Dengan left ventricular outflow tract obstruction atau disebut juga idiopathic hypertropic
Kedua jenis kardiomioapti hipertrofik ini berbeda pada etiologi, patofisiologi, dan manifestasi
klinisnya.
ventrikel kiri tanpa penyakit jantung atau penyakit sistemik lain yang dapat menyebabkan
hipertrofi ventrikel ini (seperti hipertensi sistemik, stenosis aorta)(2,6). Perubahan makroskopik ini
dapat ditemukan pada daerah septum, interventrikularis. Hipertrofi asimetris pada septum ini,
bisa ditemukan di daerah distal katup aorta, di daerah apeks. Hipertrofi yang simetris jarang
ditemukan(6).
Gambar 5. Perbandingan jantung normal dan jantung dengan kardiomiopati hipertrofik.
Gejala klinis pada kardiomiopati hipertrofi disebabkan oleh karena adanya penurunan fungsi diastolik dan
juga karena ada atau tidaknya sumbatan intermiten aliran keluar saat sistolik. Jadi patofisiologi
kardiomiopati hipertrofi dalam hal ini dibagi dua berdasarkan ada atau tidaknya sumbatan intermiten
Etiologi
Etiologi ini tidak diketahui. diduga disebabkan katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner
kecil, kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kalinan konduksi atroventrikular dan kelainan
kolagen. Penyakit ini dapat ditemukan pada kedua jenis kelamin dalam frekuensi yang sama, serta dapat
Patofisiologi
Pada kardiomiopati hipertrofi jenis ini selain terjadi hipertrofi juga terjadi kekakuan dan gangguan
relaksasi pada ventrikel kiri. Gangguan relaksasi yang menurun pada ventrikel kiri menyebabkan
peningkatan tekanan ventrikel kiri, yang akan dialirkan ke arah belakang, sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan atrium, vena pulmonal dan kapiler pulmonal. Peningkatan tekanan pada vena
pulmonal dan kapiler pulmonal inilah yang menyebabkan gejala dispnea pada penderita kardiomiopati
jenis ini. Jantung yang hipertrofi juga dapat menimbulkan gejala angina peningkatan kebutuhan oksigen
oleh miokardium. Jantung yang hipertrofi serta adanya miosit disarray sehingga rentan terhadap
Kira-kira sepertiga pasien dengan kardiomiopati hipertrofi mengalami sumbatan intermiten aliran sistolik.
Mekanisme sumbatan intermiten aliran sistolik ini disebabkan oleh gerakan abnormal dari katup mitral
anterior yang lokasinya dekat dengan posisi penebalan septum ventrikel. Mekanisme terjadinya sumbatan
aliran sistolik adalah sebagai berikut: pada saat ventrikel berkontraksi, ejeksi darah ke katup aorta
menjadi lebih cepat dari biasanya karena harus mengalir melalui jalur yang sudah menyempit, aliran
darah yang cepat ini mengakibatkan tekanan pada katup mitral sehingga secara abnormal mendorong
katup mitral ke arah septum, akibatnya katup mitral mendekat septum ventrikel kiri yang hipertrofi dan
menutup sementara aliran darah ke aorta. Selain itu karena katup mitral terdorong dan menutup jalur
keluar darah melalui katup aorta, katup mitral bagian anterior tidak dapat menutup dengan sempurna saat
Pada pasien dengan obstruksi aliran sistolik, gejala-gejala yang timbul selain sama dengan kardiomiopati
hipertrofi tanpa sumbatan aliran sistolik juga ditambah oleh gejala-gejala akibat sumbatan aliran sistolik,
yaitu: angina (yang disebabkan oleh hipertrofi otot jantung ditambah dengan peningkatan kerja ventrikel
kiri karena harus melawan sumbatan saat sistolik), dispnea oleh karena adanya regurgitasi mitral, yang
Pasien kardiomiopati hipertrofik biasanya fisiknya baik, berumur muda. Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan pembesaran jantung ringan. Pada apeks teraba getaran jantung sistolik dan kuat angkat.(6)
Pada auskultasi ditemukan S1 dapat normal atau mengeras, S2 fisiologis atau adanya split`paradoksal bila
ada hipertrofi ventrikel kiri yang berat, Left Bundle- Branch Block, atau obstruksi aliran ventrikel kiri. S4
biasanya ada. Murmur pada kardiomiopati hipertrofik ini bersifat crescendo-decrescendo yang terdengar
di sepanjang LSB(lower Sternal Border)4 dan di apeks. Bunyi bising berkurang dengan manuver yang
meningkatkan volume ventrikel kiri seperti merangkak, mengangkat kaki, jongkok. Bising ini menjalar ke
Pemeriksaan Penunjang
Pada foto rontgen dada tampak gambaran normal pada pasien yang asimtomatik(9,10). Dapat pula
ditemukan pembesaran jantung ringan sampai sedang, terutama pembesaran atrium kiri. Pada
pemeriksaan EKG ditemukan hipertrofi ventrikel kiri (80%), LBBB, Left Axis Deviation (LAD), kelainan
segmen ST dan gelombang T, gelombang Q yang abnormal dan aritmia atrial dan ventrikular. Pada
pemeriksaan echocardiography Ten Cate menemukan tiga jenis hipertrofi ventrikel kiri yaitu (6):
Seluruh pasien dengan kardiomiopati hipertrofi harus dievaluasi akan resiko terjadinya SCD (Sudden
Cardiac Death). Pasien disarankan agar tidak melakukan kegiatan yang dapat merangsang penebalan
dinding miokardium seperti angkat beban. Implantasi kardioverter/defibrillator dapat ditawarkan untuk
mencegah terjadinya SCD(3,10). Pengobatan yang utama adalah menggunakan beta bloker atau kalsium
channel bloker pada pasien yang simtomatis, yang efeknya di samping mengurangi peninggian obstruksi
jalan pengosongan ventrikel kiri, juga untuk mencegah gangguan irama yang sering menyebabkan
kematian mendadak. Akhir-akhir ini dilaporkan adanya khasiat yang baik golongan antagonis kalsium
seperti verapamil(6,10).
Obat-obat lain tidak dianjurkan untuk diberikan, karena dapat memperburuk keadaan penyakit. Operasi
miomektomi juga dilakukan pada keadaan tertentu, namun terdapat komplikasi seperti LBBB, blok
Prognosis
Prognosis penyakit ini ternyata sekarang ini cukup jinak. Angka mortalitas hanya 1% per tahun,
dibanding penilitian sebelumnya yang 2-4x lebih tinggi. Kematian mendadak sering terjadi pada orang
tua(6). Semakin dini onset terjadinya kardiomiopati hipertrofik ini maka semakin buruk prognosis(9).