BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Epidemiologi
2.1.3 Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh
kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan MO penyebab terbanyak baik
pada yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%, diikuti oleh
Klebsiella atau Enterobacter 10 – 40%. MO lainnya yang sering ditemukan
seperti Proteus spp (33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun ), Klebsiella spp dan
Staphylococcus dengan koagulase negatif. Pada ISK nosokomial atau ISK
kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas.1
Tabel 2.1 Famili, Genus & Spesies Mikroorganisme yang paling sering sebagai
penyebab ISK.
PATOGENESIS
Status saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Status
saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri.
Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh (eksaserbasi) bila sudah terdapat
kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis
ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens
normal dan sangat peka terhadap infeksi.1
PATOFISIOLOGI
1. Ascending
2. Hematogen
3. Limfogen
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina. Mikroorganisme
memasuki saluran kemih melaluiuretra-prostat-vas deferens-testis-buli-buli-ureter
dan sampai ke ginjal.1,14
10
Ket: (1) kolonisasi kuman disekitar uretra, (2) masuk nya kuman melalui uretra ke
buli-buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman
melalui ureter ke ginjal.1
a. Metode konvensional,
Suatu sampel urin digoreskan pada permukaan suatu media agar dengan
ose khusus yang telah dikalibrasi untuk inokulasikan sejumlah volume inokulum
yang diketahui. setelah inkubasi, jumlah koloni-koloni terpisah yang ada pada
lempeng dihitung dan dikalikan dengan suatu faktor yang mengonversikan
volume urinr menjadi 1ml. perhitungan akhir sebanding dengan jumlah organisme
per ml sampel.15
b. Metode Bacturcult
Bacturcult adalah sebuah tabung plastik steril sekali pakai yang bagian
dalamnya dilapisi dengan suatu media khusus untuk medeteksi bakteriuria dan
identifikasi bakteri saluran kemih.15
2.1.8 Penatalaksanaan
ISK atas
1. Non Medikamentosa
a. Identifikasi dan meminimalkan faktor risiko
b. Tatalaksana kelainan obstruktif yang ada
c. Menjaga kecukupan hidrasi
2. Medikamentosa
13
a.Antibiotika empiris
Antibiotika parenteral:
Pilihan antibiotik parenteral untuk pielonefritis akut nonkomplikata antara
lain ceftriaxone, cefepime, dan fluorokuinolon (ciprofloxacin dan
levofloxacin). Jika dicurigai infeksi enterococci berdasarkan pewarnaan Gram
yang menunjukkan basil Gram positif, maka ampisillin yang dikombinasi
dengan Gentamisin, Ampicillin Sulbaktam, dan Piperacillin Tazobactam
merupakan pilihan empiris spektrum luas yang baik. Terapi antibiotika
parenteral pada pasien dengan pielonefritis akut nonkomplikata dapat diganti
dengan obat oral setelah 24-48 jam, walaupun dapat diperpanjang jika gejala
menetap.16
Antibiotika oral:
Antibiotik oral empirik awal untuk pasien rawat jalan adalah fluorokuinolon
untuk basil Gram negatif. Untuk dugaan penyebab lainnya dapat digunakan
Trimetoprim-sulfametoxazole. Jika dicurigai enterococcus, dapat diberikan
Amoxicilin sampai didapatkan organisme penyebab. Sefalosporin generasi
kedua atau ketiga juga efektif, walaupun data yang mendukung masih sedikit.
Terapi pyeolnefritis akut nonkomplikata dapat diberikan selama 7 hari untuk
gejala klinis yang ringan dan sedang dengan respons terapi yang baik.
Penggunaan antibiotik selanjutnya dapat disesuaikan dengan hasil tes
sensitifitas dan resistensi.16
b. Simtomatik
Obat simtomatik dapat diberikan sesuai dengan gejala klinik yang dialami
pasien, misalnya: analgetik-antipiretik, dan anti-emetik.16
ISK bawah
Prinsip manajemen meliputi asupan cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat,
dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin:1
14
2.2 Bakteri
A. Pewarnaan Gram
yang akan menyebabkan terjadinya diferensiasi dari dua macam kuman: a).
Kuman tetap berwarna ungu b). Kuman tidak berwarna, sebab zat warna
dilarutkan oleh alkohol dan keluar dari sel kuman. Selanjutnya langkah terakhir
dari pewarnaan ini ialah counterstain yang menggunakan safranin merah, yang
bertujuan agar bakteri gram negatif mendapatkan warna merah yang sebelumnya
warna utama dilarutkan oleh alkohol. Maka hasil dari pewarnaan ini didapatkan
bakteri gram negatif berwarna merah dan bakteri gram positif berwarna keunguan.
Sifat kuman terhadap perwarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu
determinasi suatu kuman.1,16
B. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana terdiri dari pewarna dasar tunggal seperti gentian
violet, safranin, atau metilen blue. Pewarnaan ini disebut pewarnaan sederhana
16
karena teknik perendaman apusan dalam pewarna hanya 30-60 detik dan langsung
dibilas dengan air. Setelah dikeringkan, obyek diamati dibawah mikroskop.
Pewarnaan sederhana digunakan untuk mengidentifikasi ukuran, bentuk dan
susunan sel.17
D. Pewarnaan Endospora
dapat menghasilkan endospora. Bakteri ini tidur, mempunyai sel yang sangat
resisten didalam sitoplasma bakteri dan dapat bertahan dari lingkungan ekstrem
seperti pengeringan, panas, dan bahan kimia. Endospora tidak dapat diwarnai
dengan prosedur pewarnaan biasa karena dinding selnya tidak dapat ditembus
semua bahan kimia..17
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal berupa peptidoglikan
yang mengandung asam teikoat dan asam teikuronat, selain itu beberapa sel gram
positif mengandung molekul polisakarida. Asam teikoat dan asam teikuronat
merupakan polimer yang larut dalam air, mengandung residu ribitol atau gliserol
yang bergabung melalui ikatan fosfodiester dan membawa satu atau lebih
pengganti asam amino atau gula..18
Bakteri gram postitif ini meliputi : bakteri gram positif pembentuk spora
(Bacillus, Klostridium) dan bakteri gram positif tidak membentuk spora
(Crynobacterium, Propionbacterium, Listeria, Erisepelotrix, Actinomycetes).18
Dinding sel dari bakteri gram negatif jauh lebih kompleks dari gram
positif. Bakteri ini hanya mengandung sebuah lapisan tipis peptidoglikan. Dinding
sel gram negatif mengandung tiga komponen yang terletak diluar lapisan
peptidoglikan yaitu : lipoprotein, membran luar, dan lipopolisakarida.
Lipoprotein, dilihat dari jumlahnya, merupakan protein yang paling banyak
ditemukan pada sel negatif. Fungsi dari lipoprotein ini adalah untuk menstabilkan
membran luar dan merekatkannya ke lapisan peptidoglikan.18 Membran luar
merupakan sebuah struktur berlapis ganda, lapisan sebelah dalamnya memiliki
komposisi yang serupa dengan membran sitoplasma. Lipopolisakarida, pada
bakteri gram negatif tersusun atas lipid kompleks yang disebut lipid A, yang
padanya melekat sebuah polisakarida yang terbentuk dari sebuah inti dan
rangkaian terminal dari unit yang berulang.18
18
Gambar 2.2. Kultur Staphylococcus aureus dengan warna koloni kuning pada
agar darah.20
2.3.1.2 Enterococcus
Escherichia coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa
dipakai di laboratorium Mikrobiologi. Sebagian besar kuman ini tumbuh sebagai
koloni yang meragi laktosa. E. coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila
ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tip beta. 20
Gambar 2.3. Kultur Eschericia coli endo agar, gabungan selektif /indikator
medium. Warna merah pada koloni dan agar menunjukan proses pemecahan
laktosa.21
dalam saluran nafas dan feses pada sekitar 5% individu normal. Organisme ini
menyebabkan sebagian kecil (sekitar 1%) pneumonia bakteri. Organisme kadang-
kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bakteremia yang disertai dengan
infeksi fokal pada pasien yang sangat lemah. 21
Gambar 2.6. Cassette yang telah berisi kartu dimasukkan kedalam automatic
transport system. 23
23
2.5 Antibiotik
2.5.1 Levofloksasin
2.5.1.1.1 Absorbsi
levofloksasin 500 mg dan 750 mg adalah sebesar 99% atau lebih besar. Konsumsi
levofloksasin bersamaan dengan makanan akan memperpanjang waktu untuk
mencapai konsentrasi maksimum hampir 1 jam dan akan mengurangi konsentrasi
plasma maksimum hampir 14%.24
2.5.1.1.2 Distribusi
2.5.1.1.3 Metabolisme
2.5.1.1.4 Ekresi
MIC (MCG/ml)
Levofloksasin S I R
Pseudomonas ≤2 4 ≥8
Aeruginosa
E. Coli ≤2 4 ≥8
Staphylococcus ≤1 2 ≥4
aereus
Enterococcus ≤2 4 ≥8
sumber : Laboratory Methods and Strategies for Antimicrobial Susceptibility
Testing, 2007.
A. Dilusi broth
B. Dilusi agar
Metode pengenceran agar adalah cara lain untuk menentukan MIC
antimikroba. Metode ini sangat cocok untuk pemeriksaan sekelompok
besar isolate versus rentang konsentrasi antimikroba yang sama. Salah
satu kelemahan metode ini adalah ketidak mampuan menentukan MBC
antimikroba setelah penentuan MIC.31
Metode ini memerlukan ketersediaan medium agar yang masing-
masing lempengnya mengandung obat-obat antimikroba dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Persiapan lempeng ini memerlukan
banyak tenaga dan sesuai hanya untuk laboratorium besar dengan
cukup tenaga cukup. 31
31
C. Difusi cakram
Keunggulan dari uji difusi cakram (metode Kirby-bauer)
mencakup fleksibilitas yang lebih besar dalam memilih obat yang akan
diperiksa, dan biayanya relatif murah. Metode ini merupakan metode
yang simpel dan praktis yang telah di strandarisasi. Pengerjaannya
metode ini dilaksanakan dengan meletakkan bakreri yang telah di
inokulasi pada permukaan agar muller-hinton yang berdiameter
150mm. kemudian diinkubasi selama ±16-24 jam pada suhu 35°C.
Selama inkubasi biakan uji, obat antimikroba berdifusi ke dalam agar
secara radial, sehingga tercipta suatu gradient konstentrasi. Dalam
beberapa jam pertama inkubasi, interaksi yang terjadi antara perubahan
konsentrasi obat antimikroba dan peningkatan jumlah bakteri
dipermukaan agar menentukan zona inhibisi disekitar cakram. Setelah
inkubasi, garis tengah zona inhibisi diukur dan dibandingkan dengan
suatu baga referensi. Bagan referensi mencantumkan titik-ambang
(breakpoint) garis tengah zona yang menterjemahkan aktivitas
antimikroba manjadi kategori rentan (S), rentan intermediet (I), atau
resisten (R). 25,30,31
32
Gambar 2.9. Contoh agar diffusion test terlihat adanya zona inhibisi disekitar
disk.31
33
Definisi
Etiologi Ascending
Hematogen
Limfogen
Direct
Patofisiologi extension
(Langsung dari Mekanisme kerja antibiotik :
organ sekitar)
- Interaksi dengan kompleks
Penegakan baik DNA girase atau
Biakan Urin >25 jumlah
diagnosa topoisomirase IV dengan
koloni bakteri DNA dapat menghambat
sintesis DNA
Penatalaksan Terapi Antibiotik
aan Levoflokasasin
Mekanisme resistensi bakteri
terhadap antibiotik :
Identifikasi Bakteri Pewarnaan Gram Vitek 2 Biomeriuex
1. Perubahan pada
enzim target
2. Perubahan pada
penetrasi obat
Bakteri Gram Bakteri
(+) Gram (-)
Dilusi Agar
Sensitif
Resisten
POLA KEPEKAAN