Anda di halaman 1dari 25

 STASE MEDIKAL

KONSEP DASAR PENYAKIT


INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Dosen Pembimbing : Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB

oleh:
Rista Dwi Pratiwi
NIM 212311101011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
 STASE MEDIKAL
BAB 1. KONSEP TEORI
1.1Review Anatomi Sistem Perkemihan
1.2 Definisi
1.3 Epidemiologi
1.4Etiologi
1.5Klasifikasi
1.6Patofisiologi/Patologi
1.7Manifestasi Klinis
1.8Pemeriksaan Penunjang
1.9Penatalaksanaan Medis
1.10Clinical Pathway
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1Pengkajian
2.2Diagnosa yang muncul
2.3Intervensi Keperawatan
2.4Implementasi
2.5Evaluasi
2.6 Discharge Planning
 STASE MEDIKAL

Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Infeksi saluran kemih (ISK)
sebagian besar disebabkan oleh
virus, bakteri serta jamur akan
tetapi pada umumnya banyak
dijumpai bahwa infeksi saluran
kemih banyak disebabkan oleh
bakteri. Infeksi saluran kemih
adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme di dalam saluran Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit
kemih. infeksi dimana jumlah bakteriuria berkembang biak
sebanyak >100.000 /ml urin.
 STASE MEDIKAL

Anatomi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu proses
penyaringan darah dimana darah yang mengandung zat-zat yang
dibutuhkan oleh tubuh akan diserap kembali, sedangkan zat-zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa
urin (air kemih). Fungsi utama dari sistem perkemihan yaitu melakukan
ekskresi dan eliminasi dari sisa metabolisme tubuh.
Sistem perkemihan terdiri dari beberapa organ diantaranya yaitu
ginjal, ureter, vesika urinaria (kandung kemih) dan uretra.
 STASE MEDIKAL

Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Penduduk di Indonesia yang menderita infeksi saluran


kemih yaitu diperkirakan sebanyak + 222 juta jiwa dan
didominasi oleh jenis kelamin perempuan.. Berdasarkan
data Departemen Kesehatan RI (2014) menunjukkan bahwa
prevalensi di Indonesia cukup tinggi, dimana angka
kejadian infeksi saluran kemih sebanyak 90-100 kasus per
100.000 dengan penduduk tiap tahunnya sekitar 180.000
kasus/tahun (Mayangsari dkk., 2021)
 STASE MEDIKAL

Etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan oleh virus,
bakteri dan jamur. Penyebab infeksi saluran kemih
terbanyak adalah berasal dari bakteri gram-negatif
termasuk bakteri yang terdapat pada usus, kemudian
akan naik ke sistem saluran kemih, bakteri tersebut
antara lain yaitu E.coli, klebsiella sp, proteus sp, Adapun faktor lain pemicu terjadinya infeksi saluran
providensiac, citrobacter, P.aeruginosa, acinetobacter, kemih selain mikroorganisme, yaitu faktor predisposisi
enterococu faecali, dan staphylococcus saprophyticus. seperti litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit
Akan tetapi sebagian besar (90%) infeksi saluran ginjal, nekrsis papilar, DM, neofropati, senggama,
kemih pada umumnya disebabkan oleh bakteri kehamilan, peserta KB dengan tablet progesterone,
Escherichia Coli (E.coli) (Sari dan Muhartono, 2018) katerisasi, umur, jenis kelamin, berbaring terlalu lama,
konsumsi obat steroid, kebiasaan menahan BAK,
kebersihan genitelia dan lainya.
 STASE MEDIKAL

Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1 Kandung kemih (sistitis)

2 Uretra (Uretritis)

3 Ginjal (Pielonefritis)
 STASE MEDIKAL

Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Infeksi saluran kemih berawal dari masuknya bakteri (kuman) ke dalam saluran kemih, kemudian berkembang
biak.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih tersebut melalui empat cara, yaitu (Nemin, 2019) :
1. Ascending (naik), terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
a) Pertama, kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina.
b) Kedua, masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli.
c) Ketiga, mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih.
d) Keempat, naiknya mikroorganisme dari kandung kemih menuju ginjal.
2. Hematogen (descending), yang sebelumnya telah terjadi infeksi pada ginjal yang menyebar sampai ke
dalam saluran kemih melalui peredaran darah.
3. Limfogen (jalur limfatik), masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang menghubungkan
kandung kemih dengan ginjal.
4. Langsung dari organ sekitar yang sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter
 STASE MEDIKAL

Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Keluhan sitemik, seperti : malaise, pucat, uremia merupakan gejala gagal ginjal, demam, nyeri,
keluhan miksi, disfungsi seksual atau infertilitas, berubahan berat badan, dehidrasi, sakit kepala,
penglihatan kabur, perubahan pada nafsu makan, mengigil, mual, muntah, mukosa memerah serta
edema, adanya rasa gatal.

Nyeri pada ginjal, kolik, Inkontensia urine, Hematuria, terdapat darah Hematospermia, Cloudy urine,
vesika, ketidakmampuan didalam urine. Hematuria terdapat darah di diamana urine
prostat,testis/epididimis, seseorang untuk dapat disebabkan dari dalam ejakulat berwarna keruh
dan nyeri pada penis. menahan urine berbagai kelainan pada umumnya ditemui serta berbau busuk
Pneumaturia,berkemih yang keluar baik saluran kemih mulai dari pada pasien dengan yang diakibatkan
dengan udara seperti disadari maupun infeksi hingga dapat usia 30-40 tahun. infeksi pada saluran
pada pasien DM. tidak disadari. mengakibatkan keganasan. kemih.
 STASE MEDIKAL

Pemeriksaan Penunjang
Berikut beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
(Fadhilah, 2020): a. Ultrasonografi
1 Pemeriksaan Kultur Urin b. Voiding Cystourethrography
(VCUG)
2 Pemeriksaan Urinalisis
c. Pencitraan tambahan
3 Pemeriksaan Darah Pemeriksaan CT urografi
dan MRI akan tetapi
4 Pemeriksaan Biakan Urin indikasi untuk digunakan
dalam diagnosis ISK masih
5 Pemeriksaan Pencitraan
terbatas.
 STASE MEDIKAL

Penatalaksanaan Medis

Berikut Merupakan
Pilihan Antibiotik untuk
Terapi Infeksi Saluran
Kemih (ISK)
 STASE MEDIKAL

Clinical Pathway
 STASE MEDIKAL

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.Anamnesis
1. Keluhan utama klien atau alasan utama sebab-akibat datang ke rumah sakit
2. Riwayat penyakit saat ini yang sedang dirasakan klien, seperti : keluhan
sistemik yang merupakan penyulit kelainan urologi, mailase, pucat, nyeri,
uremia, keluhan miksi, disfungsi seksual. Riwayat sakit harus mencakup segala
informasi yang berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.
3. Adanya perubahan pola eliminasi : kaji frekuensi, urgensi dan jumlah urine
output, perubahan warna urin, adanya darah dalam urin
a. Disuria : kapan keluhan ini terjadi, pada saat urinasi, pada awal dan akhir
urinasi
b. Inkontensia : adanya inkontensia fekal menunjukkan tanda neurologik
yang disebabkan oleh gangguan kandung kemih
 STASE MEDIKAL
a. sering berkemih: merupakan gejala urinasi yang terjadi lebih sering dari nomal setiap 3-
6 jam sekali, infeksi penyakit traktus urinarius, hipertensi, kelainan metabolik
b. urgensi : keinginan kuat untuk berkemih, dapat disebabkan oleh kelainan inflamasi pada
kandung kemih prostat atau uretra
c. rasa panas pada saat berkemih : terlihat pada saat pasien iritasi uretra, ISK, urtetratitis
dan pada sistitis rasa terbakar selama maupun sesudah
4. Adanya gejala gastrointestinal dapat berupa: mual, muntah, diare, ileus paralitik. gangguan
tersebut terjadi pada berbagai keadaan urologi.
5.Pola nutrisi-metabolic
a. kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum klien
b. kaji adanya dehidrasi
c. kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi klien. makanan yang mengandung tinggi
protein dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih
d. kaji adanya anoreksia, mual, muntah. karena dapat mempengaruhi status cairan
e. kaji kebiasaan mengkonsumsi sumplemen vitamin, mineral dan terapi herbal
 STASE MEDIKAL

B. Riwayat Kesehatan Masalalu


riwayat infeksi traktur urinarius :
1) terapi atau perawatan rumah sakit dalam menangani infeksi traktus urinarius
2) adanya gejala panas atau mengigil
3) sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateterisasi
4) riwayat keadaan berikutnya: hematuria, perubahan warna, volume urin, dan kondisi terkait

C. Riwayat Kesehatan Keluarga D. Riwayat Kesehatan Keluarga


kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau
kandung kemih dalam keluarga serta kaji kandung kemih dalam keluarga serta kaji
masalah eliminasi yang berkaitan dengan masalah eliminasi yang berkaitan dengan
kebiasaan keluarga kebiasaan keluarga
 STASE MEDIKAL

D. Riwayat Kesehatan Sosial


- kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar bahan kimia, bau ammonia
dan kimia organic yang dapat berisiko meningkatkan risiko kanker
kandung kemih.
- seorang yang lebih sering duduk akan lebih berpotensi mengalami
statis urin sehingga dapat menimbulkan infeksi dan batu ginjal.
- seseorang mengalami demineralisasi tulang yang menyebabkan
peningkatan kalsium dalam urin
- laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau
epididimis
- perlu informasi tempat tinggal klien. dataran tinggi lebih berisiko
terjadi batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat
dalam tanah dan air daerah dataran tinggi
 STASE MEDIKAL

E. Riwayat Pengobatan
Deuretik dapat mengubah kuantitas dan karakter output urin. anti
depresant, anthistamin dan obat-obatan dalam mengatasi gangguan
neurology dan musculuskeletal dapat mempengaruhi kemampuan
kandung kemih atau sphinter untuk berkontraksi atau relaksasi secara
normal
F. Pola persepsi-kognitif
- apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan
kehidupan normal klien
- bagaimana perasaan klien pada saat menggunakan kateter
G. Pemeriksaan Fisik
-Inspeksi - Auskultasi
- Palpasi - Pemerikasaan fisik ginjal
- Perkusi
 STASE MEDIKAL

Diagnosa
(D.0077) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis
1
(inflamasi, iskemia, neoplasma)

(D.0040) Gangguan Eliminasi Urin b.d infeksi


2
saluran kemih

(D.0111) Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar


3 informasi
 STASE MEDIKAL
 STASE MEDIKAL

Implementasi
Implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat. Tahap pelaksaan dimulai setelah intervensi disusun sesuai dengan kebutuhan pasien dan
ditujukan untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan independen, dependen dan interdependen. Tahap ketiga adalah
dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan (Sumilat, 2017).
 STASE MEDIKAL

Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah pasien diberikan
intervensi dengan berdasarkan pada pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
dan implementasi keperawatan. Evaluasi keperawatan ditulis dengan format SOAP, yaitu:

1) S (subjektif) merupakan respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

2) O (objektif) merupakan data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

3) A (analisis) merupakan masalah keperawatan pada pasien apakah sudah teratasi, teratasi
sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru

4) P (planning) merupakan rencana intervensi dihentikan, dilanjutkan, ditambah, atau


dimodifikasi.
 STASE MEDIKAL
Discharge Planning
Discharge planning merupakan proses yang berkesinambungan dalam memberikan pelayanan kesehatan
pada klien dan keluarga setelah pulang dari rawat inap di rumah sakit. Supaya klien dan keluarga mudah dalam
menentukan kebutuhan serta menerapkan rencana tindakan yang diberikan oleh perawat/pihak rumah sakit,
sehingga dari perancanaan tersebut klien sekaligus keluarga dapat meningkatkan dan mempertahankan derajat
kesehatannya (Andriani, 2018).
- Adapun tujuan dari pelaksanaan discharge planning, yaitu :
1. Mempersiapkan klien dan keluarga baik dalam keadaan fisik amupun psikologis pada saat pulang serta
mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi klien.
2. Mempersiapkan klien dan keluarga secara emosional dan psikologis.
3. Memberikan informasi untuk klien dan keluarga sesuai dengan kebutuhan klien dengan memberikan
catatan tertulis maupun secara verbal.
4. Memberikan fasilitas pada klien dan keluarga untuk memperlancar pada saat kepulangan klien.
5. Meningkatkan dan mempersiapkan kemandirian klien dan keluarga dalam memingkatkan derajat
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
 
Andriani, A. 2018. Studi Kasus Penerapan IDEAL Discharge Planning Terhadap Self Efficacy Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Ruang Multazam Rumah Sakit Siti Khodijah. Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Darsono, P. V., M. Dede, dan S. Mahrita. 2016. Gambaran karakteristik ibu hamil yang mengalami infeksi saluran kemih (isk)
di wilayah kerja puskesmas pekauman banjarmasin. Jurnal Dinamika Kesehatan. 1(1):162–170.
Fadhilah, N. 2020. Profil Infeksi Saluran Kemih Pada Anak Di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2018.
Universitas Hasanudin.
Ferdhyanti, U. 2019. Teknik Hitung Leukosit Dan Eritrosit Urine. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Firdaus, T. 2021. Gambaran Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih Di RSUP H> Adam Malik Medan Tahun 2019.
Universitas Sumatera Utara.
Mayangsari, S., A. Mour, dan D. L. Ratna. 2021. Prevalensi infeksi saluran kemih (isk) pada pasien di rumah sakit islam (rsi)
unisma malang tahun 2018. Jurnal Ilmiah Biosaintropis. 6(2):34–39.
Nemin, A. M. 2019. Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Dirumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2018-2019. Universitas Hasanuddin.
Nuari, N. A. dan D. WIdayati. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan. Edisi Edisi 1.
Yogyakarta: Deepublish.
 
Nurbadriyah, W. D. 2021. Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis Dengan Pendekatan 3S (SDKI, SLKI, SIKI). Malang:
Literasi Nusantara.
Pardede, S. O., W. J. Iskandar, dan N. Bernadetha. 2018. Disfungsi Kandung Kemih Non-Neurogenik Pada Anak: Diagnosis
Dan Tata Laksana. October 2018. Halaman 90–99.
Risnawati. 2021. Modul Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Perkemihan Dan Sistem Musculoskeletal). Jawa Barat: CV.
Media Sains Indonesia.
Sari, R. P. dan Muhartono. 2018. Angka kejadian infeksi saluran kemih (isk) dan faktor resiko yang mempengaruhi pada
karyawan wanita di universitas lampung. Journal of Lampung University. 7(3)
Sumilat, N. P. 2017. Standar Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di BLUD RSUD Kota Baubau. Universitas Islam
Negeri Alaudin Makssar.
Sumiyati, D. A. Dina, K. Lia, M. Y. A. Maria, I. S. Rano, D. Adventina, H. Marlynda, L. R. Christie, M. Riama, F. U. Annisaa,
dan F. S. Yenni. 2021. Anatomi Fisiologi. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Susianti, H. 2019. Memahami Interpretasi Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Ginjal Kronis. Malang: UB Press.
Zuliani, M. Evelin, F. Umi, R. S. Rosnancy, R. Upik, M. Novi, M. Reagen, F. Sanny, H. M. Yulian, dan S. Tri. 2021. Gangguan
Pada Sistem Perkemihan. Edisi Cetakan 1. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai