Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah IB
dengan dosen mata kuliah Monica Saptiningsih M.Kep,Ns,Sp.Kep.MB
Disusun oleh :
PADALARANG
2020
PEMERIKSAAN FESES (MAKROSKOPIS, MIKROSKOPIS, DARAH SAMAR,
KULTUR FESES)
A. Pengertian
Pemeriksaan feses di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing atau
pun larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga dilakukan untuk tujuan
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa
fesesnya. Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat
dari pasien. Teknik diagnostik merupakan salah satu aspek yang penting untuk
mengetahui adanya infeksi penyakit cacing, yang dapat ditegakkan dengan cara
melacak dan mengenal stadium parasit yang ditemukan. Sebagian besar infeksi
dengan parasit berlangsung tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan.Oleh
sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat dibutuhkan karena diagnosis yang
hanya berdasarkan pada gejala klinik kurang dapat dipastikan (Gandahusada dkk
2000) Pemeriksaan feses adalah pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan
pada pasien dengan keluhan gastrointestinal.Pemeriksaan feses merupakan cara
yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Tinja adalah
bahan buangan yangdikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari
proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan
(tractusdigestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang
dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang
dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi
kelenjar, dan sebagainya. feses (tinja) juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri
dari : sisa - sisa makanan, air, bakteri, zat warna empedu.
B. Tujuan
Pemeriksaan dengan bahan feses bertujuan untuk mendeteksi adanya kuman seperti
Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus, Sigela, dan lain-lain. Salmonella
adalah bakteri penyebab typhoid atau dalam masyarakatdikenal dengan tipes yaitu
penyakit infeksi akut usus halus C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan
paratyphoid abdominalis. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri,
secara akrab dikenal sebagai Stap yang dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai
akibat dari infeksi beragam jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat
menyebabkan penyakittidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit),
namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang
bertanggung jawab dalam keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit
yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan
pera$atan sampai berat/parah dan berpotensi fatal. Eschericiacoli adalah bakteri yang
melepaskan racun yang bernama Shiga dan racun tersebut sering menyebabkan
masalah perut dan usus misalnya diare dan muntah.
C. Indikasi Pemeriksaan
Tipe-Tipe diare: Diare dibagi menjadi tiga tipe. Tipe-tipe tersebut adalah diare
noninflamatori (noninflammatory diarrhea), diare inflamatori (inflammatory diarrhea),
dan diare pada penyakit sistemik. Istilah lain untuk diare non inflamatori adalah diare
sekretori (secretory diarrhea) dan diare encer (watery diarrhea). Sinonim diare
inflamatori adalah diare berdarah (bloody diarrhea) dan disenteri (dysentery).
Diare Non Inflamatori melibatkan usus halus proksimal. Penyebab diare non
inflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus, ETEC,
EAggEC, Vibrio cholerae, Clostridium perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus
aureus, Giardialamblia, Cryptosporidium parvum, Isosporabelli, Cyclosporacayetensis,
dan mikrosporidia.
b. Diare Inflamatori
Salah satu contoh diare pada penyakit sistemik adalah demam enterik. Istilah lain
untuk demam enterik adalah demam tifoid. Diare pada penyakit sistemik melibatkan
usus halus distal. Penyebab diare pada penyakit sistemik adalah Salmonella typhi,
Slamonella non-typhi, Yersinia enterocolitica, dan Campylobacter spp. Virus dan
parasit belum terbukti secara empiris sebagai penyebab diare pada penyakit sistemik.
2. Adanya icterus
pada wanita yang sedang menstruasi dan pasien yang baru saja menelan cairan barium.
Cairan barium merupakan zat kontras yang digunakan dalam pemeriksaan barium
E. Persiapan pemeriksaan
- Wadah sampel : Wadah bersih, kering, bebas dari desinfektan dan mempunyai bukaan
yang lebar untuk menyimpan feses
- Tongkat aplikator atau tusuk gigi yang digunakan untuk mengambil sampel
- Sarung tangan tidak steril untuk pasien mengambil sampel
- Kontainer khusus atau plastik : Kontainer yang dipasang khusus di jamban atau plastik
bening digunakan untuk menampung sampel feses agar tidak terkontaminasi dengan
air atau organisme dari jamban.
Hasil tes umumnya diberikan setelah 1-3 hari. Jika hasil tes tidak langsung
diberikan, pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumah dan diminta kembali menemui
dokter setelah hasil tes sudah ada. Berikut ini ciri-ciri hasil pemeriksaan feses yang
dinyatakan normal:
- Tinja berwarna coklat, bertekstur lembut, dan bentuk keseluruhan yang konsisten.
- Pada tinja tidak ditemukan bakteri berbahaya, jamur, parasit, virus, darah, lendir,
nanah, atau serat daging yang tidak tercerna dengan baik.
- Tinja mengandung 2-7 gram lemak dalam satu hari atau per 24 jam.
- Kadar gula dalam tinja kurang dari 0,25 g/dL.
- Sejumlah kondisi dapat mengubah hasil pemeriksaan feses. Diskusikan hasil tes
dengan dokter. Apabila ditemukan ketidaknormalan pada feses pasien, dokter akan
melakukan penanganan atau pengobatan sesuai hasil tes. Misalnya, memberikan obat
antibiotik jika pada pemeriksaan ditemukan bakteri, atau memberikan obat cacing bila
ditemukan telur cacing pada tinja pasien.
1. Hindari pemeriksaan feses jika mengalami siklus menstruasi atau perdarahan aktif
yang disebabkan oleh wasir.
2. Jangan menggunakan sampel tinja yang telah jatuh ke dasar kloset, terkena urine
atau peralatan di kamar mandi.
3. Beri tahu dokter jika baru-baru ini menjalani foto Rontgen yang menggunakan zat
5. Sebelum pemeriksaan, beri tahu dokter mengenai obat-obat yang sedang digunakan,
BARIUM ENEMA
A. Pengertian
B. Tujuan
Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma colon dan penyakit
inflamasi colon. Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan structural pada
colon. Tujuan pemeriksaan barium enema sendiri adalah untuk mendapatkan
gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa
suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon.
C. Indikasi pemeriksaan
Konstipasi
Persiapan operasi
Tindakan diagnostik : pemeriksaan radiologi (barium enema)
Gangguan pola buang air besar
Nyeri daerah colon
Melena
D. Kontraindikasi pemeriksaan
Hemoroid
Neoplasma colon atau rectum
Perforasi usus
Extraluminasi ke venous
Water intoxicantion
Intramural barium
Cardiac arithmia
E. Persiapan pemeriksaan
A. Persiapan pasien: memberikan informed consent, pasien akan diminta
mengosongkan usus besar terlebih dahulu. Pasalnya, gambaran rontgen bisa
terganggu bila masih ada zat-zat sisa di usus besar. Guna melakukan
pengosongan usus besar, pasien akan diminta untuk :
Menerapkan pola makan khusus sehari sebelum pemeriksaan. pasien hanya
akan diperbolehkan mengonsumsi cairan bening, seperti air putih dan sup
kaldu.
Berpuasa setidaknya delapan jam sebelum pemeriksaan.
Mengonsumsi obat pencahar pada malam sebelum hari pemeriksaan.
Menanyakan pada dokter mengenai obat rutin yang boleh dan tidak boleh
terus dikonsumsi sebelum pemeriksaan.
F. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan barium enema bisa dikelompokkan menjadi dua jenis :
1. Negatif atau normal
Hasil barium enema dikatakan negatif bila dokter ahli radiologi tidak
menemukan kelainan pada usus besar pasien. Apabila hasil barium enema
positif atau tidak normal, dokter mungkin akan menganjurkan pemeriksaan
penunjang lain untuk memastikan diagnosis.
Misalnya, kolonoskopi dan biopsi.
2.Positif atau abnormal
Hasil barium enema dikatakan positif jika ahli radiologi menemukan
kelainan pada usus besar pasien.
G. Gambar pemeriksaan
Hal terpenting dalam foto barium enema adalah terlihatnya zona transisi. Zona
transisi mempunyai 3 jenis gambaran yang bisa ditemukan pada foto barium enema
yaitu 1. Abrupt, perubahan mendadak; 2. Cone, berbentuk seperti corong atau
kerucut; 3. Funnel, bentuk seperti cerobong. Selain itu tanda adanya enterokolitis
dapat juga dilihat pada foto barium enema dengan gambaran permukaan mukosa
yang tidak teratur. Juga terlihat gambar garis-garis lipatan melintang, khususnya bila
larutan barium mengisi lumen kolon yang berada dalam keadaan kosong.
A. Pengertian
Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan
ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. Suara merupakan
fenomena fisika untuk mentransfer energi dari satu titik ke titik yang lainnya
sehingga mendapatkan gambaran yang jelas hampir semua bagian tubuh, kecuali
bagian tubuh yang dipenuhi udara atau ditutupi tulang.
Ultrasonography (USG) adalah prosedur pencitraan menggunakan teknologi
gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memproduksi gambar tubuh bagian
dalam, seperti organ tubuh atau jaringan lunak.
Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan yang merupakan alat bantu,
yang memakai gelombang suara ultra untuk pencitraan (membuat tampilan gambar)
dari suatu objek yang dipapari suara ultra tersebut. Ultrasound atau suara ultra
adalah gelombang suara yang berfrekuensi lebih dari 20.000 Hz (Endjun, 2007).
B. Tujuan
Mendeteksi penyebab nyeri pada perut.
Mendeteksi penyebab infeksi pada ginjal
Mendeteksi penyebab pembengkakan perut.
Mendeteksi kerusakan setelah cedera.
Mendeteksi lokasi batu ginjal atau batu empedu.
Mendeteksi penyebab tes darah yang abnormal, seperti tes ginjal atau tes fungsi
hati.
Mendiagnosis serta memantau perkembangan tumor dan kanker.
C. Indikasi
1. USG kepala
Bayi : cedera / perdarahan otak, hidrocepalus, meningitis, radang otak.
2. USG leher
Kelenjar tiroid, pembuluh darah leher, kelainan di leher : infeksi, tumor.
3. USG mammae
Mendeteksi ukuran, lokasi, jenis benjola pada payudara.
4. USG perut
Kelainan organ hati, ginjal, limpa, empedu, pankreas, radang usus buntu,
hernia, organ gastrointestinal, dan dapat menjadi alat untuk melakukan
tindakan biopsi jaringan orang dalam perut.
5. USG panggul
Wanita : kelainan kandung kemih, radang panggul, mencari lokasi KB
spiral, membantu mengarahkan saat tindakan pengambilan sel telur untuk
bayi tabung.
Pria : kelenjar prostat.
6. USG testis
Memeriksa kelainan pada testis : tumor, kriptorkismus, varises di pembuluh
darah testis (varikokel)
7. USG kehamilan
National Institute of Health (NIH), USA (1983-1984) menentukan indikasi
untuk pemeriksaan USG sebagai berikut :
a. Menentukan usia gestasi secara tepat pada kasus yang akan menjalani
seksio sesarea berencana, induksi persalinan atau pengakhiran
kehamilan secara selektif .
b. Evaluasi pertumbuhan janin pada pasien yang telah diketahui menderita
insufisiensi uteroplasenter, misalnya preeklamsia berat, hipertensi
kronik, penyakit ginjal kronik, diabetes melitus berat atau menderita
gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan janin
terhambat atau macrosomia.
c. Perdarahan pervaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum
diketahui
d. Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian bila
pada saat persalinan bagian terendahnya sulit ditentukan atau letak janin
masih berubahubah pada trimester ketiga akhir
e. Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua
DJJ yang berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak sesuai
dengan usia gestasi, atau ada riwayat pemakaian obat-obatan pemicu
ovulasi 6. Membantu tindakan amniosentesis atau biopsy villi koriales.
f. Perbedaan makna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan
tanggal haid pertama haid terakhir
g. Teraba massa pada daerah pelvik
h. Kecurigaan adanya mola hidatidosa
i. Evaluasi tindakan pengikatan servik uteri (cervical cerclage)
j. Suspek kehamilan ektopik
k. Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta previa
l. Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetuskopi, transfusi intra
uterin, tindakan “shunting”, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan
chorionic villi sampling (CVS)
m. Kecurigaan adanya kematian mudigah/janin
n. Kecurigaan adanya abnormalitas uterus
o. Lokalisasi alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
p. Pemantauan perkembangan folikel
q. Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas kehamilan 28
minggu
r. Observasi pada tindakan intra partum, miasalnya versi atau ekstraksi
pada janin kedua gemeli, plasenta manual, dll
s. Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion
t. Kecurigaan terjadinya solusio plasenta
u. Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong
v. Menentukan taksiran berat janin atau presentasi janin pada kasus
ketuban pecah preterm atau persalinan preterm
w. Kadar serum alfa feto protein abnormal
x. Pengamatan lanjud pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan
y. Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya
z. Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda
(Endjun, 2007).
D. Kontraindikasi
a. Adanya luka pada abdomen yang perlu dihindari agar tidak menyebabkan
infeksi
b. Penolakan dari klien.
E. Persiapan pemeriksaan
Persiapan yang harus dilakukan pasien menjelang pemeriksaan USG
beragam tergantung dari area yang ingin diperiksa.
Untuk pemeriksaan daerah empedu, hati, pankreas, dan limpa, pasien akan
diminta berpuasa selama 8 hingga 12 jam sebelum tindakan. Hal ini guna
mencegah adanya sisa makanan di lambung dan usus yang dapat menghalangi
gelombang suara.
F. Hasil pemeriksaaan
Setelah dokter selesai memeriksa, gel yang digunakan pada tubuh akan
langsung dibersihkan, dan bagi yang diminta untuk menahan urine sebelum tes,
pasien dipersilahkan untuk langsung mengosongkan kandung kemih.
A. Pengertian
B. Tujuan
D. Persiapan pemerikasaan
Pada saat CT scan dilakukan untuk melihat kondisi perut, larangan untuk
makan akan berlaku sejak malam hari sebelum CT scan dilakukan. Pada
pemeriksaan ini, diwajibkan untuk melepaskan benda logam, seperti jam
tangan, perhiasan, kacamata, serta sabuk. Setelah melakukan semua persiapan,
prosedur CT scan akan mulai dilakukan. Orang yang akan menjalani CT scan
diminta merebahkan diri di atas tempat tidur khusus pemeriksaan. Tempat tidur
tersebut dilengkapi dengan bantal, sabuk, dan penahan kepala untuk
menghindari tubuh bergerak selama prosedur berlangsung.
B. Intervensi Keperawatan
1. Jadwalkan pemeriksaan ini minimum 2 hari setelah pemeriksaan
menelan barium atau serial GI atas.
2. Lepaskan gigi palsu dan kacamata.
3. Beritahu pasien untuk tidak makan & minum selama 6-8 jam
sebelum prosedur.
4. Informasikan pasien bahwa prosedur ini membutuhkan waktu
20-30 menit dan anestesi lokal akan diberikan pada
kerongkongan untuk mencegah ketidaknyamanan.
5. Setelah prosedur, pasien diizinkan untuk makan dan minum
segera setelah pasien dapat menelan dengan aman.
6. Rasa kembung,bersendawa & flatulens dapat terjadi setelah
prosedur.
7. Beritahu pasien untuk menghubungi dokter setelah menjalani
pemeriksaan terjadi kesulitan menelan,nyeri
epigastrik,demam,batuk darah & feses hitam.
-Manajemen
muntah
-Manajemen
Nutrisi
-Manajemen
Nutrisi
Parenteral
-Manajemen
Perdarahan
Daftar Pustaka
4. Kusyati, E., et.al. (2006). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.
EGC;Jakarta. file:///C:/Users/HP/Downloads/5351-1-8496-1-10-20130501%20(2).pdf
11. https://www.halodoc.com/artikel/beginilah-prosedur-saat-melakukakan-pemeriksaan-
ct-scan ( Diakses pada tanggal 25 september 2020)
15.http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB%20II.pdf
16. Nurarif, kusuma. 2015 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Jogyakarta: Penerbit Mediaction Jogja.