Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Askep Infeksi
Saluran Kemih”. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan referensi
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Mojokerto, 16 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Medis Nefritis Lupus
1. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2. Jenis Infeksi Saluran Kemih
3. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
4. Anatomi dan Fisiologi Infeksi Saluran Kemih
5. Etiologi Infeksi Saluran Kemih
6. Manifestasi klinis Infeksi Saluran Kemih
7. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
8. Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Kemih
9. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih
10. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Kemih
11. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
2. Pemeriksaan fisik
3. Analisa data
4. Diagnosa
5. Intervensi
6. Evaluasi

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi
saluran pernafasan dan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). Prevalanesi infeksi
saluran kemih di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, penderita ISK di Indonesia berjumlah 90-100 kasus per 100.000
penduduk per tahun atau sekitar 180.000 kasus baru per tahun (Depkes RI, 2014). ISK
dapat menyerang segala usia dari bayi hingga lansia baik perempuan maupun laki-laki
(Purnomo, 2009).
Penyebab infeksi saluran kemih adalah adanya invasi dan perkembangbiakan
mikroorganisme ke dalam saluran kemih adalah jumlah yang bermakna (≥105per mL
urin) (Marlina dan Samad,R.A 2012). Bakteri gram negative sebagian besar menjadi
penyebab infeksi saluran kemih diantaranya Escherichia coli, Enterobakter, Citrobakter,
Klebsiella, dan Proteus (Aulia, D dan Lydia, A. 2014). Bakteri dalam urin disebut
dengan bakteriuria dapat dideteksi secara akurat dengan kultur urin, namun
pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dibutuhkan parameter
lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto, 2012).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Penyakit Infeksi Saluran Kemih?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Penyakit Infeksi Saluran Kemih?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep dari Penyakit Infeksi Saluran Kemih.
2. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan mengenai Penyakit Infeksi
Saluran Kemih.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK).


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat
terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin
ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. (sudoyo aru,dkk 2009).
Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme
pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit dengan kondisi
dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan
mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2011).
B. Jenis Infeksi Saluran Kemih.
1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis adalah peradangan kandung kemih, yaitu organ yang bertanggug jawab
mengeluarkan air kemih. Gejala utamanya, meningkatnya frekuensi berkemih,
nyeri saat berkemih dan kadang-kadang darah dalam air kemih, intensitasnya
bervariasi dari satu orang ke orang yang lain. Sistitis lebih cennderung
mengenai wanita. Tanda pertama pada wanita adalah rasa panas, kadang-kadang
nyeri seperti disayat pisau saat berkemih, yang perlahan-lahan menjadi nyeri
tajam di bagian bawah perut. Saat peradangan menyambar, penderita merasakan
sakit punggung yang tidak jelas disertai tidak enak badan.
2. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu kondisi di mana uretra menjaai meradang an iritasi.
Uretra adalah sauran yang membawa urine alias air kencing dari kandung kemih
ke luar tubuh. Urethritis biasanya menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil
dan anda jadi bolak-balik buang air kecil. Penyebab utama dari uretritis adalah
infeksi bakteri. Beberapa kasus juga bias disebabkan oleh virus atau bahan kimia
yang juga dapat menjadi pemicu.
3. Prostat (prostatitis)
Prostatitis merupakan peradangan atau pembengkakan yang terasa nyeri pada
kelenjar prostat. Prostat adalah organ yang terletak di antara penis dan kandung
kemih yang berfungsi untuk menghasilkan air mani penyakti. Tidak seperti
gangguan prostat lainnya yang biasa menyerang pria dengan usia lebih tua
Prostatitis dapat mengenai siapa saja ini umumnya terjadi pada pria antara usia
30-50 tahun.
4. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis adalah penyakit infeksi ginjal akut yang bias terjadi secara tiba-
tiba. Penderitanya akan merasakan beberapa gejalaperadangan pada ginjal dan
bias mengakibatakan kerusakan ginjal permenen. Bahkan, piolenefritis adalah
infeksi yang mematikan. Infeksi ginjal ini bias terjadi pada salah satu atau kedua
ginjal.pemicunya bisa dari bakteri atau virus. Idealnya, ginjal bekerja siang dan
malam untuk menyaring darah. Berkat ginjal pula, tubuh memiliki keseimbangan
kadar cairan, kadar elektrolit, dapat membuang zat sisa lewat urine, juga
mengatur sel darah merah. Ketika infeksi ginjal seperti pielonefritis terjadi, perlu
segera dilakukan tindakan.
C. Klasifikasi ISK
a) Infeksi Kandung Kemih menurut letaknya:
 ISK bawah
 Perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih
disertai bakteriuria bermakna)
 Sindrom uretra akut (SUA): presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis
bakterialis.
 Laki-laki (sistitis, prostitis, epidimidis dan uretritis).
 ISK atas
 Pielonefritis akut (PNA): proses infeksi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
 Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
b) Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
 ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada
penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional
normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
 ISK complicated, sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali
kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten
terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan
shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut:
 Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter
kandung kencing menetap dan prostatitis.
 Kelainan fatal ginjal: GGA maupun GGK
 Gangguan daya tahan tubuh
 Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus
spp yang memproduksi urease.
D. Anatomi dan Fisiologi Infeksi Saluran Kemih.

Struktur saluran kemih bagian bawah diyakini turut meningkatkan insidensi


bakteriuria pada wanita. Uretra yang pendek dengan panjang sekitar 2 cm (¾ inci)
pada anak perempuan dan 4 cm (1 ½ inci) pada wanita dewasa memberikan
kemudahanjalan masuk invasi organism. Di samping itu, penutupan uretra pada akhir
mikturisi dapat mengembalikan bakteri pengontaminasi ke dalam kandung kemih.
Uretra laki-laki yang panjang (sampai sepanjang 20 cm (8 inci) pada pria (dewasa)
dan sifat antibakteri yang di miliki oleh secret prostat akan menghambat masuk serta
tumbuhnya kuman-kuman pathogen (Wong, 2012).
E. Etiologi Infeksi Saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,
Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh
Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat
memicu ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2011). ISK terjadi tergantung
banyak faktor seperti: usia,gender, prevelensi bakteriuria, dan faktor predisposisi
yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Berikut
menurut jenis mikroorganisme dan usia: (basuki,2000). E.coli adalah penyebab
tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan
stafilokok (SudoyoAru, dkk 2013).
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain::
 Escherichia coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
 Pseudomonas, proteus, klebsiella: penyebab ISK complicated
 Enterobacter, staphylococcus epidedimidis, enterococci, dll.
b. Prevelensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang sering kurang baik
 Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
 Adanya hambatan pada aliran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
F. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih.
1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kamih yang keluar.]
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri disisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
7. Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, beart badan tidak naik, muntah,mencret, anoreksia,
problem minum dan sianosis (kebiruan).
8. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia
9. Pada anal besar gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi
kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang-anyangan
(polaksuria) dan bau kencing yang menyengat. (price dan wilson, 2002)
G. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih.
a) Sejumlah komplikasi lain yang dapat terjadi akibat ISK yang tidak tertangani
adalah:
 Sepsis, yaitu kondisi berbahaya akibat infeksi, terutama bila infeksi
menyebar hingga ke ginjal.
 Striktur uretra (penyempitan uretra pada pria).
b) Kompliksdi pada ISK selama kehamilan:

Kondisi Resiko potensial


BAS* tidak diobati Pielonefritis
Bayi premature
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
ISK trimester III Bayi mengalami retradasi mental
Pertumbuhan bayi lambat
Cerebral palsy
Setal death
Sumber: sudoyo ayu

*BAS: basiluria asimtomatik


H. Tanda dan gejala ISK.
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), 12 sering buang
air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Permenkes, 2011) Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu
diketahui atau ditemukan pada penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan
kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.
(Stamm dkk, 2001).
I. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan
dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau
urin bebas dari mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin
(Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan
hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai
ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium
penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat
terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal (Israr, 2009).
2) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui
peredaran darah.
3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem
limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang
terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009).
PATHWAY

Akumulasi etiologi dan


faktor resiko (infeksi Makanan terkontaminasi Jaringan parut total
mikroorganisme, penggunaan mikroorganisme masuk tersumbat
steroid dalam jangka panjang, lewat mulut
usia lanjut, anomaly saluran
kemih, cidera uretra, riwayat
HCL (lambung)
isk) Obstruksi saluran kemih yang
bermuara ke vesika urinarius

Hidup Tidak Hidup

Usus terutama pleg player


Resiko infeksi Peningkatan tekanan VU

Kuman mengeluarkan
edotoksin Penebelan dinding VU

Bakteremia primer
Kontraksi otot VU

Tidak difagosit Difagosit Kesulitan berkemih

Bakteremia sekunder Mati Retensi Urin

Ureter Hipotalamus Reinteraksi abdominal

Iritasi ureteral Menekan termoreguler Obstruksi


Oliguria Hipertermia Mual muntah

Gangguan eliminasi Cepat lelah


Kekurangan volume
urine cairan

Intoleransi aktifitas Pembuluh darah kapiler


Peradangan

Depresi saraf perifer Procesia pada kulit


Peningkatan
frekuensi/dorongan
kontraksi uretral
Nyeri Akut Tidak hipertermi
J. Pemeriksaan penunjang.
1. Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta jumlah
kuman/ml urine.
2. Infestigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis (lihat tabel):
 Ultrasonogram (USG)
 Radiografi: foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram
 Isotop scanning

Indikasi investigasi lanjutan setelah ISK


o ISK kambuh (relapsing infection)
o Pasien laki
o Gejala urologic: kolik ginjal, pluria, hematuria
o Hematuria persisten
o Mikroorganisme (MO) jarang: pseudomonas spp dan proteus spp
o ISK berulang dengan interval ≤ 6 minggu
Sumber: sudoyo aru
K. Penatalaksanaan.
1. Non farmakologi
 Istirahat
 Diet: perbanyak vit A dan C untuk mempetrtahankan epitel saluran
kemih
2. Farmakologi
 Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan
antibiotik antara lain cefataxime, ceftriaxon, kontrimoxsazol,
trimetoprim, fluoroquinolon,amoksisiklin, doksisiklin,aminoglikosid.
 Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau
kombinasi penisilin dengan aminoglikosida
 Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin, nitrofurantoin atau
sefalosporin.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
1) Identitas klien.
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita
dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita
dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009).
2) Keluhan utama penyakit infeksi saluran kemih.
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih ,nyeri saat
berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih yang di keluarkan hanya
sedikit.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita oleh klien
dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai klien di bawa ke Rumah Sakit,
dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain sekalin Rumah Sakit umum
serta pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana perubahan data yang
didapatkan saat periksa.
4) Riwayat penyakit dahulu.
Adanya penyakit infeksi saluran kemih.
5) Riwayat penyakit keluarga.
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah
mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada di dalam
keluarga.
6) Riwayat psikososial.
Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
7) Pola fungsi kesehatan.
a. Pola persepsi.
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang
pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih dengan gangguan
eliminasi urine.
b. Pola nutrisi.
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat
nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan hanya sedikit bahkan
tidak makan sama sekali.
c. Pola eliminasi.
Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme
yang masuk sehingga urine tidak lancar.
d. Pola aktivitas/istirahat.
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri yang di alami.
e. Nilai dan keyakinan.
Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit yang
dideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan,
tujuan dan harapan akan sakitnya.
2. Pemeriksaan fisik persistem
1. Keadaan umum.
Di dapatkan klien tampak lemah
2. Kesadaran.
Normal GCS 4-5-6
A. Secara Kualitatif
1) Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan dengan sekiranya, sikapnya
acuh tag acuh.
3) Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4) Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5) Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6) Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin tidak ada respon pupil
terhadap cahaya.

Secara Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale)


Tabel 2.1 Glasgow Coma Scale(GCS) (Junaidi, 2011)

No Komponen Nilai Hasil


1. Verbal 1 Tidak berespon
2 Suara tidak dapat dimengerti
3 Bicara kacau atau kata-kata tidak tepat
4 Bicara membingungkan
5 Orientasi baik
2. Motorik 1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Flexi abnormal
4 Menarik area nyeri
5 Melokalisasi nyeri
6 Dengan perintah
3. Reaksi membuka 1 Tidak berespon
mata 2 Rangsang nyeri
3 Dengan perintah
4 Spontan

Nilai Motorik

Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale (GCS) (Junaidi, 2011)

Respon Skala
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0

7) Sistem Pernafasan.
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit.
8) Sistem Kardiovaskuler.
Terjadi penurunan tekanan darah.
9) Sistem Neurologi.
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorentasi.
10) Sistem Perkemihan
 Inspeksi : Pada pasien ISK lakukan inspeksi pada daerah meatus
(pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah terjadi
adanya oliguria, dan disuria.
 Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi.
 Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah
abdomen dan nyeri saat berkemih.
11) Sistem Pencernaan.
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dihedrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
12) Sistem Integument.
Turgor kulit menurun, kulit kering.

3. Analisa data.

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Pasien mengatakan Infeksi mikroorganisme (E-
nyeri di bagian perut coli, psudomonas,
tepatnya sympisis. stophiloccus, prusteus,
P : nyeri ketika duduk klebsiella, dan lain lain )
dan bila ditekan
Q : seperti ditusuk
tusuk Hidup terutama usus (pleg
R : dibagian sympisis player )
pubis
S : 4-6 Kuman mengeluarkan
T : hilang timbul endotoksin

DO : pasien tampak Bakteremia sekunder


meringis, gelisah dan NYERI AKUT
seekali pasien Peradangan
menangis sambil
memegang perutnya Peningkatan frekuensi
TTV: TD : 110/80 /dorongan kontraksi uretral
mmHg
N : 80 x/m Depresi saraf perifer
S : afebris (36,5 C)
RR : 22 x/m NYERI AKUT
2. DS : pasien mengatakan Infeksi mikroorganisme
sulit untuk BAK (E-coli, psudomonas,
kurang lebih dimulai 2 stophilococus, prusteus,
hari yang lalu dan klebsiella, dan lain lain )
nyeri. Pasien juga
mengatakan walaupun HCL (lambung)
hidup
sudah menggunakan
selang kencing namun
Kuman mengeluarkan
tetap terasa seperti
edotoksin
menahan kencing dan
perasaan tidak puas
Bakteremia primer

DO : output pasien dalam Tidak difagosit


sehari 2000 – 2500 cc, GANGGUAN
Bakteremia sekunder
warna urin tampak ELIMINASI
kuning keruh URIN
Ureter

DP : pemeriksaan urinalisis
Iritasi uretral
pH : 5,0
eritrosit : 20 – 30 /lpb
Oliguria
epitel : 1-2 /lpk
leukosit : 2 – 4 /lbp
GANGGUAN ELIMINASI
URIN
3. DS : (tidak tersedia) Infeksi mikroorganisme

DO : - Suhu tubuh diatas Hidup diusus terutama pleg


nilai normal player
- Kulit merah
- Kulit terasa hangat Kuman menggunakan
- Takikardi endotoksin
- Takipnea
Bakterimia primer
HIPERTERMIA
Tidak difagosit

Bakterimia sekunder

Hipotalamus

Menekan termoreguler

HIPERTERMIA

4. Daignosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi) D.0077.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih D.0040.
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) D.0131.
5. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
dengan agen pencedera - Keluhan nyeri  Observasi
fisiologis (inflamasi) menurun - Identifikasi lokasi,
D.0077. - Meringis karakterisitik, durasi, frekuensi,
menurun kualitas, intensitas nyeri.
- Kemampuan - Identifikasi skala nyeri.
menuntaskan aktivitas - Identifikasi respon nyeri
meningkat non verbal.
- Gelisah menurun  Terapeutik
- Frekuensi nadi - Control lingkungan yang
membaik memperberat rasa nyeri (suhu
ruangan).
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
 Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgeik, jika perlu.
Pemberian analgesic (I.08243)
 Observasi
- Identifikasi karakteristik
nyeri (lokasi, frekuensi).
- Identifikasi riwayat alergi
obat.
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic.
 Terapeutik
- Diskusikan jenis
analgesic yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal,
jika perlu.
- Tetapkan target
efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons
pasien.
- Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan.
 Edukasi
- Jelaskan efek terapi dab
efek samping obat.
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesic, jika
perlu.

2. Gangguan eliminasi urin Eliminasi urine Manajemen eleminasi urine


berhubungan dengan iritasi (L.04034) (I.04152)
kandung kemih D.0040. - Sensasi  Observasi
berkemih meningkat - Identifikasi tanda dan
- Distensi kandung gejala retensi atau
kemih menurun inkontinensia urine.
- Volume residu - Identifikasi factor yang
urinr menurun menyebabkan retensi dan
- Frekuensi BAK inkontinensia urine
membaik - Monitor eliminasi urine
(frekuensi).
 Terapeutik
- Catat waktu-waktu dan
haluaran berkemih.
- Batasi asupan cairan, jika
perlu.
- Ambil sampel urine
tengah (midstream) atau kultur.
 Edukasi
- Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengukur
asupan cairan dan haluaran
urine.
- Ajarkan mengambil
specimen urine midstream
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra, jika
perlu.
3. Hipertermia berhubungan Termoregulasi Manajemen hipertermia
dengan proses penyakit (L.14134) (I.15506)
(infeksi) D.0131. - Menggigil  Observasi
menurun - Identifikasi penyebab
- Kulit merah hipertermia (dehidrasi).
menurun - Monitor suhu tubuh.
- Takikardi - Monitor haluaran urine.
menurun  Terapeutik
- Takipnea - Sediakan lingkungan
menurun yang dingin.
- Suhu tubuh - Longgarkan atau
membaik lepaskan pakaian.
- Suhu kulit - Basahi dan kipasi
membaik permukaan tubuh
 Edukasi
- Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu.

6. Evaluasi
a. Nyeri akut membaik.
b. Gangguan eliminasi urine membaik
c. Hipertermia membaik.

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai