Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

OLEH :

YULIANI
14420231061

CI LAHAN CI INSTITUSI

(________________) ( ________________)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSSAR
2023
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Infeksi Saluran Kemih atau Urinarius Tractus Infection adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Nuari, 2018)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang


biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan
normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik pada pria maupun wanita dari semua
umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita
infeksi daripada pria. (Sudoyo Aru, dkk, 2019) .

Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai


dengan pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Widagdo, 2012 dalam cempaka 2018).

2. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti ; usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan factor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. Berikut menurut jenis mikroorganisme dan
usia: (Imvitahul Mawaddah 2018)
1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

- Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)

- Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated.

- Enterobacter, Staphylococcus epididymis, enterocci, dan lain-lain.

2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat


pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
- Mobilitas menurun

- Nutrisi yang sering kurang baik


- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

- Adanya hambatan pada aliran darah

- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat


3. Patofisiologi
Sebagian infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi
jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering
adalah yang disebabkan oleh Escherecia Coli, suatu organisme yang
ditemukan di daerah anus. Organisme- organisme lain yang juga
menyebabkan infeksi saluran kemih adalah golongan proteus, klebsiella,
pseudomonas enterokok dan staphylococcus. Pada kebanyak kasus,
organisme tersebut dapat mencapai kandung kemih saja atau dapat pula
merambat keatas melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme juga dapat
sampai di ginjal melalui aliran darah atau aliran getah bening, tetapi cara
ini dianggap jarang terjadi. Tekanan dari aliran kemih menyebabkan
saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum
bakteri tersebut sempat menyerang mukosa. Mekanisme pertahanan
lainnya adalah kerja antibakteri yang dimiliki oleh selaput lender uretra,
sifat bakterisidal dari cairan prostat pada pria, dan sifat fagositik epitel
kandung kemih. Meskipun ada mekanisme pertahanan seperti ini, infeksi
tetap mungkin terjadi dan kemungkinan ini berkaitan dengan factor
predisposisi.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan
ureter. Hal ini mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal. Keadaan
ini disebut hidronefrosis. Di samping itu, obstruksi yang terjadi di bawah
kandung kemih sering disertai refluks vesikoureter dan infeksi pada
ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal atau uretra,
batu, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan congenital pada leher
kandung kemih dan uretra dan penyempitan uretra.
ISK sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya adalah
uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih
mudah memperoleh akses ke kandung kemih. Factor lain yang berperan
meningkatkan infeksi saluran kemih pada wanita adalah kecenderungan
menahan urin, perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi
serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan
kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel sewaktu berhubungan kelamin memiliki
akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot
polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih
dalam ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian-bagian
tersebut. Uterus pada kehamilan juga dapat menghambat aliran urin pada
keadaan-keadaan tertentu.
Factor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita
adalah pembentukan selaput mucus yang dependen estrogen di kandung
kemih. Mucus ini memiliki fungsi sebagai antimikroba. Pada kedua jenis
kelamin, proteksi terhadap ISK terbentuk oleh sifat alami urin yang asam
dan berfungsi sebagai bahan antibakteri. Pengidap diabetes juga berisiko
mengalami ISK berulang karena tingginya kadar glukosa dalam urin,
fungsi imun menurun dan peningkatan frekuensi kandung kemih
neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau
menggunakan kateter urin untuk berkemih juga mengalami peningkatan
risiko infeksi. (Nuari, 2018).
4. Pathway
5. Manifestasi klinik
Tanda Gejala Infeksi Saluran Kemih Digiulio, Mary, dkk. ( 2019).

1) Bakteriuria
2) Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
3) Hematuria
4) Nyeri punggung
5) Demam
6) Menggigil, nyeri ketika berkemih
7) Terdesak kencing (urgency), dysuria
8) Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
9) Urgensi terkaitdengan iritasi otot kandung kemih
6. Komplikasi
Menurut Purnomo (2021), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu :

1) Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux


urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau
kedua ginjal.
2) Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering
berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
7. Pemerikaan penunjang
1) Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri
danpH meningkat.
b. Urine kultur :
1) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran
kemihmisalnya: streptococcus, E. Coli, dll
2) menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2) Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
c. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot
padakandung kemih
8. Penatalaksanaan
Menurut M. Clevo Rendy TH, 2012, pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan
saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang,
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan dengan :
1) Perawatan dapat berupa :

a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada


kontra indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :

- Membersihkan perineum dari depan ke belakang

- Pakaian dalam dari bahan katun

- Menghindari kopi, alkohol

c. Obat-obatan

1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

- Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu.

- Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang


samaatau di ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu.

- Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali


sehari sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih
ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih
lanjut
9. Prognosis
Prognosis pada infeksi saluran kemih uncomplicated terbilang sangat
baik. Pasien yang menjalani pengobatan antibiotik dengan tepat dan cepat
umumnya dapat sembuh sempurna. Akan tetapi, pada ISK complicated
seperti pyelonephritis yang tidak ditangani segera dapat menyebabkan
komplikasi berat (Nuari, 2018) .
B. Konsep Dasar Keperawatan
a) Pengkajian
1) Identitas : Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan
penanggung jawab.
2) Riwayat kesehatan
3) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah klien pernah mengalami sakit
yang sangat berat.
4) Riwayat kesehatan sekarang : Beberapa hal yang harus diungkapkan
pada setiap gejala yaitu sakit kepala,kelelahan,pundak terasa berat.
5) Riwayat kesehatan keluarga : Apakah keluarga pernah mengalami
penyakit yang sama.
6) Aktivitas / istirahat
1. Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma jantung, dan
takipneu
7) Sirkulasi
1. Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi.

2. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah)


diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipertensi postural
mungkin berhubungan dengan regimen obat.
8) Integritas Ego
1. Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor stress multiple
(hubungan keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
2. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara.
9) Eliminasi
1. Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.
10) Makanan/cairan
1. Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang di
goreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam, dan
kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan perubahan BB
meningkat / turun, riwayat penggunaan obat diuretic

b) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai


respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

- Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan retensi kandung kemih

c) Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu proses dalam pemecahan


masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, dan siapa yang
melakukan dari semua tindaka keperawatan.

- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis dapat menurun
3) Gelisah dapat menurun
4) Sikap protektif dapat menurun
5) Kesulitan tidur menurun
Intervensi :

Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitasdan
intensitas nyeri

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

Terapeutik

a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi
napas dalam)
b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
c) Fasilitasi isterahat dan tidur
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri
c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
e) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

- Hipertermia berhubungan dengan resiko infeksi

Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh menurun
2) Suhu kulit menurun
Intrevensi :

Observasi

a) Indentifikasi penyebab hipertermia (misal : dehidrasi,terpapar


lingkungan panas, pengunaan inkobator)
b) Monitor suhu tubuh

c) Monitor haluaran urine

Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d) Berikan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jikaperlu
- Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung
kemih
Kriteria hasil :
- Desakan berkemih (urgensi) menurun
- Distensi kandung kemih menurun
- Berkemih tidak tuntas menurun
Intervensi :

Observasi

a) Indentifikasi tanda dan gejala retensi dan inkontnensiaurine


b) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi dan inkontnensia
urine
c) Monitor eliminasi urine (misalnya : frekuensi,konsistensi, aroma,
volume dan warna)
Terapeutik
d) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
e) Batasi asupan cairan, jika perlu
Edukasi
f) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
g) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-ototpanggul/berkemih
Kolaborasi
h) Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2019).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
(Padila, 2021).
Menurut Setiadi (2021) dalam buku Konsep & penulisan
Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2021).
DAFTAR PUSTAKA

Cempaka (2018) .Asuhan Keperawatan Pada Klien An.S Dengan Infeksi


Saluran Kemih Di Ruangan Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 2018: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis
Padang Program Studi D III Keperawatan Tahun 2018

Mawaddah,I (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi Saluran Kemih


(Isk) Dengan Masalah Gangguan Eliminasi Urine: Program Studi
Diploma Iii Keeprawatan Sekoalh Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang

Nuari, Nian Afrian. 2018. Gangguan pada Sistem Perkemihan dan


Penatalaksanaan Keperawatan. Sleman : CV Budi Utama.

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta :
Mediacton Publishing.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI)Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus
Pusat PPNI

Purnomo B. (2022). Dasar-Dasar Urologi. Ed. 3. Jakarta. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai