Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KELOMPOK

TUTORIAL
SKENARIO 1
“DIBUANG SAYANG”

Mata Kuliah Keperawatan Sistem Perkemihan (Blok)

Disusun Oleh:

KELOMPOK IV
KELAS 1 B

Linda Muhammad Hilman Fadhil


Lukman Arizal Al Muttaqin Muhammad Humaidi
M. Rijanur Pratama Muhammad Irwannor Saputra
Magfirah Muhammad Musarafi
Makiah Muhammad Safi’i
Mega Apriani Harahap Nikmatullah Ridha

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
TAHUN AKADEMIK 2017-2018
PENYUSUN
No Nama NPM Jabatan
1 Linda 1714201210040 Anggota
2 Lukman Arizal Al Muttaqin 1714201210041 Anggota
3 M. Rijanur Pratama 1714201210042 Anggota
4 Magfirah 1714201210043 Anggota
5 Makiah 1714201210044 Notulen
6 Mega Apriani Harahap 1714201210045 Anggota
7 Muhammad Hilman Fadhil 1714201210046 Anggota
8 Muhammad Humaidi 1714201210047 Ketua
9 Muhammad Irwannor Saputra 1714201210048 Anggota
10 Muhammad Musarafi 1714201210049 Anggota
11 Muhammad Safi’i 1714201210050 Anggota
12 Nikmatullah Ridha 1714201210051 Anggota
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Penyusun


memanjatkan puji dan syukur, karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan
laporan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini adalah laporan tutorial skenario pertama yang mana judul
skenarionya adalah “Dibuang Sayang”. Yang mana tujuan penulisan ini sebagai
sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.
Selain itu, penulisan laporan ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah
Keperawatan Sistem Perkemihan (Blok).
Penyusun menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Kami berharap tugas ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya profesi
keperawatan.

Banjarmasin, Januari 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Skenario Kasus
“Di Buang Sayang”
Seorang pria, 37 tahun dirawat dibangsal Penyakit Dalam Pria karena sakit saat
buang air kecil sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan bahwa ia sering kali
menahan kencing selama 3 tahun terakhir karena ditempatkan pada bagian
pelayanan publik, dan sedikit minum air putih di setiap hari. Rasa sakit yang
dirasakan saat dilakukan pengkajian skala nyeri didapatkan skala 3 (sedang)
nyeri terus menerus di bagian bawah perut. Pemeriksaan fisik terasa nyeri ketika
di palpasi pada bagian perut bawah. Pasien juga mengalami Disuria.
Pemeriksaan Penunjang laboratorium: BP 110/90 mmHg, RR 20x/menit, HR
90x/menit, T 38,5 C. Pemeriksaan Kultur urin menunjukkan adanya bakteri
E.Coli, sehingga terjadi infeksi pada saluran kemih.
B. Analisa Kasus
1. Langkah 1: daftar istilah atau katas sulit
a) Disuria
b) Blood Pressure
c) Infeksi
d) E.Coli
e) Kultur Urin
2. Langkah 2: daftar pertanyaan
a) Apakah ada selain menahan kencing yang dapat menyebabkan infeksi
perkemihan?
b) Dari riwayat yang telah di jelaskan, apa yang paling dominan untuk
menyebabkan disuria?
c) Apakah lingkungan berpengaruh terhadap orang hingga terkena infeksi
saluran kemih?
d) Adakah tanda lain sebelum infeksi dari menahan kencing?
e) Saat palpasi pada abdomen bawah klien, apakah dapat langsung
dikatakan terinfeksi saluran kemih?
f) Gaya hidup seperti apa yang sangat merentankan terhadap infeksi saluran
kemih?
g) Kenapa menahan kencing dan sedikit minum air dapat menyebabkan
ISK?
h) Apa diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada
klien dengan ISK?
3. Langkah 3: jawaban dari istilah-istilah sulit dan pertanyaan-pertanyaan
a) Jawaban dari kata sulit
1) Disuria adalah nyeri saat hendak buang air kencil. Yang mana nyeri
terasa panas atau terbakar.
2) Blood Pressure adalah bahasa inggris dari tekanan darah.
3) Infeksi adalah adanya peradangan dengan gejala rumor, trubor, color,
dolor dan fungsiolaisa
4) E.Coli merupakan bakteri yang menyerang sistem perkemihan
maupun sistem pencernaan yang bila tidak ditangani akan
mengakibatkan masalah yang serius.
5) Kultur Urin adalah pemeriksaan klinik untuk mengetahui bakteri yang
terkandung dalam urin.
b) Jawaban dari pertanyaan
1) Apakah ada selain menahan kencing yang dapat menyebabkan infeksi
perkemihan?
Jawab:
Ada contoh nya seperti perubahan struktur saluran kemih , usia ,
gender, prevalensi bakteriuria.
Menurut Reny (2014) bermacam-macam mikroorganisme dapat
menyebabkan ISK. Mikroorganisme yang paling sering adalah
bakteri aerob. Saluran kemih normal dihuni oleh bakteri atau mikroba
lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Selain
bakteri aerob, ISK juga disebabkan oleh virus, jamur, dan ragi.
Kemudian menurut Jurnal e-Biomedic (eBM), Volume 1, Nomor 1,
Maret 2013 berikut adalah penyebab ISK:
 Pengidap diabetes ( karena tingginya kadar glukosa dalam urin )
 Penderita batu ginjal dan mengalami pembengkakan kelenjar
prostat
 Pria yang tidak disunat
 Cacat lahir
 Kelumpuhan saraf yang menyebabkan gangguan berkemih
2) Dari riwayat yang telah di jelaskan, apa yang paling dominan untuk
menyebabkan disuria?
3) Apakah lingkungan berpengaruh terhadap orang hingga terkena
infeksi saluran kemih?
Jawab:
Ya. Karena ada beberapa kebiasaan dari lingkungan yang tidak baik.
Yang mana jika dilakukan terus menerus maka akan berdampak
dengan timbulnya ISK
4) Adakah tanda lain sebelum infeksi dari menahan kencing?
Jawab:
Ada, contoh nya seperti anyang anyang atau rasa ingin buang air
kecil lagi,meski sudah di coba tapi tidak bisa , nyeri pada pinggang.
Menurut sumber lain gejala yang sering ditemukan pada Isk Adalah:
 Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria), polakisuria, dan
terdesak ingin berkemih (urgency).
 Stranguria (sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang).
 Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung
kemih meskipun telah kosong).
 Nokturia (kecenderungan sering buang air kecil pada malam hari).
 Prostatismus (kesulitan memulai berkemih).
5) Saat palpasi pada abdomen bawah klien, apakah dapat langsung
dikatakan terinfeksi saluran kemih?
Jawab:
Tidak. Kita harus melakukan pemeriksaan penunjang untuk benar-
benar memastikan apakah yg diderita klien tersebut memang infeksi
saluran perkemihan atau bukan. Dimana pemeriksaan penunjang
tersebut antara lain urinalisis, bakteriologis, tes kimiawi, dan
pemeriksaan radiologis lainnya.
6) Gaya hidup seperti apa yang sangat merentankan terhadap infeksi
saluran kemih?
Jawab:
Menurut Tessy (2011), berikut ini adalah gaya hidup yang rentan
terkena ISK:
 Kebersihan organ reproduksi tidak terjaga
 Sering menahan kencing
Selain itu ada beberapa juga gaya hidup lain yg bisa menyebabkan
ISK, antara lain:
 Tidak menjaga kebersihan
 Tidak sering ganti celana dalam
 Tidak banyak minum air putih
 Sering menahan kencing
 Tidak setia pada satu pasangan dalam melakukan hubungan
7) Kenapa menahan kencing dan sedikit minum air dapat menyebabkan
ISK?
Jawab:
Menahan kencing akan mengakibatkan obstruksi saluran kemih yang
bermuara pada kevesika urinarius dan akan menimbulkan
peningkatan tekanan VU yang juga berdampak pada penebalan
dinding VU karena hal tersebut makan akan terjadi penurunan
kontraksi otot VU maka terjadilah masalah kesulitan untuk berkemih
atau yang disebut dengan retensi urin.
8) Apa diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat diterapkan pada
klien dengan ISK?
Jawab:
Diagnosa yang biasa muncul pada klien dengan ISK adalah nyeri,
gangguan eliminasi urin dan kurang pengetahuan.
- Kaji TTV
Nyeri - Kaji frekuensi Nyeri
- Ajarkan tehnik distraksi dan
relaksasi
Gangguan eliminasi urine - Kaji frekuensi urine
- Kaji intake dan output
- Berikan pendidikan kesehatan
Kurang pengetahuan tentang penyebab dan tanda gejala

4. Langkah 5: learning objective


a) Definisi ISK
b) Etiologi ISK
c) Manifestasi Klinis
d) Patofisiologi
e) Pemeriksaan Penunjang
f) Penatalaksanaan
g) Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi ISK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu infeksi akibat berkembangnya
bakteri atau mikroorganisme di dalam saluran kemih , yang dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandung bakteri , virus , atau mikroorganisme lain,
Isk dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur , dan dari kedua
jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi saluran kemih di
banding pria. (Sudoyo Aru,dkk 2009 )
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Agus Tessy, 2011).
ISK adalah suatu keadaan dimana suatu proses peradangan akut ataupun kronis
dari ginjal sampai saluran kemih (Taufik Isman, 2015).

B. Etiologi ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya
suatu bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke saluran kencing.Radang area
lokal terjadi, diikuti dengan infeksi ketika organisme bereproduksi.Bakteri
radang muncul di kulit area genital dan memasuki saluran perkemihan melalui
pembukaan uretra.Organisme dapat juga masuk selama kontak seksual. Dalam
hal ini infeksi terjadi sebagai infeksi yang diperoleh dari komunitas yang tidak
kompleks.Pasien dengan kateter perkemihan bisa juga mengalami infeksi karena
adanya kateter yang memberikan suatu jalan kecil bagi bakteri untuk masuk ke
kandung kemih.Beberapa peralatan saluran kencing, misal cystoscopy, juga
memberikan suatu jalan kecil bagi bakteri untuk masuk kandung kemih.
Sebagian dari peralatan tidak disterilkan sepenuhnya antara pasien satu dengan
yang lainnya; peralatan diberi desinfektan dosis tinggi karena serat optik dan
lensa di dalam tidak akan tahan dengan temperatur tinggi yang diperlukan untuk
mensterilkan. Infeksi ini akan dipandang sebagai nosocomial. (Mary. 2014)
Menurut Nurarif (2015) ISK terjadi tergantung banyak factor seperti : Usia,
gender, pravelensi bakteriuria, dan factor predisposisi yang menyebabkan
perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Berikut menurut jenis
mikroorganisme dan usia:

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:


a) Escherichia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
b) Pseudomonas, proteus, klebsiella: penyebab ISK complicated
c) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
2. Pravelensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih kurang efektif
b) Mobilitas menurun
c) Nutrisi yang sering kurang baik
d) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e) Adanya hambatan pada aliran urin
f) Hilangnya efek bakterisid sekresi prostat
Menurut Buku Reni Yuli Aspiani Tahun 2015 dalam Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan Aplikasi
NANDA, NIC dan NOC Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh
mikroorganisme patogenik misalnya bakteri E. Coli, Streptokokus,
Pseudomonas, dll.
Faktor Resiko yang umum pada ISK adalah :
1. Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan
isinya secara sempurna.
2. Penurunan daya tahan tubuh.
3. Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan
prosedur sistoskopi.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Mary (2014) tanda dan gejala ISK adalah :

1. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih

2. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih


3. Susah buang air kecil karena iritasi lapisan mukosal

4. Rasa sesak/ penuh di dalam area suprapublik

5. Pungung bawah sakit

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala pada klien dengan ISK adalah sebagai
berikut:

1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna
putih, cokelat, atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan menandakan
ada darah yang terkandung dalam urin.
4. Nyeri pada pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal (diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual, dan muntah).
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-
sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
7. Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia,
problem minum dan sianosis (kebiruan).
8. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan suakr naik atau anoreksia.
9. Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi
kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang-
anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat.
D. Patofisiologi
Menurut Rendy dkk (2012) sebagian besar merupakan infeksi asenden. Pada
wanita, jalur yang biasa terjadi adalah mula-mula kuman dari anal berkoloni di
vulva, kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara
spontan atau mekanik akibat hubungan seksual. Pada pria, setelah prostat
terkoloni maka akan terjadi infeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat
pemasangan alat seperti kateter, terutama pada golongan usia lanjut. Kemudian
wanita yang sering menderita penyakit ini karena uretra yang pendek, masuknya
kuman dari hubungan seksual dan mungkin perubahan pH dan flora vulva dalam
siklus menstruasi. Dan pada wanita yang memiliki frekuensi berkemih yang
jarang. Seharusnya bakteri yang masuk di bersihkan oleh mekanisme pertahanan
tubuh, namun terdapatnya kelainan anatomi yang sering dijumpai adalah
nefropati refluks, nefropati analgesik, dan kehamilan. Pada pria biasanya akibat
batu dan prostat, sedangkan pada anak-anak karena kelainan kongenital.
Berdasarkan buku dari Isman (2015) ISK disebabkan oleh adanya
mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk
melalui kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada
dua jalur yaitu:
1. Asending
Faktor anatomi dimana pada wanita memiliki ureter yang lebih pendek
sehingga ISK lebih tinggi, tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat (DC), dan decubitus.
2. Hematogen
Pada pasien yang system imunnya rendah.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif (2015), berikut ini adalah beberapa pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada klien dengan terduga ISK :
1. Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta
jumlah kuman/ml urine
2. Investigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis
a) Ultrasonogram (USG)
b) Radiografi: Foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram
c) Isotop scanning
Madjid dan Suharyanto (2013) menyebutkan beberapa pemeriksaan penunjang
pada ISK, yaitu:
1. Urinalisis (leukosuria/pyuria, hematuria)
2. Bakteriologis (mikroskopis/biakan bakteri)
3. Kultur urine
4. Hitung koloni
5. Metode tes
a) Tes dipstick multistrip untuk WBC dan nitrit
b) Tes penyakit menular seksual
c) Dan tes tambahan lainnya

Menurut Mary (2014) berikut ini adalah beberapa pemeriksaan penunjang pada
pasien gangguan sistem perkemihan:
1. Tes kultur dan sensitivitas
Tes kultur melihat kemungkinan adanya bakteri didalam urin. Tes sensitivitas
menentukan antibiotik apa yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri.
Laboratorium membagi spesimen urin menjadi dua; satu bagian dikultur
untuk menentukan bakteri mana yang berkembang.Laporan persiapan harus
tersedia dalam 24 jam.Bagian kedua digunakan untuk menentukan pada
antibiotik mana organisme tersebut peka.
2. Cystoscopy
Tes ini menguji dinding kandung kemih untuk melihat kemungkinan
pertumbuhan dan tumor. Ini juga digunakana sebagai alat untuk
memindahkan tumor kecil, batu dan benda asing dan untuk mendilatasi
saluran kencing (uretra) dan saluran ginjal(ureter). Suatu cystoscope
dimasukan kedalam uretra ke kandung kemih, yang membuat struktur benar-
benar divisualisasikan; misalnya uretra, kandung kemih, ureter dan prostat.
3. Studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB)
Studi KUB adalah sinar x abdominal yang digunakan untuk mendeteksi batu
ginjal, bisul abdominal, paralytic ileus atau obstruksi.
4. Prostate spesific antigen (PSA) test
Tes ini mengukur tingkat PSA didalam darah. Tingkat PSA akan naik pada
psien dengan BPH (Begign Prostatic Hypertropy) atau kanker prostat.
Kenaikan tingkat PSA tidak memberi dokter cukup informasi untuk
membedakan antara kanker dan kondisi-kondisi protat jinak;namun, dokter
akan mempertimbangkan hasil tes ketika memutuskan apakah akan
mengorder penyaringan tambahan untuk kanker prostat. Tes ini juga
digunakan untuk memonitor perawatan dan untuk menguji kekambuhan
kanker prostat.
5. Pengumpulan urin 24 jam
Ini adalah tes diagnostik yang melibatkan pengumpulan urin pasien selama
24 jam.Tes ini biasanya digunakan untuk mengukur volume dan berbagai
faktor fungsi ginjal dan juga untuk menentukan pengeluaran sehari-hari unsur
tertentu seperti protein, elektrolit dan lain-lain.
6. Urinalysis
Urinalysis (analisa urin) adalah pengujian urin secara fisik, kimia, dan
mikroskopis.Pengujian inimeliputi sejumlah tes untuk mengevaluasi
spesimen urin mengenai penampilan, warna, kejelasan, pH, berat jenis, dan
kehadiran bakteri, darah kepingan-kepingan, glukosa, keton leukosit, protein,
RBC, dan WBC. Tes digunakan untuk mengkonfirmasikan gejala ISP, untuk
memeriksa diabetes karena kelebihan kadar glukosa, dan untuk memonitor
fungsi ginjal pada pasien gagsl ginjal.
7. Urine flow studies
Urine flow studies, juga dikenal sebagai uroflowmetry, mengukur kekuatan
dan volume per detik aliran urin dari kandung kemih ketika pasien buang air
kecil ke dalam mesin tes. Tes ini membantu mengidentifikasi sumbatan atau
kelainan Saluran kencing dan membantu mengevaluasi seberapa baik atau
seberapa buruk pasien buang air kecil.
8. Voiding cystogram
Tes ini melibatkan pengambilan gambar sinar x kandung kemih dan uretra
selama perkemihan.Suatu material kontras radiopaque ditanamkan ke dalam
kandung kemih via kateter Foley ke dalam sluran tubuh. Setelah sinar x
diambil, kateter dipindahkan. Pasien buang air kecil sementara sinar x
diperoleh. Tes ini dilakukan untuk mencari kelainan sistem perkemihan,
tumor kandung kemih, ureter, dan uretra, atau untuk mengeluarkan ( refluks)
urin dari kandung kemih ke ureter.
F. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015), berikut ini adalah 2 macam jenis penatalaksaan pada
pasien dengan ISK, yaitu:
1. Non farmakologi
Istirahat , diet , perbanyak vitamin a dan c untuk mempertahankan epitel
saluran kemih
2. Farmakologi
a) Antibotik sesuai kultur , bila hasil kultur belum ada dapat diberikan
antibiotikcefotaxime,cefriaxon,kontromoxsazol,trimethoprim,fluoroquino
lon,amoksisklin, doksisiklin, dan aminoglikosid.
b) Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi
penisilin dengan aminoglikosida.
c) Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksilin , nitrofurantoin atau
sefalosporin

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Menurut Muttaqin (2015) berikut ini adalah konsep asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem perkemihan atau ISK.
1. Anamnesis
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem
perkemihan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena
memnungkinkan 80% diagnosis masalah pasien dapat ditegakkan dari
anamnesis.
a) Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem perkemihan, meliputi:
1) Keluhan sistemik, antara lain gangguan fungsi ginjal (sesak napas,
edema, malaise) atau demam disertai menggigil akibat infeksi/
urosepsis
2) Keluhan lokal pada saluran perkemihan antara lain nyeri akibat
kelainan pada saluran perkemihan,keluhan miksi (keluhan iritasi dan
keluhan obstruksi ), hematuria, inkontenensia, disfungsi seksual, atau
infertilitas.
3) Keluhan sistemik :
 Sesak napas merupakan keluhan subjektif ( keluhan yang dirasakan
oleh pasien) berupa perasaan yang tidak nyaman, perasaan tidak
puas dalam bernapas, keinginan untuk menambah atau menghirup
udara sebanyak-banyaknya selama proses pernapasan.
 Edema, keluhan edema sering menjadi masalah yang menyebabkan
pasien mencari pertolongan kesehatan. Edema merupakan isitilah
akumulasi cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau
jaringan tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh ( sebagian ahli
memasukkan penimbunan cairan dalam sel juga merupakan
pengertian edema ).
 Malaise, keluhan malaise merupakan suatu kondisi perasaan yang
tidak nyaman, perasaan tidak ada keinginan untuk makan, atau
perasaan cepat lelah bila melakukan suatu aktivitas yang semuanya
memberikan manifestasi badan semakin lemah. Keluhan ini sering
berhubungan dengan pasien gagal ginjal kronis dengan penurunan
kadar sel darah merah atau anemia.
4) Keluhan lokal
Nyeri. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat melakukan pendekatan
PQRST sehingga pengkajian dapat lebih komprehensif. Kondisi nyeri
biasanya tergantung pada penyeab dasar, yang juga memengaruhi
lokasi dan distribusi penyebaran nyeri. Faktor lain, seperti faktor
psikologis, makanan, istirahat, regangan saraf, dan gangguan vaskuler
dapat memengaruhi secara langsung nyeri ini.
5) Keluhan miksi
Keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat miksi meliputi keluhan
akibat suatu tanda adanya iritasi, obstruksi, inkontinensia, dan enuresis.
Keluhan akibat iritasi meliputi polakisuria, urgensi, nokturia, dan
disuaria, sedangkan keluhan obstruksi meliputi hesistensi, harus
mengejan saat miksi, pancaran urine melemah, intermitensi, menetes,
dan masih terasa ada sisa urine sehabis miksi.
 Hematuria, hematuria merupakan suatu keadaan didapatkannya sel
darah merah di dalam urine. Ketika hematuria keluar, perawat perlu
memperhatikan apakah terjadi pada saat awal miksi, seluruh proses
miksi, atau akhir miksi.
 Inkoninensia urine, inkontinensia urine adalah ketidakmampuan
seseorang untuk menahan urine yang keluar dari kandung kemih,
baik didasari ataupun tidak disadari.
6) Keluhan disfungsi seksual
Disfungsi seksual pada pria meliputi libido menurun, kekuatan ereksi
menurun, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd ( air mani tidak keluar
pada saat ejakulasi ), tidak pernah merasakan orgasme, atau ejakulasi
dini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama seperti
menanyakan tentang perjalanan sejak timbul keluhan hingga pasien
meminta pertolongan. Misalnya: sejak kapan keluhan dirasakan, berapa
lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan
hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang sedang
dilakukan keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
memperingan keluhan .
c) Riwayat penyakit Dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami
sebelumnya terutama yang mendukung atau memperberat kondisi
gangguan sistem perkemihan pada pasien saat ini seperti pernahkah pasien
menderita penyakit kencing manis, riwayat kaki bengkak ( edema ),
hipertensi, penyakit kencing batu, kencing berdarah, dan lainnya.
Tanyakan: apakah pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit
apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya.
d) Pengkajian Psikososialspritual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan
pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini,
yang menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososialspiritual yang
seksama.
Masalah kesehatan sistem perkemihan yang bersifat kronis seperti gagal
ginjal terminal akan memberikan respon maladaptif terhadap konsep diri
pasien sehingga tingkat stress emosional dan mekanisme koping
digunakan berbeda-beda. Adanya nyeri dari gangguan saluran kemih akan
memberikan stimulus pada kecemasan dan ketakutan pada setiap pasien.
Peran perawat sangat penting diperlukan untuk menurunkan tingkat
kecemasan pasien.
Risiko pendapatan ekonomi yang rendah berpengaruh terhadap
kemampuan penderita dalam memenuhi tingkat kesehatannya. Status
pendidikan yang rendah memengaruhi persepsi pasien dalam
menanggulangi keadaan sakit sistem perkemihan.
Pada beberapa pasien yang diputuskan untuk dilakukan pembedahan yang
berhubungan untuk mengatasi masalah pada sistem perkemihan akan
memberikan implikasi keperawatan tentang penurunan kecemasan dan
pemenuhan informasi perioperatif.
2. Pengkajian Fisik
a) Keadaan Umum
Keadaan umum pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan dapat
dilakukan selintas pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian
tubuh, perlu dinilai secara umum kesadaran pasien kompos mentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokomatous, atau koma. Hal ini perlu dikaji karena
kondisi penurunan kesadaran dapat terjadi pada gangguan ginjal yang
bersifat sistemik seperti pada kondisi uremia dan pasien yang mengalami
gangguan keseimbangan asam basa.
b) B1 (Breathing)
Perubahan pola dan frekuensi napas cepat dan dalam.
c) B2 (Blood)
Pada gagal ginjal kronik dapat ditemukan gagal jantung kongestif yang
disebabkan oleh retensi cairan dan hipertemsi yang diakibatkan oleh
retensi natrium dan air, serta produksi renin yang berlebihan.
d) B3 (Brain)
Periksa adanya anemia an ikterus yang jarang (retensi nitrogen dapat
menyebabkan hemolisis). Periksa adanya neuropati perifer pada anggota
badan dengan gangguan motorik lebih nyata.
e) B4 (Bladder)
1) Inspeksi : Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas harus diperhatikan pada saat melakukan inspeksi pada
daerah ini. Pembesaran tersebut mungkin disebabkan karena
hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitoneum.
2) Palpasi : Palpasi ginjal dilakukan dengai memakai dua tangan. Tangan
kiri diletakkan di sudut kostovertebra untuk mengangkat ginjal ke atas,
sedangkan tangan kanan meraba ginjal dari depan.
3) Perkusi : Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebra. Perkusi pada pasien
pielonefritis, batu ginjal pada pelvis, dan batu ureter akan memberikan
stimulus nyeri.
4) Auskultasi : Tanda yang penting adalah adanya bruit ginjal. Bruit ginjal
paling jelas terdengar tepat di atas umbilikus, kira-kira 2 cm dari sisi
kiri atau sisi kanan garis tengah. Dengarkan dengan permukaan
diafragma dari stetoskop pada kedua daerah tersebut.
f) B5 (Bowel)
Pada pemeriksaan sering didapatkan adanya cegukan dan merupakan
tanda dari uremia terminalis.Adanya stomatitis dan bau amonia pada
saluran pencernaan menyebabkan pasien anoreksia.
g) B6 (Bone)
Pasien dengan gagal ginjal kronik sering kali memiliki corak kulit yang
pucat kekuning-kuningan (atau corak kulit yang coklat kotor). Kelainan ini
mungkin disebabkan gangguan oleh eksresi pigmen urine (urokrom) dan
anemia. Kulit dapat berwarna abu-abu sampai merah tua akibat desposisi
zat besi pada pasien yang mengalami dialisis yang telah mendapat
transfusi darah multipel.

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Prabowo dan Pranata (2014) diagnosa yang sering muncul, yaitu:
a) Diagnosa yang sering muncul pada ISK atas:
1) Gangguan rasa nyaman nyeri
2) Hipertermia
3) Gangguan eliminiasi urine
4) Kelebihan volume cairan
b) Gangguan yang sering muncul pada ISK bawah:
1) Gangguan rasa nyaman nyeri
2) Kelebihan volume cairan
3) Defisit pengetahuan
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan menurut Aspiani (2015),
yaitu:
a) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan struktur traktus urinarius
1) Kaji secara komprehensif tentang nyeri (penyebab, qualitas, daerah,
skala dan waktu munculnya nyeri)
2) Kaji latar belakang budaya pasien
3) Ajarkan penggunaan tekhnik non-farmakologi (relaksasi, guided
imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)
4) Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
5) Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
6) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
b) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus uriarius
1) Lakukan pengkajian yang komprehensif mengenai haluaran urine (pola
berkemih, fungsi kognitif, dan masalah perkemihan yang dialami klien)
2) Pantau eliminasi (frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna)
3) Pantau tingkat distensi kandung kemih melalui palpasi dan perkusi
4) Ajarkan klien untuk minum 200 ml cairan saat makan, diantara waktu
makan dan petang hari
5) Ajarkan klien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine dan pola
berkemih
6) Lakukan kateterisasi untuk urine residu
7) Pasang kateter urin
c) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi
1) Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
2) Jelaskan patofisiologi penyakit serta anatomi dan fisiologi
3) Jelaskan tanda-tanda dan gejala yang biasanya muncul
4) Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya
5) Berikan informasi tentang tindakan diagnostik yang dilakukan
6) Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin muncul
5. Kajian dalam Islam
‫ْال ُمت ه ه‬
‫ط ِه ِرينه هوي ُِحب التوا ِبينه ي ُِحب ّللاه ِإن‬
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Dari Anas, bahwasanya ia berkata, bahwasanya Rasulullah shallallahu ’alahi
wassalam bersabda:
‫ب ْالقَب ِْر ِمنَه‬
ِ ‫ تَن ََّزهُوا ِمنَ ْالبَ ْو ِل ؛ فَإِ َّن َعا َّمةَ َعذَا‬: ‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫َع ْن أَنس قَا َل‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬

“Bersihkan dari air kencing, karena sesungguhnya kebanyakan adzab kubur


itu dari air kencing (yang tidak dibersihkan)“ (HR. Daruquthni).
Berdasarkan hadist diatas dikatakan bahwa pentingnya menjaga kebersihan
diri, termasuk membersihkan diri dari hadast. Membersihkan diri (termasuk
organ kemaluan) setelah kencing wajib hukumnya, karena hal tersebut dapat
menghindari diri kita dari tidak sah nya sholat, adzab kubur & berbagai
macam penyakit (khususnya penyakit saluran perkemihan).
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ِ َ ‫طعَ ِام َوالَ َوه َُو يُدَافِعُهُ األ َ ْخبَث‬
‫ان‬ َّ ‫صالَة َ بِ َحض َْرةِ ال‬
َ َ‫ال‬

“Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada
shalat bagi yang menahan akhbatsan (kencing atau buang air besar).” (HR.
Muslim no. 560).
Bagi ulama yang berpendapat bahwa khusyu’ termasuk dalam kewajiban
dalam shalat, berarti maksud kata “laa” dalam hadits menunjukkan tidak
sahnya shalat dengan menahan kencing. Sedangkan menurut jumhur atau
mayoritas ulama bahwa khusyu’ dihukumi sunnah, bukan wajib. Sehingga
“laa” yang dimaksud dalam hadits adalah menafikan kesempurnaan shalat
atau hadits itu diartikan “tidak sempurna shalat dari orang yang menahan
kencing”. Selain dari segi ibadah menahan kencing juga dapat berakibat
buruk pada kesehatan. Ketika seseorang menahan buang air kecil, maka
kandung kemih akan melakukan mekanisme seperti halnya melar atau pun
meregang, hal ini tentunya akan mengakibatkan pompa di kandung kemih
tidak bisa berfungsi dengan baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang
banyak orang yang baru selesai buang air kecil, tak lama kemudian akan
timbul kembali rasa ingin pipis. Beberapa penyakit yang mengancan apabila
sering menahan buang air kecil, seperti: infeksi ginjal, batu ginjal, gagal ginjal
& infeksi saluran kemih (ISK).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan suatu infeksi akibat berkembangnya
bakteri atau mikroorganisme di dalam saluran kemih , yang dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandung bakteri , virus , atau mikroorganisme lain.
Dengan tanda dan gejalanya adalah frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung
kemih. urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih, susah buang air kecil
karena iritasi lapisan mucosal, rasa sesak/ penuh di dalam area suprapublik, dan
pungung bawah sakit.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit
dalam keperawatan salah satunya infeksi saluran kemih dan juga
meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik
dan benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam
memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawtan yang optimal khususnya pada klien yang
menderita penyakit infeksi saluran kemih dan perawat mampu menjadi
edukator yang baik bagi klien dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi
NANDA, NIC, dan NOC. Jakarta : Trans Info Media

Digiulio Mary (2014). Keperawatan Medika Bedah. Sistem Perkemihan.


Yogyakarta: KDT

Isman, Taufik. 2015.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Perkemihan Aplikasi NANDA NIC NOC. Jakarta: Trans
Info Media

Jurnal e-Biomedic (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013

Madjid & Suharyanto.2013.Asuhan Keperawatan dengan Klien Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: CV Trans Info Media

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Prabowo, Eko. & Pranata, Andi Eka. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rendy, M. Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Dan Penyakit Dalam. Yogjakarta : Nuha Medika

Tessy, Agus Ardaya, Suwanto. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi : 3. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai