DISUSUN OLEH :
(08074882326003)
1. Pengertian ISK
kemih (ISK) adalah penyakit infeksi kedua tersering secara global yang terjadi
setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per
Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Indonesia berjumlah 90 -100 kasus per 100.000
pendudduk per tahun atau sekitar 180.000 kasus per tahun. Insiden kasus Infeksi
Infeksi Saluran Kemih di Indonesia diperkirakan mencapai 222 juta jiwa (Maugeri
et al., 2022).
kemih dengan kolonisasi bakteri > 100.000 unit/Ml. Gejala yang sering terjadi
adalah nyeri berkemih (dysuria), frekuensi buang air kecil, nokturia, perasaan
buang air kecil yang tidak kompit (hestutancy), keinginan yang kuat untuk
hematuria. ISK dapat terjadi secara asimtomatik dan simtomatik. ISK yang
non-komplikata disebut juga sebagai sistitis atau lower-ISK (Bono et al., 2022) .
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
karena mikroorganisme dimana didalam urin memiliki jumlah diatas ambang batas
gambaran klinis atau gejala yang terjadi dan bakteriuria (bakteri saluran kemih)
berkembang biak dalam urin dengan jumlah lebih dari 100.000 CFU/ml dalam
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya
sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000
unit koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan
2. Klasifikasi
kemih pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan
ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK dibedakan
yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik. Sekitar 10-
20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis baik
berdasarkan gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non
oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih bawah (sistitis)
Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK bawah, antara lain nyeri di
Penelitian yang dilakukan pada 49 anak berusia 6-12 tahun yang terbukti sistitis
dengan biakan urin, ditemukan gejala yang paling sering adalah disuria atau
frekuensi (83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri abdomen (39%) (Pardede, 2018).
pielum dan parenkim ginjal. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih atas
fecalis (Purnomo, 2011). Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK atas, antara
lain demam tinggi, nyeri di daerah pinggang dan perut, mual serta muntah, sakit
kepala, disuria, sering berkemih. Jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada pasien
ISK atas sebesar >104 cfu (colony forming unit)/mL (Grabe et al., 2013).
macam yaitu ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK complicated (rumit). Istilah
ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa
complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit
sistemik, kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu saluran kemih, obstruksi,
anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda asing, dan sebagainya. kelainan
3. Etiologi
anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus,
bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab
kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi adalah
pengembangan infeksi saluran kemih diantara pasien kateter yang didapatkan dari
pemasangan kateter dalam jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine
kateter, disfungsi bladder pada usia lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai
Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISK pada anak yaitu
diakibatkan oleh sebagian besar pada anak perempuan karena anatomi uretra anak
perempuan yang lebih pendek, sebagian besar pula pada anak laki-laki karena tidak
popok sekali pakai dengan frekuensi penggantian popok sekali pakai < 4 kali
perhari dan durasi penggunaan popok yang lama, serta kebiasaan menahan buang
a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah.
yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun ini jarang terjadi.
d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat
saluran kemih yang pada akhirnya mengakibatkan peradangan pada saluran kemih.
lebih tinggi mengalami ISK, tetapi setelah itu ISK predominan pada anak
perempuan. Suatu faktor risiko penting pada anak perempuan adalah riwayat
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, bergantung pada usia, tempat infeksi
dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan.
a. Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik, seperti pertumbuhan lambat, muntah,
mudah terangsang, tidak mau makan, temperatur tidak stabil, perut kembung,
jaundice.
b. Pada bayi, gejala klinik ISK tidak spesifik dan dapat berupa demam, nafsu makan
berat badan, dan gagal tumbuh. Infeksi saluran kemih perlu dipertimbangkan pada
semua bayi dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan demam yang tidak
jelas penyebabnya. Infeksi saluran kemih pada kelompok umur ini terutama yang
c. Pada anak besar, gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala lokal
saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgensi, frequency, ngompol. Dapat juga
ditemukan sakit perut, sakit pinggang, demam tinggi, dan nyeri ketok sudut kosto-
vertebra. Setelah episode pertama, ISK dapat berulang pada 30-40% pasien
6. Penatalaksanakan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012), pengobatan infeksi saluran
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai
1. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter / hari bila tidak ada kontra indikasi
2. Mencegah konstipassi
b. Penatalaksanaan Medis
mengenai ISK antara lain yaitu melalui medikamentosa yaitu pemberian obat-
obatan berupa antibiotik secara empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi
akut. Pemberian analgetik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang
meredakan gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang dianjurkan
secara empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada disetiap tempat..
Pemberian obat ISK pada penderita geriatri mengacu kepada prinsip pemberian
perubahan komposisi tubuh, status nutrisi (kadar albumin), dan efek samping obat
STATUS PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang Datang dengan keluhan demam menggigil semakin parah,
nyeri perut sejak ± 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit,
terutama pada ulu hati dan pinggang kiri , mual (+), muntah
(-), nyeri dada (+),BAK di rasakan sakit dan panas..
Riwayat Penyakit Dahulu -
Riwayat Pengobatan dari IGD Levofloxacin 500 mg/ 1000 ml 1 x1
Sucralfat Suspensi 500 mg/ 5 ml 1 x1
Gabaxa 1 x1
KSR Tab 1 x1
Dexketoprofen 25 mg / ml Injeksi 1x1
Asering Infus 500 ml 1 x 1
Riwayat Penyakit dalam Keluarga -
Diagnosa masuk ISK komplikata , DLI
Diagnosa Utama ISK Komplikata
Diagnosa skunder -DLI
-Hipokalemia
-Cardiomegali
-Sindrom Dispepsia
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Nadi 60-100/menit 86 80 86 86 83 80
RR 16-20x/menit 20 20 20 20 20 20
HASIL LABORATORIUM
URINALISA
Urin Lengkap
Makroskopis
Warna Kuning kuning Kuning
Kejernihan Jernih Agak Jernih
keruh
Kimia Urin
Berat Jenis 1,003 – 1,010 1,010
1,030
pH 4,5 - 8 6 7
Protein Negatif + Negatif
Glukosa (Urin) Negatif Negatif Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif Negatif
Darah (Urin) Negatif Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif Negatif
Urobilinogen Normal μmol Normal Normal
Nitrit Negatif Negatif Negatif
Leukosit Esterase Negatif ++ Negatif
Sedimen
Leukosit 4-6 /LPB 20 – 25 3-4
Eritrosit 0 -1 /μL 2-3 0–1
Sel Epitel Positif /LPK Positif Positif
Silinder Negatif /LPK Negatif Negatif
Kristal Negatif /LPB Negatif Negatif
Mikroorganisme Negatif Negatif Negatif
Kesan :
-Cardiomegaly
2 Lansoprazole 2 X 30 mg IV √ √ √ √ √ √
3 Ondansetron 3 X 4 mg IV √ √ √ √ √ √
4 Peinlos 3 X1 IV
5 Sucralfat sy 4x2c PO √ √ √ √ √ √
8 KSR 1X1 PO √ √ √ √ √ √
10 Ranitidin 2 X1 IV √ √ √ √
11 Ceftriaxone 2X1 IV √ √ √ √
12 Dexketoprofen 3 x1 IV √ √ √ √
IDENTIFIKASI DRP
Interaksi Nama Obat Keterangan Manajemen
Obat
Serius Levofloxacin Penggunaan levofloxacin dengan Hindari penggunaan
dan Ondansetron ondansetron dapat meningkatkan risiko irama secara bersamaan atau
jantung tidak teratur yang mungkin serius dan mengganti dengan obat
berpotensi mengancam jiwa, meskipun ini alternatif lain.
merupakan efek samping yang relatif jarang
terjadi
Pemantauan Levofloxacin Penggunaan secara bersamaan, sucralfat Dilakukan pemantauan.
dan Sucralfat menurunkan kadar levofloxacin dengan
menghambat penyerapan GI
Minor Sucralfat dan Penggunaan secara bersamaan, sucralfat Jeda pemberian obat
Lansoprazole menurunkan kadar Lansoprazol dengan selama 30 menit.
menghambat penyerapan GI
Efek Levofloxacin Terjadi Alergi efek samping pada Mengganti terapi
samping penggunaan antibiotik levofloxacin selama antibiotik levofloxacin
Obat terapi pasien mengalami mual dan muntah dengan antibiotik lain.
dengan frekuensi 2x.
Gagal Peinlos Adanya kekosongan obat peinlos untuk terapi Penggantian terapi obat
menerima anti nyeri. peinlos sebagai anti
obat nyeri dengan antinyeri
yang lain atas
persetujuan dokter.
ANALISIS SOAP
S O A P
Nyeri (+) Mual TD : 110/90 Pasien alergi Mengganti obat
(+) , muntah (+) mmHg terhadap antibiotik antibiotik
frekuensi 2x T : 36ºC Levofloxacin. levofloxacin
RR : 20 dengan antibiotik
N : 80 yang lain.
1 Lansoprazole 30 mg Kapsul X 2 X1
2 Sucralfat sy I 4X2 C
Levofloxacin
Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang peka, yaitu :
sinusitis bakteri akut, eksaserbasi akut pada bronkitis kronik,
pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan struktur kulit dengan
komplikasi, ISK dengan komplikasi, dan pielonefritis akut.
Dosis Pakai Dosis Dewasa : Dosis umum 250 – 750 mg tiap 24 jam
Lansoprazole
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan
duodenum yang terkait dengan OAINS, regimen eradikasi
H.pylori pada tukak peptik, gastroesophageal reflux disease
(GERD).
Efek Samping Sakit kepala, sensasi hangat atau kemerahan, konstipasi, reaksi
lokasi injeksi. Komplikasi lain : kejang, aritmia nyeri dada,
bradikardia, cegukan, peningkatan uji fungsi hati, reaksi
hipersensitivitas.
Kontra Indikasi Gagal ginjal tahap lanjut, penyakit addison yang tidak diobati,
dehidrasi akut, hiperkalemia
Kontra Indikasi Hipersensitif, gangguan hati berat atau penyakit hati aktif.
Efek Samping Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau urtikaria, kelainan
darah, hipotensi, kerusakan hati.
Ranitidin
Indikasi Obat ini digunakan untuk mengobati tukak lambung dan tukak
duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak
akibat AINS, tukak duodenum karena H.pylori, sindrom
Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam
lambung akan bermanfaat
Efek Samping Efek samping minor ranitidin dilaporkan pada kurang dari 3%
penggunaan. Efek samping ini mencakup sakit kepala, ruam,
malaise, mual, konstipasi, pusing, dan nyeri perut. Efek
samping biasanya mereda dengan sendirinya meskipun terapi
dilanjutkan.
Dexketoprofen
Efek Mual, muntah, nyeri perut, diare, mulut kering, penglihatan kabur,
Samping palpitasi (detak jantung meningkat), dan insomnia.
Dosis Pakai 50 mg setiap 8-12 jam. Jika diperlukan, pemberian dapat di ulang
setiap 6 jam. Dosis total perhari tidak boleh melebihi 150 mg. Tidak
ditujukan untuk pemakaian jangka panjang, harus dibatasi untuk
periode simtomatik akut
PEMBAHASAN STUDY KASUS
150 cm masuk Rumah Sakit pada tanggal 18 November 2023 dengan keluhan
demam menggigil semakin parah, nyeri perut sejak ± 1 minggu sebelum masuk
Rumah Sakit, terutama pada ulu hati dan pinggang kiri, mual, nyeri dada, dan BAK
di rasakan sakit dan panas. Masuk ruang IGD, dengan diagnosa awal yaitu ISK
Komplikata dan DLI. Terapi yang didapatkan pasien selama di IGD yaitu
Suspensi digunakan untuk mengatasi mual pada pasien, Gabaxa sebagai penambah
nutrisi untuk tubuh yang berisi asam amino yaitu N(2) – L – alanyl - L – glutamine.
KSR tablet yang berisi kalium klorida untuk mencegah atau mengobati kekurangan
perawatan. Pasien dirawat selama 6 hari. Ditangani oleh DPJP seorangg Dokter
Spesialis Penyakit Dalam dengan diagnosa utama ISK Komplikata, dan Diagnosa
tinggi nilai normal leukosit yaitu 5. 10^3 µL – 10.10^3 µL. Infeksi atau
warna kejernihan urin agak keruh, hal ini terjadi akibat adanya penumpukan
dari infeksi dan kerusakan lebih lanjut. Pada hari ke 2 perawatan pasien
Untuk mengatasi keluhan nyeri pada pasien terapi yang diberikan adalah
Paracetamol infus dan Peinlos yang berisi ibuprofen, tetapi karena adanya
kekosongan obat maka peinlos diganti dengan antinyeri yang lain yaitu
4. KSR
KSR digunakan untuk terapi hipokalemia. Bisa dilihat dari hasil lab jika
normal kalium yaitu 3,6 – 5,5 mmol/L. Untuk menjaga agar pasien tidak
mengalami hipokalemia atau agar nilai kalium pada pasien bisa terkontrol
sehingga tidak rendah maka pasien mendapat terapi KSR selama perawatan.
5. Gabaxa
pasien alergi, terapi antibiotik diganti menjadi ceftriaxone, adanya kekosongan obat
antinyeri peinlos atau ibuprofen diganti dengan golongan obat antinyeri yang lain
yaitu dexketoprofen. Dan adanya interaksi obat antara sucralfat dan lansoprazole
namun pasien masih merasa nyeri, nyeri yang di alami pasien sudah mulai
leukosit terjadi penurunan yaitu 7,26. 10^3 µL hal ini menunjukkan nilai leukosit
masuk dalam rentang normal ( 5. 10^3 µL – 10.10^3 µL). Kejernihan urin pasien
juga sudah tidak keruh. Nilai kalium pada pasien sudah menunjukkan peningkatan
yaitu 4,3 mmol/L dimana nilai kalium normal yaitu 3,6 – 5,5 mmol/L.
dikombinasikan dengan Sucralfat sirup untuk terapi lanjutan dalam penurunan asam
lambung, perlu penjelasan kepada pasien jika kedua obat tersebut harus dijeda
karena adanya interaksi obat. Paracetamol tablet 500 mg digunakan sebagai terapi
antinyeri karena pasien masih mengalami nyeri meskipun rasa nyeri sudah mulai
berkurang, perlu dijelaskan kepada pasien jika obat paracetamol hanya dikonsumsi
apabila nyeri saja, jika sudah tidak nyeri maka obat paracetamol dihentikan. Pasien
Bernstein, D., & P. shelov, S. 2016. Ilmu Kesehatan Anak untuk Mahsiswa
Kedoteran. jakarta: EGC.
Bono, M. J., Leslie, S. W., & Reygaert, W. C. 2022. Urinary Tract Infection. 10–
13.
Fitriani, 2013. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Pasien
yang Terpasang Kateter Menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanudin Makasar.
Grabe M., Bartoletti R., Bjerklund J,Cai,T., Çek M., Köves B., Naber K.G., Pickard
R.S., Tenke P., Wagenlehner F., and Wullt, B., 2015, Guidelines on
Urological Infections, European Association of Urology, pp. 21-22.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Makmunah, L. 2016. Faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Anak di
Poli Anak RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi. Skripsi. Universitas
Jember.
Maugeri, A., Lombardo, G. E., Cirmi, S., Süntar, I., Barreca, D., Laganà, G., &
Navarra, M. (2022). Pharmacology and toxicology of tannins. Archives of
Toxicology, 96(5), 1257– 1277.
Pardede, S. O. et al., 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Jakarta,
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) .
Pardede, S. O., 2018. Identifikasi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak :
Manifestasi Klinis dan Tata Laksana. Sari Pediatri, Volume 19, pp. 364-
374.
Paudel, L., Manandhar, N., Sah, S., Khadka, S.,Neupane, S., & Joshi, S. K.
2018.Prevalence of urinary tract infection and associated risk factors among
women in Sindhupalchowk district, Nepal. Internasional Journal Of
Community Medicine And Public Health, 5(7), 2714.