Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

Oleh:

NELA SETIA RESI

2011040061

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020/2021
A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Widagdo, 2012). Infeksi Saluran Kemih adalah
infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme didalam saluran kemih,
yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus,
mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi mikroorganisme.
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, virus dan
jamur. Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan dan wanita.
Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri
kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih (Marlina dan
Roni, 2013).
B. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK
terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah
Escherichia coli, Proteussp, Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca
operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia
dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain
mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu faktor
predisposisi (Fauci dkk., 2016). E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab
lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok
(Sudoyo Aru, dkk 2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )
b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%


kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan organisme yang
paling sering menyebabkan ISK:kuman-kuman ini biasanya ditemukan di
daerah anus dan perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain
Proteus,Pseudomonas,Klebsiella,Staphylococcusaureus,Haemophilus,Staphyl
ococcus koagulsenegatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di
masa kanak-kanak (Wong, 2012).

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi, dari tanpa
gejala (asimptomatis) ataupun disertai gejala (simptom) (Ikram,A.F.Z. 2015)
dari yang ringan (panas, uretritis, sistitis) hingga cukup berat (pielonefritis
akut, batu saluran kemih dan bakteremia) (Semaradana,W.G.P. 2014). Gejala
yang timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa sakit saat buang
air kecil atau setelahnya, anyang-anyangan, warna air seni sangat pekat
seperti air teh, nyeri pada bagian pinggang, hematuria (kencing berdarah),
perasaan tertekan pada perut bagian bawah, rasa tidak nyaman pada bagian
panggul serta tidak jarang pula penderita mengalami panas tubuh (Dharma,
P.S. 2015). Kasus asimptomatik berhubungan dengan meningkatnya resiko
terjadinya infeksi simptomatik berulang yang dapat menyebabkan kerusakan
ginjal (Anggraini,P. 2014).
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga bergantung pada lokalisasi
infeksi dan umur penderita. Infeksi saluran kemih atas pielonefritis yang
paling sering dijumpai, ditandai dengan adanya demam, nyeri perut atau
pinggang, mual, muntah, kadang-kadang disertai diare. Pielonefritis pada
neonatus umumnya tidak spesifik berupa mudah terangsang, tidak nafsu
makan dan berat badan yang menurun, pada anak usia <2 tahun dapat disertai
demam (Andriani,R. 2010).
D. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih dapat ditimbulkan melalui dua jalur infeksi, yaitu
infeksi hematogen dan infeksi asending. Infeksi hematogen biasanya terjadi
pada pasien dengan daya tubuh yang rendah, karena menderita penyakit
kronik atau pada pasien yang mendapatkan imunosupresif. Penyebaran
hematogen juga bisa timbul akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat.
Misalnya infeksi Staphylococcus aureus pada ginjal bisa terjadi akibat
penyebaran hematogen dari infeksi tulang, kulit, endotel, atau di tempat lain.
Salmonella, Pseudomonas, dan Proteus merupakan bakteri yang menginfeksi
secara hematogen (Adib,M. 2011).
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh infeksi asending
berupa kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina yang disebabkan oleh
Escherichia coli (Adib,M. 2011). Mikroorganisme juga dapat menginvasi ke
kandung kemih. Bakteri yang menyerang saluran kemih disebut dengan
bakteri uropatogen dan dapat berkolonisasi dan atau pada uroepitel untuk
melakukan pengerusakan terhadap epitel saluran kemih (Semaradana,W.G.P.
2014). Bakteri yang menginvasi ke kandung kemih dapat naik ke ginjal
karena adanya refluks vesikoureter dan menyebarkan infeksi dari pelvis ke
korteks karena refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah keadaan
patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter yang didapat baik
secara kongenital ataupun akibat adanya infeksi (Tessy dkk, 2011).
Mekanisme saluran kemih dalam mencegah timbulnya infeksi dapat
dilakukan secara mekanik melalui pembersihan organisme serta adanya
tekanan urin saat miksi berperan dalam mencegah masuknya bakteri ke dalam
mukosa. Mekanisme lainnya berupa adanya aktivitas antibakteri intrinsik
pada saluran kemih (Semaradana,W.G.P. 2014).
E. Pathway
Infeksi mikroorganisme
(Bakteri,virus)

Ke saluran kemih

Inflamasi

Infeksi saluran kemih

Suhu tubuh meningkat Uretra Anoreksia

Iritasi
Hipertermi Resiko defisit
Disuria nutrisi

Nyeri
F. Penatalaksanaan medis
Menurut M. Clevo Rendy TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga
dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut
dapat dicapai dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
c. Membersihkan perineum dari depan ke belakang
d. Pakaian dalam dari bahan katun
e. Menghindari kopi, alkohol
2. Obat-obatan
a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
b. Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu.
c. Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu.
d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena
adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens,
yaitu menyebabkan:
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b. Urine kultur :
Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya: streptococcus, E. Coli, dll.
menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan\
c. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal,panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
c. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih
I.Asuhan Keperawatan
Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan
data tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009)
Proses pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama.
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air
kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan
biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya
sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang
3. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien
biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik.
Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien
biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa
tidak enak atau nyeri pinggang.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab
infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di
alami klien.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat
meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit
turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena
penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang
dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai
dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
6. Riwayat Psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya
berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.
7. Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit
seperti stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya ISK.
8. Data tumbuh kembang
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan
mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan dengan ketentua-
ketentuan perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan
kepribadian dan perkembangan sosial.
9. Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi
Pasien tidak mampu melaksanakan rekreasi karena penyakitnya
Belajar dan memuaskan keingintahuan yang mengarah pada
perkembangan kesehatannya. Pasien sering meminta informasi tentang
penyakitnya dan perkembangan kesehatannya.
10. Pemeriksaan fisik persistem
a. Keadaan umum
Di dapatkan klien tampak lemah
b. Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
c. Sistem Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
e. Sistem Neurologi
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorentasi.
f. Sistem Perkemihan
Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah
meatus ( pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh)
apakah terjadi adanya oliguria, dan disuria.
Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi
Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah abdomen dan nyeri saat berkemih
g. Sistem Pencernaan
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dihedrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
h. Sistem Integument
Turgor kulit menurun, kulit kering.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Hipertermi b.d proses penyakit
3. Resiko defisit nutrisi b.d Keengganan untuk makan
K. Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238) Mengidentifikasi dan
b.d agen keperawatan 2x24 jam diharapkan O : mengendalikan nyeri
cedera nyeri berkurang dengan kriteria - Identifikasi lokasi nyeri, durasi nyeri,
biologis hasil : skala nyeri
Tingkat Nyeri (L.08066) - Identifikasi respon nyeri non verbal
Indikator Awal Target T:
Keluhan 2 4 - Berikan teknik non farmakologis untuk
nyeri mengurangi rasa nyeri
Meringis 2 4 - Ciptakan lingkungan yang nyaman dan
aman
Keterangan : E:
1 = Meningkat - Ajarkan keluarga pasien dan pasien
2 = Cukup meningkat teknik non farmakologi untuk
3 = Sedang mengurangi rasa nyeri
4 =Cukup menurun K:
5 = Menurun Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
anjuran dokter

2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermi (L.15506) Mengetahui keadaan umum
b.d proses keperawatan selama 2x24 jam O : pasien dan mengetahui
penyakit diharapkan demam menurun dengan - Monitor TTV peningkatan suhu tubuh atau
kriteria hasil : - Monitor suhu tubuh setiap dua jam penurunan suhu tubuh
T:
Termoregulasi (L.14134) - Berikan teknik non farmakologi untuk
Indikator Awal Target mengurangii demam
Suhu 2 4 - Anjurkan keluarga pasien untuk
tubuh memberikan pakaian yang tipis kepada
Suhu 2 4 pasien
kulit E:
- Ajarkan keluarga pasien teknik non
Keterangan : farmakologi untuk mengurangi demam
1 = Meningkat K:
2 = Cukup meningkat Kolaborasi obat sesuai anjuran dari dokter
3 = Sedang
4 =Cukup menurun
5 = Menurun

3 Resiko defisit Mengidentifikasi dan mengelol


nutrisi b.d asupan nutrisi
keengganan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
makanan keperawatan 2x24 jam diharapkan O :
defisit nutrisi membaik dengan - Monitor asupan makanan
kriteria hasil : - Identifikasi makanan yang disukai
Status Nutrisi T:
Indikator Awal Target - Anjurkan memberikan makanan dalam
Frekuensi 2 4 keadaan hangat dan sedikit tapi sering
makan - Sajikan makanan yang disukai
Nafsu 2 4 E:
makan Anjurkan posisi duduk

Keterangan :
1 = Meningkat
2 = Cukup meningkat
3 = Sedang
4 =Cukup menurun
5 = Menurun
DAFTAR PUSTAKA

Adib,M., 2011. Infeksi Tersering Pada Penderita Infeksi Saluran Kencing Di


Laboratorium Klinika Surabaya. Jurnal Adib Baru, Akademi Analis Kesehatan,
Malang.

Anggraini, 2014.Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien di Insalasi


Rawat Inap Rumah Sakit.Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No.
1, 99-103.

Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Dharma PS. ( 2015). Penyakit Ginjal Deteksi dini dan Pencegahan, Jakarta.; CV
Solusi Distribusi.

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL (2008). Harrison’s Principles of Internal


Medicine. 17th edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
http://bit.ly/1WtNcAY. Di akses tanggal 13 Mei 2016.

Ikram,A.F.Z. 2015. Hubungan Antara Jumlah Leukosit Urin Dengan Kultur Urin
Pada Infeksi Saluran Kemih Di Rsup H. Adam Malik. Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Marlina dan Roni A Samad. 2013. Hubungan Pemasangan Kateter Dengan


Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Diruang Rawat Inap Penyakit
Dalam RSUDZA Banda Aceh Tahun 2012. Jurnal Keperawatan Medikal
Bedah. Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-47.

M.Clevo Rendy, Margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


Penyakit Dalam Edisi 1, Nuha Medika : Yogyakarta.

Semaradana,W.G.P., 2014. Infeksi Saluran Kemih akibat Pemasangan Kateter –


Diagnosis dan Penatalaksanaan, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar, Bali. CDK-221. volume 41. Nomor 10.
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing; 2014.

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.


Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai