Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI

SALURAN KEMIH

Sebagai Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Pada Praktek Klinik Keperawatan Semester V

Jurusan Keperawatan Ambon

Disusun Oleh :

Nama : Dewi Maruapey

Nim : P07120118013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

JURUSAN KEPERAWATAN AMBON

2021
A. KONSEP DASAR

1. Pengertian
Infeksi saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya di dalam saluran
kemih yang keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme yang lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun
wanita dari semua umur dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita infeksi dari pada pria. (Nurarif Huda Amin, 2015)

2. Etiologi
a. Bakteri (Eschericia coli)
b. Jamur dan virus
c. Infeksi ginjal
d. Prostat hipertropi (urine sisa)

3. Epidemiologi
Epidemiologi infeksi saluran kemih (ISK) cukup besar karena penyakit ini umum
terjadi dan telah mengenai sekitar 150 juta orang di seluruh dunia.
Di Amerika Serikat, lebih dari 7 juta orang dengan ISK berkunjung ke dokter
setiap tahunnya. Sekitar 15% dari komunitas yang diresepkan antibiotik adalah
penderita ISK.
Di Singapura, 4% dari wanita usia muda mengalami ISK dan angka kejadian
meningkat sampai 7% hingga usia 50 tahun. Data statistik dari Kementerian
Kesehatan Singapura melaporkan total 4.144 pasien ISK dirawat di rumah sakit
Singapura dalam 1 tahun, dengan rata-rata lama hari rawat sekitar 2-5 hari.

4. Anatomi dan Fisiologi


Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan
dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria)
yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar
kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal
menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu
suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun
sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah
jantung atau sekitar 1200 ml/menit. (Hadi purwanto, 2016)
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm
pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan
kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang
abdomen. Ginjalkanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi
kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut
hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh
darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada
dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar
dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik).
Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang
terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah
kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini
terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini
mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih.
Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-
organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-
uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem
reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan
bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra
internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke
dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter
internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi
dan pada cedera atau penyakit saraf.

5. Patofisiologi Narasi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
a. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat terdekat.
b. Hematogen.
c. Limfogen.
d. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :
1) Bendungan aliran urine :
a) Anatomi konginetal.
b) Batu saluran kemih.
c) Oklusi ureter (sebagian atau total).
2) Refluks vesi ke ureter.
3) Urine sisa dalam buli-buli karena :
a) Neurogenik bladder.
b) Striktur uretra.
c) Hipertropi prostat.
4) Gangguan metabolik.
a) Hiperkalsemia.
b) Hipokalemia
c) Agamaglobulinemia.
5) Instrumentasi
6) Dilatasi uretra sistoskopi.
7) Kehamilan
8) Faktor statis dan bendungan.
9) PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces
yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada
permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung
kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk
menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan
cetusan inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan
imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu
mekanisme normal.

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala infeksi saluran kemih, di antaranya:
a. Rasa nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil
b. Frekuensi buang air kecil meningkat, tapi hanya sedikit urine yang keluar
c. Terdapat darah di dalam urine
d. Rasa tidak nyaman di perut bawah dan panggul
e. Demam

7. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostic
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5-10 eritrosit/lpb sedimen air kemih
b. Bakteriologis
a) Mikroskopis : Satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
b) Biakan bakteri : 102– 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
c) Tes kimiawi : Tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji
carik.
8. Komplikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2. Gagal ginjal

9. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1. Istirahat
2. Diet perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih
b. Farmakologi
1. Antibiotik sesuai kultur bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotik
antara lain : Cefotaxime, ceftriaxon, kotrilmoxsazol, timetoprin,
fluoroquinolo.
2. Bila ada tanda-tanda urosepsi Dapa diberikan imipenen atau kombinasi
penisilin dengan aminoglokosida.
3. Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin. Nitropulantion atau
sefalosforing

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Data biologis meliputi :
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung
Riwayat kesehatan :
1. Riwayat infeksi saluran kemih
2. Riwayat pernah menderita batu ginjal
3. Riwayat penyakit DM, jantung.
b. Data Objektif
Pengkajian fisik :
1. Palpasi kandung kemih
2. Inspeksi daerah meatus
a. Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b. Pengkajian pada costovertebralis
Riwayat psikososial
Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
Persepsi terhadap kondisi penyakit
Mekanisme kopin dan system pendukung
Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
a. Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
b. Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan Infeksi Saluran Kemih
b. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan Infeksi Saluran Kemih
c. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

Nyeri yang berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang
dengan ISK tindakan keperawatan selama memperberat atau meringankan nyeri.
3x 24 jam pasien merasa
nyaman dan nyerinya Rasional : Rasa sakit yang hebat
berkurang. Kriteria Hasil : menandakan adanya infeksi

1. Pasien mengatakan / tidak Berikan waktu istirahat yang cukup


ada keluhan nyeri pada saat dan tingkat aktivitas yang dapat di
berkemih. toleran.

Rasional : Klien dapat istirahat dengan


2. Kandung kemih tidak tenang dan dapat merilekskan otot-otot
tegang
Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika
3. Pasien nampak tenang tidak ada kontra indikasi

4. Ekspresi wajah tenang Rasional : Untuk membantu klien


dalam berkemih

Berikan obat analgetik sesuai dengan


program terapi.

Rasional : Analgetik memblok lintasan


nyeri

Perubahan pola eliminasi Tujuan : Setelah dilakukan Ukur dan catat urine setiap kali
urine berhubunganm tindakan keperawatan selama berkemih
dengan ISK.. 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan pola Rasional : Untuk mengetahui adanya
eliminasi secara adekuat. perubahan warna dan untuk
Kriteria : mengetahui input/out put

Klien tidak kesulitan pada Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3


saat berkemih jam

Klien dapat bak dengan Rasional : Untuk mencegah terjadinya


berkemih penumpukan urine dalam vesika
urinaria.

Kurang pengetahuan yang Tujuan : Setelah dilakukan Kaji tingkat kecemasan


berhubungan dengan tindakan keperawatan klien
kurangnya informasi tidak memperlihatkan Rasional : Untuk mengetahui berat
tentang proses penyakit. tandatanda gelisah. Kriteria ringannya kecemasan klien
hasil : Beri kesempatan klien untuk
1. Klien tidak gelisah mengungkapkan perasaannya

2. Klien tenang Rasional : Agar klien mempunyai


semangat dan mau empati terhadap
perawatan dan pengobatan

Beri support pada klien

Rasional : Agar klien kembali


menyerahkan sepenuhnya kepada
Tuhan YME.Beri support pada klien
Beri penjelasan tentang penyakitnya

Rasional : Agar klien mengerti


sepenuhnya tentang penyakit yang
dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi purwanto. (2016). Keperawatan medikal bedah II. Jakarta Selatan: Kemenkes.

Nurarif Huda Amin, K. H. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
Nanda Nic-Noc (M. Action (ed.); Jilid 2).

Anda mungkin juga menyukai