Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESI NERS DI

RUMAH SAKIT LANCANG KUNING KOTA PEKANBARU


TAHUN 2023

DOSEN PENGAMPU

Ns. Riamah, S.Kep, M. Kep

Laporan Pendahuluan Infeksi Saluran Kemih Ruang Al-Zuhri Dirumah Sakit


Lancang Kuning Kota Pekanbaru

OLEH : LINDA KASANTI

NIM :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES TENGKU MAHARATU PEKANBARU

TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih atau Urinarius Tractus Infection adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Nuari, 2017)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang
biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal
air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi
saluran kemih dapat terjadi baik pada pria maupun wanita dari semua umur,
dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi
daripada pria. (Sudoyo Aru, dkk, 2009) .
infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Widagdo, 2012)dalam (cempaka 2018)

B. Klasifikasi
Jenis infeksi saluran kemih, antara lain ;
1. Kandung kemih (Sistisis)
2. Uretra (Uretritis)
3. Prostat (Prostatis)
4. Ginjal (Pielonefritis)

Klasifikasi menurut letaknya :

1. ISK Atas
- Pielonefritis Akut (PNA), proses infeksi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
- Pielonefritis Kronis (PNK), kemungkinan akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
2. ISK Bawah
- Perempuan (Sistisis), presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna.
- Sindrom Uretra Akut (SUA), presentasi klinis sistisis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistisis bakterialis.
- Laki-laki sistisis, proastisis, epididymis dan urethritis.

Menurut Purnomo, 2012 Infeksi Saluran Kemih diklasifikasikan menjadi


dua macam:

- ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada


pasien disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran
kemih.
- ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi
pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran
kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan
pemberantasan kuman oleh antibiotika disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih.
-
C. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti ; usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan factor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur
saluran kemih termasuk ginjal. Berikut menurut jenis mikroorganisme dan
usia: (Imvitahul Mawaddah 2018)
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
- Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
- Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated.
- Enterobacter, Staphylococcus epididymis, enterocci, dan lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
- Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
- Mobilitas menurun
- Nutrisi yang sering kurang baik
- Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
- Adanya hambatan pada aliran darah
- Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
-
D. Patofisiologi

Sebagian infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur


dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah
yang disebabkan oleh Escherecia Coli, suatu organisme yang ditemukan di
daerah anus. Organisme- organisme lain yang juga menyebabkan infeksi
saluran kemih adalah golongan proteus, klebsiella, pseudomonas enterokok
dan staphylococcus. Pada kebanyak kasus, organisme tersebut dapat mencapai
kandung kemih saja atau dapat pula merambat keatas melalui ureter sampai ke
ginjal. Organisme juga dapat sampai di ginjal melalui aliran darah atau aliran
getah bening, tetapi cara ini dianggap jarang terjadi. Tekanan dari aliran
kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang
ada sebelum bakteri tersebut sempat menyerang mukosa. Mekanisme
pertahanan lainnya adalah kerja antibakteri yang dimiliki oleh selaput lender
uretra, sifat bakterisidal dari cairan prostat pada pria, dan sifat fagositik epitel
kandung kemih. Meskipun ada mekanisme pertahanan seperti ini, infeksi tetap
mungkin terjadi dan kemungkinan ini berkaitan dengan factor predisposisi.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter.
Hal ini mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal. Keadaan ini disebut
hidronefrosis. Di samping itu, obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih
sering disertai refluks vesikoureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum
obstruksi adalah jaringan parut ginjal atau uretra, batu, neoplasma, hipertrofi
prostat, kelainan congenital pada leher kandung kemih dan uretra dan
penyempitan uretra.
ISK sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya adalah uretra
wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
memperoleh akses ke kandung kemih. Factor lain yang berperan
meningkatkan infeksi saluran kemih pada wanita adalah kecenderungan
menahan urin, perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi serta
iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin. Uretra
yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel
sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita
hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh
progesterone, termasuk kandung kemih dalam ureter, sehingga mereka
cenderung menahan urin dibagian-bagian tersebut. Uterus pada kehamilan
juga dapat menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.
Factor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita
adalah pembentukan selaput mucus yang dependen estrogen di kandung
kemih. Mucus ini memiliki fungsi sebagai antimikroba. Pada kedua jenis
kelamin, proteksi terhadap ISK terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan
berfungsi sebagai bahan antibakteri. Pengidap diabetes juga berisiko
mengalami ISK berulang karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi
imun menurun dan peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik.
Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau menggunakan kateter
urin untuk berkemih juga mengalami peningkatan risiko infeksi. (Nuari, 2017)

