Anda di halaman 1dari 6

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH

1. PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene, 2016). Infeksi saluran kemih pada
bagian tertentu di saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama Echerichia
coli; risiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia (Mary, 2014).
2. ETIOLOGI

1) Faktor Resiko
a) Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
b) Memiliki riwayat penyakit menular seksual
c) Kateterisasi
2) Faktor Predisposisi
a) Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Staphylococcus saprophyticus.
b) Terganggunya glikosaminoglikan
c) Refluks uretrovesikal
d) Refluks ureterovesikal
e) Obstruksi aliran urin
3) Faktor Presipitasi
a) Hygiene buruk.
b) Cara membasuh alat kelamin yang salah
c) Sering menahan kencing

3. PATOFISIOLOGI

Menurut Rudi. 2012infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius.Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen.Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu ansending dan
hematogen.
1. Secara asending:
a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain faktor anatomi dimana
wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga insiden
terjadinya isk lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
2. Secara hematogen:
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang memengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya
bendungan total urin yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dll.

4. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada infeksi saluran kemih sangat bervariasi bahkan tidak menimbukan
gejala apapun. Pada infeksi saluran kemih bagian bawah (sistisis) mencakup:
1. Nyeri yang sering
2. Rasa panas ketika berkemih
3. Kadang-kadang disertai spasme pada kandung kemih dan area suprapubis
4. Hematuria
5. Nyeri punggung
6. Peningkatan frekuensi berkemih
7. Perasaan ingin berkemih
8. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
9. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Tes kultur dan sensitivitas


Tes kultur melihat kemungkinan adanya bakteri didalam urin. Tes sensitivitas
menentukan antibiotik apa yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri.
Laboratorium membagi spesimen urin menjadi dua; satu bagian dikultur untuk
menentukan bakteri mana yang berkembang.Laporan persiapan harus tersedia dalam 24
jam.Bagian kedua digunakan untuk menentukan pada antibiotik mana organisme tersebut
peka.
b) Cystoscopy
Tes ini menguji dinding kandung kemih untuk melihat kemungkinan pertumbuhan dan
tumor. Ini juga digunakana sebagai alat untuk memindahkan tumor kecil, batu dan benda
asing dan untuk mendilatasi saluran kencing (uretra) dan saluran ginjal(ureter). Suatu
cystoscope dimasukan kedalam uretra ke kandung kemih, yang membuat struktur benar-
benar divisualisasikan; misalnya uretra, kandung kemih, ureter dan prostat.
c) Studi sinar x ginjal, ureter, kandung kemih (KUB)
Studi KUB adalah sinar x abdominal yang digunakan untuk mendeteksi batu ginjal, bisul
abdominal, paralytic ileus atau obstruksi.
d) Prostate spesific antigen (PSA) test
Tes ini mengukur tingkat PSA didalam darah. Tingkat PSA akan naik pada psien dengan
BPH (Begign Prostatic Hypertropy) atau kanker prostat. Kenaikan tingkat PSA tidak
memberi dokter cukup informasi untuk membedakan antara kanker dan kondisi-kondisi
protat jinak;namun, dokter akan mempertimbangkan hasil tes ketika memutuskan apakah
akan mengorder penyaringan tambahan untuk kanker prostat. Tes ini juga digunakan
untuk memonitor perawatan dan untuk menguji kekambuhan kanker prostat.
e) Pengumpulan urin 24 jam
Ini adalah tes diagnostik yang melibatkan pengumpulan urin pasien selama 24 jam.Tes
ini biasanya digunakan untuk mengukur volume dan berbagai faktor fungsi ginjal dan
juga untuk menentukan pengeluaran sehari-hari unsur tertentu seperti protein, elektrolit
dan lain-lain.
f) Urinalysis
Urinalysis (analisa urin) adalah pengujian urin secara fisik, kimia, dan
mikroskopis.Pengujian inimeliputi sejumlah tes untuk mengevaluasi spesimen urin
mengenai penampilan, warna, kejelasan, pH, berat jenis, dan kehadiran bakteri, darah
kepingan-kepingan, glukosa, keton leukosit, protein, RBC, dan WBC. Tes digunakan
untuk mengkonfirmasikan gejala ISP, untuk memeriksa diabetes karena kelebihan kadar
glukosa, dan untuk memonitor fungsi ginjal pada pasien gagsl ginjal.
g) Urine flow studies
Urine flow studies, juga dikenal sebagai uroflowmetry, mengukur kekuatan dan volume
per detik aliran urin dari kandung kemih ketika pasien buang air kecil ke dalam mesin
tes. Tes ini membantu mengidentifikasi sumbatan atau kelainan Saluran kencing dan
membantu mengevaluasi seberapa baik atau seberapa buruk pasien buang air kecil.
h) Voiding cystogram
Tes ini melibatkan pengambilan gambar sinar x kandung kemih dan uretra selama
perkemihan.Suatu material kontras radiopaque ditanamkan ke dalam kandung kemih via
kateter Foley ke dalam sluran tubuh. Setelah sinar x diambil, kateter dipindahkan. Pasien
buang air kecil sementara sinar x diperoleh. Tes ini dilakukan untuk mencari kelainan
sistem perkemihan, tumor kandung kemih, ureter, dan uretra, atau untuk mengeluarkan
( refluks) urin dari kandung kemih ke ureter.

6. PENATALAKSANAAN

Menurut Marlene, 2016:


1) Pencegahan
I. Hindari dehidrasi : ajurkan asupan harian (recommended daily allowance,RDA)
cairan pada dewasa aktif sekitar 30 ml/kg/hari.
II. Hindari konstipasi (perbanyak asupan cairan,serat diet, dan olah raga rekreasional)
III. Tangani retensi urien, inkontinensia urien atau obstruksi pada saluran keluar
kandung kemih.
IV. Pertimbangan perbaikan sistokel pada wanita pascamenopause penderita
pengosongan kandung kemih tanpa sempurna dan ISK kambuhan.
V. Ajari wanita mengenai higienis yang baik setelah ke toilet dan berkemih setelah
senggama.
VI. Tangani infeksi sejak dini, terutama pada pasien dengan penurunan fungsi imun
atau pasien dengan retensi urien, atau disfungsi berkemih.
VII. Lepas kateter yang yang terpasang dan tangani pasien yang mengalami disfungsi
berkemih dengan program penatalaksanaan alternatif seperti pelatihan kandung
kemih, farmakoterapi untuk inkontinensia urien, kateterisasi intermiten dan/ atau
berkemih terjadwal.
2) Infeksi saluran kemih akut
I. Penatalaksanaan empiris cukup memadai untuk infeksi yang pertama pada wanita
muda yang tidak sehat ; mulai penatalaksanaan empiris sebelum diperoleh hasil
kultur dan sensitivitas untuk infeksi saluran kemih febris atau komplikata
II. Antipiretika dan rawat inap dengan cairan intravena diperlukan bila pielonefritis
disertai dengan mual dan muntah yang bermakna atau urosepsis.
III. Pilih antibiotika sesuai laporan kultur dan sensitivitas ( bila anda indikasi),
frekuensi pemberian , risiko vaginitis, biaya yang ditanggung pasien, dan risiko
peningkatan resistensi bakteri.
IV. Tekankan kepatuhan pada pemberian antibiotik ; tangani infeksi non komplikata
selama 3 hari, infeksi komplikasi selama 7 hari, dan ISK febris selama 14 hari.
V. Penanganan suplemen antibiotika dengan analgesik sistem Perkemihan (pyridium
tersedia sebagai obat yang dijual bebas) atau obat kombinasi, seperti Urised.
VI. Mulai penanganan profilaksis menggunakan krem antijamur pada wanita dengan
riwayat vaginitis saat mendapatkan terapi antibiotika, kecuali bila diberikan
nitrofurantoin.
VII. Dorong asupan cairan yang memadai.

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun struktur traktus urinarius lain
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

Anda mungkin juga menyukai