Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat penugasan Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
Nadia Dwi Ningtiyas, S.Kep

4012230012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BINA PUTERA BANJAR

2022/2023
A. Pengertian
Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat
terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita infeksi ini daripada pria. (Nurharis Huda ;
2009).
(ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2010).
(ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran
kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadibaik di pria maupun wanita
dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita
daripada pria (Sudoyo Aru,dkk2013). (ISK) merupakan faktor resiko yang penting
pada terjadinya insufisiensi ginjal atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran
kemih terjadi secara asending oleh sistitis karena kuan berasal dari flora fekal yang
menimbulkan koloni perineum lalu kuman masuk melalui uretra (Widagdo, 2012).
(ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri di dalam
saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih.
Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar
tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK (IDI,
2011).
Jenis infeksi saluran kemih, antara lain :
1. Kandung kemih (sistisis)
2. Urethra ( Uretritis)
3. Prostat (Prostatitis)
4. Ginjal ( Pielonefritis)
Selain itu, ISK pada mereka yang usia lanjut dibedakan menjadi :
1. ISK Uncomplicated (Simple)
ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomik maupun
fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman penyebab sulit untuk
diberantas. Kuman penyebab seringkali resisten terhadap beberapa jenis antibiotik,
sering menyebabkan bakterimia, sepsis, hingga shok. Infeksi saluran kencing ini
terjadi bila terdapat keadaan sebagai berikut :
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, refreks vesiko urethral
obstruksi, atoni kandung kemih,paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK
c. Gangguan imunitas
d. Infeksi yang disebabkan oleh organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.
B. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,
Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh
Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu
ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2011).
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri,
pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2013).
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
1. a Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )
2. b Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3. c Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran darah
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Berbagai jenis organisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme yang
paling sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah
anus dan perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain Proteus,
Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus
koagulse-negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-
kanak (Wong, 2012).
C. Tanda dan Gejala
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air
kecil, kadang-kadang merasa panas keti ka berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Permenkes, 2011) Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu
diketahui atau ditemukan pada penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan
kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.
(Stamm dkk, 2001).
D. Manifestasi Klinis
a. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih, namun tidak ada air kencing yang keluar
b. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing bisa berwarna
putih, coklat atau kemerahan, dan baunya sangat menyengat
c. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
d. Nyeri pada pinggang
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi sudah mencapai
ginjal (diiringi rasa nyeri disis bawah belakang rusuk, mual dan muntah)
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh, dapat
memicu terjadinya kanker pada kandung kemih.
g. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia
E. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan
dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau
urin bebas dari mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin
(Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan
hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai
ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium
penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat
terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
1. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
2. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
3. Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
4. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal (Israr, 2009).
b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui
peredaran darah.
c. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik
yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini
jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009).
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
a. Pemberian agens antibakterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari
traktus urinarius dengan efek minima terhadap flora fekal dan vagina dengan
demikian memperkecil infeksi ragi vagina.
b. Variasi program pengobatan telah mengobat infeksi saluran kemih ini, misalnya
dosis tunggal program medikasi short cause (3-4 hari) atau long course (7-10
hari).
c. Penggunaan medikasi mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole.
d. Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi
e. Jika kekambuhan terjadi setelah agens mikrobial selesai diberikan, maka
program short medikasi (3-4 hari) dari terapi antimikrobial dosis penuh
diberikan
f. Jika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi diberikan setiap malam
berikutnya selama 6-7 bulan.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang atau diagnostik yang dapat mendukung ditegakkannya
diagnosis Infeksi Saluran Kemih antara lain:
a. Laboratorium
1. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
2. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
b. Pengukuran berat derajat obstruksi
1. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal,sisa
urin kosong dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
2. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml. Angka normal
rata- rata 10-12 ml/ detik, obstruksi ringan
c. Pemeriksaan lain
1. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih, dilakukan untuk
menentukan adanya divertikel, penebalan bladder.
2. Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke buli-buli, yang
dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu di dalam
vesika.
3. Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada bladder.
I. Pengkajian
a. Data Biografi.
1. Identitas pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, suku atau bangsa,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian,catatan kedatangan.
2. Keluarga terdekat yang dapaat dihubungi yaitu nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan sumber informasi, beserta nomor telpon.
3. Riwayat kesehatan atau perawatan.
4. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit. Biasanya klien mengeluhkan nyeri
pada saat miksi, pasien juga mengeluh sering buang air kecil berulang ulang
(anyang-anyangan) terbangun untuk miksi pada malam hari, perasaan ingin
miksi yang sangat mendesak.
5. Riwayat kesehatan sekarang
pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus menunggu lama, dan harus
mengedan.
Pasien mengeluh sering bak berulang.
Pasien mengeluh sering miksi di malam hari
6. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah pasien pernah menderita infeksi saluran kencing sebelumnya, dan
apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dengan keluhan yang
sama.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.
b. Pola fungsi kesehatan.
Meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme,
pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kongnitif
dan persepsi, persepsi diri dan konsep diri, pola peran hubungan, pola seksual dan
reproduksi, pola koping dan toleransi stress, keyakinan dan kepercayaan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pada waktu mlakukan inspeksi keadaan umum pasien mengalami tanda-tanda
penurunan mental seperti neuropati perifer, Pada waktu palpasi adanya nyeri tekan
pada bagian kandung kemih.
1. Data dasar pengkajian pasien
a) Sirkulasi
Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal )
b) Eliminasi
gejala :
1) penurunan kekuatan/dorongan aliran urin tetsan
2) keraguan pada berkemih awal
3) ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap , dorongan dan frekuensi berkemih
4) nokturia , disuria, dan hematuria
5) duduk untuk berkemih
6) infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu
7) konstipasi (prostrusi prostat kedalam rectum)
c) Makanan/cairan
gejala :
1) Anoreksia, mual dan muntah
2) Penurunan berat badan
d) Nyeri/kenyamanan
gejala :
1) Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada prostales
akut)
2) Nyeri punggung bawah
e) Seksualitas
gejala :
1) Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan seksual
2) Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim
3) penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi
f) Aktivitas istirahat
1) Riwayat pekerjaan
2) lamanya istirahatAktivitas sehari-hari
3) Pengaruh penyakit terhadap aktivitas
4) Pengaruh penyakit terhadap istirahat
g) Higine
1) Penampilan umum
2) ADL (Activity Daily Live)
3) Kebersiahn mandi
4) Frekuensi Mandi
h) Integritas ego
1) Pengaruh penyakit terhadap stress
2) gaya hidup
3) Masalah financial
i) Neurosensori
1) Apakah ada sakit kepala
2) Status mental
3) Ketajaman pengellihatan
j) Pernapasan
1) Apakah ada sesak napas
2) Riwayat merokok
3) Frekuensi pernapasan
4) Bentuk dada
5) Auskultasi suara napas
k) Interaksi sosial
1) Status perkawinan
2) Hubungan dalam masyarakat
3) Pola interaksi keluarga
4) Komunikasi verbal dan non verbal
J. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. Infeksi Saluran Kemih Nyeri Akut
DS:

Mengeluh nyeri
Respon Peradangan
DO:
Rasa sakit dan panas pada
Tampak meringis
sympisis, Dysuria
Bersikap protektif
(mis: waspada, posisi
menghindari nyeri) Nyeri Akut

Gelisah

Frekuensi nadi
meningkat

Sulit tidur

2. Infeksi Saluran Kemih Gangguan


DS:
Eliminasi Urin
Desakan berkemih
Respon Peradangan
(urgensi)

Urin menetes
(dribbling) Terjadi peradangan pada mukosa

Sering buang air kecil


Kandung kemih tidak kuat
Nocturia (buang air menampung urine
kecil pada malam hari)

Mengompol Polakysuria, urgency


Enuresis (tidak dapat
menahan kencing)
Gangguan Eliminasi Urin
DO:

Distensi kandung
kemih

Berkemih tidak tuntas


(hesistancy)

Volume residu urin


meningkat

3. DS : Infeksi Saluran Kemih Defisit Nutrisi


Cepat kenyang setelah (D.0019)
makan
Kram/nyeri abdomen Distensi, nyeri pinggang

Nafsu makan menurun


DO : Reflek renointestin
Berat badan menurun
minimal 10% dibawah Mual, muntah
rentang ideal
Bising usus hiperaktif Anoreksia
Otot pengunyah lemah
Otot menelan lemah Defisit Nutrisi
Membrane mukosa
pucat
Sariawan
Serum albumin turun
Rambut rontok
berlebihan
Diare

K. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Gangguan Eliminasi Urin
c. Defisit Nutrisi
L. Perencanaan Keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, pasien, keluarga, dan orang
terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi
masalah yang dialami pasien. Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan
penting, diantaranya sebagai alat komunikasi antar sesama perawat dan tim kesehatan
lainnya, meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi pasien, serta
mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang ingin dicapai.
Unsur terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah membuat orioritas urutan
diagnoa keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan kriteria evaluasi, dan
merumuskan intervensi keperawatan (Asmadi, 2008).

No Diagnosa Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi


Luaran dan Kriteria
Kode Diagnosa Kode
Hasil

1. D.0077 Nyeri Akut L.08064 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


tindakan Observasi
keperawatan selama
a) Identifikasi lokasi,
3x24 jam maka
status kenyamanan karakteristik, durasi, frekuensi,
meningkat dengan intensitas nyeri.
kriteria hasil :
b) Identifikasi skala nyeri.
1. Keluhan tidak
nyaman menurun c) Identifikasi faktor yang
2. Gelisah menurun memperberat dan memperingan
3. Keluhan sulit
nyeri.
tidur menurun
d) Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
e) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
Terapeutik
a) Berikan tehnik norfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
b) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
b) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
d) Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengutangi nyeri.
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. D.0040 Gangguan L.04034 Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urin


Eliminasi intervensi (I.04152)
Urin keperawatan selama
3 x 24 jam, maka Observasi

eliminasi urin
a) Identifikasi tanda dan gejala
membaik, dengan
retensi atau inkontinensia urin
kriteria hasil:

b) Identifikasi faktor yang


Desakan berkemih
menyebabkan retensi atau
(urgensi) menurun
inkontinensia urin

Urin menetes
c) Monitor eliminasi urin (mis.
(dribbling) menurun
frekuensi, konsistensi, aroma,

Distensi kandung volume, dan warna)

kemih menurun
Terapeutik

Berkemih tidak
1) Catat waktu-waktu dan
tuntas (hesistancy)
haluaran berkemih
menurun

2) Batasi asupan cairan, jika perlu

3) Ambil sampel urin tengah


(midstream) atau kultur

Edukasi

1) Ajarkan tanda dan gejala


infeksi saluran berkemih

2) Ajarkan mengukur asupan


cairan dan haluaran urin
3) Ajarkan mengambil spesimen
urin midstream

4) Ajarkan mengenali tanda


berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih

5) Ajarkan terapi modalitas


penguatan otot-otot
panggul/berkemihan

6) Anjurkan minum yang cukup,


jika tidak ada kontraindikasi

7) Anjurkan mengurangi minum


menjelang tidur

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian obat


supositoria uretra, jika perlu

3. D.0019 Defisit L.03030 Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)


nutrisi intervensi Observasi
keperawatan selama a) Identifikasi status nutrisi
3x24 jam diharapkan
status nutrisi pasien b) Identifikasi alergi dan intoleransi

membaik dengan makanan

kriteria hasil :
c) Identifikasi makanan yang
a) Porsi makanan
disukai
yang dihabiskan
meningkat
d) Identifikasi keburuhan kalori dan
nutrisi
b) Diare menurun
e) Monitor asupan makanan

c) Frekuensi makan
membaik f) Monitor berat badan

d) Nafsu makan g) Monitor hasil pemeriksaan


membaik laboratorium

e) Bising usus Terapeutik


membaik a) Berikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai

b) Berikan makanan tinggi kalori


dan protein
Edukasi
a) Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk
menetukan jumlh kalori
dan jenis nutsisi yang dibutuhkan
jika perlu.
b) Kolaborasi pemberian obat
antimetik jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai