Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATA KLIEN DENGAN COLIK ABDOMEN SUSP ISK DI


RUANGAN IGD RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP

Arwin Gay
P07120118053

KEMENTERIAN KESEHAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
JURUSAN KEPERAWATAN AMBON
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBIMBING LAHAN PEMBIMBING AKADEMIK

(……………………………..) (…………………………………)

MAHASISWA

( Arwin Gay )

Konsep Dasar Penyakit

A. Pengertian
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (reeves, 2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yan gdapat terlokalisasi dan dirasakanseperti perasaan
tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total baik
oragan tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik. Beberapa
yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan kolik karena
sumbatan usus halus.
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang
hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu
Penyakit Dalam, 2013).
B. Penyebab
1. Mekanis
a. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
b. Karsinoma
c. Volvulus
d. Intususepsi
e. Obstipasi
f.  Polip
g. Striktur
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik
b. Lesi medula spinalis
c. Enteritis regional
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia
3. Etiologi yang lain yaitu
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis, diverti kulitis,
pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease, kulitis infeksi,
esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan
lainnya
C. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal,
peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval
singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah
samar.

D. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian
intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas
dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan
distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga
terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya
terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok
hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi
akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada
bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi
kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai
seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus
yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan
anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen 
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
- USG Abdomen
2. Pemeriksaan rektal
3. Laboratorium :
- Leukosit
- HB
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
b. Terapi Na+, K+, komponen darah
c. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
d. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
e. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring
miring ke kanan.
f. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
g. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
h. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
i. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
j. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan
reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
2. Tindakan KEPERAWATAN
a. Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
b. Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
c. Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ; jika
kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau penyebab
tidak jelas
d. Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit
e. Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
f. Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3 cc
atau Deksametason 2 amp
g. Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD

KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengakajian, meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh
nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang. Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan
faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah
Sakit.
2. Riwayat kesehatan dahulu. Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang
dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan
lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
3. Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah
penyakit keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
1. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
2. Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
3. Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi.
4. Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5. Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
6. Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic
abdomen yang berulang.
7. Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi
dan seksual.
8. Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien
sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
9. Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan
kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses
penyakitnya.
2. Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan
tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
3. Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit
jantung lainnya.
4. Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5. Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6. Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap
makanan.

G. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur

H. Focus Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Catat keluhan nyeri,
keperawatan selama 3x24 jam termasuk lokasi lamanya.
nyeri klien teratasi dengan b. Observasi TTV klien.
criteria hasil : c. Kaji ulang faktor yang
meningkatkan atau
a. Klien mengatakan rasa menurunkan nyeri.
nyeri berkurang d. Berikan makan sedikit tapi
b. Klien menunjukkan raut sering sesuai indikasi untuk
muka yang rileks pasien.
c. Klien mampu e. Identifikasi dan batasi
mendefinisikan rasa makanan yang
nyerinya menimbulkan
d. Tanda vital klien dalam ketidaknyamanan.
batas normal f. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi analgetik

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan observasi TTV


Nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam klien.
kebutuhan tubuh nutrisi klien terpenuhi dengan b. Dorong klien untuk makan
criteria hasil : makanannya sedikit demi
sedikit.
a. Klien mau makan c. Berikan makan sedikit tapi
b. Klien tidak merasa mual sering sesuai indikasi
c. Jumlah limfosit dalam pasien.
batas normal d. Kolaborasi dengan tim gizi
d. Tanda vital dalam batas dalam pemberian diit. 
normal

3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Sleep enhancement


kebutuhan istirahat keperawatan selama 3x24 jam 1. Determinasi efek-efek
dan tidur nutrisi klien terpenuhi dengan medikasi terhadap pola
kriteria hasil; tidur
2. Jalankan pentingnya
1. Jumlah jam tidur dalam tidur ,yang adekuat
batas normal 6-8 jam/hari 3. Fasilitas untuk
2. Pola tidur, kualitas dalam mempertahankan aktivitas
batas normal sebelum tidur (membaca)
3. Perasaan segar setelah atau 4. Ciptakan lingkungan yg
istirahat nyaman
4. Mampu mengidentifikasi 5. Kolaborasi pemberian obat
hal-hal yang mampu tidur
meningkatkan tidur 6. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga tentang teknik
tidur pasien
7. Instruksikan untuk
memonitor tidur pasien
8. Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
9. Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari dan
jam
DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC
Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika 
Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC. 
Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD. KE., FKUI
Jakarta.
Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai