Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FATER INFEKSI DAN TUMOR


“ Infeksi Saluran Kemih “

Dosen : Apt Almahera S.Farm,.M.Farm

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Baiq Nurtika Sastri


2. Lalu Hafizul Wira Sanjaya
3. Viqi Panji Krisna
4. Muhammad Jaelani
5. Lukman Hakim
6. Rahman Hadi Saputra
7. Irsan Efendi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA
NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 10 Oktober 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin
meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka
prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai
angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki
maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka
populasi umum kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan
adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut
bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis.
Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatisbila terdapat lebih dari 105 koloni
bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat
jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam
kandung kemih meningkat akibat pengosonga kandung kemih kurang efektif , mobilitis
menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas menurun. Baik
seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin,hilangnya efek bakterisid dari
sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat
perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter
setiap tahunnya dengan dia gnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK
merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar
penyakit (data bulan Juli – Desember). Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan
bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan
jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin
lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli,
Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%)
adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005). Penggunaan kateter terkait dengan
kemungkinan lebih dari satu jenis bakteri penginfeksi.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan ISK ?
Bagaimana etiologic ISK ?
Apa saja pathogenesis ISK?
Bagaimana tanda dan gejala dari ISK?

C.
D.
E.
F.
G.
H. Tujuan
Untuk mengetahui definisi dari ISK
Untuk mengetahui etiologic ISK
Untuk mengethaui pathogenesis ISK
Untuk mengetahui tanda dan gejala ISK
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection adalah sutatu keadaan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001) Infeksi Saluran Kemih
adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara,
1998) Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di
sebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli: resiko dan beratnya meningkat dengan
kondisi seperti refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen baru,septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998) Infeksi saluran
kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).

B. Etiologi

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:


o Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
o Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
o Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:


o Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
o Mobilitas menurun
o Nutrisi yang sering kurang baik
o Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
o Adanya hambatan pada aliran urin
o Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

Faktor-Faktor Predisposisi yang Mempermudah Terjadinya ISK

1.Bendungan aliran urin


o Anomali kongenital
o Batu saluran kemih
o Oklusi ureter (sebagian atau total)
2.Refluks vesikoureter
3.Urin sisa dalam buli-buli karena
o Neurogenic bladder
o Striktur uretra
o Hipertrofi prostat
4.Gangguan metabolik
o Hiperkalsemia
o Hipokalemia
o Agamaglobulinemia
5.Instrumentasi
o Kateter
o Dilatasi uretra
o Sistoskopi
6.Kehamilan
o Faktor stasis dan bendungan
o PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman

C. Tanda dan Gejala


1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
 Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
 Spasame pada area kandung kemih dan suprapubic
 Hematuria
 Nyeri punggung dapat terjadi
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
 Demam
 Menggigil
 Nyeri panggul dan pinggang
 Nyeri ketika berkemih
 Malaise
 Pusing
 Mual dan muntah

D. Patogenesis
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cara ini
asendinglah yang paling sering terjadi.

1. Infeksi hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang
rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara
mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat
adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa
terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau di
tempat lain. salmonela, pseudomonas, kandida, dan proteus termasuk jenis bakteri yang
dapat menyebar secara hematogen.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E. coli karena itu
jarang ada infeksi hematogen E. coli. Ada beberapa tindakan yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut
:
-Adanya bendungan total aliran urin -Adanya bendungan intrarenal baik karena jaringan
parut maupun terdapatnya presipitasi obat intratubular misalnya sulfonamid
-Terdapat faktor vaskkular misalnya konstriksi pembuluh darah
-Pemakaian obat analgetik atau estrogen
-Pijat ginjal
-Penyakit ginjal polikistik
-Penyandang DM

Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal
yang berat misalnya infeksi stafilokokus dapat menimbulkan abses pada ginjal.

2. Infeksi asending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali
pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti
basil difteroid, streptokokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita,
daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis
juga banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari
tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah
E. coli di samping golongan enterobakter dan S. fecalis.
Karena peran faktor predisposisi maka kolonisasi basil koliform pada wanita di
daerah tersebut diduga karena :
-adanya perubahan flora normal di daerah perineum
-berkurangnya antibodi lokal
-bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel pada wanita.
b.Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan
jelas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung
kemih adalah :
-Faktor anatomi
Kenyataan bahwa ISK lebih banyak pada wanita dari laki hal ini disebabkan karena :
-uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat pada anus.
-uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat dikenal sebagai
antibakteri yang kuat.
-Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Dan
selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran urin.
-Manipulasi uretra
Misalnya manipulasi manual pada masturbasi atau pada hubungan kelamin.
-Faktor lain misalnya :
-perubahan hormonal waktu menstruasi
-kebersihan alat kelamin bagian luar
-adanya bahan antibakteri dalam urin
-pemakaian obat kontrasepsi oral
c. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih
Dalam keadaan normal mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih
manusia atau binatang akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat berkembang
biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung dari
interaksi 3 faktor :
-Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan pengeceran urin.
-Efek antibakteri dari urin karena :
-urin mengandung urea dan asam organik yang bersifat bakteriostatik.
-urin mempunyai tekanan osmotik yang tinggi dan pH yang rendah.
-Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik.

Faktor mukosa ini diduga ada hubungannya dengan mukopolisakarida dan


glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan mukosa dan asam organik yang
bersifat bakteriostatik yang dihasilkan secara lokal, serta enzim dan lisozim. Juga oleh
sel fagosit berupa sel neutrofil dan sel mukosa saluran kemih sendiri, serta IgG dan
IgA yang terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung dari
keseimbangan antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa kandung
kemih.
Eradikasi bakteri dari kandung kemih tidak terjadi bila terdapat hal sebagai berikut :
adanya urin sisa, mikso yang tidak adekuat, benda asing atau batu dalam kandung
kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi atau inflamasi sebelumnya pada kandung
kemih.

d.Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal


Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke
korteks karena refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis
karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung
kemih ke ginjal.
Valvulo vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena :
-memendeknya bagian intravesikal ureter yang bisa terjadi secara kongenital, pada
perkembangan embrio ureter yang abnorma sehingga orifisium ureter terletak lebih ke
lateral.
-edema mukosa ureter akibat infeksi.
-jajasan sumsum tulang belakang, tumor pada kandung kemih dan penebalan dinding
kandung kemih.
E. Klasifikasi

Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :


1. Kandung kemih (sistitis) Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering
disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop.
2. Uretra (uretritis) Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di
golongkan sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal
adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum
3. Ginjal (pielonefritis) Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi
bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal

Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi :


1. ISK Uncomplicated (simple) ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan
saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia
lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.

2. ISK Complicated Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat
keadaan- keadaan sebagai berikut :
o Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap
dan prostatitis. Kelainan faal ginjal :GGA maupun GGK
o Gangguan daya tahan tubuh
o Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.

F. Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis
a.Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan
adalah ISK. Leukosuria dinyatakan positif bilamana terdapat lebih dari 5 leukosit/
lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih.
Adanya leukosit silinder pada sedimen air kemih menunjukkan adanya keterlibatan
ginjal. Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat
pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi.

b.Hematuria
Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK yaitu
bilamana dijumpai 5-10 eritrosit/ LPB sedimen air kemih. Hematuria dapat pula
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.

2. Bakteriologis
a.Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa diputar atau
tanpa pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bermakna bilamana dijumpai satu
bakteri lapangan pandang minyak emersi.

b.Biakan bakteri
Pemeriksaan biakan bakteri contoh air kemih dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan
kriteria Cattell.
Pada beberapa pasien ISK dapat dijumpai hitung bakteri yang lebih rendah, hal ini
dapat disebabkan oleh :  Faktor fisiologik : -Diuresis berlebihan dan sering kencing
-Bakteriuria intermiten
-Biakan bakteri pada fase dini ISK
-Infeksi dengan bakteri yang bermultiplikasi lambat
-Air kemih yang kurang nutrisi dan sangat asam
-Adanya bakteriofag dalam air kemih  Faktor iatrogenik -Kontaminasi air kemih
dengan antiseptik
-Sementara mendapat kemoterapi
-Biakan yang tidak sesuai
-Media yang selektif dan menghambat pertumbuhan
-Infeksi dengan bakteri anaerob, mikrobakterium TBC dan E. coli yang tergantung
sistem  Pengurangan jumlah koloni karena perlekatan bakteri dengan sel pus. 
Obstruksi di bawah tempat infeksi.  Infeksi terbatas pada uretra.  Infeksi yang
kronik.

3.Tes kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya
yang paling sering dipakai ialah : Tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah
sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari
100.000 – 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dilihat dengan perubahan warna
pada uji carik. Tes terutama dipakai untuk penyaringan atau pengamatan pada pasien
rawat jalan. Sensivitas pemeriksaan ini 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk
mendeteksi bakteri Gram-negatif. Hasil negatif palsu dapat terjadi, bila pasien
sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis yang banyak, infeksi oleh enterokoki dan
asinetobakter.

4. Tes Plat – Celup (Dip-slide)


Beberapa pabrik mengeluarkan sistem buatan yang berupa lempeng plastik
bertangkai di mana pada kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat
khusus. Lempeng tersebut dicelupkan ke dalam air kemih pasien atau dengan
digenangi air kemih. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman semalam pada
suhu 37oC. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang
memperlihatkankeadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara
1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL air kemih yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan
kepekaannya tidak dapat diketahui. Walaupun demikian plat celup ini dapat dikirim
ke laboratorium yang mempunyai fasilitas pembiakan dan tes kepekaan yang
diperlukan.

5. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya


Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat
berupa pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya
ultrasonografi dan CT-scanning.

6. Pengelolaan
Prinsip umum pengelolaan ISK adalah :
-eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai
-mengoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi

Tujuan pengobatan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah


dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko
kerusakan jaringan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan
yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Untuk itu pola
pengobatan harus disesuaikan dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran air
kemih, serta faktor-faktor penyerta lainnya.
Bermacam cara pengobatan yang dilakukan untuk berbagai bentuk yang berbeda
dari ISK, antara lain :
-pengobatan dosis tunggal
-pengobatan jangka pendek (10 – 14 hari)
-pengobatan jangka panjang (4 – 6 minggu)
-pengobatan profilaksis dosis rendah
-pengobatan supresif

Pengobatan dapat memberikan hasil yang berbeda-beda antara lain dapat berupa
sembuh baik klinis maupun bakteriologis, sembuh klinis dengan bakteriuria
menetap, reinfeksi atau relaps.
Pengobatan pada berbagai bentuk ISK antara lain :
a.Sindrom uretra akut atau sistitis
Di samping pengobatan konvensional yang telah lama dijalankan (antara 3 – 10
hari), akhir-akhir ini terbukti dengan pengobatan dosis tunggal antimikroba cukup
efektif pada bentuk ISK ini, yaitu dengan angka kesembuhan yang dicapai
menyamai angka kesembuhan dengan cara pengobatan konvensional. Cara ini
cukup aman, murah, dapat diterima sebagian besar ahli, efek samping yang minim,
dan tidak mengganggu flora usus. Obat-obat yang biasa dipakai untuk pengobatan
dosis tunggal antara lain :
-Amoksisilin 3 gram
-Timetropin-sulfametoksasol 320 mg – 1600 mg
-Sulfisoksasol 2 gram
-Trimetoprim 400 mg
-Kanamisin 500 mg i.m.
-Gentamisin 120 mg i.m.

Pengobatan dosis tunggal tidak dianjurkan pada :


-Pasien yang diperkirakan sulit untuk kembali pemeriksaan ulang
-Bila disertai pielonefritis akut
-Bila disertai kelainan anatomi saluran kemih
-Pasien pria
-Sestitis pada penyandang DM

Untuk kasus-kasus tersebut di atas, dianjurkan agar langsung diberikan pengobatan


konvensional. Untuk pengobatan jangka pendek maupun jangka panjang, obat yang
paling tepat ialah yang sesuai dengan basil biakan bakteri dan tes kepekaan.
Bilamana fasilitas kultur tidak memungkinkan, dapat diberikan obat-obat sebagai
berikut :
-Trimetoprim-sulfametoksasol 160 mg – 800 mg dua kali sehari
-Sefaleksin 500 mg empat kali sehari
-Amoksisilin 500 mg empat kali sehari
-Asam nalidiksik satu gram empat kali sehari
-Asam pipemidik 400 mg dua kali sehari

b. Pielonefritis akut (PNA)


Kasus yang berat sebaliknya dirawat di rumah sakit. Pemberian antibiotik
parenteral segera dimulai sambil menunggu hasil biakan kuman. Jenis obat
parenteral yang diberikan ialah aminoglikosid misalnya gentamisin, (tobramisin
atau netilmisin 1½ mg/kg berat badan sebagai dosis awal, kemudian dilanjutkan
dengan 1 mg/kgBB setiap delapan jam, ditambah dengan ampisilin satu gram tiap
empat jam intravena. Obat-obat tersebut diberikan sampai 48 jam bebas panas.
Biasanya dalam 48 jam, panas menetap. Bilamana panas menetap setelah 48 jam
harus dievaluasi. Perlu dilakukan pemeriksaan pielografi intravena untuk melihat
kondisi anatomi saluran kemih, serta dilakukan evaluasi hasil biakan air kemih.
Kombinasi aminoglikosid dan ampisilin dapat digantikan dengan antimikroba
spektrum yang lebih luas seperti peperasilin atau sefalosporin genarasi ketiga,
seperti sefotaksim, maksolaktam dan sefazon. Setelah 48 jam bebas panas, obat-
obat parenteral dapat diganti dengan obat oral.
Kadang-kadang pada pasien pielonefritis akut yang ringan atau yang berobat jalan,
diberikan antimikroba peroral misalnya :
-Trimetroprim-sulfametaksasol 160-800 mg dua kali sehari
-Sefaleksin 500 mg empat kali sehari
-Amoksisilin 500 mg empat kali sehari -Asam nalidiksik satu gram empat kali
sehari
-Asam pipemidik 400 mg dua kali sehari

Pada pielonefritis akut dengan penyulit seperti urolitiasis atau hipertrofi prostat, di
samping pemberian antimikroba diperlukan pada koreksi pembedahan.

c. Pielonefritis kronik (PNK)


Pengobatan dilakukan bilamana pada biakan bakteri ditemukan bakteriuria
bermakna, yaitu dengan pemberian antimikroba yang sesuai. Bilamana ada kelainan
anatomi dilakukan koreksi, bila keadaan memungkinkan.

d. Bakteriuria tak bergejala


Pada wanita hamil bakteriuria tak bergejala diobati dengan antimikroba dosis
tunggal, kemudian dipantau selama dua sampai empat minggu. Bilamana masih
tetap ditemukan bakteriuria diberikan antimikroba dua minggu, kemudian dipantau
lagi setelah pengobatan dihentikan.
Bilamana masih terjadi rekurensi, antimikroba dilanjutkan sampai enam minggu
atau sampai partus. Setelah partus tiga sampai enam bulan dilakukan pemantauan
saluran kemih dengan pielografi intravena. Antimikroba yang diberikan sebaiknya
yang tidak toksik terhadap janin seperti ampisilin atau nitrofurantoin.

e. Infeksi saluran kemih rekuren


Pendekatan pengobatan terhadap rekuren-reinfeksi adalah sebagai berikut : pada
wanita dengan tiga sampai empat episode akut infeksi saluran kemih pertahun,
dianjurkan pemberian profilaksis antimikroba spektrum luas misalnya :
-Trimetoprim-sulfametoksasol 40-200 mg
-Trimetoprim obat tunggal 59-100 mg
-Nitrofurantoin 100 mg
-Ampisilin atau amoksisilin 250 mg
-Penisilin G 500 mg
-Metenamin (heksamin) mandelat (dengan vitamin C 500 mg) satu gram
-Asam pipemidik 200 mg

Beberapa peneliti memberikan profilaksis sebagai berikut : pada wanita dengan


riwayat terjadinya rekurensi pascasenggama, diberikan obat sehabis senggama.
Beberapa peneliti memberikan profilaksis tiga kali seminggu dan kalau tidak
berhasil baru diberikan setiap hari.
Pemberian antimikroba untuk profilaksis tidak efektif pada infeksi saluran kemih pria.
Hal ini disebabkan karena tingginya insidensi kelainan anatomi (valvula uretra, refluks,
dan hipertrofi prostat) pada pria serta adanya prostatitis. Sampai berapa lama pengobatan
profilaksis diberikan belum ada persesuaian paham. Rubin dkk memberikannya selama
enam bulan. Dan setelah penghentian obat dan ternyata masih timbul rekurensi, maka
diberikan profilaksis dua sampai tiga tahun atau lebih. Pasien dengan obstruksi saluran
kemih sering terjadi relaps, pemberian antimikroba dilanjutkan empat sampai enam
minggu. Bilamana belum terjadi eradikasi kuman, sedangkan belum dapat dilakukan,
diberikan pengobatan supresi.
Dosis untuk pengobatan supresi ini sama dengan dosis pengobatan biasa. Ada beberapa
peneliti melaporkan pemberian dosis rendah dengan hasil yang memuaskan.
Farrar memberikan obat-obat untuk pengobatan supresi sebagai berikut :
-Trimetoprim-sulfametaksasol 80 mg sampai 400 mg dua kali sehari
-Sulfisoksasol 500 mg empat kali sehari
-Nitrofurantion 50 mg empat kali sehari
-Metanamin (heksamin) mandelat satu gram empat kali sehari

Pasien dengan pengobatan profilaksis maupun supresi dianjurkan untuk melakukan


pemeriksaan kultur air kemih, paling kurang satu sampai dua bulan sekali untuk
mengetahui pola kuman serta kepekaannya dan evaluasi fungsi ginjal secara berkala.
BAB IIIV
PENUTUPpE
A. Kesimpulan
Infeksi Saluran kemih ( ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih
( mencakup organ - organ saluran kemih, yaitu ginjal,ureter,kandung kemih,dan
uretra ). Infeksi saluran kemih adalah istilah umum untuk menyatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. Jenis ISK paling umum adalah infeksi saluran
kemih yang sering juga disebut sistitis. Tidak semua infeksi saluran kemih
menimbulkan gejala, infeksi saluran kemih yang tidak menimbulkan gejala disebut
infeksi saluran kemih asimtomatis.
DAFTAR PUSTAKA

Alemu, A., Moges, F., Shiferaw, Y., Tafess, K., Kassu, A., Anagaw, B., Agegn, A., 2012.
Bacterial Profile and Drug Susceptibility Pattern of Urinary Tract Infection in
Pregnant Women at University of Gondar Teaching Hospital, Northwest Ethiopia.
BMC Research Notes, Vol.5, No. 197.

Amiri, M., Lavasani Z., Norouzirad R., Najibpour R., Mohamadpour M., Nikpoor A.R.,
Raeisi M., Marzouni H.Z., 2015, Prevalence of urinary tract infection among
pregnant women and its complications in their newborns during the birth in the
hospitals of Dezful City Iran 2012 - 2013, Iran Red Crescent Med J. 17(8): e26946.

Centers for Disease Control prevention (CDC). 2018. Urinary Tract Infection (Catheter-
Associated Urinary Tract Infection [CAUTI] and Non-CatheterAssociated Urinary
Tract Infection [UTI]) and Other Urinary System Infection [USI]) Events. Corwin,
E.J. 2009. Handbook of Pathophysiology, Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 240. Coyle, E. A., Prince, R. A., 2005, Urinary Tract Infection, in
Dipiro J.T., et al, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th,
Appleton&Lange, Stamford.

Dewi, Dian F., 2011, Hubungan Antara Kejadian Partus Prematurus Imminens Dengan
Infeksi Saluran Kemih, Malang.

Grabe, M., Bjerklund-Johansen T.E., Botto H., Wullt B., Cek M., Naber K.G., 2015,
Guidelines on urological infections. EAU Guidelines. Arnhem. The European
Association of Urology (EAU), Netherlands.

Hamdan, Z., 2011, Epidemiology of urinary tract infection and sensivity among pregnant
women at Khartoum North Hospital, Sudan.
Ocviyanti, D., & Fernando D., 2012, Tata laksana dan pencegahan infeksi saluran kemih pada
kehamilan, J Indon Med Assoc 62, P482-487.

Sukandar, E., Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi IK, Simadibrata M, Setiadi S. 2009. Infeksi
Saluran Kemih Pasien Dewasa Buku Ajar Ilmu Penyakit Vol.II, Ed.V. Interna
Publishing. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Sukandar, E., Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi IK, Simadibrata M, Setiadi S. 2014. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa
Buku Ajar Ilmu Penyakit Vol.I, Ed.VI. Interna Publishing. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai