A
DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH
DI BANGSAL ASTER RSUD MUNTILAN
ENI SULISTIYOWATI
NPM: 22.0604.0093
1. Pengertian
a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis, kulit
perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui empat
tahapan, yaitu :
1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
2) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
Aliran balik
Reflek renointestin
Perkembangan kuman
Infeksi Saluran Kemih Mual, muntah,
anoreksia
MK: Kekurangan
volume cairan
Respon peradangan
a. Pemeriksaan Urinalisis
Berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosa medis dan tanggal
masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien
biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di
suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan
klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil,
rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air
kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan
biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya
sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi
saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami
klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk
keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti
Diabetes Mellitus, hipertensi. ISK bukanlah penyakit turunan karena
penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang
dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai
dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
4) Riwayat psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya
berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.
Adakah hambatan dalam interaksi sosial dikarenakan adanya
ketidaknyamanan (nyeri hebat).
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit
seperti stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya ISK.
6) Riwayat imunisasi
Bagaimana riwayat imunisasi anak sejak anak lahir sampai dengan usia
saat ini.
7) Riwayat tumbuh kembang
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan
mengumpulkan data tumbang dan dibandindingkan dengan ketentuan-
ketentuan perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan emosional,
perkembangan kepribadian dan perkembangan sosial.
8) Asesmen nyeri
Hal ini perlu dikaji terkait dengan usia anak, kondisi kesehatan anak, dan
anak yang berada ditempat tidur memiliki risiko jatuh yang tinggi.
10) Pola kebiasaan
a) Nutrisi
Buang air besar ada keluhan atau tidak, adakah dysuria pada buang air
kecil, bagaimana frekuensi miksi bertambah atau berkurang. Adakah
nyeri pada bagian suprapubik. Bagaimana bau urine pasien adakah bau
kekhasan, bagaimana warna air kencingnya, bagaimana karakteristik
urine, dan bagaimana volume urine sebelum dan setelah sakit.
d) Istirahat dan tidur
Adakah gangguan tidur karena perubahan pola buang air kecil, atau
adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.
e) Personal Hygine
Bagaimana personal hygine pasien ditinjau dari pola mandi, gosok gigi,
mencuci rambut, dan memotong kuku.
f) Aktivitas atau mobilitas fisik
Pergerakan terbatas atau tidak dalam melaksanakan aktivitasnya, apakah
memerlukan bantuan perawat dan keluarga.
g) Olahraga
Bagaimana kegiatan fisik keseharian dan olahraganya.
h) Rekreasi
Bagaimana kegiatan untuk melepas penat yang dilakukan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik head to toe
yaitu pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung kepala hingga ujung
kaki. Pemeriksaan ini meliputi:
1) Kepala
Mengetahuii turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui adanya lesi
atau bekas luka.
-Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman atau
kecoklatan, edema, dan distribusi rambut kulit.
-Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau tidak, tekstur
kepala kasar atau halus, akral dingin atau hangat.
2) Rambut
Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan untuk
mengetahui mudah rontok dan kotor.
10) Dada
Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan,
adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
a) Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya
retraksi interkosta, amati pergerakan paru.
b) Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan
c) Perkusi : untuk menentukan batas normal paru.
d) Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler,
wheezing/crecles.
11) Ekstremitas atas dan bawah
Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada
ektremitas atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi mengenai
ukuran dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati kekuatan otot
dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah.
12) Kulit
Mengetahui adanya lesi atau gangguan pada kulit klien. Lakukan
inspeksi dan palpasi pada kulit dengan mengkaji kulit kering/lembab,
dan apakah terdapat oedem
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan ataupun proses keshidupan yang
dialaminya baik yang aktual maupun potensial (SDKI, 2016). Dalam
penelitian ini diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan dengan anak
dengan infeksi saluran kemih yang disadur dalam SDKI (2016) adalah:
a. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari tiga bulan.
2) Batasan karakteristik
Mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik
diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaforesis.
3) Faktor yang berhubungan
Agen pencedera fisiologis (inflamasi), dan agen pencedera fisik
(mis. prosedur operasi).
b. Hipertermi
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
2) Batasan karakteristik
Suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi,
takipnea, dan kulit terasa hangat.
3) Faktor yang berhubungan
Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit (infeksi),
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan.
e. Defisit pengetahuan
1) Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu (terkait penyakit infeksi saluran kemih, cara
cebok yag benar, pencegahan infeksi saluran kemih).
2) Batasan karakteristik
Menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran, menunjukkan persepsi yang keliru terhadap
masalah, menjalani pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan
perilaku berlebihan (mis. agitasi, apatis, histeria)
3) Faktor yang berhubungan
Kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang
minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, dan ketidaktahuan
menentukan sumber informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan panduan dalam melakukan intervensi
keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman,
efektif dan etis (SIKI, 2018). Perencanaan keperawatan yang sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan yaitu sebagai berikut:
a. Nyeri Akut
Tujuan
Tujuan keperawatan tingkat nyeri menurut (SLKI, 2018, L.08066,
hal 145) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun 0-1
b) Meringis menurun
c) Gelisah menurun
d) Kesulitan tidur menurun
e) Frekuensi nadi membaik (70-120x/menit sesuaikan dengan usia
anak)
f) Pola napas membaik (18-25x/menit, sesuaikan dengan usia
anak)
2) Perencanaan
Manajemen Nyeri (SIKI, 2018, I.08238, hal 201) Observasi:
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri (kaji PQRST).
b) Identifikasi respon nyeri non verbal
c) Identifikasi skala nyeri Terapeutik:
Terapeutik:
a) Berikan cairan oral (minum yang cukup yaitu 1,5 -1,7 liter per
hari.
b) Berikan kompres hangat
c) Berikan selimut tipis bila anak mengigil Edukasi :
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan untuk melonggarkan pakaian atau menghindari
pakaian yang tebal
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian antipiretik
b) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
c. Gangguan eliminasi urine
1) Tujuan
Tujuan keperawatan gangguan eliminasi urin menurut (SLKI, 2018,
L.04034, hal 24) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama … gangguan eliminasi urin dapat membaik, dengan kriteria
hasil :
a) Mengompol menurun
b) Karakteristik urin membaik (warna kuniing jernih, bau tidak
menyengat, jumlah urin output 400-800cc/hari)
c) Frekuensi buang air kecil membaik (5-7x/24 jam
d. Hipovolemi
1) Tujuan
Tujuan keperawatan cairan tubuh menurut (SLKI, 2018, L.03028, hal
107) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … status cairan
membaik, dengan kriteria hasil :
a) Intake cairan membaik
b) Turgor kulit meningkat
c) Perasaan lemah menurun
2) Perencanaan
Manajemen hipovolemi (SIKI, 2018, I.03116, hal 184) Observasi:
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemi
b) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik: Berikan asupan caira oral, minum 1,5 liter – 2 liter
Edukasi: Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian caian IV isotonis atau hipotonis
e. Defisit pengetahuan
1) Tujuan
Tujuan keperawatan tingkat pengetahuan menurut (SLKI, 2018,
L.12111, hal 146) yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama … jam diharapkan tingkat pengetahuan membaik dengan
kriteria hasil :
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun
dalam tahap perencanaan dan kemudia mengakhiri tahap implementasi
dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap
tindakan tersebut (Kozier, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan tindakan yang disesuaikan pada kriteria hasil
dalam tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA
NIC–NOC. Yogyakarta: Mediaction
Aulia, D., Lidya, A., dalam Alwi, I., Setiati, S., Simadibrata, M., Sudoyo, A.W. (2014).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6, jilid 1. Jakarta: Internal Publishing.
Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo.
Jurnal Ners dan Kebidanan vol 3 No.1, 10-14.
Bernstein, Daniel dan Shelov, S.P. (2016). Ilmu Kesehatan Anak untuk Mahasiswa
Kedokteran, Ed.3. Jakarta: EGC.
Cempaka, C. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Infeksi Saluran Kemih
Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2018
(Doctoral dissertation, STIKes PERINTIS PADANG).
Clevo, M.R., dan Margareth, T.H. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Dewi, A.K. (2016). Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat
Dengan Tepid Sponge Bath pada Anak Demam. Jurnal keperawatan
Muhammadiyah, 1 (1). 63-71. Diakses pada 17 April 2021 dari
http://journal.um-surabaya.ac.id
Depkes RI. (2014). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Dinkes Bantul. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul 2018. Yogyakarta:
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
Gaw, A., Murphy, M.J, Cowan, R.A., O’Reilly, D.St.J., Stewart M.J., James, S. (2011).
Biokimia Klinis, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Grabe, M., Botto, H., Wullt B., Cek M., Naber, K.G., Pickard, R.S., Wagenlehner,
F., and Wullt, B. (2013). Guidelines on Urological Infections, European
Association of Urology, pp. 15-16.
Hastuti, R., & Noer, M. S. (2016). INFEKSI SALURAN KEMIH. Kumpulan Makalah
Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 3, 3, 171.
Herlina, S., & Mehita, A. K. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi
Saluran Kemih Pada Pasien Dewasa Di RSUD Kota Bekasi. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 2(2).
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., dan Snyder, S.J. (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik Edisi 7 Volume 1 alih bahasa Karyuni,
et.al. Jakarta: EGC.
Manurung S. (2011). Keperawatan Profesional. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Mintarsih, S., & Nabhani, N. (2016). Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Nyeri Laki dan Perempuan Post Operasi. The 3rd Universty
Research Colloquium 2016 ISSN 2407-9189.
Noer, M.S., Soemyarso, N.A., Subandiyah, K., Prasetyo, R.V., Alatas, H., Tambunan,
T., et.al. (2011). Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Nuari, N.A., dan Widayati D. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan dan
Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.
Pardede, S.O., Tambunan, T., Husein, A., Trihono, P.P., Hidayati, E.L. (2011).
Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Pardede, S.O. (2015). Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Diakses dari
https://www.idai.or.id tanggal 15 Januari 2021
Pardede, S. O. (2018). Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi
Klinis dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 19(6), 364-374.
Patasik, C., K., Tangka, C., &Rottie, J. (2013). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Dan Guided Imagery Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesare Di Irina D Blu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Ejurnal keperawatan (e-Kp) Volume 1.Nomor 1.Diakses 17 April 2021 dalam
https://ejournal.unstrat.ac.id/indeks.php/jkp/article/viewFile/
Ritonga, E. P. (2018). Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih oleh Perawat pada
Pasien Terpasangnya Kateter di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
MedAn.Aurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 4(1), 431-436.
Roring, A.G., Umboh, A., Wilar, R. (2016). Hubungan Eneuresis dengan Kejadian
Leukosituria pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnale-clinic Volume 4 Nomor 1.
Seputra, K.P., Tarmono., Noegroho, B.S,. Mochtar, C.A., Wahyudi, I., Renaldo, J.,
et al. (2015). Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih pada
Pria. Surabaya: Ikatan Ahli Urologi Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
Tjay T.H. & Rahardja K. (2015). Obat - obat penting (Edisi VII). Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Triwono, G., Oka, A. A. G., Permatasari, D., & Ryalino, C. (2019). Procalcitonin and
white blood cell as predictors of urosepsis in urinary tract obstruction patients
Tusino, A., & Widyaningsih, N. (2018). Karakteristik Infeksi Saluran Kemih Pada
Anak Usia 0-12 Tahun di RS X Kebumen Jawa Tengah. Biomedika, 9(2).
Wulandari, Mia. (2014). Asuhan Keperawatan pada An.H dengan Infeksi Saluran
Kemih (ISK) di Ruangan Kanthil RSU Banyumas (Diploma thesis, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto).
Yanti, R. I., & Warsito, B. E. (2013). Hubungan karakteristik perawat, motivasi, dan
supervisi dengan kualitas dokumentasi proses asuhan keperawatAn.Aurnal
Manajemen Keperawatan, 1(2).
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A
1. Pengkajian
a) Pengkajian demografi:
1) Data Pasien :
Nama : An. A
Usia : 7 tahun 9 bulan ( pengkajian tgl 21 /3/2023)
No. Rekam medis : 374XXX
2) Informasi orang tua
Nama : Ny. Us
Usia : 31 tahun
tanggal lahir : 28/12/1992
pekerjaan :IRT
Alamat : Dukun , Magelang
3) Kebiasaan budaya (terkait dengan masalah kesehatan)
Apabila badan sakit , anak dibawa ke dukun untuk pijat. Tetapi apabila sakit dengan
demam, ibu membawa ke fasilitas kesehatan tersekat
b) Riwayat kesehatan
1) Alergi : Tidak ada riwayat alergi pada orangtua ataupun anak
2) Riwayat penyakit sebelumnya: Batuk pilek biasa kemudian sembuh.
3) Trauma/ hospitalisasi : Klien belum pernah mondok.
4) Riwayat pembedahan : tidak ada riwayat pembedahan pada klien
5) Riwayat kelahiran: klien lahir secara normal dengan berat badan 3000 gr. Lahir langsung
menangis dan dilakukan IMD.
6) Perkembangan:
Usia klien 7 tahun 9 bulan, saat ini perkembangan sesuai dengan usia klien. Tidak ada
perkembangan anak . Riwayat berjalan dan berbicara usia 1 tahun
7) Riwayat kesehatan keluarga/ penyakit keturunan:
Ada riwayat keluarga yaitu hipertensi, DM dan kholesterol pada nenek klien .
- Pemeriksaan antropometri
BB: 20,5 kg LK : 50 LP : 55
- Pengkajian perkembangan daya lihat normal , daya dengar normal, mental emosional normal.
Perkembangan sesuai .
PCV Lengkap
Imunisasi Jelaskan :- immunisasi pada pasin sudah
lain yang lengkap
pernah
dijalani
2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
b. BB: 20,5 kg LK : 50 LP : 55
3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Sebelum sakit , klien suka menahan kencing , sehari 6 x/ hari . saat sakit klien hanya 4 x
saja. Frekuensi BAK : 4x/hari
Ketidaknyamanan : Tidak ada
2) Riwayat kelainan kandung kemih : Tidak ada
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Urine 200 cc , warnah jernih kuning muda,
Kekentalan: Dalam batas normal
Bau : Khas urine
4) Distensi kandung kemih/retensi urine : Tidak ada
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Frekuensi BAB : terakhir 5 hr yll
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi : konstipasi 5 hari belum bab oleh karena
kurang asupan nutrisi dan tirah baring .
c. Sistem Integument
1) Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu)
Turgor kulit : kembali cepat
Warna : Sawo matang
Suhu : jam 04.00 suhu 38,3C . mukosa bibir kering
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : anak tidur kurang pulas , di RS hanya 4-5 jam , karena sakit saat
demam.
2) Insomnia : saat demam saja
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: diberikan pamol oleh perawat, setelah badan
terasa enak, klien tertidur .
b. Aktivitas
1) Kebiasaan olah raga : Jarang
2) ADL
a) Makan : dibantu keluarga
b) Toileting : Dibantu keluarga
c) Kebersihan : Dibantu keluarga
d) Berpakaian : Dibantu keluarga
3) Bantuan ADL : Tidak ada
4) Resiko untuk cidera : tidak ada , skore humpty dumpty 9
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : Tidak ada
2) Edema esktremitas : Tidak ada
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : tidak terdapat memar dan benjolan pada jantung
b) Palpasi : tidak terdapat getaran, tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : terdengar suara redup
d) Auskultasi : terdengar suara jantung reguler di S1 dan S2
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : bronkhitis
2) Penggunaan O2 : tidak
3) Kemampuan bernafas : efektif
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) : Tidak ada
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : tidak terdapat memar, ekspansi paru simetris bentuk dada
normal
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, coval fremitus normal
c) Perkusi : terdengar suara sonor
d) Auskultasi : terdengar ronkhi paru kanan dan kiri vesikuler
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SD
2) Kurang pengetahuan : tidak ada
3) Pengetahuan tentang penyakit : keluarga klien sudah paham dengan penyakit klien
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : baik
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
2) Sakit kepala : saat demam , skala 2
3) Penggunaan alat bantu : tidak ada
4) Penginderaan : Dalam batas normal
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : Tidak ada
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : Tidak ada
2) Perasaan putus asa/kehilangan : Tidak ada
3) Keinginan untuk mencederai : Tidak ada
4) Adanya luka/cacat : terdapat tusukan infus di tangan kanan
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : Anak
2) Orang terdekat : Orang tua
3) Perubahan konflik/peran : Tidak ada
4) Perubahan gaya hidup : Tidak ada
5) Interaksi dengan orang lain : Baik
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : Tidak ada
9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : takut hanya disuntik saja
2) Kemampuan untuk mengatasi : Pasien memerlukan bantuan orang lain
3) Perilaku yang menampakkan cemas : Tidak ada
10. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : shalat jamaah dan TPQ
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : baik
3) Kegiatan kebudayaan :-
4) Kemampuan memecahkan masalah : diwakilkan orang tua
11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : Tidak ada
b. Penyakit autoimune : Tidak ada
c. Tanda infeksi : Tidak ada , tusukan infus tidak kemerahan
d. Gangguan thermoregulasi : rontgent bronkhitis, demam naik turun, neutrofil
high, basofil high.
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi neurovaskuler
peripheral, kondisi hipertensi, pendarahan, hipoglikemia, Sindrome disuse, gaya hidup yang
tetap)
Resiko perdarahan karena trombosit turun.
12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : ketika demam
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : -tertusuk
3) Regio (dimana letaknya) : - suprapubik
4) Scala (berapa skalanya) :2
5) Time (waktu) : saat demam saja
b. Rasa tidak nyaman lainnya : klien tampak rewel , suara nafas grog2,
menetek sebentar2 dilepas
c. Gejala yang menyertai : Tidak ada
13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan :
Baik , gizi normal
b. Perkembangan
Klien tidak ada gangguan perkembangan .
c. KPSP/DDST
Tidak terkaji
A. DATA LABORATORIUM
PEMERIKSAAN HASIL HASIL HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI RUTIN 19/3/2023 19/3/2023 21/3/2023
07.41 19.34 10.41
LEUKOSIT 19,31 12.90 5.64 RIBU/UL 4.79 – 11.34
INDEX ERITROSIT
HITUNG JENIS
URINE
KUNING
WARNA URIN
KIMIA URINE
PROTEIN URINE 1+
PH URINE 6.0
PEMERIKSAAN HASIL HASIL HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
DARAH URINE 1+
KIMIA KLINIK
GDS 94
SGOT 23
SGPT 12
NATRIUM 132
KALIUM 4.4
KLORIDA 103
ANALISA DATA
DATA
TANGGAL
DATA DATA
NO DAN JAM ETIOLOGI PROBLEM
SUBYEKTIF OBYEKTIF
PENGKAJIAN
(GEJALA) (TANDA)
1. Selasa - Ibu pasien - akral teraba Proses penyakit Hipertermi
21/3/2023 mengatakan , hangat . suhu
(08.00 WIB) subuh anak 38,3
rewel , suhu
38C. Sudah
diberikan
penurun panas
Diagnosa
Tanggal Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
No. Keperawatan
Dan Jam SLKI SIKI
(SDKI
1. Selasa Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
21/3/2023 proses penyakit keperawatan selama 3x24 Observasi
(08.30 WIB) d.d akral hangat, jam diharapkan Identifikasi penyebab
suhu 38,3 thermoregulasi membaik hipertermia (mis: dehidrasi,
dengan kriteria hasil : terpapar lingkungan panas,
- Menggigil menurun penggunaan inkubator)
- Suhu tubuh membaik Monitor suhu tubuh
- Suhu kulit membaik Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urin
Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang
dingin
Longgarkan atau lepaskan
pakaian
Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal
(mis: kompres)
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
2. Selasa Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual
21/3/2023 berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi
(08.30 WIB) dengan aroma tidak jam diharapkan tingkat Identifikasi pengalaman mual
sedap d.d klien nausea menurun dengan Identifikasi isyarat nonverbal
ingin muntah , kriteria hasil : ketidaknyamanan (mis: bayi,
mual jika bau Perasaaan ingin muntah anak-anak, dan mereka yang
makanan , menurun tidak dapat berkomunikasi
menjauhi makanan secara efektif)
Identifikasi faktor penyebab
mual (mis: pengobatan dan
prosedur)
Identifikasi antiemetik untuk
mencegah mual (kecuali mual
pada kehamilan)
Monitor mual (mis: frekuensi,
durasi, dan tingkat keparahan)
Terapeutik
Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual (mis: bau tidak
sedap, suara, dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis:
kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik
Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak berbau,
dan tidak berwarna, jika perlu
Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
Anjurkan sering membersihkan
mulut, kecuali jika merangsang
mual
Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat, dan rendah lemak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiemetik, jika perlu
FORMAT IMPLEMENTASI
Nama Inisial Klien: An.A Diagnosa Medis : ISK
No Rekam Medis : 374xxx Bangsal : Aster
Respon
Tanggal & Diagnosa
No Implementasi (Data Subyektif Dan Paraf
Jam Keperawatan
Obyektif)
1. Selasa Hipertermi b.d Melakukan identifikasi DS:
21/3/2023 proses penyakit penyebab hipertermia Klien mengatakan demam Eni
(09.00WIB) d.d akral Melakukan pengukuran terjadi sewaktu-waktu
hangat, suhu suhu tubuh secara DO: Eni
38,3 bertahap Suhu : 36,7 C
09.30 Memonitor kadar HCT : 27,8(L)
elektrolit AT: 101(L)
09.35 Memonitor haluaran
urin DO: sudah dilakukan
09.40 Menyediakan verbeden, mengatur
lingkungan yang nyaman ventilasi udara dengan Eni
untuk pasien membuka pintu.
09.50 melonggarkan atau DO : Mengganti pakaian
lepaskan pakaian DS: Klien diberikan air
memotivasi untuk putih sudah sekitar 200 cc Eni
memberikan cairan oral DS: klien berterima kasih
10.00 mengganti linen setiap
hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih) DO: melakukan edukasi
10.05 Lakukan pendinginan mengompres hangat dan
eksternal (mis: kompres) praktek bersama klien .
menganjurkan tirah DO: Klien sudah tirah
baring baring
melaksanakan DS : Infus terpasang
12.00 kolaborasi pemberian Asering 41 cc/ jam
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
IMPLEMENTASI HARI KE 2
1. Rabu Hipertermi b.d Melakukan kembali DS:
22/3/2023 proses penyakit identifikasi penyebab Klien mengatakan demam Eni
(15.00) d.d akral hipertermia terjadi sewaktu-waktu
hangat, suhu Melakukan pengukuran DO: Eni
38,3 suhu tubuh secara Suhu : 39 C
bertahap
Memonitor haluaran DO: urine sekitar 150 cc
urin
Menganjurkan keluarga DO : Mengganti pakaian
melonggarkan atau sudah dilakukan oleh
lepaskan pakaian keluarga . Eni
memotivasi untuk DS: Klien diberikan air
memberikan cairan oral putih sudah diberikan air
putih sekitar 150 cc dalam
3 jam ini . Eni
Lakukan pendinginan DO: melakukan kompres
eksternal (mis: kompres) hangat pada pasien ,
kemudian dilanjutkan oleh
keluarga
melaksanakan DS : Infus terpasang
kolaborasi pemberian Asering 41 cc/ jam
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu Memberikan pamol 250 mg
/ iv
2. Rabu Nausea mengidentifikasi DS:Klien mengatakan Eni
22/3/2023 berhubungan kembali pengalaman masih mual apabila bau
(16.00) dengan aroma mual makanan RS
tidak sedap d.d mengidentifikasi DO: klien tampak
klien ingin isyarat nonverbal menghindari bau makanan
muntah , mual ketidaknyamanan (mis: dari RS. Menggeleng
jika bau bayi, anak-anak, dan kepala ketika diberikan Eni
makanan , mereka yang tidak dapat makanan
menjauhi berkomunikasi secara
makanan efektif)
Memonitor mual (mis: DO: anti emetik tidak
frekuensi, durasi, dan diberikan.Klien Eni
tingkat keparahan) mengatakanmual berkurang
Menjaga lingkungan DS:ibumengatakan,
penyebab mual (mis: bau menutup makanan dari RS ,
tidak sedap, suara, dan dan digantikan dengan
rangsangan visual yang snack .
tidak menyenangkan)
menganjurkan istirahat
dan tidur yang cukup
menganjurkan sering DO: ibu sudah rutin
membersihkan mulut, menyikat gigi anak saat
kecuali jika merangsang washen
mual
3. Rabu Risiko melakukan kembali DO:nadi 106 x/ mnt Eni
22/3/2023 hipovolemia observasi tanda dan Nadi tidak teraba lemah ,
(19.00) d.d kekurangan gejala hipovolemia (mis: turgor elastis , mukosa
intake cairan frekuensi nadi bibir kering, volume urine
meningkat, nadi teraba menurun jadi 150cc dalam Eni
lemah, tekanan darah 3 jam ini.
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membran
mukosa kering, volume
urin menurun, Eni
hematokrit meningkat,
haus, lemah)
Memonitor intake dan DO:
output cairan Cairan masuk : Eni
Menghitung kebutuhan Infus asering 41 cc ,
cairan minum sedikit 150cc, air Eni
Memberikan asupan metabolisme 30,75/ 6 jam .
cairan oral Cairan keluar
Menganjurkan BAK : 150cc
memperbanyak asupan BAB : 2X (150cc)
cairan oral IWL : 48,68 cc/ 6 jam
Menganjurkan Penilaian Status Cairan
menghindari perubahan (balance cairan) 426,75 - Eni
posisi mendadak 348,68 = 78,07
Melakukan kolaborasi DO: infus asering 41 cc/
pemberian cairan IV jam
Eni
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
FORMAT EVALUASI
EVALUASI HARI KE 2
1. Rabu Hipertermi b.d S:
22/3/2023 proses penyakit d.d Klien mengatakan demam terjadi sewaktu-waktu Eni
(19.00WIB) akral hangat, suhu O:
38,3 Suhu : 39 C, akral teraba hangat , Klien diberikan air
sekitar 150 cc dalam 3 jam ini . sudah dilakukan
kompres hangat oleh keluarga (+) . pamol 250 mg/ iv
drip masuk jam 18.00
A: Masalah hipertermi teratasi sebagian
P: lanjut intervensi