PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK). Berikut 10 besar penyakit
tidak menular di indonesia menurut litbangkes 2015 : penyakit
pembuluh darah otak (21%), penyakit jantung iskemik (12.9%),
diabetes mellitus(6.7%), TBC (5.7%), hipertensi dengan
komplikasinya(5.3%), penyakit saluran napas bawah kronik (4.9%),
penyakit hati (2.7%), kecelakaantransportasi (2.6%), pneumonia
(2.1%), diare (1.9%)
2
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan
Hipertensi di Ruangan Interna Laki RSUD dr. M. Haulussy Ambon ?
C. TUJUAN
1. Dapat melakukan pengkajian data focus pada pasien Tn. L
Dengan Hipertensi di Ruangan Interna Laki RSUD dr. M.Haulussy
Ambon
2. Dapat merumuskan diagnose keperawatan pada pasien Tn. L
Dengan Hipertensi di Ruangan Interna Laki RSUD dr. M.Haulussy
Ambon
3. Dapat menyusun rencana tindakan pada pasien Tn. L Dengan
Hipertensi di Ruangan Interna Laki RSUD dr. M.Haulussy Ambon
4. Dapat melakukan implementasi keperawatan pada pasien Tn. L
Dengan Hipertensi di Ruangan Interna Laki RSUD dr. M.Haulussy
Ambon
5. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Tn. L
Dengan Hipertensi di Ruangan Interna Laki RSUD dr. M.Haulussy
Ambon
D. MANFAAT
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai pengembangan program dengan mengitegrasikan
intervensi manajemen diri sebagai strategi efektif dan efesien
sebagai upaya pencegahan, pengontrolan, dan pengendalian
risiko tidak menular di pelayanan RSUD dr. M. HAULUSSY
AMBON pada aggregate lansia dengan Hipertensi.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam memberikan
pembinaan, pengembangan dan memberikan motivasi pada
perawat untuk melaksanakan kegiatan dalam meningkatkan
manajemen diri pada asuhan keperawatan pada pasien untuk
mandiri dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian
yang disebabkan oleh Hipertensi.
3
3. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan partisipasi aktif
dengan menunjuk anggota kesehatan seperti kami dalam rangka
membantu memfasilitasi dan memotivasi pasien untuk aktif dalam
kegiatan “GENSIT MANDIRI” dan melanjutkan keberlangsungan
kegiatan dan intervensi dalam jangka panjang diaman kami yang
dipilih dan untuk meningkatkan status kesehatan lansia dengan
Hipertensi di RSUD dr. M. HAULUSSY AMBON.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain, seperti : penyakit saraf,
ginjal (Sylvia A.price)
2. Penyebab Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer.
5
Penyebab yaitu penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan menjadi :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama ayau lebih besar
dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan usia lanjut adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub jantung menebal.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahunsesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraaksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah hal ini terjadi karena
kurangnya keefektifitas bpembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
6
o
1. Optimal < 120 < 80
2 Normal 120 - 129 80 - 84
3. High normal 130 - 139 85 - 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 - 159 90 - 99
Grade 2 (sedang) 160 - 179 100 - 109
Grade 3 (berat) 180 - 209 100 - 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
7
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan
tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium.
Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung.
4. Manifestasi klinis
8
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penetuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi Yaitu :
1) Mengelh sakit kepala, pusing.
2) Lemas, kelelahan.
3) Sesak napas.
4) Gelisah.
5) Mual.
6) Muntah.
7) Epistaktis.
8) Kesadaran menurun.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/ kraetinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
b. CT scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
9
c. EKG : Dapat menunjukkan pola regangan dimana luas,peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
d. IUP : Mengidentifikasi penyebab hipertensi seprti : batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e. Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan
BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan
penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron
dalam plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Pilihan obat untuk terapi permulaan :
1) Hipertensi tanpa indikasi khusus :
a) Hipertensi derajat 1
( TD ) sistolik 140 – 159 mmHg atau tekanan diastolic 90 –
99 mmHg. Umumnya diberikan diuretic gol thiazide. Bisa
dipertimbangkan pemberian penghambat EKA, ARB,
penyekat β, antagonis Ca atau kombinasi.
b) Hipertensi derajat 2
( TD ) sistolik ≥ 160 mmHg atau Td diastolik >100 mmHg.
Umumnya diberikan kombinasi 2 macam obat. (biasanya
diuretic gol.Thiazide dan penghambat EKA atau ARB atau
penyekat β, atau antagonis Ca.
10
2).Hipertensi Indikasi khusus :
Obat -obat untuk indikasi khusus. Obat anti hiprtensi lainnya
(diuretik, penghambat EKA, ARB, penyekat B, antagonis Ca)
sesuau yang diperlukan
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup,
monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi
vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/
bertunda.
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
11
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat
penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,
glikosuria.
f. Neurosensori
Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan
menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan
kabur,epistakis).
Tanda :Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan kekuatan genggaman
tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit
kepala.
h. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dari kativitas / kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batukdengan / tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
12
a) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi,
tidak terjadi iskemia miokard.
Intervensi keperawatan :
1) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan
tehnik yang tepat.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral danperifer.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian
kapiler.
5) Catat edema umum.
6) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7) Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt
tidur/kursi.
8) Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
9) Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan
leher.
10) Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
11) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan TD, mempertahankan TD
dalam rentang yang dapat diterima,
memperlihatkan irama dan frekuensi
jantung stabil.
b) Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
13
Intervensi keperawatan :
1) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan.
2) . Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
3) Batasi aktivitas.
4) Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
5) Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
6) Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti
kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan
imajinasi, hindari konstipasii.
Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak adanya
sakit kepala dan tampak nyaman.
c) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
2) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur,
duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
3) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
4) Amati adanya hipotensi mendadak.
5) Ukur masukan dan pengeluaran
6) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
7) Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi
jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam
batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Haluaran urin
30 ml/ menit ada tanda-tanda vital stabil.
d) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan ; Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
14
Intervensi keperawatan :
1) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan
prosedur.
2) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh
dengan stress.
3) Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu
pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik.
4) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter.
5) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk
dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan
muntah..
6) Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil.
7) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat
berat.
8) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai
pesanan.
9) Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan
yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti
kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol.
10) Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan pengetahuan
dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini. Melaporkan
pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.
e) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup
monoton.
Kriteria Hasil : klien dapat mengidentifikasi hubungan antara
hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola
makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara
individu.
Intervensi keperawatan :
15
1) Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dengan kegemukan. (Kegemukan adalah resiko
tambahan pada darah tinggi, kerenadisproporsi antara kapasitas
aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa
tumbuh).
2) Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan
kebiasaan makan menunjangterjadinya aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk
hipertensi).
3) Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi
untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untukmenurunkan berat badan, bila tidak maka
program sama sekali tidak berhasil).
4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
(mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit
terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
5) Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien,
Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
(Penurunan masukan kaloriseseorang sebanyak 500 kalori per
hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu.
Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikankehilangan
lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
kebiasaan makan).
6) Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan
dan perasaan sekitar saatmakanan dimakan. (memberikan data
dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi
16
emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian
pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan).
7) Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur,
es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,
produk kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak
jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis).
8) Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan
konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual).
17
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
BAB III
18
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.L dengan Hipertensi
di Ruangan Interna Laki RSUD Dr.M. Haulussy Ambon.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IDENTITAS
Nama : Tn. L
Umur : 81 Tahun
Bahasa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
PENANGGUNG JAWAB
19
Nama : Ny. N
Faktor pencetus :-
20
P : Nyeri saat bergerak
S : 4 (Sedang)
811
11
KETERANGAN :
: Laki - Laki
: Perempuan
21
: Perempuan meninggal
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Meninggal
: Pasien
PENGKAJIAN PERSISTEM
Konsistensi : cair
22
Nadi : 87 x / menit
Refleks : Normal
2. Mata (penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. visus : Normal
c. Pupil : Isokor
23
e. Medan Penglihatn : Normal
3. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk : Normal
4. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
5. Perasa : Normal
6. Peraba : Normal
Warna : Kuning
Bau : Amoniak
24
1. Mulut dan Tenggorokkan
a. Mulut : Normal
b. Lidah : berwarna merah dan tampak kotor
c. Kebersihan Rongga Mulut : Berbau
d. Tenggorokkan : normal
e. Abdomen : sogul, tidak ada luka
f. Pembesaran Hepar : Tidak ada
g. Pembesaran Lien : Tidak ada
h. Asites : tidak ada
2. Masalah Usus Besar dan Rektum / Anus
a. BAB : 1x/hari
b. Konsetensi : padat
REPRODUKSI
Laki – laki:
25
Bentuk kelamin : Normal
ENDOKRIN
26
1. Makan
Frekuensi 3x/hari, 1 porsi 3x/hari, ½ porsi
Jenis Bubur, ikan,sayur Bubur,telur
Diit Bubur, ikan, sayur Bubur, telur
Pantangan - -
Yang disukai Nasi, ayam. -
Yang tidak disukai - -
2. Eliminasi
BAB 2x/hari 1x/hari
BAK Terpasang kateter
3. Kebersihan Diri
Mandi 2x/hari 1x/hari
Keramas 1x/hari -
Sikat gigi 2x/hari -
Memotong kuku 1x/seminggu -
Ganti pakaian 2x/hari 1x/hari
4. Istirahat & aktivitas
Tidur malam 8 jam 6 jam
Aktivitas 5 jam 1 jam
5. Minum
Frekuensi 8 gelas/hari 4gelas/hari
Jenis Air putih Air putih
PSIKOSOSIAL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
27
Grnolaget :87,9 %
Therapy :
2x1 AS. Trampeksanler /IV
2x500 citocolit /IV
1x1 ns/drip
2x1 laterce /kp/IV
KLASIFIKASI DATA
28
Pasien mengatakan : Pasien tampak :
1. Sesak napas 1. Sesak napas dan terpasang O2
2. Nyeri 4 Lpm (Nasal Kanule)
P : nyeri saat bergerak 2. S : 4 ( sedang)
Q : nyeri seperti kram T : 2-3 menit hilang timbul
R : nyeri di bahu kanan Meringis
belakang 3. TD : 160 / 100 mmHg
3. Pusing N : 87 x/menit
4. Lemas 4. Ekstrimitas kanan atas dan
5. Terasa nyeri dibahu sebalah bawah terbatas (Tidak dapat
kanan melakukan aktivitas sendiri )
5. Adanya sputum berwarna putih
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
29
P : saat bergerak
Q : hilang timbul
R : bahu kanan
bagian belakang
DO :
- Meringis
- Skala 4
( sedang )
- Time 2-3 menit
3. DS : Intoleransi aktivitas Hambatan
Mobilitas Fisik
- Pasien
mengatakan
merasakan
lemas.
- Ekstrimitas kanan
atas dan kanan
bawah terbatas
( tidak dapat
melakukan
aktivitas)
DO :
- Dalam
melakukan
aktiviitas pasien
dibantu.
- Kebutuhan ADL
dibantu oleh
perawat dan
keluarga.
- Pasien tampak
merasakan nyeri
bahu di kanan
30
belakang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d Hiperventilasi
2. Nyeri akut b/d agen cedera biologis.
3. Hambatan mobilitas fisik b/d Intoleransi aktivitas
31
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor respirasi dan
efektif b/d tindakan keperawatan status o2 oxygen
hiperventilasi 2 x 24 jam, diharapkan terapi
pola napas efektif 2. Atur posisi pasien
dengan kriteria hasil : (semi fowler)
1. Sesak nafas 3. Ajarkan pasien
berkurang relaksasi napas
2. Pernapasan 20x/menit dalam
3. SpO2 : 90 % 4. Berikan O2 dengan
menggukan nasal
canul
5. Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan relaksasi
dalam
2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Kaji karateristik nyeri
agen cidera tindakan keperawatan secara komprensif
biologis selama 2x24 jam 2. Observasi TTV
diharapkan nyeri tidak 3. Berikan posisi yang
terjadi, dengan kriteria nyaman (semi fowler)
hasil : 4. Anjurkan teknik
1. Nyeri berkurang relaksasi
dengan skala 1 5. Kolaborasi pemberian
2. Tidak lagi meringis obat analgetik
32
3. Ajarkan pasien
tentang ambulasi
4. Ajarka pasien
bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan.
5. Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan
D. Tindakan keperawatan
33
09:50 WIT - O2 : 3 liter/menit
2. Mengatur posisi
pasien (semi fowler)
Hasil :
- Pasien
merasakan
nyaman
2. 10:15 WIT 1. Mengkaji
karakteristik nyeri
06/12/2019 Hasil :
P : nyeri bahu akibat
cidera biologis,
diberi obat
Q : nyeri seperti
kram
R : nyeri dibahu kiri
10:40 WIT belakang
S : 3 (sedang)
T : 1-2 menit hilang
timbul
2. Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 150/100 mmHg
N : 89 x/menit
RR : 26 x/menit
3. 11:30 WIT 1. Mengajarkan
pasien
bagaimana
06/12/2019 merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
34
Hasil :
- Pasein dapat
merubah posisi
sendiri
E. Evaluasi
No Tanggal Evaluasi
Diagnos Jam
e
1 10:00 WIT S : pasien mengatakan masi merasakan
sesak nafas.
06/12/2019 O : tampak sesak
RR : 26 x/menit
O2 : 3 liter /menit
A : pola nafas belum teratasi
P : intervsnsi dilanjutkan
1. Monitor respirasi dan status o2
oxygen terapi
2. Atur posisi pasien (semi fowler)
3. Ajarkan pasien relaksasi napas
dalam
4. Berikan O2 dengan menggukan
nasal canul
5. Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan relaksasi dalam
2 11:00 WIT S :pasien mengatakan masi merasakan
nyeri dibahu kanan belakang, nyeri
seperti kram
06/12/2019 O : meringis, skala nyeri 3 (sedang),time
35
1-2 menit hilang timbul
A : nyeri belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Kaji karateristik nyeri secara
komprensif
2. Observasi TTV
3. Berikan posisi yang nyaman
(semi fowler)
4. Anjurkan teknik relaksasi
5. Kolaborasi pemberian obat
analgetik
3 12:30 WiIT S : pasien mengatakan masi
merasakan lemas
O : - tidak dapat melakukan aktivitas
06/012/2019 sendiri
- Dibantu keluarga dalam
melakukan kegiatan ADL
A : hambatan mobilitas belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Observasi vital sign
sebelum/sesudah latihan dan
lihat respon pasien ssat latihan
2. Kaji kemampuan pasien dalam
mobililsaasi
3. Ajarkan pasien tentang ambulasi
4. Ajarka pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
5. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
36
F. Catatan Perkembangan
37
(sedang),time 1-2 menit
hilang timbul
A : nyeri belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Kaji karateristik nyeri
secara komprensif
2. Observasi TTV
3. Berikan posisi yang
nyaman (semi fowler)
4. Anjurkan teknik
relaksasi
5. Kolaborasi pemberian
obat analgetik
3 12:15 WIT 1. Mengajarkan pasien Jam : 13.30 WIT
bagaimana merubah posisi S : pasien mengatakan masih
07/12/201 dan berikan bantuan jika merasakan lemas
9 diperlukan O : - tidak dapat melakukan
aktivitas sendiri
- Dibantu keluarga dalam
melakukan kegiatan ADL
38
4. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
5. Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hasil Pengkajian data focus yang penulis dapatkan pada pasien Tn.
L yang dirawat di ruangan Intern Laki RSUD dr. M.Haulussy Ambon
didapatkan pasien mengatakan sesak nafas,
39
2. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada pasien Tn. L yang
dirawat di ruangan Intern Laki RSUD dr. M.Haulussy Ambon adalah
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan,
3. Rencana Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien Tn. L
yang dirawat di ruangan Intern Laki RSUD dr. M.Haulussy Ambon
disesuaikan dengan rencana yang telah disusun sesuai dengan
masalah keperawatan yang ditemukaan
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien Tn. L yang
dirawat di ruangan Intern Laki RSUD dr. M.Haulussy Ambon adalah:
a. pola nafas tidak efektif
1) Memonitor respirasi dan status O2 oxygen therapy
2) Mengatur posisi pasien (semi fowler)
b. nyeri akut
1) Mengkaji karakteristik nyeri
2) Mengobservasi TTV
c. hambatan mobilitas fisik
1) Mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
5. Evaluasi yang dilakukan selama 2 x 24 jam pada pasien Tn. L yang
dirawat di ruangan Intern Laki RSUD dr. M.Haulussy Ambon
didapatkan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,
setelah kami memberikan asuhan keperawatan selama dua hari
nyeri teratasi, Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi dan hambatan mobilitas fisik berhubungan denga
intoleransi aktivitas, setelah kami memberikan asuhan keperawatan
selama dua hari masalah belum teratasi.
B. SARAN
1. Bagi Rumah Sakit
a. Diharapkan adanya pengembangan intervensi keperawatan
dalam meningkatkan manajemen diri dan kualitas hidup pasien
dengan Hipertensi
40
b. Diharapkan adanya pelaksanaan intervensi keperawatan pada
pasien dengan Hipertensi.
2. Bagi Institusi
a. Diharapkan adanya pencegahan secara dini melalui intervensi
promotif dan preventif sehingga insiden penyakit Hipertensi pada
pasien dapat dicegah dan diturunkan pasien tidak menjadi beban
bagi pemerintah, masyarakat dan keluarga.
3. Bagi penulis
a. Sebagai bahan untuk melakukan pelayanan kesehatan
khususnya pasien dengan Hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
41
NANDA (2015) aplikasi keperawatan berdasarkan diagnose medis. Jogja.
Mediactin.
SDKI (2017) standard diagnose keperawtan Indonesia devinisi dan
indicator. Jakarta selatan.mediaction
SDKI ( 2018) standard dan intervensi keperawatan Indonesia devinisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta selatan. Mediaction.
Koes Irianto, 2017, Anatomi Dan Fisiologi. Alfabeta cv, Bandung.
42