Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN SEVEN JUMP

SKENARIO KASUS IV
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan

Medikal Bedah II

Dosen Pembimbing : Ns.Endah Sari Purbaningsih, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Sumarni 219C.0001 10.Ade Tiara 219C.0002

2. Dwi Yulilantika 219C.0005 11.Vivy Zakiyah 219C.0008

3. Nurkholis 219C.0013 12.Sumiyati 219C.0014

4. Puridah 219C.0016 13.Mayang Sari 219C.0020

5. Arina Tri N 219C.0028 14.Neli Apriliani 219C.0036

6. Dika Sazili 219C.0039 15.Nur Alfi Lail 219C.0040

7.Amalia Retnowati 219C.0042 16.Rizki Dian .C 219C.0044

8.Uswatun Khasanah 220C.1063 17.Dewi Oktoviani 219C.0048

9.Wahyuni 218C.0056

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MAHARDIKA

CIREBON

2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas akhir dari mata kuliah Blok KMB II kasus ke 4 tentang “ Infeksi Saluran Kemih ”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Tutorial kami
yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

CIREBON, 27 april 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR IS Iii

KASUS I KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH II 1

STEP 1 KLASIFIKASI ISTILAH 2

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH 4

STEP 3 BRAIN STORMING 5

STEP 4 MIND MAPPING 13

STEP 5 LEARNING OBJECTVE 15

STEP 6 INFORMASI TAMBAHAN 16

STEP 7 SEVEN JUMP 20

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH30

DAFTAR PUSTAKA 39
KASUS Iv

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH II


Tn. S. I berusia 39 tahun dirawat di RSUD gunung Jati Cirebon Ruang Prabu Siliwangi sejak 3
hari yang lalu. Keluhan yang dirasakan adalah mual, nyeri abdomen bagian bawah.
Berdasarkan pengakuan pasien sejak 2 hari yang lalu kalau buang air kecil urinenya agak
bercampur darah. Sebelum terpasang kateter jika pasien berkemih terlihat meringis menahan
nyeri.

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik adalah suhu 37,80C, T 138/90 mmHg,
Nadi 84 x/menit Respirasi 20x/menit, GCS 15, irama jantung teratur, bising usus (+), klien
terlihat meringis kesakitan ketika dilakukan palpasi dalam di area atas simphisis dengan skala 3
(1-5)

Hasil pemeriksaan laboratorium : Total cholesterol: 159Trigliserid : 103, Uric acid 45,
Urium: 28,5, Kreatinin: 1,01, Total protein: ,73, Alkali foltase: 207, Total bilirubin ,80, SGOT 29,7,
SGPT : 22,1Terapi yang diperoleh tramadol 2x1, ranitidin 2x1, ceftriaxon 1 x 1 gram.
STEP 1

KLASIFIKASI ISTILAH
1.Trigliserid

Menurut kelompok:adalah salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah.

Menurut teori:

2. Abdomen

Menurut kelompok: adalah bagian tubuh yang berada di antara dada dan pelvis

Menurut teori:

3. Bilirubin

Menurut kelompok:adalah zat yang terbentuk secara normal dari proses penguraian sel darah
merah di dalam tubuh, Zat inilah yang memberikan warna kuning pada tinja dan urine.

Menurut teori:

4. Kateter:

Menurut kelompok:merupakan sebuah alat berupa tabung kecil yang fleksibel dan biasa
digunakan pasien untuk membantu mengosongkan kandung kemih. Pemasangan alat ini
dilakukan khusus untuk pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri dengan normal.

Menurut teori:

5. Tramadol

Menurut kelompok: adalah obat pereda rasa sakit, misalnya rasa sakit atau nyeri setelah
operasi. Obat ini tersedia dalam bentuk injeksi (suntik), serta tablet dan kapsul yang hanya
boleh dikonsumsi berdasarkan resep dokter.

Menurut teori:

6. Ceftriaxon

Menurut kelompok:obat yg digunakan untuk mencegah infeksi pada luka operasi

Menurut teori:
7. Ranitidin

Menurut kelompok:suatu obat golongan antagonis H2, adalah obat yang menurunkan produksi
asam lambung.

Menurut teori:

8. Kreatinin

Menurut kelompok: zat limbah dalam darah yang diproduksi oleh jaringan otot saat Anda
bergerak atau beraktivitas.

Menurut teori:

9. Urium

Menurut kelompok: merupakan zat sisa dari pemecahan protein dan asam amino di dalam hati.

Menurut teori:

10. alkali foltase

Menurut kelompok:Tes level alkaline phosphatase (ALP) digunakan untuk mengukur tingkat
enzim fosfatase alkali dalam darah

Menurut teori:

11. simphisis

Menurut kelompok:merupakan persendian yang dihubungkan oleh tulang rawan tipis. Sendi ini
terdapat pada tulang belakang dan tulang kemaluan

Menurut teori:

STEP 2

IDENTIFIKASI MASALAH
1.Apakah Definisi ISK?

2.Apa saja Tanda dan gejala ISK?

3.Apa saja Etiologi dari penyakit ISK?

4.jelaskan Patofisiologi ISK?


5. apa yang dilakukan untuk mencegah penyakit ISK?

6.Bagaimana pemeriksaan penunjang pada penderita ISK?

7. Penatalaksanaaan ISK?

8. Asuhan keperawatan ISK ?

9.Pathway ISK?

STEP 3

BRAIN STORMING
1) Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signitifikan (yaitu infeksi
dengan jumlah kolonia > 100.000 mikroorganisme tunggal per ml) yang mengenai
saluran kemih bagian atas ( plelonefritis, abses ginjal) atau bagian bawah (sistitis), atau
keduanya.
Infeksi saluran kemih atau urinarius Troctus infection merupakan suatu keadaan
adanya invasi microorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK) paling
sering bermanifestasi sebagai sistitis atau uretritis. Infeksi biasanya disebabkan oleh
bakteri koliform misalnya, escherichia coli, Pseudomonas mirabilis, dan Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi biasanya berkembang secara asendens dan lebih sering terjadi pada
wanita yang uretranya pendek dan dengan demikian, kurang terlindungi dari bakteri.
Resistensi urin pada pria tua dengan hiperlpasia prostat, atau kanker prostat serta batu
saluran kemih juga merupakan predisposisi infeksi Secara klinis ISK bermanifestasi
sebagai peradangan yang akut, kronik atau berulang" Secara histologi, sistatitis,
uretrititis dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk.
Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi dalam saluran kemih, meliputi
infeksi diparenkim ginjal sampai infeksi dikandung kemih dengan jumlah bakteriuria
yang bemakna. Bakteriuria bermakna (signitificant bacteriurio) menunjukan
pertumbuhan miroorganisme murni lebih dari sama dengan 10 CFU pada biakan Urine.
Bakteriuria bermakna yang mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan
bakteriuria asimtomatik (covert bacteriurio). sebaliknya bakteriuria bermakna yang
disertai presentasi klinis ISK dinamakan bacteriuria bermakna sistomatik.
Menurut WHO dalam Safitri (2013) infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi
kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernapasan dan sebanyak 8,3 juta
kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering ditemukan pada wanita dari
pada laki-laki.
2) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih(ISK)
- nyeri dan terasa terbakar saat berkemih
- sering berkemih
- rasa tidak nyaman di perut bagian bawah
- terdapat darah di dalam urine
- urine bau
- demam
3) Etiologi Infeksi Saluran kemih (ISK)
Escherichia coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela,
enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (Sudoyo, Aru, dkk, 2009).
1.Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. EscherichiaColi : 90% penyebab ISK uncomplicated( simple )
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
2.Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat berbagai jenis orgnisme dapat
menyebabkan ISK.
Escherichia coli (80% kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny
merupakan organisme yang paling seringmenyebabkan ISK : kuman ini biasanya
ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK
antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus,
Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse-negatif. Beberapa factor
menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-kanak (Wong, 2008).
4) Patofisiologi infeksi saluran kemih(ISK)
Sebgian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus
dapat juga menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan oleh
Escheria Coli, suatu organisme yang ditemukan didaerah anus. Organisme-organisme
lain yang juga menyebabkan infeksi saluran kemih adalah golongan Proteus, Klebsiella,
Pseudomonas enterokok dan Staphylococus. Paa kebanyakan kasus, organisme tersebut
dapat mencapai kandung kemih saja atau dapat pula merambat keatas melalui ureter
sampai ke ginjal. Organisme juga dapat sampai diginjal melalui aliran darah atau aliran
getah bening, tetapi cara ini dianggap jarang terjadi. Tekanan dari aliran kemi
menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum
bakteri tersebut sempat menyerang mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah
kerja antibakteri yang dimiliki oleh selaput lendir uretra, sifat bakteri sidal dari cairan
prostat pada pria, dan sifat fagositik epitel kanung kemih. Meskipun ada mekanisme
pertahanan seperti ini, infeksi tetap mungkin terjadi dan kemungkinan ini berkaitan
dengan faktor preisposisi.
Obsttruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini mengakibatkan
atrofi hebat pada perenkim ginjal. Keadaaan ini disebut hidronefrosis. Disamping itu,
obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluks vesikuler dan
infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan perut ginjal atau uretra,
batu neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan congenital pada leher kandung kemih dan
penyempitan uretra.
ISK sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebi
pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperolah akses ke kandung
kemih. Faktor lain berperan meningkatkan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
kecenderungan menahan urin, oerubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi
serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang
pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel sewaktu
berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. wanita hamil mengalami
relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung
kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin di bagian-bagian tersebut.
Uterus paa kehamilan juga dapat menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan
tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
pembentukan selaput mucus yang dependen estrogen dikandung kemih. Mucus ini
memiliki fungsi sebagai antimikroba. Pada kedua jenis kelamin, proteksi terhadap ISK
terbentuk oleh sifat alami utin yang asam dan berfungsi sebagai bahan antibakteri.
Pengidap diabetes juga berisiko mengalami ISK berulang karena tingginya kaar glukosa
dalam urin, fungsi imun menurun, dan peningkatan frekuensi kandung kemih
neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau menggunakan kateter
urin untuk berkemih juga mengalami peningkatan risiko infeksi.
Skala GCS dinilai berdasarkan respons pasien terhadap rangsangan yang sesuai
diantaranya kemampuan untuk membuka mata (eye opening), kemampuan bicara atau
verbal (verbal performance) dan kemampuan respons motorik (motor responsiveness).
Skala GCS ini terutama digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien dengan
trauma kepala. Penilaian ini dilakukan pada saat pasien pertama kali dibawa ke UGD dan
penilaian dapat dilakukan oleh dokter maupun perawat. Penilaian skor GCS berulang
dalam beberapa waktu dapat digunakan untuk menilai apakah pasien mengalami
perbaikan atau penurunan. Skor GCS yang paling tinggi adalah 15 sedangkan skor GCS
yang paling rendah adalah 3. Semakin rendah nilai GCS, maka kemungkinan
keberhasilan perawatannya pun akan semakin kecil. Pasien yang memiliki nilai GCS
tinggi, berpotensi lebih besar untuk sembuh.
5) Pencegahan penyakit infeksi saluran kemih(ISK)
Urine Tampung
Beberapa studi menganggap penting adanya kekeruhan pada urine tampung tengah.
Penderita yang diduga menderita ISK sebagai langkah awal diakukan tampung urine
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Urine tampung ini sebaiknya diambil secara
aseptik dengan membersihkan dahulu genital eksterna dan orifisium uretra eksterna
agar terhindar dari kontaminasi,
Urinealisis Tes urine adalah elemen yang penting dalam tes diagnostik. Urinealisis
memberikan informasi tentang pyuria, bakteriuria, dan hematuria. Oleh karena
terdapatnya keterbatasan dalam mendeteksi sensitifitas ISK dengan kuman <10° cfu/ml
melalui pewarnaan gram secara mikroskopis adalah rendah, tetapi beberapa studi
menemukan bahwa petugas yang berpengalaman dapat mencapai ketepatan diagnostik
dengan cara ini daripada dengan kultur urine (Guido, 2010). Bakteri yang ditemukan
dalam spesimen dapat membantu diagnosis ISK. Urinealisis memiliki spesifisitas 97-
100% tetapi sensitivitasnya 25-67% ketika dibandingkan dengan kultur pada ASB.
Kultur Urine Kuman patogen akan terdeteksi dan teridentifikasi melalui kultur urine (
menggunakan urine tengah), hal ini juga memberikan estimasi dari tingkat
bakteriurianya. Tingkat minimum bakteriuria yang memberikan ISK sampai saat ini
belum distandardisasi oleh laboratorium mikrobiologi.
6) Penatalaksanaan infeksi saluran kemih( ISK)
Anatomi Fisiologi Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal
yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk
kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang
menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari
ginjal menyaing 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu
suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah
mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung
atau sekitar 1200 ml/menit. Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm
dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira
150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan.
Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak
lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan
permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan
keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan
ureter. Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada
dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan
dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara
masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi
kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya
kemih ke dalam ureter. Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian,
kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka
kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas
kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih
dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong
vesiko-uterina pada wanita.
Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi. Uretra pria panjang 18-20 cm
dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada
wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan.
Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun
dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal
dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah
kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf (Purwanto,
2016).

7) Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih


Tata laksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien, lokasi
infeksi,gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK. Sistitis dan
pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan pemberian
antibiotik merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya jaringan parut pada
pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil sampel urin untuk
pemeriksaan biakan urin dan resistensi antimikroba. Beberapa protokol penanganan ISK
telah dibuat berdasarkan hasil penelitian multisenter berupa uji klinis dan meta-analisis,
meskipun terdapat beberapa perbedaan tetapi protokol penanganan ini saling
melengkapi. Secara garis besar, tata laksana ISK terdiri atas:
1. Eradikasi infeksi akut,
2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal dan saluran
kemih, dan
3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang.
(Pardede, et al. 2011)
 Pengobatan Penyakit Infeksi Saluran Kemih:

1. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif.
2. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
3. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan
ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah episode bakteriuria signitifikan (yaitu infeksi dengan jumlah
kolonia > 100.000 mikroorganisme tunggal per ml) yang mengenai saluran kemih bagian
atas ( plelonefritis, abses ginjal) atau bagian bawah (sistitis), atau keduanya.
8) Asuhan Keperawatan
9) Pathway
Invasi mikroorganisme

(bakteri, virus)

Ke saluran kemih

Inflamasi/kerusakan TU Infeksi

Pertahanan tubuh menurun Hipertensi

Ginjal Ureter Vesika ureterine Uretra

Penurunan sel Iritasi


Iritasi Iritasi
darah

Pemuruhan Hb Ureum, kreatinin


Nyeri pinggang
meningkat
Daya tamping vesika
urinaria turun
Suplai O2 kurang Nause Krisis situasional

STEP 4

MIND MAPPIN
LEARNING OBJECTIVE

1.Mahasiswa mampu memahami definisi infeksi saluran kemih

2.Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala infeksi saluran kemih

3.mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit infeksi saluran kemih

4.mahasiswa mampu memahami patofisiologi infeksi saluran kemih

5.mahasiswa mampu memahami pencegahan penyakit isk

6.mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang pada penderita isk

7.mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan isk

8.mahasiswa mempu membuat asuhan keperawatan penyakit isk

9.mahasiswa mempu membuat dan memahami pathway isk

STEP 6

ANALISIS JURNAL
INFORMASI TAMBAHAN
Judul: Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Faktor Resiko
Yang   Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita di Universitas Lampung
Nama Jurnal: Medical Journal Of Lampung University Vol.7 No.3 Desember 2018
Penulis: Rani Purnama Sari & Muhartono
Tahun: 2018
ABSTRAK
Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia yang melibatkan ginjal, ureter, buli-
buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh berbagai macam bakteri
diantaranya E. Coli, klebsiella sp, proteus sp,providensiac, P.aeruginosa, acinobacter,
dan enterococu faecali, namun 90% disebabkan oleh E.Coli. Faktor faktor yang
mempengaruhi antara lain adalah, personal hygiene, menahan buang air kecil, dan
kurangnya asupan air putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi
kejadian infeksi saluran kemih dan faktor yang mempengaruhi pada karyawan wanita
di Universitas Lampung. Desain metode penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel 33 orang
karyawan wanita di Universitas Lampung. Teknik analisa data dilakukan secara
univariat dan bivariat. Uji statistik dilakukan dengan uji normalitas tabulasi silang
untuk analisis bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa 39,4% karyawan wanita
mengalami infeksi saluran kemih. Faktor resiko yang berhubungan dalam penelitian
ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara infeksi saluran kemih dengan
hygiene (p value = 0,019), menahan buang air kecil (p value = 0,005), kurangnya
asupan air putih (p value = 0,027).
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme di dalam saluran kemih manusia. Saluran kemih manusia merupakan
organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ yang
mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Menurut
National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK
merupakan penyakit infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan
sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi saluran kemih dapat menyerang
pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. 
Infeksi saluran kemih adalah salah satu penyakit infeksi dimana jumlah bakteriuria
berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urin >100.000 /ml urin. Bakteriuria
asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif tanpa keluhan, sedangkan
bakteriuria simtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif disertai
keluhan. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh berbagai macam bakteri diantaranya
E.coli, klebsiella sp, proteus sp,providensiac, citrobacter, P.aeruginosa, acinetobacter,
enterococu faecali,dan staphylococcus saprophyticus namun, sekitar 90% ISK secara
umum disebabkan oleh E.coli.
Infeksi saluran kemih disebabkan invasi mikroorganisme ascending dari uretra ke
dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal dipermudah
dengan refluks vesikoureter. Pada wanita, mula-mula kuman darianal berkoloni di
vulva kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan
atau mekanik akibat hubungan seksual dan perubahan pH dan flora vulva dalam siklus
menstruasi. 
Data statistik menyebutkan 20-30% perempuan akan mengalami infeksi saluran
kemih berulang pada suatu waktu dalam hidup mereka, sedangkan pada laki-laki hal
tersebut sering terjadi terjadi setelah usia 50 tahun keatas.5 Pada masa neonatus,
infeksi saluran kemih lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak
menjalani sirkumsisi dari pada bayi perempuan (0,7%), sedangkan pada masa anak-
anak hal tersebut terbalik dengan ditemukannya angka kejadian sebesar 3% pada anak
perempuan dan 1% pada anak laki-laki. Insiden infeksi saluran kemih ini pada usia
remaja anak perempuan meningkat 3,3% sampai 5,8%. 
Proses berkemih merupakan proses pembersihan bakteri dari kandung kemih,
sehingga kebiasaan menahan kencing atau berkemih yang tidak sempurna akan
meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi. Refluks vesikoureter (RVU) dan
kelainan anatomi adalah gangguan pada vesikaurinaria yang paling sering
menyebabkan sulitnya pengeluaran urin dari kantung kemih.7 Ketika urin sulit keluar
dari kantung kemih, terjadi kolonisasi mikroorganisme dan memasuki saluran kemih
bagian atas secara ascending dan merusak epitel saluran kemih sebagai host. Hal ini
disebabkan karena pertahanan tubuh dari host yang menurun dan virulensi agen
meningkat. 
Biasanya seorang klinisi memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis
ISK. Penegakan diagnosis ISK perlu diperhatikan kemungkinan yang dapat terjadi,
yaitu : diagnosis negatif palsu, keadaan ini akan mengakibatkan pasien ISK
berisiko untuk menderita komplikasi yang seriusdan diagnosis positif palsu, keadaan
ini akan menyebabkan pemeriksaan yangmahal seharusnya tidak diperlukan,
disamping pemberian terapi yang mestinya tidak diperlukan dengan akibat misalnya
resistensi kuman. 
Urinalisis dapat dilakukan dengan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan carik
celup. Pada pemeriksaan carik celup, leukosit esterase digunakan sebagai petunjuk
adanya sel leukosit di dalam urin. Hasil positif dari leukositesterase memiliki
hubungan yang bermakna terhadap jumlah sel neutrofil, baik dalam keadaan utuh
maupun lisis. Sedangkan pemeriksaan nitrit dalam urin dengan carik celup adalah
untuk mengetahui adanya bakteri di urin yang merubah nitrat (yang berasal dari
makanan) menjadi nitrit. Secara klinis ISK disertai dengan hasil positif pada
pemeriksaan nitrit dan leukosit esterase dapat memastikan adanya infeksi saluran
kemih, tetapi bila pemeriksaan leukosit esterase negatif maka ISK belum dapat
disingkirkan. Begitu pulahasil nitrit negatif tidak dapat diinterpretasikan tidak ada
bakteriuria. 
Penelitian lain banyak menyebutkan bahwa sensitifitas dan spesifisitas nitrit maupun
leukosit esterase, masing-masing memiliki hasil yang berbeda. Secara garis besar
kombinasi nitrit dengan leukosit esteras elebih baik dibanding sendiri-sendiri. Metode
carik celup terutama pada nitrit dan leukosit esterase urin cukup efektif digunakan
untuk mendiagnosis ISK, dengan mempertimbangkan harga yang murah, metode yang
mudah dan yang terpenting adalah cepatnya hasil yang didapat dibanding kultur urin. 
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka pada penelitian ini
akan diteliti tentang Melalui penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian karena ingin mengetahui prevalensi kejadian infeksi saluran kemih dan
faktor resiko yang mempengaruhi pada karyawan wanita di Universitas Lampung.
METODE
Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu sebuah metode yang
berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung. 
Adapun pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, dimana variabel terikat
dan variabel bebas diambil dalam waktu yang bersamaan. Variabel terikat penelitian
ini adalah kejadian infeksi saluran kemih sedangkan variabel bebasnya adalah
menahan buang air kecil, kurangnya minum air putih dan higienitas. Penelitian
dilakukan pada bulan Desember 2015 di Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian,
FMIPA, FKIP, FISIP Universitas Lampung. Populasi dari penelitian ini adalah
karyawan wanita yang bekerja di Universitas Lampung sebanyak 50 orang. Untuk
menentukan besarnya sampel, peneliti menggunakan rumus Gazper. Berdasarkan hasil
perhitungan maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 33 orang sampel. 
Prosedur penelitian ini adalah dengan membuat surat izin penelitian dari Fakultas
Kedokteran Unila untuk mengambil data di beberapa Fakultas-fakultas Universitas
Lampung. Kemudian pengisian lembar persetujuan menjadi responden penelitian
(informed consent). Melakukan pemeriksaan carik celup urin pada responden secara
langsung ditempat. Didapatkan data tentang kejadian ISK. Setelah itu dilakukan
pengolahan data dan analisis data. Data penelitian diambil setelah mendapatkan
persetujuan etik dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung dengan nomor surat No. 1148/UN26/8/DT/2016. Analisis data penelitian ini
menggunakan analisis univariat dan bivariat, yaitu Uji Chi-square.
HASIL
Penelitian mengenai Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih dan Faktor Resiko Yang
Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita yang dilakukan pada bulan Desember 2015 di
Universitas Lampung. Penelitian dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui analisis univariat dan bivariat.
Karakteristik responden berdasarkan usia pada karyawan wanita di Universitas
Lampung, diketahui bahwa dari 33 responden didapatkan mayoritas responden berusia
34 tahun yaitu pada 6 orang (18,2%). Terdapat masing-masing 5 responden (15,2%)
yang berusia 33 dan 37 tahun. Selain itu terdapat masing-masing 4 responden (12,1%)
yang berusia 35 dan 36 tahun. Terdapat 3 responden (9,1%) yang berusia 30 tahun.
Terdapat masing-masing 2 responden (6,1%) yang berusia 29 dan 32 tahun. Sisanya
terdapat 1 responden (3%) yang berusia 31 dan 38 tahun.
Karakteristik hygiene pada pada karyawan wanita di Universitas Lampung, diketahui
bahwa dari 33 responden didapatkan mayoritas responden menggunakan memiliki
hygiene yang kurang yaitu sebanyak 17 responden (51,5 %). Sedangkan sisanya
sebanyak16 responden (48,5%) memiliki hygiene yang baik.
Distribusi kebiasaan menahan buang air kecil pada karyawan wanita di Universitas
Lampung, diketahui bahwa dari 33 responden didapatkan mayoritas responden
memiliki kebiasaan untuk menahan buang air kecil yaitu sebanyak 18 responden
(54,5%). Sedangkan sisanya sebanyak 15 responden (45,5%) tidak memiliki
kebiasaan untuk menahan buang air kecil.
Distribusi kebiasaan minum air putih pada karyawan wanita di Universitas
Lampung, diketahui bahwa dari 33 responden didapatkan mayoritas responden
memiliki kebiasaan minum air putih yang cukup yaitu sebanyak 18 responden
(54,5%). Sedangkan sisanya sebanyak 15 responden (45,5%) memiliki kebiasaan
minum air putih yang kurang.
Hasil pemeriksaan urinalisis pada karyawan wanita di Universitas Lampung, diketahui
bahwa dari 33 responden didapatkan terdapat 13 responden mendapatkan hasil positif
pada leukositesterase dan sisanya sebanyak 20 responden memiliki hasil negatif.
Selain itu didapatkan 9 responden memiliki hasil pemeriksaan nitrit yang positif dan
sisanya sebanyak 24 responden memiliki hasil negatif pada pemeriksaan nitrit.
Kejadiaan infeksi saluran kemih pada karyawan wanita di Universitas
Lampung, diketahui bahwa dari 33 responden didapatkan mayoritas reponden tidak
mengalami infeksi saluran kemih yaitu sebanyak 20 responden (60,6%). Sisanya
sebanyak 13 responden (39,4%) mengalami infeksi saluran kemih.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,019 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara hygiene dengan
kejadianinfeksi saluran kemih. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Badran, dkk (2015) yang meneliti tentang pengaruh hygiene genital
dan aktivitas seksual pada infeksi saluran kemih wanita. Pada penelitian ini
didapatkan dari 200 orang wanita, frekuensi mandi berpengaruh terhadap kejadian
infeksi saluran kemih (p=0,004) selain itu didapatkan juga bahwa kebiasaan
mengganti celana dalam berpengaruh terhadap kejadian infeksi saluran kemih
(p=0,004). 
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu infeksi yang paling sering terjadi pada
wanita yaitu sekitar 25% dari semua infeksi yang terjadi pada wanita. Sekitar 50-60%
dari wanita akan merasakan infeksi saluran kemih selama dari hidupnya.14
Berdasarkan epidemiologi, E.coli dan Staphylococcus saprophyticus merupakan
penyebab yang paling sering menyebabkan infeksi saluran kemih yaitu sebesar 80%
terutama pada usia kurang dari 50 tahun.
Pada individu yang memiliki kebiasaan menahan buang air kecil akan mengganggu
fungsi pertahanan tubuh pada saluran kemih dalam melawan infeksi yaitu akan
terganggunya fungsi pengeluaran urin yang merupakan mekanisme untuk
mengeluarkan mikroogranisme secara alami. Kebiasaan menahan buang air kecil juga
akan menyebabkan stasis urin dan menyebabkan infeksi saluran kemih. Terdapat
peran potensial hubungan asupan cairan pada pencegahan infeksi saluran kemih
termasuk mempertahankan pH optimal urin. Kurangnya asupan minum akan berkaitan
dengan peningkatan osmolalitas dan keasaman urin. Sebagai konsekuensinya epitel di
saluran kemih akan secara tidak langsung akan memudahkan adhesi bakteri yang akan
menyebabkan peningkatan resiko infeksi saluran kemih.
Kritik Pada Jurnal 
1. Judul Jurnal
Judul dari jurnal adalah "Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan
Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita di Universitas
Lampung" judul tersebut sudah sangat jelas, karena sudah memuat penjelasan
dari isi keseluruhan jurnal. 
2. Isi Abstrak
➢ Seharusnya abstrak diketik miring (italic)
➢ Panjang abstrak sudah benar, yaitu terdiri dari (minimal 120 kata dan maksimal 250
kata)
3. Pendahuluan

➢ Latar belakang sudah tepat sesuai landasan teori


➢ Tujuan penelitian dalam pendahuluan tidak dimasukkan dan tidak dijelaskan secara
konkrit
4. Metode 

➢ Desain penelitian sudah sesuai dengan judul yaitu : deskriptif, meliputi keterangan
populasi, sampel, variabel penelitian dan cara pengolahan data
➢ Dalam metode, cukup jelas penjelasannya
 5. Hasil dan Pembahasan
Keterkaitan antara hasil dan teori telah tergambar jelas pada hasil pembahasan
yang dituliskan oleh peneliti. Namun, peneliti tidak menambahkan manfaat dari
hasil penelitian yang telah didapat.
6. Kesimpulan dan Saran
➢ Kesimpulan peneliti merupakan jawaban dari tujuan penelitian
➢ Penulis tidak memberikan saran pada institusi dan instansi tempat penelitian
7. Daftar Pustaka
Pada jurnal ini penulisan pustaka sudah sesuai dengan kaedah
Manfaat Keperawatan
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan untuk mendukung upaya
preventif guna menurunkan angka komplikasi Infeksi Saluran Kemih, sebagai media
informasi untuk menambah pengetahuan dan memotivasi penderita ISK agar dapat
menjaga aktvitasnya. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan
untuk penelitian selanjutnya, serta dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian
yang berhubungan dengan penelitian ini dengan mengendalikan faktor-faktor yang
dimungkinkan dapat mempengaruhi Infeksi Saluran Kemih

ASUHAN KEPERAWATAN
 
Tanggal masuk: tidak terkaji Jam: tidak terkaji
Tanggal pengkajian: tidak terkajiJam: tidak terkaji
Ruang:Prabu Siliwangi
1. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama: Tn. S. I
Umur: 39 tahun
Jenis kelamin: laki laki
Status: tidak terkaji
Agama: tidak terkaji
Pendidikan: tidak terkaji
Pekerjaan:tidak terkaji
Alamat: tidak terkaji
Sukubangsa: tidak terkaji
No. registrasi: tidak terkaji
Diagnosa medis: Infeksi Saluran Kemih
b. Identitas penanggung jawab
Nama: tidak terkaji
Umur: tidak terkaji
Jeniskelamin: tidak terkaji
Pendidikan: tidak terkaji
Pekerjaan: tidak terkaji
Agama : tidak terkaji
Status: tidak terkaji
Hubungan dengan pasien :tidak terkaji
Alamat: tidak terkaji
Sukubangsa: tidak terkaji
c. Keluhan Utama :
Nyeri abdomen bagian bawah
d. Keluhan Tambahan :
- Pasien mengatakan mual , nyeri abdomen pada bagian bawah perut
- pasien mengatakan .kalau buang air kecil urinenya agak berdarah 
 
e. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien datang ke IGD dirawat diruang prabu siliwangidengan keluhan
nyeri abdomen pada bagian bawah perut sejak dua 2 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Pasien masuk dengan Penatalaksanaan RS : tramdol 2x 1,
ranitidin 2x1, Cefriatoxin 1x1 gram
2. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Anggota pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien dan juga keluarga pasien tidak memiliki penyakit keturunan .
2. Data Objektif
a. Kesadaran Umum  : Nyeri abdomen pada bagian bawah perut
b. Kesadaran : Tidak Terkaji 
c. TTV
Nadi: 84x/ menit
Suhu: 37,80 C
Pernafasan: 20x/Menit
Tekanan darah: 138/90 mmHg
d. Pemeriksaan fisik
1) Mata: Tidak Terkaji
2) Paru-Paru: Tidak Terkaji
3) Jantung: Irama jantung teratur
4) Abdomen: bising usus (+), klien terlihat meringis kesakitan ketika dilakukan palpasi
dalam di area atas simphisis dengan skala 3 (1-5)
5) Pada ekstremitas akral hangat, CRT <dtk.
e.Pemeriksaan Penunjang
1.Cholesterol: 159
2.Trigliserid: 103
3.Urid acid: 45
4.Urium: 28,5
5.Kreatinin: 1,01
6.Total protein: 73
7.Alkali foltase:207
8.Total bilirubin: 80
9.SGOT: 29,7
10.SGPT: 22,1
f.Terapi Obat
1.Tramadol 2x1 tab
2.Ranitidin 2x1 tab
3.Cefriatoxin 1x1gram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1.2Analisis  Data
NO DATA ETIOLOGY MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS:  Agen Cedra Nyeri Akut 
  1. Pasien mengatakan nyeri abdomen bagian bawah Fisiologis   
  2. Pasien mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu kalau buang air kecil    
  urinenya agak bercampur darah    
       
       
  DO:     
  Pasien terlihat meringis menahan nyeri    
 Nadi  : 84x/ menit    
 Suhu   : 37,80C    
 Pernafasan   : 20x/menit    
 Tekanan darah   : 138/90mmHg    
       
       
  Ds :     
  Mengeluh mual     
2      
    gangguan rasa nyaman
Do:  gejala penyakit  
Tampak meringis  
Nadi  : 84x/ menit
Suhu   : 37,80C
Pernafasan   : 20x/menit
Tekanan darah   : 138/90mmHg
 

 
h. Prioritas Diagnosa Keperawatan : 
 - Nyeri Akut b.d Agen Cedra Fisiologis dibuktikan dengan mengeluh
- Gangguan Rasa Nyaman b.d Gejala Penyakit Dibuktikan Dengan Mengelu Mual
 
 
 
 
 
 
 
 
INTERVENSI
NO Diagnosa Tujuan intervensi Paraf
    Setelah dilakukan tindakan  Observasi    
1  Nyeri Akut b.d Agen Cedra keperawatan selama 2x24 identifikasi skala nyeri  
  Fisiologisdibuktikan dengan jam diharapkan nyeri akut berkurangmonitor keberhasilan terapi komplementer  
  mengeluh dan teratasi dengan kriteria hasil: yang sudah di berikan   
    Awa    
Indikator Target  Terapeutik
    l  
    Keluhan nyeri 5 Berikan teknik non farmakologis untuk  

    mengurangi rasa nyeri   
Meringis  5 1 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
     
Fungsi berkemih 1 5 nyeri 
   
  Fasilitasi istirahat dan tidur
   
       
       Edukasi
      Jelaskan strategi mengurangi rasa nyeri
      Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
       
       Kolaborasi
      Pemberian analgesik bila perlu 
       
       
Setelah dilakukan tindakan  
   
keperawatan selama 2x24  Observasi 
   
jam diharapkan nyeri akut berkurangIdentifikasi penurunan tingkat energi, ketidak
   
dan teratasi dengan kriteria hasil: mampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
   
Awa yangmengganggu kemampuan kognitif.
    Indikator Target
l Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
   
Mual 5 1  tekanan darah, dan suhu sebelum dan
   
sesudah latihan  
  gangguan rasa nyaman b.d gejala  
 Terapeutik 
  penyakit dibuktikan dengan  
Gunakan pakaian longar
  mengelu mual  
Gunakan nada suara lembut dengan irama
     
lambat dan berirama
2    
Gunakan relaksasi sebagai strategi
     
penunjang dengan analgesin atau tindakan
     
medis lain, jika sesuai.
     
 
   
 Edukasi 
   
Anjurkan mengambil posisi nyaman 
   
- Demonstrasikan dan lati teknik
   
relaksasih
   
 
 
 
 
 

Implementasi
Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA:

Grace, Pierce A. & Neil R Borley. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.

Afrian Nuari, Nian. & Dhina Widayati. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan &
Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.

Ferdhyanti, A Ulfa. (2019). Teknik Menghitung Leukosit dan Eritrosit Urine.


Ponorogo: Uwis Inspirasi Indonesia.
Ilham Aldikar Akbar, Muhammad. Brahmana Askandar Tjokroprawiro. & Hendy
Hendarto. (2020). Ginekologi Praktis Komprehensif. Jawa Timur: Airlangga
Universiti Press.

Darsono, P. V., Mahdiyah, D., & Fahrianti, F. (2016). Gambaran karakteristik ibu
hamil yang mengalami infeksi saluran kemih (ISK) di wilayah kerja Puskesmas
Pekauman Banjarmasin. DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN
KEPERAWATAN, 7(1), 150-159.

Akbar muhamad ilham aldika, tjokroprawiro brahmana askandar dan herdanto hendy.
2020. genikologi praktis komprehensif. Unair, Mulyorejo Surabaya; airlangga
University Press.

Sumber: (Binstock MA, Wolde-Tsadik G. 2005. Alternative prenatal care: impact of


reduced visit frequency, focused visits and continuity of care. J Reprod Med 2005;
157: 158-61.)

kurniati, Amelia dkk.2018.Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana


Sheehy.singapore :Elsevier Health Sciences.

Pardede, Sudung O et al. 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia (Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan)

.
 

Anda mungkin juga menyukai