Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

DIAGNOSA INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )


PADA PASIEN Ny.C DI RUANGAN AGNES RS.HATIVE PASSO

Di susun oleh :

AGUNG TRI ATMOJO (1240212020003)


NILA RESTI (1240212020040)
HUSNA BILQIS LATUCINSINA (1240212020024)
AMELIA TITAWAEL (1240212020007)
MARNI UMALEKHOA (1240212020035)
RIANI ANDIANI TUHUTERU (1240212020045)
RAHIM WALLY (1240212020044)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN

“ RUMKIT TK III Dr. J.A.LATUMETEN”

AMBON TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat TUhan Yang Maha Esa, dimana atas berkah,
rahmat, dan karuniaNya kami semua mampu menyusun Makalah ini dalam rangka, untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami banyak permasalahan,
Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, kami tim penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada CI Lapangan maupun CI Institusi .
Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya, maka dari itu kami berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang terutama Mahasiswa
Akademi Keperawatan Rumkit Tk.Dr.J.A.Latumeten Ambon.

Ambon, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN ISK

A. Konsep Dasar Teori Medis


1. Pengertian
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada
u r i n e d i kandung kemih yang umumnya steril. (Arif mansjoer, 2016).
Infeksi Saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi
sepanjangs a l u r a n k e m i h , t e r u t a m a m a s u k g i n j a l i t u s e n d i r i a k i b a t
p r o l i f e r a s i s u a t u organisme (Corwin, 2016 : 480)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme di dalam
saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus/mikroorganisme lain. (Corwin, 2016 : 481)

2. Etiologi
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a. Pseudomonas, Proteus, Klepsiella.
b. Scherichia Coli
c. Enterobacter, Stapilococcus, Epidemidis, Eterococci, dan lain-lain.
Pada Umumnya factor-faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan
infeksi saluran kemih adalah :
a. Wanita cenderung mudah terserang dibandingkan dengan laki-laki.
Faktor-faktor postulasi dan tingkat infeksi yang tinggi terdiri dari uretra dekat
kepada rektum dan kurang proteksi sekresi prostat dibandingkan dengan pria.
b. Abnormalitas struktural dan fungsional
Mekanisme yang berhubungan termaksud statis urine yang merupakan media
untuk kultur bakteri, refluks urine yang infeksi lebih tinggi pada saluran kemih
dan peningkatan tekanan hidrostatis.
c. Obstruksi
Contoh : Tumor, hipertofi prostat.
d. Gangguan inerfasi kandung kemih
Contoh : Malformasi sumsum tulang belakang kongenital, multiple klerosis.
e. Penyakit kronis
Contoh : Goud, DM, Hipertensi.
f. Intrumentasi
Contoh : Prosedur kateteritasi.
(patofisiologi untuk keperawatan, 2016 : 113)
3. Manifestasi Klinis
a. Uretritis biasa memperlihatkan gejala :
 Mukosa memerah dan oedema.
 Terdapat cairan eksudat yang purulent.
 Ada ulserasi pada uretra.
 Adanya nanah awal miksi.
 Nyeri pada saat miksi.
 Kesulitan untuk memulai miksi.
 Nyeri pada abdomen bagian bawah.
b. Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
 Disuria (nyeri waktu berkemih)
 Peningkatan frekuensi berkemih
 Perasaan ingin berkemih
 Adanya sel-sel darah putih dalam urine
 Nyeri punggung bawah atau suprabubic
 Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
c. Pielonefritis akud biasanya memperlihatkan gejala :
 Demam
 Menggigil
 Nyeri pinggang
 Disuria
d. Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan
pielonefritis akut, tetpi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal.
(Patofisiologi keperawatan, 2016 : 113-114)
4. Patofisiologi
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada feses yang
naik dari perinium ke uretrra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan
mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat
pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan
melalui berkemih, mekanisme pertahanan penjamu dan cetusan imflmasi.
Imflamasi, aprasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap, gangguan status metabilosme ( diabetes, kehamilan, goud ), dan
imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara mengganggu
mekanisme normal.
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi sistatis dan pelonefritis. Pielone
akud juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi pielone kronik dapat terjadi
akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
obstruksi lain, atau refluks pesikoureter.
Sistitis (Inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dan
uretra kedalam kandung kemih (Refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian
kateter atau sisteskop.
Uteritis suatu inflamasi adalah biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar
naik yang digolongkan sebagai general atau mongonerial. Uretrritis geneoreal
disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan dikeluarkan melalui kontak seksual.
Uretritis mongonoreal; Uretritis yang tidak berhubungan dengan nieserial gonorhoeae
biasanya disebabkan oleh klamedia frankomatik atau urea plasma urelitikum.
Piolonefritis ( Infeksi traktus urinarius atas ) merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal
20%-25% curah jantung; Bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus
penyebaran secara hematogen kurang dari 3% .
(Buku saku Patofisiologi, 2016 : 176-180)
5. Pathway
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis
 Leokosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK
leukosoria positif bila terdapat lebih dari lima leukosit / lapang pandang besar
(LPB) sediment air kemih.
 Hematoria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air
kemih. Hematoria disebabkan oleh sebagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
 Mikroskopis
 Biakan bakteri
c. Kulture urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
d. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per militer urine dari urine
tamping aliran tengah atau dari pecimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria
utama adanya infeksi.
e. Metode Tes
 Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit ( tes griss
untuk pengurangan nitrat ). Tes esterase leukosit positif : maka pasien
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat griss positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urine normal menjadi nitrit.
 Tes penyakit menular seksual (PMS)
Retritia akud akibat organisme menular secara seksual (Misal, klamedia
trakomatis, naiseria gonorhoeae, herpes simplek).
 Tes-tes tambahan :
Urokram intravena (IVU), pielografik (IPP), mistografi dan ifeksi akibat dari
abnormalitas troktus urinarius, adanya batu masa renal atau abses,
hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urokram IV atau evakuasi utrasonik,
sistoskopi dan prosedur urodinakim dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2016 : hal. 221), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan perawatan berupa :
 Meningkatkan intake cairan 2 –3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi.
 Mencegah konstipasi
 Perubahan pola hidup, diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
c) Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
d) Menghindari kopi, alcohol

b. Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2016) dalam Wulandari (2017)
penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui medikamentosa
yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara empirik selama 7-10 hari
untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian analgetik dan anti spasmodik untuk
mengurangi rasa nyeriyang dirasakan oleh penderita, obat golongan
venozopyiridine/pyridium untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih.
Terapi farmakologik yang dianjurkan secara empiris disesuaikan dengan pola
kuman yang ada disetiap tempat.. Pemberian obat ISK pada penderita geriatri
mengacu kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut, umumnya dengan
memperhitungkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status nutrisi
(kadar albumin), dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi ginjal).

8. Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis.
Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal,
komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-
40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya
parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata
laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih (Pardede et al,
2018)
Sedangkan menurut Purnomo (2016), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu :
a. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal
dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara
akut dan kronik.
BAB II

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang
individu, keluarga, dan kelompok. Proses pengkajian anak dengan infeksi saluran
kemih menurut Cempaka (2018) sebagai berikut :
a. Identitas pasien Berisikan nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosa medis dan
tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab.
b. Keluhan utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa
rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-
sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien
mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien
biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan
air kemih sedikit-sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan
biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit
kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri
pinggang.
 Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi
saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami
klien.
 Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat
meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit
turunan seperti Diabetes Mellitus, hipertensi. ISK bukanlah penyakit turunan
karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene
seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di
curigai dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
 Riwayat psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya
berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit. Adakah
hambatan dalam interaksi sosial dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri
hebat).
 Riwayat kesehatan lingkungan.
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit
seperti stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya
ISK.
 Riwayat imunisasi
Bagaimana riwayat imunisasi anak sejak anak lahir sampai dengan usia
saat ini.

 Riwayat tumbuh kembang


Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan
mengumpulkan data tumbang dan dibandindingkan dengan ketentuan-
ketentuan perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan
kepribadian dan perkembangan sosial.
 Asesmen nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu
faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri,
apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.R (region) yaitu daerah perjalanan
nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah
lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
 Asesmen risiko jatuh
Hal ini perlu dikaji terkait dengan usia anak, kondisi kesehatan anak,
dan anak yang berada ditempat tidur memiliki risiko jatuh yang tinggi.

d. Pola Kebiasaan
 Nutrisi
Frekuensi makan dan minum berkurang atau tidak dikarenakan bila
adanya mual dan muntah. Apakah terdapat nafsu makan menurun.
Bagaimana keadaan nafsu makan anak sebelum dan sesudah sakit.
 Cairan
Bagaiamana kebutuhan cairan selama 24 jam, apa saja jenis minuman
yang dikonsumsi, dan berapa frekuensi minum dalam 24 jam. Bagaimana
intake danouput cairan.
 Eliminasi
Buang air besar ada keluhan atau tidak, adakah dysuria pada buang air
kecil, bagaimana frekuensi miksi bertambah atau berkurang. Adakah nyeri
pada bagian suprapubik. Bagaimana bau urine pasien adakah bau kekhasan,
bagaimana warna air kencingnya, bagaimana karakteristik urine, dan
bagaimana volume urine sebelum dan setelah sakit.
 Istirahat dan Tidur
Adakah gangguan tidur karena perubahan pola buang air kecil, atau
adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.
 Personal Hygine
Bagaimana personal hygine pasien ditinjau dari pola mandi, gosok
gigi, mencuci rambut, dan memotong kuku.
 Aktivitas atau mobilitas fisik
Pergerakan terbatas atau tidak dalam melaksanakan aktivitasnya,
apakah memerlukan bantuan perawat dan keluarga.
 Olahraga
Bagaimana kegiatan fisik keseharian dan olahraganya.

e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik head to toe yaitu
pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Pemeriksaan ini meliputi :
 Kepala
Mengetahuii turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui adanya lesi
atau bekas luka.
a) Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman atau
kecoklatan, edema, dan distribusi rambut kulit.
b) Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau tidak, tekstur kepala
kasar atau halus, akral dingin atau hangat.
 Rambut
Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan untuk
mengetahui mudah rontok dan kotor.
a) Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
atau tidak.
b) Palpasi : mudah rontok atau tidak, tektur kasar atau halus.
 Wajah
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui luka dan
kelainan pada kepala.
a) Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri berbeda atau
missal lebih condong ke kanan atau ke kiri, itu menunjukkan ada
parase/kelumpuhan.
b) Palpasi : cari adanya luka, tonjolan patologik dan respon nyeri dengan
menekan kepala sesuai kebutuhan
 Mata
Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus dan otot-
otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau pandagan pada
mata. Bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva anemis.
a) Inspeksi : kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin atau gangguan pada hepar, pupil : isokor, miosis atau
medriasis.
b) Palpasi : tekan secara rinagn untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra
okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras pasien
glaucoma/kerusakan dikus optikus) kaji adanya nyeri tekan.
 Hidung
Mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya inflamasi
atau sinusitis.
a) Inspeksi : apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada
secret.
b) Palpasi : apakah ada nyeri tekan massa.

 Mulut dan gigi


Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk mengetahui
kebersihan mulut dan gigi.
a) Inspeksi : amati bibir apa ada kelainan kongenital (bibir sumbing) warna,
kesimetrisan, kelembaban pembengkakan lesi, amati jumlah dan bentuk
gigi, berlubang, warna plak dan kebersihan gigi.
b) Palpasi : pegang dan tekan darah pipi kemudian rasakan ada massa atau
tumor, pembengkakan dan nyeri.
 Leher
Menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk dan
organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
a) Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, amati
adanya pembengkakan kelenjar tiroid, amati kesimetrisan leher dari
depan belakan dan samping.
b) Palpasi : letakkan telapak tangan pada leher klien, minta pasien menelan
dan rasakan adanya kelenjar tiroid.
 Abdomen
Mengetahui bentuk dan gerakan perut , mendengarkan bunyi peristaltik
usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen.
a) Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,
penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
b) Palpasi : adanya massa dan respon nyeri tekan.
c) Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit.
d) Perkusi : apakah perut terdapat kembung/meteorismus.
 Dada
Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan, adanya
nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.
a) Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya
retraksiinterkosta, amati pergerakan paru.
b) Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan.
c) Perkusi : untuk menentukan batas normal paru.
d) Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler, wheezing/crecles.
 Ekstremitas atas dan bawah
Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada
ektremitas atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi mengenai ukuran
dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati kekuatan otot dengan memberi
penahanan pada anggota gerak atas dan bawah.
 Kulit
Mengetahui adanya lesi atau gangguan pada kulit klien. Lakukan
inspeksi dan palpasi pada kulit dengan mengkaji kulit kering/lembab, dan
apakah terdapat oedem.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan ataupun proses kehidupan yang dialaminya baik yang aktual
maupun potensial (SDKI, 2016). Dalam penelitian ini diagnosa keperawatan yang
dapat ditegakkan dengan anak dengan infeksi saluran kemih yang disadur dalam
SDKI (2016) adalah :
a. Nyeri yang berhubungan dengan peradangan pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi urine (Disuria, dorongan, frekuensi dan atau nokturia)
yang berhuungan dengan infeksi saluran kemih.
c. Hipetermia berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin,
perubahan pada regulasi temperature.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka operasi dan kelemahan
fisik.
e. Resiko infeksi sekunder yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran
kemih, port de entry, pemasangan kateter.
f. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
mual muntah.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan produksi frekuensi urine,
polyuria, nokturia.
h. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.
i. Cemas berhubungan dengan koping mal adaptif.
j. Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri kelemahan.

3. Perencanaan/Intervensi

N Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


O Keperawat hasil
an
1. Nyeri yang Setelah dilakukan 1. Kaji intensitas, lokasi 1. Untuk mengetahui factor
berhubungan tindakan keperawatan dan faktor yang penyebab nyeri.
dengan ISK selama 3x24 jam memperberat atau 2. Pasien dapat beristirahat
pasien merasa meringankan nyeri. dengan tenang dan dapat
nyaman dan nyerinya 2. Berikan waktu istirahat merilekskan otot-otot.
berkurang. yang cukup dan tingkat 3. Untuk membawah pasien
Kriteria hasil : aktivitasyang dapat dalam berkemih.
1. Pasieng ditoleran. 4. Analgetik memblok lintasan
mengatakan 3. Anjurkan minum nyeri
tidak ada banyak 2-3 liter jika
keluhan nyeri tidak ada
disaat berkemih. kontraindikasi.
2. Kandung kemih 4. Berikan obat analgetik
tidak tegang. sesuai dengan program
3. Pasien Nampak terapi
tenang.
4. Ekspresi wajah
tenang
2. Perubahan Setelah dilakukan 1. Ukur dan catat urine 1. Untuk mengetahui adanya
pola tindakan keperawatan setiap kali berkemih. perubahan warna dan untuk
eliminasi selama 3x24 jam 2. Anjurkan berkemih mengetahui adanya
urin pasien dapat setiap 2-3 jam. inpit/output.
(Disuria, mempertahankan 3. Palpasi kandung kemih 2. Untuk mencegah terjadinya
dorongan pola eliminasi secara tiap 4 jam. penumpukan urine dalam
frekuensi, adekuat. 4. Bantu pasien ke kamar vesika urinaria,
dan atau Kriteria hasil : kecil memakai pispot 3. Untuk mengetahui adanya
nokturia) 1. Pasien dapat dan urinal. distensi kandung kemih.
yang berkemih 3 jam. 4. Untuk memudahkan klien
berhubungan 2. Pasien tudak dalam berkemih.
dengan ISK. kesulitan saat
berkemih.
3. Pasien dapat
BAK dengan
berkemih
3. Hipetermia Setelah dilakukan 1. Pantau suhu pasien 1. Suhu 38,9̊C – 41,1̊C
berhubungan tindakan keperawatan (derajat dan pola) menunjukan proses penyakit
dengan efek selama 3x24 jam perhatikan menggigil infeksius akut., menggigil
langsung pasien dapat atau diaphoresis. sering mendahului puncak
dari sirkulasi mendemontrasikan 2. Pantau suhu suhu.
endotoksin, suhu dalam batas lingkungan, batasi atau 2. Suhu ruangan atau jumlah
perubahan normal tidak tambahkan linentempat selimut harus diubah untuk
pada regulasi mengalami tidur sesuai indikasi. mempertahankan suhu
temperatur. komplikasi yang 3. Berikan kompres mandi mendekati normal.
berhubungan dengan hangat, hindari 3. Dapat membntu mengurangi
infeksi. penggunaan alcohol. demam.
4. Berikan antipiretik, 4. Digunakan untuk mengurangi
misalnya ASA (aspirin), demam dengan aksi
asetaminofen (Tylenol). sentralnya pada hipotalamus,
meskipun demam mungkin
dapat berguna dalam
mengatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan
autodekstruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.
4. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan secara 1. Mengidentifikasi kekuatan /
aktivitas tindakan keperawatan fungsional. kelemahan dan dapat
berhubungan selama 3x24 jam 2. Bantu pasien dalam memberikan informasi
dengan pasien dapat : memenuhi kebutuhan. melalui pemulihan.
kelemahan 1. Pasien terlihat 3. Beri bantuan mengubah 2. Mengurangi beban klien
fisik dan segar. posisi. sehingga mempercepat
luka operasi 2. Pasien mampu 4. Libatkan keluarga kesembuhan.
memenuhi dalam perawatan 3. Menurunkan resiko terjadinya
kebutuhannya pasien. trauma jaringan.
sesuai dengan Mempertahankan mobilisasi
kemampuanya. dan fungsi sendi/ posisi
normal dan menurunkan
terjadinya vena yang statis.
4. Agar keluarga kooperatif
dalam pengobatan dan
perawatan.
5. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji suhu tubuh pasien 1. Tanda vital menandakan
infeksi tindakan keperawatan setiap 4 jam dan lapor adanya perubahan didalam
sekunder selama 3x24 jam jika suhu di atas 38,5̊C. tubuh.
yang pasien dapat 2. Catat karakteristik 2. Untuk
berhubungan memperlihatkan tidak urine. mengetahui/mengidentifikasi
dengan adanya tanda-tanda 3. Anjurkan pasien untuk indikasi kemajuan atau
adanya infeksi. minum 2-3 liter jika penyimpangan dari hasil yang
bakteri pada Kriteria hasil : tidak ada kontrak diharapkan.
saluran 1. Tanda vital indikasi. 3. Untuk mencegah statis urine.
kemih, port dalam batas 4. Monitor pemeriksaan 4. Mengetahui seberapa jauh
de entry dan normal. ulang urine culture dann efek pengobatan terhadap
pemasangan 2. Nilai kultur urine sensivitas untuk keadaan penderita.
kateter. negatif. menentukan respon
3. Urine berwarna terapi.
bening dan tidak
bau.
6. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya mual 1. Dasar untuk menetapkan
nutrisi asuhan keperawatan dan muntah. output dan input pasien.
kurang dari selama 3x24 jam 2. Monitor adanya 2. Tanda adanya ketidak
kebutuhan nutrisi seimbang dan kehilangan BB dan adekuatan pasien dalam
tubuh adekuat. perubahan status nutrisi. mempertahankan intake yang
berhubungan Kriteria hasil : 3. Monitor albumin total optimal.
dengan 1. Nafsu makan protein, hemoglobin, 3. Membantu keadekuatan
anoreksia meningkat. dan hematocrit pasien dalam memunuhi
mual 2. Tidak terjadi 4. Monitor intake nutrisi input yang optimal.
muntah. penurunan BB. dan kalori pasien. 4. Yang mengnindikasikan
3. Masuk nutrisi status nutrisi dan untuk
adekuat. perencenaan treatment
4. Menghabiskan selanjutnya.
porsi makan.
5. Hasil lab normal
(albumin,
kalium)
7. Gangguan Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan umum 1. Mengetahui kesadaran dan
pola tidur asuhan keperawatan pasien dan TTV. kondisi tubuh dalam keadaan
berhubungan selama 3x24 jam 2. Kaji pola tidur normal atau tidak.
dengan diharapkan pasien 3. Kaji fungsi pernafasan : 2. Untuk mengetahui
peningkatan dapat tidur malam bunyi nafas, kecepatan, kemudahan dalam tidur
produksi, optimal dengan dan irama. 3. Untuk mengetahui tingkat
frekuensi melaporkan istirahat 4. Ciptakan suasana kegelisahan.
urine, tidur malam yang nyaman, kurangi atau 4. Untuk membantu relaksasi
polyuria, optimal. hilangkan distraksi saat tidur.
nokturia. lingkungan dan
gangguan tidur.
8. Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui sejauh mana
pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan pasien saat pasien paham tingkat
yang selama 3x24 jam ini dan pemahaman penyakitnya.
berhubungan pasien mengerti terhadap proses 2. Pengetahuan pasien tentang
dengan proses penyakit penyakitnya. penyakitnya dapat
kurangnya infeksi saluran 2. Tentukan motivasi dikendalikan dengan
informasi kemih. Dengan pasien untuk informasi penyakit.
tentang kriteria hasil : mempelajari informasi 3. Pasien mengetahui sesuatu
proses Pasien mampu tentang proses yang berhubungan dengan
penyakit, memahami proses penyakitnya. penyakitnya.
metode penyakitnya. 3. Berikan penyuluhan
pencegahan, tentang proses
dan intruksi penyakitnyan sesuai
perawatan di dengan tingkat
rumah pemahaman pasien,
Ulangi informasi jika
jika diperlukan.
9. Cemas Setelah dilakukan 1. Kaji dan 1. Faktor ini mempengaruhi
berhubungan asuhan keperawatan dokumentasikan tingkat persepsi pasien terhadap
dengan selama 3x24 jam kecemasan pasien. ancaman diri, potensial siklus
koping mal cemas pasien dapat 2. Beri dorongan kepada ansietas dan dapat
adaptif. berkirang dengan pasien untuk mempengaruhi upaya medis
kriteria hasil : mengungkapkan secara untuk mengontrol ansietas.
1. Ansietas verbal pikiran dan 2. Membantu pasien
berkurang perasaan untuk menurunkan ansietas dan
dibuktikan oleh mengeksternalisasikan memberikan kesempatan
tingkat ansietas ansietas. untuk pasien menerima
hanya ringan 3. Jelaskan semua situasi nyata.
sampai sedang prosedur termaksud 3. Memberikan dasar
dan selalu sensai yang biasanya pengetahuan sehingga pasien
menunjukan dialami selama dapat membuat pilohan yang
pengendalian diri prosedur. tepat. Menurunkan ansietas
terhadap dan dapat meningkatkan kerja
ansietas, sama dalam program terapi,
konsentrasi dan kerjasama penuh penting
koping. untuk keberhasilan hasil
2. Menunjukan setelah prosedur.
pengendalian diri
terhadap
ansietas, yang
dibuktikan oleh
indicator sebagai
berikut :
- Merencanak
an strategi
koping
untuk situasi
penuh
tekanan.
- Menggunak
an teknik
relaksasi
untuk
meredakan
ansietas.
10. Defisit Setelah dilakukan 1. Monitor kemampuan 1. Untuk mengetahui sejauh
perawatan asuhan keperawatan pasien untuk perawatan mana pasien merawat diri
diri selama 3x24 jam diri yang mandiri. sendiri.
berhubungan pasien dapat 2. Monitor kebutuhan 2. Memenuhi kebutuhan pasien.
dengan nyeri memenuhi kebutuhan pasien untuk alat-alat 3. Mempermudah pasien dalam
kelemahan. ADL secara mandiri. bantu untuk kebersihan perawatan diri secara
Kriteria hasil : diri, berpakaian, mandiri.
1. Pasien terbebas berhuas, toileting, dan 4. Kemajuan aktivitas bertahap
dari bau badan. makan. mencegah peningkatan kerja
2. Menyatakan 3. Sediakan bantuan jantung tiba-tiba.
kenyamanan sampai pasien bantu
terhadap secara utuh untuk
kemampuan melakukan self-care.
untuk melakukan 4. Dorong pasien utnuk
ADL. melakukan aktivitas
3. Dapat melakuka sehari-hari yang normal
ADL tanpa sesuai kemampuan yang
bantuan. dimiliki.
4. Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang
disusun dalam tahap perencanaan dan kemudia mengakhiri tahap implementasi
dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut
(Kozier, 2017).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara yang
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan tindakan
yang disesuaikan pada kriteria hasil dalam tahap perencanaan (Setiadi, 2017).
a. Pasien merasa nyaman dan nyeri berkurang.
b. Pasien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
c. Suhu dalam batas normal, tidak mengalami komplikasi yang berhubungan infeksi.
d. Pasien dapat beraktivitas secara optimal sesuai keadaan.
e. Pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
f. Nutrisi seimbang dan adekuat.
g. Istirahat tidur malam yang optimal.
h. Pasien mampu memahami proses penyakitnya.
i. Cemas pasien dapat berkurang.
j. Memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa : I Made Kariasa, Ni made
Sumarwati. Edisi : 3. Jakarta : EGC.

Enggram, Barbara. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan.

Nugroho, Wahyudi. (2016). Keperawatan Gerontik Edisi : 2, Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2017. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius

Price, Sylvia Andrson. (2017) Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit


pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa : Peter Anugrah Edisi : 4.
Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Alih Bahasa : Agung Waluyo. Edisi : 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai