Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “N.C” DENGAN HIV/AIDS DI


DESA WAITATIRI, KECAMATAN SALAHUTU, KABUPATEN MALUKU
TENGAH

Sebagai Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Pada Praktek Klinik Keperawatan Semester V

Jurusan Keperawatan Ambon

Disusun Oleh :

Kelompok Kebutuhan Gangguan Sistem Imun :

1. Anisa F. Ningrum 11. Joselin Y. Corputty


2. Arwin Gay 12. Vanesya Tutkey
3. Fadlun Kaliky 13. Jubelina Manakane
4. Fahry Ardiansyah 14. Nabira Hukul
5. Yuni A. Oppier 15 Hesty Ruhulessin
6. Merlin Sindang 16. Debora Tuanahu
7. Oktovina R. Imoliana 17. Elma A. Tuharea
8. Gresty E. Latumaelissa 18. Sri Wulandari Simbolon
9. Eras M.H. Lekalait
10. Jordi Manuputy

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KEMENKES MALUKU

JURUSAN KEPERAWATAN AMBON

2021
II
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa. Dengan segala rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, akhirnya kami dapat

menyelesaikan “Laporan Asuhan Keperawatan Kasus Seminar Praktek Klinik

Keperawatan Medikal Bedah II”. Meskipun banyak hambatan yang kami

alami dalam proses pengerjaan, tetapi kami berhasil menyelesaikan laporan

seminar ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing 1

dan Pembimbing 2 yang telah membimbing kami dan membantu dalam

menyusun laporan seminar ini.

Kami berharap atas selesainya laporan seminar ini dapat bermanfaat

untuk mendapatkan informasi mengenai hal berbicara bagi siapun yang

membacanya.

Kami menyadari sepenuhnya karya tulis ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran membangun dari

para pembaca. Kami mohon maaf jika ada kata–kata atau kalimat yang

kurang tepat. Semoga laporan seminar ini dapat bermanfaat. Untuk itu kami

mengucapkan terima kasih.

Ambon, 01 Februari 2021

III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

2. Etiologi

3. Patofisiologi (Narasi dan Patoflow)

4. Manifestasi klinik

5. Pemeriksaan Penunjang

6. Penatalaksanaan

a. Medik

b. Keperawatan

IV
B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian (data fokus)

2. Diagnosa Keperawatan

3. Rencana keperawatan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM IMUN

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Perencanaan

D. Pelaksanaan

E. Evaluasi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

V
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

HIV/AIDS saat ini merupakan penyakit yang dianggap paling

menakutkan. WHO (World Health Organization), badan PBB untuk

kesehatan dunia, memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25

juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Pada

tahun 2005 saja, AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak

2,4 hingga 3,3 juta jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah

anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-

Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan

menghancurkan persediaan sumber daya manusia di sana. Oleh

karena itu, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan

dalam sejarah.

Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat

menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada hanya

berfungsi untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang

masa hidup penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan

diagnosa dini terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan

penyakit yang tidak menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama


padahal pada masa tersebut penderita sudah dapat menularkan

penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Mengetahui tentang pengertian HIV/AIDS ?

2. Mengetahui penyebab HIV/AIDS ?

3. Mengetahui Patofisiologi (Narasi dan Patoflow) ?

4. Mengetahui Manifestasi klinik ?

5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang ?

6. Mengetahui Penatalaksanaan ?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang pengertian HIV/AIDS ?

2. Mengetahui penyebab HIV/AIDS ?

3. Mengetahui Patofisiologi (Narasi dan Patoflow) ?

4. Mengetahui Manifestasi klinik ?

5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang ?

6. Mengetahui Penatalaksanaan ?

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis

virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan

dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari

sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah

putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai

sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel

limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia

menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit

yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang

masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan

yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan

pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal

pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan

3
semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai

nol).

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency

Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat

menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus

HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi

diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS

melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini,

sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain).

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya

dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV

lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa

pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan

adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit

maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi

oportunistik.

2. Etiologi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai

virus penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus

anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari

HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam

virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan

4
untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari

6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam

patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu

protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen

virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus

lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk

menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan

untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu

keluarnya transkrip virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef

menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat

menginfeksi sel yang lain.

3. Patofisiologi

Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya

adalah limfosit CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap

molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai kemampuan

untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA

dengan menggunakan enzim yang disebut reverse

transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan

sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi

tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.

Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara

infeksi mukosa dan viremia permulaan yang dapat dideteksi

5
selama 8-12 minggu. Selama masa ini, virus tersebar luas ke

seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah

terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun terhadap HIV

terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma

menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak

mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten

klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini

akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar

10 milyar partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap

harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam,

dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang

terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya

proliferasi virus ini dan angka kesalahan reverse transcriptase

HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari

genom HIV mungkin bermutasi dalam basis harian.

Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala

konstitusional dan penyakit klinis yang nyata seperti infeksi

oportunistik atau neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat

terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut.

HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi

yang lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan

pada awal infeksi.

6
Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap

HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat

yang sangat rendah, sehingga beberapa jenis mikroorganisme

dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan

mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan

menimbulkan penyakit.

a. Patoflow

Virus HIV masuk

Permukaan limfosit CD4

Menyebar ke seluruh tubuh dan organ limfoid

Penurunan jumlah limfosit CD4

Imunosupresi menyerang sistem metabolisme tubuh

sistem respirasi sistem pencernaan

7
Penurunan kekuatan otot pernafasan

4. Manifestasi klinik

Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu

gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum

terjadi):

1. Gejala mayor:

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

e. Demensia/ HIV ensefalopati

2. Gejala minor:

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b. Dermatitis generalisata

c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster

berulang

d. Kandidias orofaringeal

e. Herpes simpleks kronis progresif

8
f. Limfadenopati generalisata

g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and

Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi

atas beberapa fase.

1) Fase awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala

dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan

gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit

tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah

bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi,

penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada

orang lain.

2) Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8

atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan

perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh,

penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala

yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening

(sering merupakan gejala yang khas), diare, berat

badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.

3) Fase akhir

9
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10

tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih

berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir

pada penyakit yang disebut AIDS.

5. Pemeriksaan penunjang

a. Serologis

1. Tes antibody serum : Skrining Human Immunodeficiency

Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan

merupakan diagnose

2. Tes blot western : Mengkonfirmasi diagnosa Human

Immunodeficiency Virus (HIV)

3. Sel T limfosit :Penurunan jumlah total

4. Sel T4 helper ( CD 4) :Indikator system imun(jumlah <200 )

5. T8 ( sel supresor sitopatik ) :Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau

lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )

mengindikasikan supresi imun.

6. Kadar Ig : Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang

normal atau mendekati normal

b. Histologis : pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan

spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi

adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.

10
c. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan

saraf)

d. Sinar X dada ; Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial

tahap lanjut atau adanya komplikasi lain

6. Penatalaksanaan

a. ARV ( Anti Retro Virus )

1. Pemberian ARV bertujuan untuk : mengendalikan replikasi

HIV, memelihara dan meningkatkan fungsi imunologis,

meningkatkan sel CD4, menurunkan komplikasi HIV

2. Pemberian ARV harus memperhatikan stadium klinis dan

jumlah sel CD4 (untuk penderita dewasa) sebagai berikut:

1. Stadium lanjut ( AIDS ) tanpa memikirkan jumlah sel

CD4 atau limfosit total.

b. Stadium klinis III dengan jumlah sel CD4 <350/mmk

untuk mendukung pengambilan keputusan.

c. Stadium klinis I atau II dengan jumlah sel CD4

<200/mmk atau limfosit total < 1.200/mmk.

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat saat ini : terkait dengan gejala infeksi HIV/AIDS Klien

sering datang dengan gangguan sistem pernafasan / sistem

pencernaan ( diare lama )

11
b. Riw. Masa lalu : klien sering mengalami infeksi ( demam ) yang

hilang timbul, penyakit pernafasan, saluran pencernaan (

kandidiasis oral s.d diare )

c. Faktor pencetus : Narkoba dengan injeksi, berhubungan sexual

dengan penderita, karena tranfusi, karena proses kelahiran (

pada pasien anak/bayi )

d. Pemeriksaan fisik :

1) Keadaan umum :kesadaran : composmentis s.d coma

2) Penurunan BB yang drastis

3) TTV : adanya nilai abnormal, adanya tanda infeksi, gangguan

pernafasan & gangguan sirkulasi n

4) Lakukan pemeriksaan pada semua sistem tubuh,

5) Fokus utama pada keluhan saat ini

2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul

a. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot

pernafasan

b. Diare b.d proses infeksi

c. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi seluler

3. Rencana Keperawatan

a. Diagnosa 1 (ketidakefektifan pola nafas)

Tujuan : pola nafas normal

12
KH :

- tidak ada sesak nafas,

- tidak ada kelainan irama nafas

- tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan

Intervensi :

1.) Kaji TTV

2.) Kaji irama pernafasan

3.) Kaji ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan

4.) Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien

5.) Ajarkan posisi semi fowler untuk mengoptimalkan

pernafasan

6.) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator

b. Diagnosa 2 (Diare)

Tujuan : produk eliminasi fekal dapat berbentuk fisiologis

KH : Diare tidak ada

Intervensi :

1.) Monitor turgor kulit pasien

2.) Berikan cairan infuse sesuai kebutuhan

3.) Ajarkan pasien untuk tidak megonsumsi makanan yang

bergas dan pedas.

13
4.) Instruksikan pasien dan keluarga untuk

mendokumentasikan produk feses (volume, warna,

frekuensi, dan konsistensi).

5.) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam penentuan diet pasien

c. Diagnosa 2 (Risiko Infeksi)

Tujuan : Kontrol infeksi yang adekuat

Kriteria hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi dan

leukosit dalam rentang

normal

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda infeksi

Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya proses infeksi

d. Gunakan alat pelindung diri

Rasional : untuk mencegah penularan infeksi baik dari perawat

ke pasien begitu juga sebaliknya

e. Instruksikan untuk menjaga personal hygiene

Rasional : untuk melibatkan keluarga secara langsung dalam

membatu tugas perawat

terutama dalam menjaga kebersihan diri pasien

f. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Rasional : antibiotik dapat membunuh dan menghambat

pertumbuhan bakteri

14
BAB III

LAPORAN KASUS

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM IMUN

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Nama : Ny. C

b. Usia/TTL : 23 tahun/16-08-1997

c. Jenis kelamin : perempuan

d. Alamat : Waitatiri

e. Suku/bangsa : Maluku

f. Status perkawinan : belum nikah

g. Agama : Kristen protestan

h. Pekerjaan : tidak ada

i. Diagnosa medik : HIV/AIDS

j. Tanggal pengkajian : 15-01-2021

2. Penanggung Jawab

a. Nama : Ny. Y

b. Usia : 38 tahun

c. Jenis kelamin : perempuan

15
d. Pekerjaan : ibu rumah tangga

e. Hubungan dengan pasien : ibu

3. Keluhan Utama : Pasien mengatakan batuk-batuk

disertai dengan lendir dan susah tidur

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien mengatakan

awal timbul sakit pada tahun 2010 yaitu batuk-batuk

disertai dengan lendir selama 3 bulan. Pasien juga

susah tidur Kemudian pasien inisiatif untuk

meminum obat tetapi batuknya tidak sembuh-

sembuh malah menimbulkan masalah atau gejala

lain seperti menimbulkan sariawan, sering merasa

gatal-gatal pada area kulit atau kemaluan. Kulit

kering disertai dengan demam, pasien sering BAK

frekuensinya 1 ember warna kuning dan disertai

adanya busa. Pasien juga jarang BAB, sekali BAB

sedikit dan keras seperti kotoran kambing. Pasien

hanya bisa makan bubur kemudian orang tua pasien

membawa pasien ke dokter dan dokter

menganjurkan pasien ke LAB dan hasil pemeriksaan

tersebut pasien positif HIV/AIDS. Kemudian pasien

16
mengikuti program pengobatan dari dokter sampai

sekarang.

b. Riwayat Kesehatan Lalu : Pasien mengatakan pada masa

kecil tidak pernah mengalami sakit, pasien juga tidak

pernah mengalami kecelakan atau masuk rumah sakit,

pasien tidak mengalami alergi obat, tidak ada pengobatan

apapun di masa lalu.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan tidak

ada riwayat keturunan.

Gambar Genogram :

- Laki-laki :

- Perempuan :

- Meninggal :

- Pasien :

- Garis keturunan :

- Tinggal serumah : - - -

17
g. Psikososial : Pasien mengatakan bahwa pergaulan dengan

lingkungannya sedikit terbatas.

h. Riwayat spiritual : Pasien sangat rajin untuk beribah dan selalu

ada support dari keluarga terdekat. Pasien juga tidak pernah

terlambat minum obat.

i. Riwayat Merokok : Pasien mengatakan tidak pernah merokok

dan atau minum yang bersoda pasien juga tidak pernah minum

pil tidur.

j. Pemeriksaan fisik

A. Keadaan umum : Pasien tidak tampak stres, penampilan

pasien sesuai dengan usianya, ekspresi atau mood pasien

baik dan juga berpakaian dan keadaan umum pasien baik.

Tb 155, Bb 50 Kg, gaya jalan pasien normal.

B. Tanda-tanda Vital

a. TD : 120/80 mmHg

b. Rr : 24 x/menit

c. N : 75 x/menit

18
d. Suhu : 37oC

C. Body Sistem

 Sistem pernafasan/respirasi (B1 : Breathing) :

Hidung pasien tampak simetris, tidak tampak

pembesaran kelenjar di leher. Pasien pun batuk dan

mengeluarkan secret berwarna kuning, konsisten

kental dan tidak ada nyeri saat bernafas. Pasien tidak

ada alat bantu bernafas.

 Sistem kardiovaskuler (B2 : Bleeding) :

Tekanan darah pasien 120/80 mmHg. Tidak memiliki

adema, konjungtiva pasien anemis. Bibir pasien tidak

pucat

 Sistem persarafan (Neurologik dan sensorik

(Neurosensorik) B3: Brain)

- Neurologik : Tingkat kesadaran pasien

composmentis, status mental seperi daya ingat ,

bicaranya juga baik, fungsi motorik seperti kekuatan

otot normal

- Sensorik : Bagian mata, hidung, telinga semua

normal

 Sistem perkemihan/ Eliminasi urin ( B4 : Bladder)

19
Pasien memiliki penyakit hubungan seksual . produksi

urin normal, warna kuning dan bau khas.

 Sistem Pencernaan – Eliminasi alvi/ gastrointestinal (

B5 : Bowel)

Bibir pasien kering , mulut pasien bersih, tidak ada

mual muntah , tidak ada gangguan pada sitem

pencernaan, Abdomen baik, tidak ada gangguan pada

anus.

 Sistem Muskuloskeletal – otot dan integumen (B6 :

Bone)

- Otot dan tulang

Bentuk kepala normal , gerakan badan normal,

pergerakkan baik, kaki juga baik, tidak ada kram

pada tangan.

- Integumen

Tidak terdapat alopesia, ketiak. Kulit pasien

gelap, tidak ada integritas kult , kuku pasien

bersih.

 Sistem endokrin

Pasien tidak ada kelenjar tiroid, percepatan

pertumbuhan sedikit lambat tidak ada ekskresi yang

20
berlebihan. Suhu tubuh normal 37.5֯c, tidak ada

Diabetes Mellitus

 Sistem Reproduksi

Payudara simetris dan tidak ada masalah pada area

payudara, tidak adaa benjolan pada payudara, pasien

tidak pernah haid selama masa program.

 Sistem immun

Tidak ada alergi dengan lingkungan ataupun penyakit

yang berhubungan dengan cuaca.

Tabel 1
Aktivitas Sehari-Hari

No. Aktivitas sehari-hari Sebelum sakit Saat sakit


1. Nutrisi Baik Baik, (3x sehari)
-Selera makan Ikan, sayur, daging Bubur, sayur, ikan
-Menu makanan 3x/ hari
-Frekuensi

2. Cairan Air mineral, teh, susu Air mineral


-Jenis minum 12 gelas/ hari 8 gelas/hari
-Frekuensi minum
-Kebutuhan cairan

3. Eliminasi
BAK 4x/hari 3x/hari
BAB 1x/Hari 1x/hari
-Frekuensi Encer dan Keras Keras
-Konsisten Tidak ada Tidak ada
-Obat memperlancar Tidak ada Tidak ada

4. Istirahat Tidur
-Apakah Cepat tidur ? Ya Tidak
-Susah Tidur Tidak Tidak
-Jam Tidur siang Sering Tidur Siang Susah tidur siang
-jam tidur malam Tidak susah tidur Susah tidur malam
malam

5. Personal Hygiene

21
-Mandi, Cuc rambut 2x/hari 2x/hari, bersih
-Potong kuku Ya Ya
-gosok gigi Ya Ya

Tabel 2 Pemeriksaan penunjang

No. Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


1. Gula Darah Sewaktu (GDS) C 150 mg/dl
2. Gula Darah Puasa (GDP) 70-110 mg/dl
3. Colesterol 150-200 mg/dl
4. Asam urat 3,4-7 mg/dl :2,4-6 mg/dl
5. Haemoglobin :13-18g/dl :12-16 g/dl
6. Golongan Darah A,B,AB,O
7. BTA (Neg) Negatif
8. Malaria Negatif
9. HIV (Pos) Reaktif
10. Sifilis Reaktif/NonReaktif
11. Hepatitis Positif/Negatif
12. PP Test ( Tes Kehamilan) Positif/Negatif

k. Terapi Saat ini

Sedang mengikuti program pengobatan

Jenis obat :

- Tenolam E Tenofovi disoproxil fumaratel 300 mg/

300 mg/ 600 mg (1x/hari Di sore hari)

Tabel 3. Klasifikasi Data

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

Pasien mengatakan - Pasien tampak cemas


batuk disertai - Kongjutiva pucat
dengan lendir dan - Sputum berlebih
susah tidur - Ttv :
 TD : 120/80 mmHg
 N : 75 x/menit
 Rr : 24 x/menit

22

o
S : 37 C

Tabel 3. Analisa Data

N DATA MASALAH ETIOLO

o GI

1 DS : pasien mengatakan batuk disertai dengan lendir Penumpuk Bersihan


dan susdah tidur an sekret jalan
DO : nafas
- Pasien tampak cemas tidak
- Konjutiva pucat efektif
- Sputum berlebih
- TTV: kurang Ganggu
 TD : 120/80 mmHg kontrol an pola
 N : 75 x/menit tidur tidur
 Rr : 24 x/menit
 S : 37 C
o

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret

2. Gangguan pola tidur b/d kurang kontrol tidur

Tabel 4. RENCANA TINDAKAN

TGL Dx. Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional


15-01-2021 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 3. Kaji TTV 4. Mengetahui TTV
tidak efektif b/d tindakan keperawatan 4. Atur posisi untuk 5. Untuk
penumpukan sekret selama 1x24 jam memaksimalkan mengurangi
diharapkan tidak ada fentilasi sesak
gangguan bersihan jalan 5. Ajarkan pasien 6. Untuk
nafas dengan, kriteria cara batuk efektif mengurangi atau
hasil: mengeluarkan
1. Mendemonstrasikan sputum
batuk efektif dan
saluran nafas yang
bersih (mampu
mengeluarkan
sputum, mampu

23
bernafas dengan
mudah tidak ada
pursed lips)

15-01-2021 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. agar pasien dan
b/d kurang kontrol tidur tindakan keperawatan pentingnya tidur keluarga bisa
selama 1x24 jam yang adekuat mengetahui
diharapkan tidak ada 2. memonitor tidur pentingnya tidur
gangguan istirahat tidur pasien dengan batas
dengan, kriteria hasil: 3. Kolaborasi normal.
1. Jumlah jam tidur pemberian obat 2. Agar pasien bisa
dalam batas normal tidur melakukan apa
6-8 jam/hari yang di
2. Pola tidur, kualitas sampaikan
dalam batas normal perawat
3. Agar pasien
dapat tidur jam
normal

Tabel 5. Tindakan Keperawatan

TGL. Dx. Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi


Kep
15-01-2021 17 : 4. Mengkaji TTV Jam 18:00 WIT
Bersihan 00 Hasil: S : pasien mengatakan merasa
jalan nafas WIT - TD : 120/80 mmHg O:
tidak efektif - N : 75 x/menit - Pa
b/d - Rr : 20 x/menit - Sp
o
penumpukan - S : 37 C - Ttv
sekret 2. Mengajarkan cara batuk efektif  TD : 120/80 mmHg
- Siapkan alat  N : 75 x/menit
a. Kertas tissu  Rr : 20 x/menit
b. Bengkok  S : 37 C
o

c. Perlak/alas A : Bersihan jalan nafas tidak


d. Sputum pot belum teratasi
e. Air minum hangat P : Intervensi dilanjutkan
- Tahap kerja
a. Mempersiapkan pasien
b. Meminta pasien
meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
c. Melatih pasien
melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga hitungan ke-3, jaga mulut tetap tertutup)
d. Meminta pasien
merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada
punggung)
e. Meminta pasien

24
menahan nafas 3
hitungan
f. Meminta menghembuskan nafas
perlahan dalam hitungan (lewat mulut,
bibir seperti meniup)
g. Meminta pasien
merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari otot
h. Memasang perlak/alas
dan bengkok
(dipangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila
tidur miring)
i. Meminta pasien untuk melakukan nafas
dalam 2x, yang ke-3 inspirasi, tahan
nafas dan batukan dengan kuat
j. Menampung lendir
dalam sputum pot
k. Merapikan pasien
Hasil : Pasien dapat mengeluarkan sputum

15-01-2021 17;30 1. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat S : pasien mengatakan dapat
Gangguan Hasil: pasien dan keluarga dapat mengetahui tidur dalam batas normal
pola tidur b/d normal 6-8 jam O:
kurang 2. Memonitor tidur pasien - pasien tidak tampak pucat
kontrol tidur Hasil: pasien dapat mengikuti instruksi perawat - pasien dan keluarga dapat me
- TTV :
TD: 110/70 mmHg
N: 79 x/menit
o
S: 37,4 C
Rr: 74 x/menit

25
DAFTAR PUSTAKA

Abednego, H.M., 2006, Beberapa Pandangan dan Harapan

Pemerintah terhadap LSM Peduli AIDS, Program Book, Abstrak, Pertemuan

Nasional Pencegahan & Penatalaksanaan HIV/AIDS, Jakarta

Ahmad, M., Gaash, B., Kasur, R., and Bashir, S., 2003, Knowledge, Attitude

and Belief on HIV/AIDS Among The Female Senior Secondary Students

in Srinagar District of Kashmir, Health and Population, 26 (3): 101-109.

Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk ODHA,

Direktorat Bina Farmasi Klinik dan Komunitas Ditjen Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan Depkes RI, Jakarta

Anonim, 2008, ISO Farmakoterapi, PT ISFI, Jakarta.

Anonim, 2009, Banyak Remaja Mati Muda Over Dosis Narkoba, Badan

Narkotika Nasional,

Anonim, 2010, Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia, Ditjen PPM & PL

Depkes RI, diakses 1Desember 2010)

Asdie, A.H., 2005, Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

26
Darmasih, R., 2009, Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah

pada Remaja SMA di Surakarta, Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Davey, P., 2008, Infeksi HIV dan AIDS,. At a Glance Medicine, Erlangga,

Jakarta, 288-289.

Djoerban, Z., 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Interna

Publishing, Jakarta.

Harahap, J., Andayani, L.S., 2004, Pengaruh Peer Education terhadap

Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa dalam Menanggulangi HIV/AIDS di

Universitas Sumatera Utara,

27

Anda mungkin juga menyukai