarnya omzet,
mulai dari barang atau obat yang menghasilkan omzet terbesar bagi apotek hingga obat
yang menghasilkan omzet terkecil bagi apotek. Dengan begitu, akan ditentukan obat
yang penjualannya tinggi, sedang ataupun rendah sehingga perencanaan barang dapat
lebih efektif dan efisien. Pengadaan dilakukan untuk obat-obatan yang persediannya
mulai berkurang
Pemesanan
ke PBF dibuat dalam satu surat pesanan yang ditandatangani oleh Apoteker
Penanggungjawab Apotek yang di dalamnya harus terdapat nomor Surat Izin Praktik
Apoteker. Surat pesanan dibuat rangkap 2 yang terdiri dari warna putih (asli) dan warna
kuning untuk arsip. Untuk pengadaan barang yang sifatnya insidental (mendadak)
Penerimaan
Penerimaan obat merupakan tanggung jawab apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
ketidaksesuaian pesanan dengan barang yang datang. Ketika obat dan alkes datang ke
apotek, maka akan dicek faktur pembelian dengan obat yang datang dan disesuaikan
dengan surat pemesanan. Selain itu kondisi barang, nomor batch dan expire date juga di
cek. Penerimaan obat narkotika dan psikotropika di apotek Madya dilakukan oleh
apoteker langsung, dan jika apoteker berhalangan diwakilkan oleh tenaga teknis
49
kefarmasian yang memiliki SIPTTK yang telah diberi kuasa oleh apoteker, dan untuk
obat-obatan selain narkotika dan psikotropika umumnya diterima oleh tenaga teknis
Penyimpanan
Barang disimpan pada tempat yang bersih, aman, tidak kena cahaya matahari langsung,
atau tidak lembab. Barang disusun dengan cara mengelompokkan barang berdasarkan
bentuk sediaan, kemudian disusun menurut abjad secara FIFO dan FEFO.
1. Kapsul, tablet dan kaplet dalam bentuk obat paten disimpan dalam kemasan
3. Obat tetes mata, tetes telinga, salep, krim dan injeksi, disimpan dalam kemasannya
6. Obat-obat narkotik dan obat psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang
terkunci.
7. Bahan baku untuk keperluan peracikan, alat-alat peracikan dan wadahnya disimpan
50
8. Obat-obat bebas dan peralatan kesehatan disusun dalam etalase pada bagian
penerimaan resep.
Perlengkapan lainnya seperti plastik, sendok sirup dan pipet tetes diletakkan dalam kotak
Pendistribusian
Pendistribusian obat di apotek Madya meliputi pembelian obat resep, pembelian obat
bukan resep dan kerjasama dengan rumah sakit atau instansi pemerintahan. Pembelian
obat resep meliputi tahap penerimaan resep, skrining resep, selanjutnya pemeriksaan
ketersediaan obat, perhitungan harga, kemudian memberitahu pasien total harga obat,
jika pasien setuju maka obat akan disiapkan dan dilakukan pemeriksaan ulang sebelum
Pengendalian
(Surat pesanan, faktur) dan penyimpanan (kartu stok), sedangkan pelaporan yang
dilakukan apotek Madya adalah pelaporan narkotika dan psikotropika melalui aplikasi
SIPNAP, obat-obat tertentu dan obat yang mngandung prekursor kepada dinas kesehatan
51
3.8 Aspek Kepemimpinan dan Manajemen Diri
dengan peraturan yang berlaku serta mempertimbangkan aspek kemanusiaan dalam bertindak.
Apoteker harus memberikan contoh teladan yang baik dan benar dalam manajemen apotek.
Selain itu, apoteker juga wajib memberikan pelayanan, mengambil keputusan yang
baik, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidisipliner, kemampuan mengelolan SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karir
Membuat dan menetapkan peraturan atau SOP pada setiap fungsi kegiatan apotek
jawab masing-masing.
Memberikan pelayanan dan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien, dokter,
Mampu mangambil keputusan dengan tepat dan cepat terutama dalam menetukan
apotek, salah satu peran apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian yaitu menjadi
pembelajar seumur hidup, apoteker harus meningkatkan pengetahuan, sikap serta ketrampilan
52
profesi melalui pendidikan berkelanjutan serta harus memanfaatkan kemajuan teknologi
kefarmasian. Dengan cara itu apoteker akan mampu mengembangkan diri serta mengevaluasi
Upaya yang harus dilakukan apoteker untuk meningkatkan kompetensi diri antara lain:
2. Menerapkan farmasi klinis (konseling, home pharmacy care, Pemberian Informasi Obat
(PIO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pemantauan Terapi Obat (PTO).
internet).
53
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. Peran apoteker sangat penting dalam manajerial pengobatan pasien demi tercapainya
efek terapi yang diinginkan. Sebagai apoteker, sudah merupakan kewajiban dalam
2. Dari resep yang diserahkan pasien dapat diketahui bahwa pasien menderita Hipertensi
dan Dislipidemia
3. Obat Hipertensi dan Dislipidemia yang diberikan sudah sesuai dengan penyakit yang
4. Apoteker harus mampu memberikan informasi mengenai obat yang diterima pasien,
untuk itu apoteker harus selalu memprbaharui ilmu dan lebih meningkatkan kepercayaan
5. Komunikasi yang baik antara Apoteker dan pasien akan menyebabkan tingkat kepatuhan
minum obat meningkat, ketepatan cara penggunaan obat sehingga efek terapi yang
diharapkan tercapai.
4.2 Saran
1. Perlunya pemantauan serta pendampingan pada pasien dalam mengkonsumsi obat tidak
hanya dari apoteker melainkan juga dari keluarga terdekat dan pasien perlu melakukan
penjagaan pola hidup sehat terutama pada asupan makanan yang dikonsumsi pasien.
54
DAFTAR PUSTAKA
55
1