Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

AH
DENGAN GANGGUAN KONSTIPASI

1. DAHLIA SALAM (2101025)


2. FENINDI M. PUTRI (2101028)
3. Misbah Khaeriah (2101032)
4. GENOVEVA (2101029)
5. GISKA (2101044)
6. GALLY (2101038)
7. DEWI SARTINI (2101043)
Penyebab Hirschprung

Penyakit Hirschprung terjadi


ketika ada sel saraf yang
tidak berkembang di dinding
usus selama janin di dalam
rahim. Sel-sel ini diperlukan
untuk memindahkan
makanan dari usus ke
rektum. Tanpa sel saraf, tinja
terdorong kembali dan
menyebabkan obstruksi usus
sebagian atau utuh.
PATOGENESIS

Penyakit hirschsprung disebabkan dari kegagalan pemindahan


kranio kaudal pada precursor sel ganglion sepanjang
saluran pencernaan antara usia kehamilan minggu ke-5
dan ke-12. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam
rectum dan bagian atas pada usus besar, sehingga adanya
kerusakan pada dinding sub mukosa kolon distal dengan
tidak adanya sel ganglion digambarkan dengan istilah
kongenital aganglionik mega colon
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
•Kimia darah
•Darah rutin
•Profil Koagulasi
2. Pemeriksaan Radiologi
•Foto polos abdomen
•Barium enema
3. Biopsi
Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk
memperbaiki portion aganglionik di usus besar
untuk membebaskan dari obstruksi dan
mengembalikan motilitas usus besar sehingga
normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis
yaitu :
•Temporari ostomy
•Pembedahan koreksi
Pengaturan nutrisi
Penyakit hirschsprung biasanya ditangani dengan
operasi. Namun, meski telah dilakukan operasi, anak
dapat terus memiliki masalah dengan buang air besar.
Oleh karena itu, ibu harus menyesuaikan pola makan
sang buah hati demi meningkatkan kesehatan usus dan
mengelola proses buang air besar anak

• Batasi Pemberian Gula Terkonsentrasi dan Gula


Alternatif
• Pilih Makanan yang Kaya Serat
• Pantau Respons Anak Terhadap Produk Susu
Edukasi
Edukasi dan promosi kesehatan pada Hirschsprung
disease dikhususkan pada penderita yang telah menjalani
operasi. Setelah menjalani prosedur operasi, pasien perlu
dipantau fungsi usus, risiko striktura, enterokolitis, serta
komplikasi lain terkait operasi.
Keluarga pasien perlu diedukas bahwa fungsi usus
penderita tanpa komplikasi atau penyakit penyerta lain, akan
kembali normal setelah beberapa tahun secara bertahap. Jika
terdapat gangguan pada motilitas saluran cerna, seperti
konstipasi, tatalaksana yang dilakukan adalah pemberian
laksatif jangka panjang. Namun apabila laksatif tidak dapat
memberikan perbaikan gejala pada pasien, dapat dilakukan
tindakan enema
Asuhan keperawatan
Pengkajian
• Identitas Pasien
1. Nama : An. H
2. Umur : 6 bulan
3. Diagnosa medis : hisprung

• Identitas penanggung jawab


Ibu pasien
Riwayat sakit dan sehat
• Keluhan utama masuk RS
Ibu pasien mengatkan anaknya sulit BAB dan muntah-
muntah
• Riwayat keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anakny sulit BAB dan muntah-
muntah, anaknya sudah lama mengalami sulit BAB, ibu
pasien mengatakan selama ini setiap BAB selalu diragsang
oleh obat pencahar dan feses yang keluar hanya sedikit.
• Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit terdahulu
Klasifikasi data
DS DO
1. Ibu pasien mengatakan anaknya sulit BAB 1. BB pasien 5,1 kg (BB sebelumnya
2. Ibu pasien mengatakan anaknya muntah- 5,5 kg)
muntah 2. Ibu klien tampak gelisah
3. Ibu pasien mengatakan anaknya selama ini 3. Ibu pasien tampak bingung
belum diberi makanan selain ASI 4. Ketika BAB pasien selalu
4. Ibu pasien mengatakan saat anak ini dirangsang dengan pencahar
dilahirkan meconium baru keluar setelah 2
hari dan itupun sedikit demi-sedikit
5. Ibu pasien mengatakan selama pasien BAB
selalu dirangsang
6. Selama ini setiap BAB selalu dirangsang
dengan pencahar
7. Ibu pasien mengatakan feces yang keluar
kadang-kadang mencret kadangkadang
sedikit-sedikit dengan bentuk gepeng
seperti pita
8. ibunya mengatakan ia merasa bingung
mengapa anaknya seperti ini
Analisa Data
N Data Penyebab Masalah
O
1. Ds : Kelemahan otot Konstipasi
1. Ibu pasien mengatakan anaknya abdomen
sulit BAB
2. Ibu pasien mengatakan saat anak
ini dilahirkan meconium baru
keluar setelah 2 hari dan itupun
sedikit demi-sedikit
3. Ibu pasien mengatakan selama
pasien BAB selalu dirangsang
4. Ibu pasien mengatakan feces yang
keluar kadang-kadang mencret
kadangkadang sedikit-sedikit
dengan bentuk gepeng seperti
pita
Do :
1. Ketika BAB pasien selalu
dirangsang dengan pencahar
2. Ds : Kurang dari Ketidak seimbangan
1. Ibu pasien mengatakan anaknya kebutuhan tubuh : nutrisi
muntah-muntah kurang dari
2. Ibu pasien mengatakan anaknya kebutuhan tubuh
selama ini belum diberi
makanan selain ASI
Do :
1. BB pasien 5,1 kg (BB
sebelumnya 5,5 kg)
2. Muntah-muntah

3. Ds : Kurang sumber Defesien


1. Ibu pasien mengatakan anaknya pengatahuan (ibu) pengatahuan
selama ini belum diberi makanan
selain ASI
2. Ibunya mengatakan ia merasa
bingung mengapa anaknya
seperti ini
Do :
1. Ibu pasien tampak gelisah
2. Ibu pasien tampak bingung
Diagnosa keperawatan

1.Konstipasi b/d kelemahan otot abdomen


2.Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b/d asupan diet kurang
3.Defisiensi pengatahuan b/d kurang sumber
pengatahuan (ibu)
Intervensi
DX. 1 : Konstipasi b/d kelemahan otot abdomen
Tujuan : diharapkan defisiensi pengetahuan ibu pasien dapat teratasi:
Kriteria Hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses
2. Distensi abdomen menurun
Intervensi
1. Monitor BAB (mis, warna, frekuensi, konsistensi, dan volume)
Rasipnal : Untuk melihat warna, frekuensi konsistensi, dan volume dari BAB
2. Monitor tanda dan gejala konstipasi atau impaksi
Rasional : Untuk mengetahui tanda dan gejala dari konstipasi/impaksi
3. Jelaskan kepada ibu jenis makanan yang tinggi serat
Rasional : Agar ibu pasien dapat menegetahui jenis makanan yang tinggi
serat dapat membantu bayi dalam meredakan konstipasi
4. Kolaborasi pemberian obat
Rasional : Untuk melancarkan BAB bayi
Dx 2 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan diet
kurang
Tujuan : status nutrisi membaik
Kriteria Hasil :
1. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2. Tidak ada tanda malnutrisi
3. Berat badan pasien sesuai umur
4. Daya tahan tubuh meningkat.
5. Konjungtiva tidak anemis
Intervensi :
1. Kaji riwayat jumlah makanan/masukan nutrisi yang biasa dimakan dan kebiasaan
makan.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/difisiensi.
2. Pantau dan timbang berat badan.
Rasional : Sebagai indikator langsung dalam mengkaji perubahan status nutrisi.
3. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
Rasional : Untuk mempertahankan masukan nutrisi pada pasien.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan.
Rasional : Untuk menambah asupan nutrisi yang baik pada pasien.
Dix. 3 : Defisiensi pengatahuan b/d kurang sumber pengatahuan (ibu)
Tujuan : pengetahuan ibu pasien dapat teratasi
Kriteria Hasil :
1. Orang tua pasien menyatakan paham tentang penyakit dan keadaan anaknya
2. Orang tua mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3. Orang tua mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat
Intervensi :
1. Berikan penilaian tingkat pengetahuan tentang pemberian MP-asi pada bayi
Rasional : Mengetahui seberapa baik pengetahuan orang tua pasien terhadap
MP-asi
2. Jelaskan patofisiologi penyakit anak pada orang tua
Rasional : Diharapkan orang tua pasien dapat memahami bagaimana terjadinya
penyakit yang diderita anaknya
3. Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
Rasional : Diharpkan orang tua pasien mampu mengidentifikasi gejala yang bisa
muncul pada penyakit anaknya
4. Diskusikan pada orang tua tentang penanganan penyakit anaknya.
Rasional : Agar orang tua pasien tahu tentang menangani masalah penyakit
anaknya.

Anda mungkin juga menyukai