E. Tanda dan Gejala


Tanda Gejala Infeksi Saluran Kemih Digiulio, Mary, dkk. ( 2014).
1. Bakteriuria
2. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
3. Hematuria
4. Nyeri punggung
5. Demam
6. Menggigil, nyeri ketika berkemih
7. Terdesak kencing (urgency), disuria
8. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih 9. Urgensi terkait
dengan iritasi otot kandung kemih

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan
pH meningkat.
b. Urine kultur :
1) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya: streptococcus, E. Coli, dll
2) menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
c. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih
G. Komplikasi
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu :
1. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux
urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua
ginjal.
2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering
berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

H. Penatalaksanaan
Menurut M. Clevo Rendy TH, 2012, pengobatan infeksi saluran kemih
bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran
kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat
dicapai dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
- Membersihkan perineum dari depan ke belakang
- Pakaian dalam dari bahan katun
- Menghindari kopi, alkohol
c. Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
- Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu.
- Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama
atau di ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu.
- Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari
sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini
merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih
lanjut.
PENYIMPANGAN KDM
Akumulasi etiologi dan factor resiko(infeksi mikroorganisme,
penggunaan steroid dalam jangka panjang, usia lanjut, anomaly
saluran kemih, cidera uretra, riwayat isk )

Makanan terkontaminasi
Jaringan parut -> total tersumbat
mikroorganisme masuk lewat
mulut Obstruksi saluran kemih yang
bermuara kevesika urinaria
HCL (Lambung)
Risiko infeksi Peningkatan tekanan VU
Hidup
Penebalan dinding VU
Usus terutama pleg player
Penurunan kontraksi otot VU
Kuman mengeluarkan endotoksin
Kesulitan berkemih
Bakteremia primer
Retensi urine
Tidak difagosit

Bakteremia sekunder

Hipotalamus Peradangan Ureter

Menekan thermoregular Peningkatan Iritasi ureteral


frekuensi/dorongan
Hipertermi kontraksi Oliguria

Gangguan
Depresi saraf perifer Eliminasi Urine

Nyeri Akut
I. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria
maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering menderita dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009).
b. Keluhan utama
penyakit infeksi saluran kemih Keluhan utama yang sering terjadi pada
pasien infeksi saluran kemih ,nyeri saat berkemih, sering bolak balik
kamar mandi tetapi kemih yang di keluarkan hanya sedikit.
c. Riwayat penyakit
sekarang Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit
yang di derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan
sampai klien di bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan
diri ke tempat lain selain Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang
pernah di berikan dan bagaimana perubahan data yang didapatkan saat
periksa.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit infeksi saluran kemih
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada
yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit
yang lain yang ada di dalam keluarga.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
g. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya
tentang pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih
dengan gangguan eliminasi urine
2) Pola nutrisi
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami
penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali
3) Pola eliminasi
Eliminasi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena
ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar
4) Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri
yang di alami
5) Nilai dan keyakinan
Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit
yang d ideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan
kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
b. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah
c. Sistem Neurologi
Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorentasi.
d. Sistem Perkemihan
Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus
( pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah
terjadi adanya oliguria, dan disuria.
Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi
Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah abdomen dan nyeri saat berkemih
e. Sistem Pencernaan
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dihedrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
f. Sistem Integument
Turgor kulit menurun, kulit kering.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar
dan berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan
b. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengeluh Nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
c. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaphoresis
2. Hipertermia
a. Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
b. Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis: infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: -
Objektif :
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
3. Retensi Urine
a. Definisi
Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
b. Penyebab
1) Peningkatan tekanan uretra
2) Kerusakan arkus refleks
3) Blok spingter
4) Disfungsi neurologis (mis, trauma, penyakit saraf)
5) Efek agen farmakologis (mis, atropine, belladonna, psikotropik,
antihistamin, opiate)
c. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Sensasi penuh pada kandung kemih
Objektif
1) disuria/anuria
2) distensi kandung kemih
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
Dribbling
Objektif
1) Inkontinensia berlebih
2) Residu urine 150 ml atau lebih
e. Kondisi klinis terkait
1) Benigna prostat hiperplasia
2) Pembengkakan perineal
3) Cedera medula spinalis
4) Rektokel
5) Tumor di saluran kemih

4. Gangguan Eliminasi Urine


a. Definisi
Disfungsi eliminasi urine
b. Penyebab
1) Penurunan kapasitas kandung kemih
2) Iritasi kandung kemih
3) Penuruan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan
kandung kemih
4) Efek tindakan medis dan diagnostik (misalnya : operasi ginjal,
operasi saluran kemih, anastesi dan obat-obatan)
5) Kelemahan otot pelvis
6) Ketidak mampuan mengakses toilet (misalnya : imobilisasi)
7) Hambatan lingkungan
8) Ketidak mampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9) Outlet kandung kemih tidak lengkap (misalnya : anomali
saluran kemih kongenital)
10) Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1) Desakan berkemih (urgensi)
2) Urine menetes (dribbling)
3) Sering buang air kecil
4) Nokturia
5) Mengompol
6) Enuresis
Objektif
1) Distensi kandung kemih
2) Berkemih tidak tuntas
3) Volume residu urine meningkat
d. Kondisi klinis terkait
1) Infeksi ginjal dan saluran kemih
2) Hiperglikemi
3) Trauma
4) Kanker
5) Cedera/tumor/infeksi medula spinalis
6) Neuropati diabetikum
7) Neuropati alkoholik
8) Stroke
9) Parkinson
10) Skeloris multiple
11) Obat alpha adrenergik
5. Risiko Infeksi
a. Definisi
Beresiko mengalami pengingkatan terserang organisms patogenik
b. Faktor Risiko
1) Penyakit kronis
2) Efek prosedur invasive
3) Melnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5) Ketidakadekutan pertahanan tubuh primer
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Merokok
6) Ketidakadekutan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri
a. Tujuan dan kriteria hasil
Kriteria Hasil
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar
dan berintraksi ringan hingga berat dan konstan dapat menurut dengan
kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis dapat menurun
3) Gelisah dapat menurun
4) Sikap protektif dapat menurun
5) Kesulitan tidur menurun
b. Intervensi keperawatan
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2) Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi
napas dalam)
b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
c) Fasilitasi isterahat dan tidur
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri
c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Hipertermia
Termoregulasi
a. Tujuan dan kriteria hasil
Kriteria Hasil
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal dengan
kriteria hasil:
1) Suhu tubuh menurun
2) Suhu kulit menurun
b. Intervensi Keperawatan
1) Observasi
a) Indentifikasi penyebab hipertermia (misal : dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, pengunaan inkobator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor haluaran urine
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d) Berikan cairan oral
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
3. Retensi urine
a. Tujuan dan kriteria hasil
Pengosongan kandung kemih yang lengkap dengan kriteria hasil :
1) Desakan berkemih (urgensi) menurun
2) Distensi kandung kemih menurun
3) Berkemih tidak tuntas menurun
b. Intervensi keperawatan
Perawatan Retensi Urine
1) Observasi
a) Identifikasi penyebab retensi urine (mis: peningkatan
tekanan uretra)
b) Monitor intake dan output cairan
c) Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan
palpasi/perkusi
2) Terapeutik
a) Fasilitasi berkemih dengan interval yang teratur
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab retensi urine
b) Anjurkan pasien atau keluarga untuk mencatat output
urine
4. Gangguan eliminasi urine
a. Tujuan dan kriteria hasil
Pengosongan kandung kemih yang lengkap dengan kriteria hasil :
1) Desakan berkemih (urgensi) menurun
2) Distensi kandung kemih menurun
3) Berkemih tidak tuntas menurun
b. Intervensi keperawatan
Manejemen eliminasi urine
1) Observasi
a) Indentifikasi tanda dan gejala retensi dan inkontnensia
urine
b) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi dan
inkontnensia urine
c) Monitor eliminasi urine (misalnya : frekuensi,
konsistensi, aroma, volume dan warna)
2) Terapeutik
a) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
b) Batasi asupan cairan, jika perlu
3) Edukasi
a) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
b) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemih
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika perlu

5. Risiko Infeksi
Pencegahan Infeksi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Kriteria Hasil
Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil:
1) Demam menurun
2) Nyeri menurun
3) Kadar sel darah putih membaik
b. Intervensi Keperawatan dan Rasional
1) Observasi
a) Monitor tanda dan gejalan infeksi
2) Terapeutik
a) Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak dengan pasien
b) Pertahankan teknik aseptik
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejalan infeksi
b) Ajarkan etika batuk
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Cempaka (2018) .Asuhan Keperawatan Pada Klien An.S Dengan Infeksi Saluran
Kemih Di Ruangan Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang Program Studi D III
Keperawatan Tahun 2018

Mawaddah,I (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi Saluran Kemih (Isk)
Dengan Masalah Gangguan Eliminasi Urine: Program Studi Diploma Iii
Keeprawatan Sekoalh Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

Nuari, Nian Afrian. 2017. Gangguan pada Sistem Perkemihan dan Penatalaksanaan
Keperawatan. Sleman : CV Budi Utama.

Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediacton
Publishing.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Purnomo B. (2012). Dasar-Dasar Urologi. Ed. 3. Jakarta. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai