Anda di halaman 1dari 22

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih atau sering di singkat ISK ,akhir -akhir ini menjadi Topik yang ramai dibicarakan di kalangan masyarakat terutama para orang tua yang mempunyai anak remaja perempuan. Infeksi saluran kencing atau ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius di bagi jutaan orang tiap tahun. ISK merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang manusia. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Bakteri atau kuman yang paling sering mengakibatkan ISK antara lain Escherichia coli, Klebsiella dan Pseudomonas. Dari penderita, meurut penelitian, kira-kira da sekitar 10% yang tidak bergejala. Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. Dalam hal ini penderita tidak merasakan apa-apa. Mungkin gejalanya ada tetapi orang tersebut menganggapnya sebagai gejala biasa. Untuk yang tidak bergejala baru diketahui setelah diperiksa melalui tes urine dimana dalam urinenya terdapat banyak bakteri 1.2. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : a. Untuk menetahui definisi Infeksi Saluaran Kemih (ISK) b. Untuk mengetahui epidemiologi dan etiologi dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) c. Untuk mengetahui patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK) d. Untuk mengetahui manifestasi Infeksi Saluran Kemih (ISK) e. Untuk mengetahui komplikasi dan cara pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

f. Untuk mengetahui penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK) g. Untuk mengetahui Implikasi dalam bidang keperawatan 1.3. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan nantinya mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang konsep dasar dari penyakit Infeksi Saluran Kemih beserta bagaimana Asuhan keperawatan yang sesuai pada klien dengan penyakit Infeksi Saluran Kemih, dari pengkajian hingga intervensi dari asuhan keperawatan.

BAB 2. KONSEP PENYAKIT 2.1. Definisi Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. Kuman mencapai saluran kemih melalui Hematogen dan Asending. ISK adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Tanpa terbukti adanya mikroorganisme tidak mungkin diagnosis pasti ditegakkan, karena gejala dan tanda klinis bukan merupakan hal yang mutlak. ISK merupakan gangguan pada saluran kemih yang disebabkan adanya sumbatan. Biasanya, yang menyumbat itu adalah batu berbentuk kristal yang menghambat keluarnya air seni melalui saluran kemih, sehingga jika sedang buang air kecil terasa sulit dan sakit. Tapi, bila saat buang air seni disertai dengan darah, itu petanda saluran kemih anda sudah terinfeksi. Penyebab timbulnya batu tersebut disebabkan oleh berbagai hal, antara lain terlalu lama menahan buang air kecil sehingga air seni menjadi pekat, dan kurang banyak meminum air putih. Bahkan, terlalu banyak mengkonsumsi soda, kopi manis, teh kental, vitamin C dosis tinggi dan susu, juga dikategorikan termasuk sebagai pemicu terjadinya batu ginjal. Selain itu, faktor lainnya yang turut memicu terbentuknya batu di dalam ginjal dan saluran kemih bila banyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung asam urat seperti emping melinjo, jeroan, bayam, maka air kemihnya akan lebih banyak mengandung asam urat sehingga risiko terbentuknya batu asam urat dalamginjal dan saluran kemih pun meningkat. 2.2. Etiologi Penyebab terbanyak ISK adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram cara

negatif ternyata E. Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas. Jenis Coccus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococcus dan Stapilococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrophi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter. Bila ditemukan S. aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen dari ginjal. Demikian juga dengan pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih dari jalur hematogan dan pada kira-kira 25% pasien dengan tipoid dapat diisolasi salmonilla pada urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalan hematogen ialah brusela, nokardia, aktinormises, dan mycobacterium tuberkolosae. Virus sering juga ditemukan dalam urin tanpa gejala ISK akut. Adenovirua tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sistitis hemoragik dapat juga disebabkan oleh Scistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Kandida merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spktrum luas. Factor-faktor yang mempermudah erjadinya infeksi saluran kemih yaitu: 1. Bendungan aliran urine a. Anatomi konginetal b. Batu saluran kemih 2. Refluks vesiko ureter 3. Urine sisa dalam buli-buli, dapat terjadi karena: a. Neurogenik blader b. Striktur urethra c. Hipertropi prostat 4. Gangguan metabolic a. Hiperkalsemia (kalsium) b. Hipokalemia (kalium) c. Agammaglobulinemia 5. Instrumentasi

a. Dilatasi urethra sistoskopi 6. kehamilan a. Factor statis dan bendungan b. pH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman 2.3. Epidemiologi Infeksi saluran kemih pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Angka rasio kejadian infeksi saluran kemih pada anak dilaporkan untuk rasio bayi laki laki dan perempuan pada awal kehidupan bayi adalah antara 3:1 dan 5:1. setelah masa bayi, anak perempuan lebih sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan laki laki yaitu dengan rasio L/P 1:4 untuk infeksi yang simtomatis dan 1:25 untuk infeksi yang asimtomatis. Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3 5% sedangkan anak laki-laki 1%. Angka kekambuhan cukup tinggi yaitu pada anak perempuan 30% pada tahun pertama dan 50% dalam 5 tahun kedepan. Sedangkan pada anak laki-laki angka kekambuhan sekitar 15-20% pada tahun pertama dan setelah umur 1 tahun jarang ditemukan kekambuhan. ISK yang terjadi nosokomial di rumah sakit pernah dilaporkan sebanyak 14,2% per 1000 penderita anak, hal ini terjadi biasanya karena pemakaian kateter urin jangka panjang. Dewasa wanita rentan terhadapa ISK Karena, penyebabnya adalah saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 centi meter). Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang penisnya, sehingga kuman sulit masuk. 2.4. Patofisiologis Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu kuman yang paling sering menyebabkan ISK adalah E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.

Pertama tama, bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak disana. Akibatnya, urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal dengan istilah pyelonephritis. Mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada urethra dan sistem reproduksi. Tidak seperti E. coli, kedua kuman ini menginfeksi orang melalui perantara hubungan seksual. Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih. Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui : 1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending) yaitu : a. Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih, antara lain : factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat kedalam traktus urinarius (pemasangan kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina,

prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra prostate vas deferens testis (pada pria) buli-buli ureter, dan sampai ke ginjal (Gambar 1).

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.

2. Hematogen Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya : bendungan total urine yang dapat mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut. 3. Limfogen Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut

juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop. Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal ; uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum. Pada usia lanjut terjadinya ISK sering disebabkan karena adanya : 1. Sisa urin dalam kandug kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau krang efektif. Sisa urin yang meningkat mengakibatkan distensi yang berlebihan sehingga ,emi,bulkan nyeri, keadaan ini mengakibtkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri 2. Mobilitas menurun 3. Nutrisi yang kurang baik 4. System Imunitas yang menurun 5. Adanya hambatan pada saluran urin 2.5. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala ISK tidak selalu lengkap dan bahkan tidak selalu ada, yaitu pada keadaan yang disebut bakteriuria tanpa gejala (BTG).

Gejala yang lazim ditemukan adalah: disuria, polakisuria, dan terdesak kencing (urgency), yang semuanya sering terdapat bersamaan. Rasa nyeri biasa didapatkan di daerah supra pubik atau pelvis berupa rasa nyeri atau seperti terbakar di uretra atau muara uretra luar sewaktu kencing, atau dapat juga di luar waktu kencing. Polakisuria terjadi akibat kandung kencing tidak dapat menampung kencing lebih dari 500 ml akibat rangsangan mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Rasa terdesak kencing dapat sampai menyebabkan seseorang penderita ISK ngompol, tetapi gejala ini juga didapatkan pada penderita batu atau benda asing di dalam kandung kemih. Gejala lain yang yang juga didapatkan pada ISK adalah stranguria yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang yang sering pada sistitis akut; tenesmus yaitu rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kencing meskipun telah kosong; nokturia yaitu kecenderungan buang air kencing lebih sering pada waktu malam hari akibat kapasitas kandung kencing yang menurun atau rangsangan mukosa yang meradang dengan volume urin yang kurang. Kolik ureter atau ginjal yang gejalanya khas dan nyeri prostate dapat juga menyertai gejala ISK. 2.6. Komplikasi Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronik (Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor predisposisi). 2.7. Pencegahan ISK dapat dicegah dengan banyak minum dan tidak menahan kemih, sebagai upaya untuk membersihkan saluran kemih dari kuman. Bagi penderita ISK, kedua hal tersebut lebih ditekankan lagi karena ISK dapat menimbulkan lingkaran setan. Penderita ISK dengan disuria cenderung untuk menahan kemih, padahal menahan kemih itu sendiri dapat memperberat ISK.

Untuk mengurangi risiko ISK pada kateterisasi, perlu kateterisasi yang tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kateterisasi antara lain jenis kateter, teknik dan lama kateterisasi. Ada beberapa upaya lain yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih ini, antara lain : 1. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih sehari). 2. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual. Bersihkan kelamin saat akan berhubungan intim. 3. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari dubur tidak masuk ke salam saluran kemih. 4. Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan dpaat segera diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak. 5. Hindari penggunaan cairan yang tidak jelas manfaatnya pada alat kelamin. Cairan ini dapat mengiritasi urethra. 2.8. Penatalaksanaan Pengelolaan ISK bertujun untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang, sehingga morbiditasnya dihindarkan atau dikurangi. Dengan demikian tujuan dapat berupa: 1. mencegah atau menghilangkan gejala, bakteriema, dan kematian akibat ISK 2. mencegah dan mengurangi progesi kearah gagal ginjal terminal akibat ISK sendiri atau komplikasi manipulasi saluran kemih 3. mencegah timbulnya ISK nyata (bergejala) pada semester akhir kehamilan Ada beberapa cara metode pengobatan ISK yang ladzim dipakai yang disesuaikan dengan keadaan atau jenis ISK, yaitu: 1. pengobatan dosis tunggal, obat diberikan satu kali 2. pengobatan jangka pendek, obat diberikan dalam waktu 1-2 minggu 3. pengobatan jangka panjang, obat diberikan dalam waktu 3-4 minggu

10

4. pengobatan profilaktik, yaitu dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3-6 bulan atau lebih Dalam pendekatan klinis pengobatan ISK ini pemilihan antibiotic penting, untuk mendapatkan hasil yang optimal, dengan berdasarkan: 1. jenis ISK, misalnya ISK atas atau bawah sederhana atau berkomplikasi, infeksi RS atau luar RS, penyakit penyerta, dsb 2. pola resistensi kuman penyebab ISK, oleh karena diperlukan waktu dan terapi menjelang diagnosis tepat etiologi ISK sesuai hasil biakan 3. keadaan fungsi ginjal yang akan menentukan ekskresi dan efek obat dan kemungkinan terjadinya akumulasi atau efek samping / toksik obat Pola kuman khususya sifat resistensinya terhadap antibiotic yang terjadi dan pola kuman penyebab ISK sesuai jenis ISK akan berperan dalam keberhasilan pengobatan ISK, oleh karena dengan mengetahui dua dasar keadaan tadi, akan dapat dipilih cara dan antibiotic mana yang harus dipakai dalam pengobatan ISK ini, dalam menentukan pola kuman ini, sangat penting peranan bagian mikrobiologi untuk menyebarkan hasil pemeriksaan resistensi tes kuman-kuman penyebab ISK yang disampaikan secara periodic, sehingga dapat diketahui para klinisi. Pola resistensi perlu untuk menentukan pengobatan pertama sebelum ada hasil biakan urin, khususnya memilih antibiotic yang masih sensitive terhadap kuman penyebab ISK. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan keadaan resistensi kuman yang mungkin sebagai penyebab ISK terhadap antibiotic yang tersedia dinegara kita ini, dan akibat mudahnya penggunaan oleh dokter praktek. Tentang jenis infeksi dan fungsi ginjal dapat diduga dengan gejala klnis yang didapatkan pada penderita melalui pemeriksaan jasmani dan bila perlu dengan pemeriksaan penunjang. Maka pendekatan klinis pengobatan ISK umumnya adalah sebagai berikut: 1. ISK bawah tanpa komplikasi adalah dosis tunggal dan bila perlu jangka pendek

11

2. ISK bawah dengan komplikasi terapi dapat diteruskan sampai 14 hari 3. ISK atas tanpa komplikasi obat diberikan untuk 14 hari 4. ISK atas dengan komplikasi harus dengan jangka panjang 5. ISK kambuh bila terjadi disamping harus dibedakan relaps (kuman yang sama) atau reinfeksi (kuman yang lain) setelah terapi jangka panjang biasanya harus diikuti terapi pencegahan atau profilaktik Dalam pemilihan antibiotic setelah jenis infeksi ditentukan, harus diperhatikan hal-hal antara lain: sensitivitas, kadar dalam urin tinggi, efeksamping sedikit, murah dan tidak menimbulkan kuman resisten dan mengubah flora usus dan vagina. Obat yang nefrotik harus hati-hati pemberiannya dengan memperhaikan fungsi ginjal, dan bila fungsi ginjal menurun maka antibiotic dapat diberikan dengan mengurangi dosis dengan interval seperti normal, atau dengan dosis tetap tetapi interval diperpanjang. Bila terjadi relaps setelah terapi yang adekuat, harus dilakukan pengobatan profilaktik yaitu dengan antibiotic yang efektif terhadap kuman pathogen urin, bentuk aktif dalam urin tinggi, tidak menyebabkan kuman bermutasi menjadi kebal, tidak mempengaruhi flora usus dan vagina, sedikit efek samping, dan murah. Antibiotic yang sering dipakai dalam hal ini adalah: golongan sulfonamide, nitrofurantoin, kuinolon, ampisilin dan metanamin. Hal penting lain yang harus dikerjakan pada terapi ISK ini adalah bila mungkin mengoreksi kelainan yang didapatkan yang kemungkinansekali sebagai penyebeb relaps, yaitu dengan dilatasi ureter bila ada penyempitan, ureterostomi kalau perlu, meninggikan klirens dengan minum yang cukup kurang lebih 2 L/Hari, dsb. 2.9. Prognosis ISK tanpa kelainan anatomis menpunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut yang andekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang. Pognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis umumnya kurang memuaskan

12

meskipun telah diberikan pengobatan yang andekuat dan dilakukan koreksi bedah, hal ini terjadi terutama pada penderita dengan nefropati refluks. Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang segera pada fase akut, kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah urologi dan orang tua penderita sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan yang mengarah ke fase gagal ginjal kronis.

13

BAB 3. PATHWAY

(-)Mikroorganisme gram uretra uretritis Saluran kemih cytitis Mikroorganisme menetap dan berkrmbang biak

striktor Air kemih Perubahan pola eliminasi BAK

nyeri

hidronefrosis

ginjal

pylonefritis

uremia

Anoreksia/ mual muntah

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

14

BAB 4. IMPLIKASI DALAM BIDANG KEPERAWATAN 4.1. Pengkajian Pengkajian yang dilakukan meliputi: a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko: 1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya? 2) Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih? c. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial 1) Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ? 2) Imobilisasi dalam waktu yang lama. 3) Apakah terjadi inkontinensia urine? d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih 1) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) 2) Adakah disuria? 3) Adakah urgensi? 4) Adakah hesitancy? 5) Adakah bau urine yang menyengat? 6) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine? 7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah 8) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas 9) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas. e. Pengkajian psikologi pasien: 1) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? 2) Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya?

15

4.2. Diagnosa a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain. b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain. c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah. 4.3. Intervensi No Diagnosa 1. Nyeri berhubunga n dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius .lain b. dung Tujuan Tujuan umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang Kriteria Hasil: a.Pasien mengatakan/tida k ada keluhan nyeri pada saat d. berkemih. Kan kemih tidak tegang tenang d. resi tenang Eksp Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari. pada hal yang menyenangkan analgetik sesuai wajah f. Berikan obat b. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan. c.Berikan perawatan perineal d. b. Intervensi a.Catat lamanya intensitas (1-10) nyeri. skala Rasional lokasi, a.Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri Meningkatk an relaksasi, menurunkan tegangan otot. c.Untuk mencegah kontaminasi uretra Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan e.Relaksasi, menghindari

c.Pasien nampak e.Alihkan perhatian

16

dengan program terapi.

terlalu merasakan nyeri f. Analgetik memblok lintasan nyeri a. memberikan

2.

Perubahan pola eliminasi berhubunga n dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain

Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat. Kriteria Hasil: a. Klien 3 jam b. Klien kesulitan tidak dapat

a. Awasi pemasukan pengeluaran karakteristi urin b. Dorong meningkatkan pemasukan cairan c. Anjurkan 3 jam keluhan kandung pada kemih kemih tiap 4 jam kamar memakai pispot/urinal g. Bantu posisi klien berkemih mendapatkan yang nyaman h. Observasi perubahan kecil, berkemih setiap 2 dan

informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi b. peningkatan hidrasi membilas bakteri.

untuk c. Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria d. retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) e. Untuk mengetahui adanya f. Untuk memudahkan klien di dalam distensi kandung kemih

berkemih setiap d. Kaji

pada e. Palpasi kandung

saat berkemih dengan berkemih

c. Klien dapat bak f. Bantu klien ke

17

tingkat kesadaran i. Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin Lakukan tindakan untuk memelihara asam tingkatkan masukan berikan obat aam urin. sari obatuntuk buah berri dan urin:

berkemih g. Supaya berkemih h. akumulasi uremik sisa dan klien tidak sukar untuk

ketidakseimbanga n elektrolit dapat menjadi pada saraf pusat. i. Kolaborasi: pengawasan terhadap disfungsi ginjal asam tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan buah dalm pengobatan infeksi saluran sari dapt urin menghalangi toksik susunan

meningkatkan

berpengaruh

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

pasien akan menunjukkan BB stabil / peningkatan mencapai tujuan

a. Kaji nutrisi

kemih. status a. memberikan secara kesempatan untuk mengobservasi

kontinu, selama perawatan setiap

18

tubuh b.d gangguan nal : uremia, anoreksia, mual .muntah

dengan normalisasi nilai laboratorium tanda malnutrisi.

hari, tingkat

perhatikan energi: kulit, rambut, mulut,

penyimpangan dari normal/ dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi. data dasar, membantu

gastrointesti dan bebas dari

kondisi kuku, rongga makan anoreksia b. Timbang bandingkan

keinginan untuk

/ b. membuat BB

dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan/ penambahan BB. ketidakseimbang an perkiraan kebutuhan nutrisi dan aktual. masukan antara

setiap hari dan dengan BB saat penerimaan c. Dokumentasikan masukan riwayat makanan, jumlah kalori tepat. Ras = oral selama 24 jam,

dengan c. mengidentifikasi

4.4. Evaluasi Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :

19

a. Nyeri yang menetap atau bertambah b. Perubahan warna urine c. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih

20

BAB 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. Kuman mencapai saluran kemih melalui Hematogen dan Asending. Penyebab terbanyak ISK adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif ternyata E. Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas. Tanda dan gejala ISK tidak selalu lengkap dan bahkan tidak selalu ada, yaitu pada keadaan yang disebut bakteriuria tanpa gejala (BTG). Pengelolaan ISK bertujun untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang, sehingga morbiditasnya dihindarkan atau dikurangi. ISK tanpa kelainan anatomis menpunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut yang andekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang 5.2. Saran Bagi penderita ISK berulang (kambuhan), hendaknya memeriksakan diri secara berkala, setidaknya 1-2 bulan sekali untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap antibiotika dan evaluasi fungsi ginjal. cara

21

DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC. Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC. Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

22

Anda mungkin juga menyukai