Anda di halaman 1dari 21

TES DIAGNOSTIK DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA

MASALAH RISIKO HIPOVOLEMIA AKIBAT GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN MENURUT SLKI DAN SIKI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah IB
dengan dosen mata kuliah Monica Saptiningsih M.Kep,Ns,Sp.Kep.MB

Disusun oleh :

Nia tri septia tambunan (30140119013)

STIKES SANTO BORROMEUS

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

PADALARANG

2020
PEMERIKSAAN FESES (MAKROSKOPIS, MIKROSKOPIS, DARAH SAMAR,
KULTUR FESES)

A. Pengertian
Pemeriksaan feses di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing atau
pun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga dilakukan untuk tujuan
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat
dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang penting untuk
mengetahui adanya infeksi penyakit cacing, yang dapat ditegakkan dengan cara
melacak dan mengenal stadium parasit yang ditemukan. Sebagian besar infeksi
dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan.Oleh
sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis yang
hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan (Gandahusada dkk
2000) Pemeriksaan feses adalah pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan
pada pasien dengan keluhan gastrointestinal.Pemeriksaan feses merupakan cara
yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Tinja adalah
bahan buangan yangdikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari
proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan
(tractusdigestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang
dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang
dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi
kelenjar, dan sebagainya. feses (tinja) juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri
dari : sisa - sisa makanan, air, bakteri, zat warna empedu.

B. Tujuan

Pemeriksaan dengan bahan feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti
Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, Sigela, dan lain-lain. Salmonella
adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam masyarakatdikenal dengan tipes yaitu
penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan
paratyphoid abdominalis. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri,
secara akrab dikenal sebagai Stap yang dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai
akibat dari infeksi beragam jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat
menyebabkan penyakittidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit),
namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang
bertanggung jawab dalam keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit
yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan
pera$atan sampai berat/parah dan berpotensi fatal. Eschericiacoli adalah bakteri yang
melepaskan racun yang bernama Shiga dan racun tersebut sering menyebabkan
masalah perut dan usus misalnya diare dan muntah.

C. Indikasi Pemeriksaan

1. Adanya diare dan konstipasi

Tipe-Tipe diare: Diare dibagi menjadi tiga tipe. Tipe-tipe tersebut adalah diare
noninflamatori (noninflammatory diarrhea), diare inflamatori (inflammatory diarrhea),
dan diare pada penyakit sistemik. Istilah lain untuk diare non inflamatori adalah diare
sekretori (secretory diarrhea) dan diare encer (watery diarrhea). Sinonim diare
inflamatori adalah diare berdarah (bloody diarrhea) dan disenteri (dysentery).

a. Diare Non Inflamatori

Diare Non Inflamatori melibatkan usus halus proksimal. Penyebab diare non
inflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus, ETEC,
EAggEC, Vibrio cholerae, Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus
aureus, Giardialamblia, Cryptosporidium parvum, Isosporabelli, Cyclosporacayetensis,
dan mikrosporidia.

b. Diare Inflamatori

Diare Inflamatori melibatkan usus besar. Mikroba yang menyebabkan diare


inflamatori bersifat invasif terhadap usus (enteroinvasivemicroorganisms). Penyebab
diare inflamatori adalah Entamoebahistolytica, Shigella spp, EIEC, EHEC, Salmonella
enteridis, Campylobacter jejuni, Vibrio parahaemolyticus, dan Clostridiumdifficile.
Sampai saat ini, virus belum terbukti sebagai penyebab diare inflamatori.

c. Diare Pada Penyakit Sistemik

Salah satu contoh diare pada penyakit sistemik adalah demam enterik. Istilah lain
untuk demam enterik adalah demam tifoid. Diare pada penyakit sistemik melibatkan
usus halus distal. Penyebab diare pada penyakit sistemik adalah Salmonella typhi,
Slamonella non-typhi, Yersinia enterocolitica, dan Campylobacter spp. Virus dan
parasit belum terbukti secara empiris sebagai penyebab diare pada penyakit sistemik.

2. Adanya icterus

3. Adanya ikterus adanya gangguan pencernaan

4. Adanya lendir dalam tinja

5. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

6. Adanya darah dalam tinja

D. Kontra indikasi pemeriksaan

Tidak ada kontraindikasi khusus untuk pemeriksaan feses. Namun, beberapa

keadaan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan perlu diperhatikan, misalnya

pada wanita yang sedang menstruasi dan pasien yang baru saja menelan cairan barium.

Cairan barium merupakan zat kontras yang digunakan dalam pemeriksaan barium

enema untuk menegakkan diagnosis gangguan pencernaan, seperti konstipasi.

E. Persiapan pemeriksaan

Teknik pemeriksaan feses memerlukan cara pengumpulan sampel yang benar

sehingga pemeriksaan dan interpretasi dapat menunjang ketepatan diagnosis. Sebelum


prosedur dilakukan, jelaskan terlebih dahulu kepada pasien maksud dan tujuan
prosedur pemeriksaan. Persiapan Pasien Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan sampel feses agar tidak mengganggu interpretasi,
yaitu: Pasien harus melaporkan jika sedang mengonsumsi obat-obatan seperti
antibiotika, laksatif, antasida, obat diare, ataupun obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Pasien juga sebaiknya melaporkan jika sedang mengonsumsi obat yang
tidak diresepkan oleh dokter Pasien harus melaporkan jika baru saja menjalani
prosedur diagnostik dimana ia diminta untuk meminum cairan barium. Barium dapat
membuat pemeriksaan parasit menjadi rancu selama 5-10 hari Pada kasus konstipasi,
pasien diminta untuk mengumpulkan sampel kapan saja pasien bisa. Setelah
mengumpulkan sampel yang pertama, klinisi akan memberikan obat pencahar agar
pasien dapat buang air besar dan mengumpulkan sampel kedua. Pasien harus
melaporkan jika ia mempunyai kesulitan untuk defekasi, sehingga gagal
mengumpulkan sampel pertama, sehingga dapat langsung diberikan obat pencahar
Minta pasien untuk terlebih dahulu buang air kecil agar urin tidak tercampur dengan
sample feses Peralatan-Peralatan yang diperlukan pada pengambilan sampel untuk
pemeriksaan feses antara lain:

- Wadah sampel : Wadah bersih, kering, bebas dari desinfektan dan mempunyai bukaan
yang lebar untuk menyimpan feses
- Tongkat aplikator atau tusuk gigi yang digunakan untuk mengambil sampel
- Sarung tangan tidak steril untuk pasien mengambil sampel
- Kontainer khusus atau plastik : Kontainer yang dipasang khusus di jamban atau plastik
bening digunakan untuk menampung sampel feses agar tidak terkontaminasi dengan
air atau organisme dari jamban.

F. Hasil pemeriksaan atau terkait normalitas pemeriksaan

Hasil tes umumnya diberikan setelah 1-3 hari. Jika hasil tes tidak langsung
diberikan, pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumah dan diminta kembali menemui
dokter setelah hasil tes sudah ada. Berikut ini ciri-ciri hasil pemeriksaan feses yang
dinyatakan normal:

- Tinja berwarna coklat, bertekstur lembut, dan bentuk keseluruhan yang konsisten.
- Pada tinja tidak ditemukan bakteri berbahaya, jamur, parasit, virus, darah, lendir,
nanah, atau serat daging yang tidak tercerna dengan baik.
- Tinja mengandung 2-7 gram lemak dalam satu hari atau per 24 jam.
- Kadar gula dalam tinja kurang dari 0,25 g/dL.
- Sejumlah kondisi dapat mengubah hasil pemeriksaan feses. Diskusikan hasil tes
dengan dokter. Apabila ditemukan ketidaknormalan pada feses pasien, dokter akan
melakukan penanganan atau pengobatan sesuai hasil tes. Misalnya, memberikan obat
antibiotik jika pada pemeriksaan ditemukan bakteri, atau memberikan obat cacing bila
ditemukan telur cacing pada tinja pasien.

G. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Hindari pemeriksaan feses jika mengalami siklus menstruasi atau perdarahan aktif
yang disebabkan oleh wasir.
2. Jangan menggunakan sampel tinja yang telah jatuh ke dasar kloset, terkena urine
atau peralatan di kamar mandi.

3. Beri tahu dokter jika baru-baru ini menjalani foto Rontgen yang menggunakan zat

kontras barium. Zat ini dapat mempengaruhi hasil tes.

4. Informasikan kepada dokter jika baru-baru ini berpergian, terutama berpergian ke

luar negeri, selama beberapa minggu atau bulan.

5. Sebelum pemeriksaan, beri tahu dokter mengenai obat-obat yang sedang digunakan,

termasuk obat resep, obat bebas, herba, atau suplemen.

BARIUM ENEMA

A. Pengertian

Barium enema adalah jenis pemeriksaan rontgen untuk mendeteksi


perubahan atau kelainan pada usus besar. Prosedur ini juga disebut sebagai rontgen
usus besar atau kolon.
Prosedur enema adalah suatu tindakan memasukkan cairan ke dalam rectum
dan colon untuk memberikan rangsangan peristaltic dengan tujuan membersihkan
sisa -sisa pencernaan, dan persiapan sebelum melakukan tindakan diagnostik atau
pembedahan. Ada dua jenis pemberian enema berdasarkan bahan yang digunakan,
yaitu penggunaan Gliserin dan Larutan NaCl 0,9%.

B. Tujuan 
Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma colon dan penyakit
inflamasi colon. Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan structural pada
colon. Tujuan pemeriksaan barium enema sendiri adalah untuk mendapatkan
gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa
suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon. 

C. Indikasi pemeriksaan
 Konstipasi  
 Persiapan operasi 
 Tindakan diagnostik : pemeriksaan radiologi (barium enema)
 Gangguan pola buang air besar
 Nyeri daerah colon
 Melena

D. Kontraindikasi pemeriksaan
 Hemoroid
 Neoplasma colon atau rectum
 Perforasi usus
 Extraluminasi ke venous
 Water intoxicantion
 Intramural barium
 Cardiac arithmia

E. Persiapan pemeriksaan 
A. Persiapan pasien: memberikan informed consent, pasien akan diminta
mengosongkan usus besar terlebih dahulu. Pasalnya, gambaran rontgen bisa
terganggu bila masih ada zat-zat sisa di usus besar. Guna melakukan
pengosongan usus besar, pasien akan diminta untuk : 
 Menerapkan pola makan khusus sehari sebelum pemeriksaan. pasien hanya
akan diperbolehkan mengonsumsi cairan bening, seperti air putih dan sup
kaldu.
 Berpuasa setidaknya delapan jam sebelum pemeriksaan.
 Mengonsumsi obat pencahar pada malam sebelum hari pemeriksaan.
 Menanyakan pada dokter mengenai obat rutin yang boleh dan tidak boleh
terus dikonsumsi sebelum pemeriksaan.

B. Menjelaskan tentang prosedur enema


Indikasi : mengapa tindakan ini dilakukan 
Prosedur pelaksanaan : pasien akan diminta membuka celananya, dan
dimasukkan cairan berbahan dasar minyak (gliserin) melalui anus.
C.  Meminta persetujuan pasien.

F. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan barium enema bisa dikelompokkan menjadi dua jenis :
1. Negatif atau normal
Hasil barium enema dikatakan negatif bila dokter ahli radiologi tidak
menemukan kelainan pada usus besar pasien. Apabila hasil barium enema
positif atau tidak normal, dokter mungkin akan menganjurkan pemeriksaan
penunjang lain untuk memastikan diagnosis.
Misalnya, kolonoskopi dan biopsi.
2.Positif atau abnormal
Hasil barium enema dikatakan positif jika ahli radiologi menemukan
kelainan pada usus besar pasien.
G. Gambar pemeriksaan 
Hal terpenting dalam foto barium enema adalah terlihatnya zona transisi. Zona
transisi mempunyai 3 jenis gambaran yang bisa ditemukan pada foto barium enema
yaitu 1. Abrupt, perubahan mendadak; 2. Cone, berbentuk seperti corong atau
kerucut; 3. Funnel, bentuk seperti cerobong. Selain itu tanda adanya enterokolitis
dapat juga dilihat pada foto barium enema dengan gambaran permukaan mukosa
yang tidak teratur. Juga terlihat gambar garis-garis lipatan melintang, khususnya bila
larutan barium mengisi lumen kolon yang berada dalam keadaan kosong.

ULTRASONOGRAPHY (USG) ABDOMEN

A. Pengertian
Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan
ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. Suara merupakan
fenomena fisika untuk mentransfer energi dari satu titik ke titik yang lainnya
sehingga mendapatkan gambaran yang jelas hampir semua bagian tubuh, kecuali
bagian tubuh yang dipenuhi udara atau ditutupi tulang.
Ultrasonography (USG) adalah prosedur pencitraan menggunakan teknologi
gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memproduksi gambar tubuh bagian
dalam, seperti organ tubuh atau jaringan lunak.
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan yang merupakan alat bantu,
yang memakai gelombang suara ultra untuk pencitraan (membuat tampilan gambar)
dari suatu objek yang dipapari suara ultra tersebut. Ultrasound atau suara ultra
adalah gelombang suara yang berfrekuensi lebih dari 20.000 Hz (Endjun, 2007).
B. Tujuan
 Mendeteksi penyebab nyeri pada perut.
 Mendeteksi penyebab infeksi pada ginjal
 Mendeteksi penyebab pembengkakan perut.
 Mendeteksi kerusakan setelah cedera.
 Mendeteksi lokasi batu ginjal atau batu empedu.
 Mendeteksi penyebab tes darah yang abnormal, seperti tes ginjal atau tes fungsi
hati.
 Mendiagnosis serta memantau perkembangan tumor dan kanker.

C. Indikasi
1. USG kepala
Bayi : cedera / perdarahan otak, hidrocepalus, meningitis, radang otak.
2. USG leher
Kelenjar tiroid, pembuluh darah leher, kelainan di leher : infeksi, tumor.
3. USG mammae
Mendeteksi ukuran, lokasi, jenis benjola pada payudara.
4. USG perut
Kelainan organ hati, ginjal, limpa, empedu, pankreas, radang usus buntu,
hernia, organ gastrointestinal, dan dapat menjadi alat untuk melakukan
tindakan biopsi jaringan orang dalam perut.
5. USG panggul
Wanita : kelainan kandung kemih, radang panggul, mencari lokasi KB
spiral, membantu mengarahkan saat tindakan pengambilan sel telur untuk
bayi tabung.
Pria : kelenjar prostat.
6. USG testis
Memeriksa kelainan pada testis : tumor, kriptorkismus, varises di pembuluh
darah testis (varikokel)
7. USG kehamilan
National Institute of Health (NIH), USA (1983-1984) menentukan indikasi
untuk pemeriksaan USG sebagai berikut :
a. Menentukan usia gestasi secara tepat pada kasus yang akan menjalani
seksio sesarea berencana, induksi persalinan atau pengakhiran
kehamilan secara selektif .
b. Evaluasi pertumbuhan janin pada pasien yang telah diketahui menderita
insufisiensi uteroplasenter, misalnya preeklamsia berat, hipertensi
kronik, penyakit ginjal kronik, diabetes melitus berat atau menderita
gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan janin
terhambat atau macrosomia.
c. Perdarahan pervaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum
diketahui
d. Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian bila
pada saat persalinan bagian terendahnya sulit ditentukan atau letak janin
masih berubahubah pada trimester ketiga akhir
e. Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua
DJJ yang berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak sesuai
dengan usia gestasi, atau ada riwayat pemakaian obat-obatan pemicu
ovulasi 6. Membantu tindakan amniosentesis atau biopsy villi koriales.
f. Perbedaan makna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan
tanggal haid pertama haid terakhir
g. Teraba massa pada daerah pelvik
h. Kecurigaan adanya mola hidatidosa
i. Evaluasi tindakan pengikatan servik uteri (cervical cerclage)
j. Suspek kehamilan ektopik
k. Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta previa
l. Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetuskopi, transfusi intra
uterin, tindakan “shunting”, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan
chorionic villi sampling (CVS)
m. Kecurigaan adanya kematian mudigah/janin
n. Kecurigaan adanya abnormalitas uterus
o. Lokalisasi alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
p. Pemantauan perkembangan folikel
q. Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas kehamilan 28
minggu
r. Observasi pada tindakan intra partum, miasalnya versi atau ekstraksi
pada janin kedua gemeli, plasenta manual, dll
s. Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion
t. Kecurigaan terjadinya solusio plasenta
u. Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong
v. Menentukan taksiran berat janin atau presentasi janin pada kasus
ketuban pecah preterm atau persalinan preterm
w. Kadar serum alfa feto protein abnormal
x. Pengamatan lanjud pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan
y. Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya
z. Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda
(Endjun, 2007).
D. Kontraindikasi
a. Adanya luka pada abdomen yang perlu dihindari agar tidak menyebabkan
infeksi
b. Penolakan dari klien.

E. Persiapan pemeriksaan
Persiapan yang harus dilakukan pasien menjelang pemeriksaan USG
beragam tergantung dari area yang ingin diperiksa.

Untuk pemeriksaan daerah panggul, pasien akan diminta untuk


mengonsumsi paling sedikit 6 gelas air putih sejak 2 jam sebelum tindakan. Pasien
pun diminta untuk tidak buang air kecil sebelum tindakan. Khusus pemeriksaan
daerah panggul, diperlukan kondisi kandung kemih yang penuh.

Untuk pemeriksaan daerah empedu, hati, pankreas, dan limpa, pasien akan
diminta berpuasa selama 8 hingga 12 jam sebelum tindakan. Hal ini guna
mencegah adanya sisa makanan di lambung dan usus yang dapat menghalangi
gelombang suara.

Untuk pemeriksaan payudara, pasien akan diminta menghindari pemakaian


kosmetik pada daerah payudara seperti bedak atau lotion. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan akurasi hasil pemeriksaan akhir.

Pemeriksaan pada area lainnya memerlukan bentuk persiapan yang berbeda-


beda pula. Dianjurkan untuk mengikuti anjuran dokter agar hasil akhir pemeriksaan
USG menjadi akurat.

F. Hasil pemeriksaaan
Setelah dokter selesai memeriksa, gel yang digunakan pada tubuh akan
langsung dibersihkan, dan bagi yang diminta untuk menahan urine sebelum tes,
pasien dipersilahkan untuk langsung mengosongkan kandung kemih.

Secara umum, pasien diperbolehkan pulang dan beraktivitas sesudah USG.


Namun bagi yang diberikan obat penenang, pasien tidak diperbolehkan untuk
melakukan kegiatan yang membutuhkan konsentrasi, seperti mengendarai
kendaraan, selama 24 jam pertama. Pasien disarankan untuk menghubungi keluarga
atau kerabat guna menemani dan mengantarkannya pulang. Biasanya, pasien akan
mendapatkan hasil USG secara langsung. Jika diperlukan analisa lebih lanjut, hasil
akan diberikan ke dokter yang merujuk dalam hitungan hari. Jika pasien mengalami
efek samping tertentu setelah melakukan USG, dianjurkan untuk segera
berkonsultasi dengan dokter.

G. Hal hal yang perlu diperhatikan


Penggunaan zat pewarna khusus atau kontras saat melakukan tindakan
Rontgen pada saluran cerna dapat mengganggu hasil USG pada perut dan panggul,
karena zat ini masih bisa mengendap di dalam usus hingga 2 hari.
Pemindaian USG menggunakan teknologi frekuensi suara yang dapat
menangkap gambar organ di dalam tubuh. Namun, teknologi ini tidak dapat
melewati tulang dan udara, sehingga untuk USG kepala tidak dapat dilakukan pada
anak-anak yang ubun-ubunnya sudah menutup (usia di atas 18 bulan).
Faktor-faktor seperti asam lambung berlebih, obesitas, serta sisa makanan di
dalam lambung dan usus dapat mengganggu hasil tes USG perut. Pastikan Anda
mengikuti saran dokter sebelum tes dilakukan.
Bagi yang sedang menjalani pengobatan tertentu, disarankan untuk
memberi tahu dokter sebelum tes dilakukan.
COMPUTERIZED TOMOGRAPHY (CT) ABDOMEN

A. Pengertian

Pemeriksaan CT Scan adalah prosedur yang menggunakan sinar X, dengan


hasil yang diolah dengan komputer untuk menghasilkan gambar dalam irisan-
irisan, sehingga dapat melihat masing-masing gambaran irisan yang diambil
dengan lebih detail. Dengan teknik ini, gambar yang dihasilkan jauh lebih detail
dibandingkan rontgen biasa, sehingga dapat membantu diagnosis dengan lebih
akurat. CT Scan tersedia di Rumah Sakit Awal Bros. CT Scan adalah
pemeriksaan yang non-invasif dan sederhana. Pasien diminta berbaring di atas
meja periksa yang akan masuk ke dalam mesin CT Scan, berbentuk seperti
terowongan. Sebelum melakukan CT Scan, dokter akan melakukan
pemeriksaan terlebih dahulu untuk konsultasi dan persiapan. Biasanya pasien
diminta untuk puasa selama beberapa jam jika pasien melakukan CT Scan
dengan disuntik cairan kontras. Sebelum melakukan CT Scan, sebaiknya pasien
mengabari dokter mengenai alergi yang dimiliki, pengobatan yang sedang
dilakukan, atau kondisi khusus lainnya seperti kehamilan.

B. Tujuan

CT Scan adalah alat bantu pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk


mendeteksi banyak hal. Misalnya untuk menilai kondisi pembuluh darah pada
pasien Penyakit Jantung Koroner, emboli paru, pembesaran pembuluh darah
aorta, abdomen, dan kelainan lainnya. CT Scan juga dapat digunakan untuk
mengamati metastasis (penyebaran) tumor atau kanker, letak, serta jenisnya.
Penggunaan CT Scan dapat membantu dokter dalam menentukan cara atau
metode yang lebih akurat dalam menangani kasus serangan jantung. Alat ini
juga dapat digunakan untuk mengamati kasus kecelakaan.
C. Indikasi Pemeriksaan
Terdapat beberapa indikasi dilakukannya pemeriksaan CT-Scan Abdomen,
diantaranya sebagai berikut :
a. Tumor
b. Kelainan congenital
c. Screening
d. Metastase
e. Trauma
f. Illeus
g. Stagging

D. Persiapan pemerikasaan

- Pasien/klien tidak diperbolehkan makan atau minum beberapa jam sebelum


prosedur dilakukan, terutama bagi yang menggunakan kontras.
- Melepaskan benda logam, seperti jam tangan, perhiasan, kacamata, sabuk,
dan sebagainya agar hasil pencitraan tidak terganggu. Pihak rumah sakit
juga akan memberikan pakaian khusus untuk digunakan oleh pasien.
- Pasien yang akan menjalankan pencitraan di bagian perut akan diminta
untuk tidak mengonsumsi makanan padat pada malam hari sebelum CT
scan dilakukan. Obat pencahar mungkin akan diberikan untuk
membersihkan usus.
Pasien/klien dianjurkan 1 hari sebelumnya makan bubur kecap saja dan pada
malam harinya minum garam inggris. Dilanjutkan puasa sampai selesai
pemeriksaan. Untuk pasien yang meminum obat gula 1 hari sebelum dan 1 hari
sesudahnya tidak diminum. Pasien membawa air mineral 600 ml. Hasil darah UR
CR dalam keadaan normal.

E. Hasil pemeriksaan atau terkait normalitas pemeriksaan

Hasil pemindaian ini terbilang normal apabila dokter spesialis radiologi


tidak menemukan adanya tumor, gumpalan darah, patah tulang, atau kelainan
lain. Jika ditemukan kelainan tertentu pada hasil CT scan, pasien mungkin
memerlukan pemeriksaan atau penanganan lebih lanjut, tergantung dari kondisi
medisnya.
F. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Pada saat CT scan dilakukan untuk melihat kondisi perut, larangan untuk
makan akan berlaku sejak malam hari sebelum CT scan dilakukan. Pada
pemeriksaan ini, diwajibkan untuk melepaskan benda logam, seperti jam
tangan, perhiasan, kacamata, serta sabuk. Setelah melakukan semua persiapan,
prosedur CT scan akan mulai dilakukan. Orang yang akan menjalani CT scan
diminta merebahkan diri di atas tempat tidur khusus pemeriksaan. Tempat tidur
tersebut dilengkapi dengan bantal, sabuk, dan penahan kepala untuk
menghindari tubuh bergerak selama prosedur berlangsung.

ENDOSKOPI (ERCP, upper gastrointestinal (esophagoscopy,


gastroscopy, duodenoscopi) lower gastrointestinal (ileoscopy, colonoscopy,
proctoscoy, rectoscopy/anuscopy)

A. Tujuan dan Penjelasan 

Pemeriksaan ini secara berlangsung memvisualisasi membran


mukosa yang melapisi esofagus, lambung dan duodenum. Endoskopi serat
optik yang fleksibel digunakan untuk memvisualisasikan peradangan,
ulserasi, tumor, varises, dan menggambarkan motilitas gastrik. 

B. Intervensi Keperawatan
1. Jadwalkan pemeriksaan ini minimum 2 hari setelah pemeriksaan
menelan barium atau serial GI atas. 
2. Lepaskan gigi palsu dan kacamata. 
3. Beritahu pasien untuk tidak makan & minum selama 6-8 jam
sebelum prosedur.
4. Informasikan pasien bahwa prosedur ini membutuhkan waktu
20-30 menit dan anestesi lokal akan diberikan pada
kerongkongan untuk mencegah ketidaknyamanan.
5. Setelah prosedur, pasien diizinkan untuk makan dan minum
segera setelah pasien dapat menelan dengan aman. 
6. Rasa kembung,bersendawa & flatulens dapat terjadi setelah
prosedur.
7. Beritahu pasien untuk menghubungi dokter setelah menjalani
pemeriksaan terjadi kesulitan menelan,nyeri
epigastrik,demam,batuk darah & feses hitam.

TES DIAGNOSTIK DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN


KESEIMBANGAN CAIRAN AKIBAT SISTEM PENCERNAAN MENURUT SLKI
DAN SIKI

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil
Resiko Kekurangan volume Noc Nic 
cairan   Fluid balance Fluid manajement 
Definisi: Beresiko mengalami  Hydration  Timbang
dehidrasi vaskuler, selular, atau  Nutrional status : popok atau
intraselular food and fluid pembalut jika
Faktor- Faktor resiko  intake  di perlukan 
●Kehilangan volume cairan aktif  Kriteria Hasil:  Pertahankan
●Kurang pengetahuan   Mempertahankan catatan intake
●Penyimpangan yang urine output dan output
mempengaruhi absorbs cairan sesuai dengan yang akurat
● Penyimpangan yang usia dan BB, BJ  Monitor status
mempengaruhi akses cairan  urine normal HT  hidrasi
● Penyimpangan yang  Tekanan darah, ( kelembaban
mempengaruhi asupan cairan  nadi, suhhu membran
● Kehilangan berlebihan melalui tubuh dan batas mukosa, nadi
rute normal (mis; diare) normal adekuat,
● Usia lanjut  Tidak ada tanda- tekanan
●Berat badan ekstrem tanda dehidrasi ortostatik)
●Faktor yang mempengaruhi  Elastisitas turgor jika
kebutuhann cairan (mis; status kulitbaik, diperlukan
hipermetabolik) kegagalan fungsi membran  Monitor vital
regulator mukosa lembab, sign 
● Kehilangan cairan melalui rute  Tidak ada rasa  Monitor
abnormal (mis; slang menetap) hausyang makanan/
●Agenspermasutikal 9, mis berlebihan cairan dan
deuretik) hitung intake
harian 
 Kolaborasikan
pemberian
cairan Iv 
 Monitor status
nutrisi
 Berikan caira
IV pada suhu
ruangan 
 Dorong
masukan oral
 Berikan
penggantian
nesogtrik
sesuai output
 Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien makan 
 Tawarkan
snack (jus
buah, buah
segar)
 Kolaborasi
dengan dokter
  Atur
kemungkinan
tranfusi 
 Persiapan untuk
A. Pengertian

Pengertian resiko Hipovolemia adalah kondisi ketika jumlah darah dan


cairan di dalam tubuh berkurang secara drastis. Kondisi ini menyebabkan
jumlah oksigen dalam tubuh berkurang dan membuat fungsi organ terganggu.
Jika tidak segera ditangani, hipovolemia dapat berakibat fatal. Hipovolemia
umumnya terjadi akibat perdarahan berat, baik karena cedera, kecelakaan,
persalinan, maupun operasi. Bila perdarahan telah menyebabkan tubuh
kehilangan sekitar seperlima atau lebih dari volume darah atau cairan,
penderitanya berisiko mengalami penurunan tekanan darah hingga syok
hipovolemik.

Resiko Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan


ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, perdarahan sehingga dapat menimbulkan syok
hipovolemia (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Resiko Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan intravaskular,


interstisial, dan/ atau intraselular (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
Perencanaan Keperawatan

Masalah Luaran Keperawatan Intervensi Intervensi


Keperawatan Utama Pendukung
Manajemen
Berisiko Setelah dilakukan tindakan - Periksa tanda -Edukasi
mengalami dan gejala
keperawatan 3x24jam diharapkan
penurunan hypovolemia Manajemen
volume cairan status cairan membaik. Kriteria (mis. frekuensi
intravaskuler, nadi Demam
hasil:
interstisiel, meningkat,
dan/atau nadi teraba
intraseluler 1. Kekuatan nadi meningkat lemah, tekanan -Edukasi
darah
menurun,
Nutrisi
2. Turgor kulit meningkat tekanan nadi Parenteral
menyempit,
turgor kulit
3.Output Urine menurun menurun, -Edukasi
membran
4. Edema perifer membaik mukosa, Pemberian
kering,volume
urin menurun, Makanan
5. Frekuensi nadi membaik hematokrit
meningkat, Parenteral
haus, lemah)
6. Tekanan darah cukup membaik - Monitor
intake dan -Edukasi
output cairan.
7. Membran mukosa membaik Perawatan
Terapeutik: Selang Drain
8. Jugular venous pressure (JVP) - Hitung
kebutuhan
membaik cairan -Identifikasi
- Berikan
9. Kadar Hb cukup baik posisi modified Risiko
trendelenburg
- Berikan
10. Kadar Ht membaik asupan cairan -Insersi
oral
Edukasi
- Anjurkan
1. memperbanyak Intravena
asupan cairan
oral
-Anjurkan -Insersi
menghindari
perubahan Selang
posisi
mendadak. Nasogastrik
Kolaborasi
-Kolaborasi
pemberian -Kateterisasi
cairan IV
isotons (mis. Urine
Nacl, RL)
-Kolaborasi
pemberian -Manajemen
cairan IV
hipotonis (mis.
Cairan
glukosa 2,5%,
Nacl 0,4%)
-Kolaborasi
-Manajemen
pemberian Diare
cairan koloid
(mis. albumin,
plasmanate) -Manajemen
Kolaborasi
pemberian Elektrolit
produk darah

-Manajemen
muntah

-Manajemen
Nutrisi

-Manajemen
Nutrisi
Parenteral

-Manajemen
Perdarahan
Daftar Pustaka

1. Mega.2015.Pemeriksaan Feses. www.academia.edu (diakses tanggal 25 september


2020)

2. Agnes Tjakrapawira.2018. Teknik Pemeriksaan Feses.www.alomedika.com (diakses


tanggal 25 september 2020

3. Tjin Willy.2018.Pemeriksaan Feses. www.alodokter.com(diakses tanggal 25september


2020)

4. Kusyati, E., et.al. (2006). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.
EGC;Jakarta. file:///C:/Users/HP/Downloads/5351-1-8496-1-10-20130501%20(2).pdf

5. Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-


therapies/barium-enema Diakses pada 18 Maret 2020 Healthline.
6.https://www.healthline.com/health/barium-enema Diakses pada 18 Maret 2020
7.Purwanita, Hanifa Ayu. 2013. Barium Enema
http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-87437-Kesehatan- Barium
%20Enema.html https://www.academia.edu/15731522/Barium_Enema_dan_Barium_Meal

8.Meliyana. 2019. Kontraindikasi Pemeriksaan USG Abdomen. alomedia.com (diakses


tanggal 25 Sepetember 2020)

9. Willy, Tjin. 2018. USG. alodokter.com (diakses tanggal 25 September)

10. https://www.sehatq.com/tindakan-medist/ct-scan (diakses pada tanggal 25 september


2020)

11. https://www.halodoc.com/artikel/beginilah-prosedur-saat-melakukakan-pemeriksaan-
ct-scan ( Diakses pada tanggal 25 september 2020)

12. http://awalbros.com/technology/pemeriksaan-ct-scan (Diakses pada tanggal 25


sepetember 2020)
13. https://rsuppersahabatan.co.id/artikel/read/persiapan/-pasien-pada-pemeriksaan-
radiologi-dengan-menggunakan-media-kontras (Diakses pada tanggal 25 september 2020)

14. https://www.scribd.com/document/426745935/CT-ABDOMEN (Diakses pada tanggal


25 september 2020)

15.http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB%20II.pdf
16. Nurarif, kusuma. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Jogyakarta: Penerbit Mediaction Jogja.

Anda mungkin juga menyukai