Disusun oleh :
Desqi Vigia Anggis Dwimantara
20/458146/KH/10516
Dosen Pembimbing :
Dr. drh. Dwi Priyowidodo, M.P.
Gambar 3. Siklus hidup B.coli (1-2) sista, (2.1) tropozoit, (CI) silia, (CW)
dinding sista, (CY) sitopige, (MA) makronukleus, (MI)
mikronukleus) (Mehlhorn, 2008).
Patogenesis
Penyakit yang ditimbulkan oleh Balantidium coli hampir mirip dengan
penyakit yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Predileksi dari B. coli
adalah pada usus besar (terutama kolon). Di selaput lendir usus besar, bentuk
vegetatif membentuk abses-abses kecil yang kemudian pecah menjadi ulser.
Infeksi B. coli dapat menyebabkan dua bentuk infeksi yaitu infeksi kronis dan
infeksi akut. Infeksi kronis, bersifat asimptomatis dan tanda klinis yang muncul
tidak spesifik. Infeksi akut, akan menunjukan disentri, anoreksia, penurunan berat
badan, diare berdarah.
Meskipun Balantidium coli biasanya berada di lumen inangnya, tropozoit dapat
menyerang mukosa usus besar (sekum dan kolon). Invasi B. coli tergantung oleh
enzim proteolitik yang diproduksi sehingga menyebabkan kerusakan pada
permukaan epitel usus. Protozoa B. coli dapat melakukan invasi ke dalam mukosa
usus dengan melepaskan enzim proteolitik (seperti hyaluronidase). Enzim ini
dapat mengakibatkan kerusakan epitel seperti ulser sampai nekrosis dan
perdarahan, serta adanya respons seluler dari limfosit dan polimorfonuklear
(Kennedy, 2006).
Gejala Klinis
Penyakit ini muncul dalam tiga bentuk utama yaitu akut, kronis dan
fulminasi. Bentuk akut balantidiasis ditandai dengan penurunan berat badan, abses
hati, perforasi usus besar, dan radang usus buntu, diare kronis, Bentuk kronis
ditandai dengan kelemahan otot, penurunan berat badan dan diare intermitten.
Bentuk fulminasi ditandai dengan kelemahan dan nekrosis mukosa usus besar.
Babi juga dapat menunjukkan tanda klinis nyeri abdomen, desentri dan kloitis.
Masa inkubasi Balantidium coli berkisar 3-6 hari (Kennedy, 2006).
Gambar 4. Gejala Klinis B. coli. (A) Pada kolon dan usus halus mengalami
distensi, hemoragik dan edema (B) Pengamatan pada usus halus
mengalami penipisan mukosa usus, sedangkan perdarahan dominan
pada kolon dan sekum (Purnama et al., 2019).
Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada anamnesa, post mortem, deteksi tropozoit dalam
sampel feses dari hewan bergejala atau dalam jaringan yang dikumpulkan selama
endoskopi. Balantidium coli dilewatkan secara intermiten ke luar usus besar dan
hancur dengan cepat. Dengan demikian spesimen feses harus dikumpulkan
berulang kali, dan segera diperiksa atau diawetkan untuk meningkatkan deteksi
parasit. Spesimen biopsi dapat diperiksa untuk identifikasi parasit dengan
pewarnaan preparat histologi dengan metode parafin dan pengamatan tingkat
kerusakan jaringan. Sejauh ini, metode molekuler belum banyak digunakan untuk
mendeteksi B. coli, metode molekuler digunakan untuk memvalidasi dan
mengidentifikasi spesies Balantidium (Taylor et al., 2016).
Pemeriksaan
Pemeriksaan balantidiosis yang umum dilakukan yaitu dengan
pemeriksaan histopatologis organ pencernaan dengan metode parafin dan
pemeriksaan sampel feses. Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
sampel feses yaitu metode natif dan apung. Pemeriksaan parasitologi
menggunakan sampel feses dan kolon (Winaya et al., 2011).
a. Metode Natif
Metode natif (direct slide) dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat
dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi ringan sulit untuk
menemukan telur. Metode natif dilakukan dengan cara mencampur feses
dengan air secukupnya. Setelah itu larutan diteteskan di atas gelas objek dan
ditutup dengan kaca penutup, lalu diamati di bawah mikroskop (10x10) dan
dilanjutkan dengan pembesaran kuat. Larutan yang digunakan adalah larutan
NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%. Penggunaan eosin 2% dimaksudkan
untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya
(Agustina et al., 2016).
b. Metode Apung
Metode ini menggunakan larutan garam jenuh atau gula jenuh sebagai alat
untuk mengapungkan telur. Metode apung dipakai terutama untuk
pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerja dari metode ini
berdasarkan Berat Jenis (BJ) telur-telur yang lebih ringan daripada BJ larutan
yang digunakan sehingga telur-telur terapung dipermukaan, dan juga
memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja
(Djaenudin, 2009).
c. Metode Parafin
Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan
melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan
preparat jaringan hewan yang tipis. Setelah babi dinekropsi, dilakukan
pengambilan terhadap organ yang menunjukkan adanya kelainan, selanjutnya
disimpan dalam pot yang sudah mengandung netral buffer formalin 10 %.
Sampel jaringan usus yang menunjukkan adanya perubahan dipotong kecil-
kecil sesuai ukuran dan didehidrasi di dalam larutan alkohol mulai dari
konsentrasi 70%, 95% dan absolut, kemudian dijernihkan dalam larutan xylol.
Jaringan tersebut kemudian diinfiltrasi menggunakan parafin cair dan
direndam dalam blok parafin agar parafin masuk ke seluruh bagian jaringan.
Blok parafin kemudian dipotong dengan ketebalan 5 mikron untuk diwarnai
menggunakan zat warna hematoksilin dan eosin (HE) (Djaenudin, 2009).
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan dilakukan dengan memperbaiki sanitasi kandang/lingkungan
yang meliputi kebersihan secara umum. Pengobatan untuk Balantidium coli dapat
menggunakan tertasiklin. Pilihan lain untuk pengobatan balantidiosis adalah
antiprotozoa seperti metrobidazol dan iodoquinol. Pengobatan lain yang dapat
dilakukan yaitu dengan oksitetrasiklin atau kombinasi meronidazole dan
furazolidone (Kennedy, 2006).
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan parasitologi dengan sampel feses dan kolon,
babi mengalami infeksi Balantidium coli.
Yogyakarta, 13 November 2020
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa Koasistensi Diagnosa
Parasitologi Laboratorik
Daftar Pustaka
Agustina, K.K., Sudewi, N. M. A. A., Dharmayudha, A. A. G. O., Oka, I.B.M.
2016. Identifikasi Dan Prevalensi Infeksi Protozoa Saluran Cerna Anak Babi
Yang Dijual Di Pasar Tradisional Di Wilayah Provinsi Bali. Buletin
Veteriner Udayana, 8 (1) : 17-24.
Dewi, K. dan Nugraha, R.T.P. 2007. Endoparasit Pada Feses Babi Kutil (Sus
Verrucosus) Dan Prevalensinya Yang Berada Di Kebun Binatang Surabaya.
: Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 – 19.
Djaenudin, N. 2009. Dasar-Dasar Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Kennedy MJ. 2006. Balantidium in Swine. Agriculture, Food and Rural
Deveolpment. AGRI-FACTS.
Mehlhorn, Heinz. 2008. Encyclopedia of Parasitology Third Edition. USA :
Springer.
Purnama, K.A., Kardena, A.M., Berata, I.K., Winaya, I.B.O., Adi, A.M. 2019.
Laporan Kasus: Patologi Balantidiosis pada Babi. Indonesia Medicus
Veterinus. Januari 2019, 8(1): 1-8.
Schmidt, G.D. dan Roberts, L.S. 2009. Foundations Of Parasitology Eighth
Edition. USA : McGraw-Hill.
Solaymani-Mohammadi, S. 2006. Review : Zoonotic Implications Of The Swine-
Transmitted Protozoal Infections. Veterinary Parasitology. 140 : 189–203.
Taylor, M. A., Coop, R. L., Wall, R. L. 2016. Veterinary Parasitology Fourth
Edition. New Delhi: Wiley Blackwell.
Winaya, I.B.O., Bearata, I.K., Apsari, I.A.P. 2011. Kejadian Balantidiosis pada
Babi Landrace. Jurnal Veteriner. Maret 2011, Vol. 12, No. 1: 65-68.
Daftar Pustaka
Dewi, K. dan Nugraha, R.T.P. 2007. Endoparasit Pada Feses Babi Kutil (Sus
Verrucosus) dan Prevalensinya yang Berada Di Kebun Binatang
Surabaya. : Zoo Indonesia Vol. 16(1):13 – 19.
Gordo, F.P., dan Pomajbikova, K.J. 2017. Part Three. Spesific Excreted
Pathogens : Environmental and Epidemiology Aspects. Balantidium coli.
Infectious Diseases Canadian Journal of Infectious Disease 14 : 163-
166.
Kennedy MJ. 2006. Balantidium in Swine. Agriculture, Food and Rural
Deveolpment. AGRI-FACTS.
Mehlhorn, Heinz. 2008. Encyclopedia of Parasitology Third Edition. USA :
Springer.
Paramitha, R.P., Ernawati, R., dan Koesdarto, S. 2017. Prevalensi Helminthiasis
Saluran Pencernaan melalui Pemeriksaan Feses pada Sapi di Lokasi
Pembuangan Akhir (LPA) Kecamatan Benowo Surabaya. Journal of
Parasite Science 1 (1) : 23-32.
Pouillevet, H., Dibakou, S.E., Ngoubangoye,B., Paoirotte, C., dan Charpentier,
M.J.E. 2017. A Comparative Study of Four Methods fod the Detection
of Nematode Eggs and Large Protozoon Cyst in Mandrill Faecal
Material. Folia Primatol 88 : 344-357.
Purnama, K.A., Kardena, A.M., Berata, I.K., Winaya, I.B.O., Adi, A.M. 2019.
Laporan Kasus: Patologi Balantidiosis pada Babi. Indonesia Medicus
Veterinus. Januari 8(1): 1-8.
Winaya, I.B.O., Bearata, I.K., Apsari, I.A.P. 2011. Kejadian Balantidiosis pada
Babi Landrace. Jurnal Veteriner. 12 (1): 65-68.