Anda di halaman 1dari 62

1

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN

SISTEM PENCERNAAN PADA KASUS GASTRITIS

2.1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Menurut Undang-Undang RI No.13 tahun 2003 tentang

kesejahteraan lanjut usia pasal 2 ayat (2): Lanjut Usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Lanjut usia adalah bukan suatu penyakit, namun merupakan

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress

lingkungan yang besifat ilmiah atau psikologis yang pada umumnya

tampak mulai sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada

usia sekitar 60 tahun (Surini, 2003)

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun

keatas sedangkan menua (menjadi tua) adalah proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita ( Bandiyah, 2009).

Menurut Bandiyah (2009) lanjut usia dikelompokan menjadi:

1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45 sampai 59

tahun.
2

2. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60 sampai 74 tahun.

3. Usia lanjut tua (old) kelompok usia antatra 75 sampai 90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90 tahun.

Menurut Madani yang dikutip Nugroho (2002) lanjut usia

adalah kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4

bagian yaitu:

1. Fase inventus: (antara 25 sampai 40 tahun)

2. Fase fertilitas: kesuburan (antara 40 sampai 50 tahun)

3. Fase prasenium: sebelum atau menjelang kelemahan usia tua

(antara 55 sampai 65 tahun)

4. Fase senium: kelemahan usia tua (antara 65 sampai tutup usia).

2.1.2 Teori Proses Menua

1. Teori-teori biologi

Penuaan merupakan proses secara berangsur yang

mengakibatkan perubahan secara komulatif dan mengakibatkan

perubahan yang berakhir dengan kematian. Teori biologis tentang

penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan teori ekstrinsik

(Mubarak, 2006)

a. Teori intrinsik

Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia,

timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri. Teori ini meliputi:

1) Teori genetic clok


3

Teori ini menyebutkan bahwa menua telah terprogram

secara genetik untuk species-species tertentu. Setiap species

di dalam nukleatnya mempunyai suatu jam genetik yang

telah terputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan

menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel

bila tidak diputar. Jadi menurut teori ini, bila jam kita

berhenti berputar maka kita akan meninggal dunia

meskipun tanpa menjadi lemah atau sakit. (Bandiyah, 2009)

2) Teori imunologi slow virus

Sistem imun menjadi tidak efektif dengan

bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh

yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

(Bandiyah, 2009).

3) Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan oleh tubuh. Regerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

(Bandiyah, 2009).

4) Teori terprogram

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah

sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati. (Bandiyah,

2009).
4

5) Teori ranting silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya

menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,

kekakuan dan hilangnya fungsi. (Bandiyah, 2009).

b. Teori Ekstrinsik

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada

usia lanjut diakibatkan karena pengaruh lingkungan

1) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak

stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oleh

oksigen terhadap bahan-bahan seperti karbohidrat dan

protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat

beregenerasi. (Nugroho, 2002).

2) Teori mutasi somatik

Menurut teori ini faktor yang menyebabkan mutasi

somatik sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat

kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya

menghindarinya dapat memperpanjang umur. Menurut teori

ini terjadi mutasi yang progesis pada DNA sel somatik akan

menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel

tersebut. Sebagai salah satu hipotesis yang berhubungan


5

dengan mutasi sel adalah hipotesis Erro Catastrophe.

(Nugroho, 2002).

2. Teori Kejiwaan Sosial

Menurut Mubaraq, dkk (2006:169) teori kejiwaan sosial dibagi

menjadi tiga bagian yakni :

a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

Menurut Havighusrst dan Albrecht, 1953 dalam Wahit

Ikbal Mubaraq, dkk (2006:169), berpendapat bahwa sangat

penting bagi individu usia lanjut untuk tetap beraktivitas dan

mencapai kepuasaan hidup. Menurut teori ini usia lanjut yang

sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam kegiatan sosial

serta dapat mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan

individu agar tetap stabil.

b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Menurut teori ini dasar kepribadian atau tingkah laku

tidak berubah pada usia lanjut dan perubahan yang terjadi pada

usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang

dimilikinya.

c. Teori pembebasan (Disengagement Theory)

Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses

penuaan adalah teori pembebasan. Teori ini menerangkan

bahwa dengan berubahnya usia seseorang, secara berangsur-

angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan diri dan


6

kehidupan sosial. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitatif

sehingga sering terjadi kehilangan ganda (Triple loss), yakni :

kehilangan peran, hambatan kontak sosial, dan berkurangnya

komitmen.

2.1.3 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Menurut Bandiyah (2009) perubahan yang terjadi pada lansia

meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Adapun perubahan

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik pada Lansia

a. Muskuluskletal

Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),

bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi

otot) kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

b. Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa

darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas

pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

c. Respirasi

Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga


7

menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya

menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.

d. Persarafan

Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta

lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan

myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respons

motorik dan refleks.

e. Gastrointestinal

Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun,

dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut

menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori

menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon

dan enzim pencernaan.

f. Genitourinaria

Ginjal: mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan

di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga

kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun. Otot-otot

melemah, kapasitasnya menurun, retensi urin. Prostat: hipertrofi

pada 75% lansia.

2. Perubahan sosial

a. Peran

Post power syndrome, single women, dan single parent.


8

b. Keluarga

Emptiness : kesendirian, kehampaan.

c. Teman

Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan

kapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat

pikun (tidak berkembang).

d. Abuse

Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal

(dicubit, tidak diberi makan).

e. Masalah hukum

Berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan pribadi

yang dikumpulkan sejak masih muda.

f. Pensiun

Kalau menjadi PNS akan ada hubungan (dana pensiun). Kalau

tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.

g. Ekonomi

Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi

lansia dan income security.

h. Rekreasi

Untuk ketenangan batin.

i. Keamanan

Jatuh, terpeleset, dan resiko mengalami cidera seperti angkutan

umum.
9

j. Transportasi

Kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi lansia.

k. Politik

Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan

masukan dalam sistem politik yang berlaku.

l. Pendidikan

Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan kesempatan

untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

m. Agama

Melaksanakan ibadah. Agama atau kepercayaan makin

terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia makin matur dalam

kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan

bertindak dalam sehari-hari.

n. Panti jompo

Merasa dibuang/ diasingkan.

3. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi: short term

memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut

menghadapi kematian perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan.

Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang

dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal berikut.

a. Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh lansia


10

1) Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus

bergantung pada orang lain.

2) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan

untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola

hidupnya.

3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan

status ekonomi dan kondisi fisik.

4) Kesehatan umum (Bandiyah, 2009)

b. Perubahan-perubahan umum dalam penampilan lansia

1) Bagian kepala:

Bentuk mulut berubah akibat kehilangan gigi atau karena

harus memakai gigi palsu, penglihatan agak kabur, mata tak

bercahaya dan sering mengeluarkan cairan, dagu mengendur

tampak berlipat, pipi berkerut, kulit berkerut dan kering, bintik

hitam pada kulit tampak lebih banyak, serta rambut menipis

dan berubah menjadi putih atau abu-abu (Bandiyah, 2009)

2) Bagian tubuh :

Bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut

membesar dan tampak membuncit, pinggul tampak mengendur

dan lebih lebar dibandingkan dengan waktu sebelumnya, garis

pinggang melebar menjadikan badan tampak seperti terisap,

serta payudara bagi wanita menjadi kendur. (Bandiyah, 2009)

3) Bagian persendian :
11

Pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat,

sedangkan ujung tangan tampak mengerut. Kaki menjadi

kendur dan pembuluh darah balik menonjol, terutama ada

disekitar pergelangan kaki. Tangan menjadi kurus kering dan

pembuluh vena disepanjang bagian belakang tangan menonjol.

Kaki membesar karena otot-otot mengendur, timbul benjolan-

benjolan, serta ibu jari membengkak dan bias meradang serta

timbul kelosis. Kuku tangan dan kaki menebal, mengeras, dan

mengapur. Bandiyah, 2009)

Beberapa kemunduran organ tubuh lain seperti yang

disebutkan oleh Kartari yang dikutip Maryam et al (2008),

diantaranya sebagai berikut :

1) Kulit

Kulit berubah menjadi lebih tipis, kering, keriput, dan

elastisitas menurun. Dengan demikian, fungsi kulit sebagai

penyekat suhu lingkungan dan perisai terhadap masuknya

kuman terganggu.

2) Rambut

Rontok, warna menjadi putih, kering, dan tidak

mengkilap. Ini berkaitan dengan perubahan degenerasi kulit.

3) Otot

Jumlah sel otot berkurang, ukurannya mengecil atau

terjadi atrofi sementara jumlah jaringan ikat bertambah,


12

volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya

menurun, serta kekuatannya berkurang.

4) Jantung dan pembuluh darah

Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung

berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus di

jantung dan otak mengalami kekakuan. Lapisan intimia

menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus,

kadar kolesterol tinggi, serta hal lain yang memudahkan

timbulnya penggumpalan darah dan trombosis.

5) Tulang

Pada proses menua, kadar kapur (kalsium) dalam tulang

menurun, akibatnya tulang menjadi keropos (osteoporosis)

dan mudah patah.

6) Seks

Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun

dengan bertambahnya umum.

c. Perubahan umum fungsi pancaindera pada lansia

1) Sistem penglihatan

Ada penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk

melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta

menurunnya sensitivitas terhadap warna. (Bandiyah, 2009)


13

2) Sistem pendengaran

Pada lansia kehilangan kemampuan mendengar bunyi

dengan nada yang sangat tinggi sebagai akibat dari

berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan

saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ basal yang

mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga.

Menurut pengalaman, pria cenderung lebih banyak

kehilangan pendengaran pada masa tuanya dibandingkan

dengan wanita. (Bandiyah, 2009)

3) Sistem perasa

Perubahan penting dalam alat perasa pada lansia adalah

sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa

yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi.

Saraf perasa yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah

banyak sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu terjadi

penurunan sensitivitas papil-papil pengecap terutama

terhadap rasa manis dan asin. (Bandiyah, 2009).

4) Sistem penciuman

Daya penciuman menjadi kurang sejalan dengan

bertambahnya usia, sebagian karena pertumbuhan sel didalam

hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya

bulu rambut di lubang hidung. (Bandiyah, 2009)

5) Sistem peraba
14

Kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indera

peraba di kulit semakin peka. Sensitivitas terhadap sakit

dapat terjadi akibat penurunan ketahanan terhadap ketahanan

terhadap rasa sakit. Rasa sakit tersebut berbeda untuk seriap

bagian tubuh. Bagian tubuh yang ketahanannya sangat

menurun, antara lain adalah bagian dahi dan tangan,

sedangkan pada kaki tidak seburuk kedua organ tersebut.

(Bandiyah, 2009)

d. Perubahan Umum Kemampuan Motorik Pada Lansia

1) Kekuatan Motorik

Penurunan kekuatan yang paling nyata adalah pada

kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang

menopang tegaknya tubuh. Orang lanjut usia lebih cepat

merasa lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk

memulihkan diri dari keletihan dibanding orang yang lebih

muda. (Bandiyah, 2009)

2) Kecepatan Motorik

Penurunan kecepatan dalam bergerak bagi lansia dapat

dilihat dari tes terhadap waktu, reaksi, dan keterampilan

dalam bergerak seperti dalam menulis. Kecepatan dalam

bergerak tampak sangat menurun setelah uisa 60-an.

(Bandiyah, 2009).
15

3) Belajar Keterampilan Baru

Bahkan pada waktu orang lanjut usia percaya bahwa

belajar keterampilan baru akan menguntungkan pribadi

mereka, mereka lebih lambat dalam belajar dibanding orang

yang lebih muda dan hasil akhirnya cenderung kurang

memuaskan. (Bandiyah, 2009)

4) Kekakuan Motorik

Lansia cenderung menjadi canggung dan kaku. Hal ini

menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipengangnya

tertumpah dan terjatuh. Lansia melakukan sesuatu dengan

tidak hati-hati dan dikerjakan secara tidak teratur. Kerusakan

dalam keterampilan motorik terjadi dengan susunan terbalik

terhadap berbagai keterampilan yang telah dipelajari.

Keterampilan yamg lebih dulu dipelajari justru lebih sulit

dilupakan daan keterampilan yang baru dipelajari lebih cepat

dilupakan. (Mubaraq, 2006).

2.1.4 Permasalahan yang terjadi pada Lanjut Usia

Menurut Setiabudhi (2002) yang dikutip Mubaraq, dkk

(2006), permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian

kesejahteraan lanjut usia, ada dua kategori, yakni:

1. Permasalahan Umum

a. Makin banyak jumlah lansia yang berada di bawah garis

kemiskinan.
16

b. Makin lemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota

keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai

dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga professional

pelayanan lanjut usia.

e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan pada lansia.

2. Permasalahan Khusus

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya

masalah fisik, mental maupun sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c. Rendahnya produktifitas kerja lanjut usia.

d. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada

tatanan masyarakat individualistik.

e. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang

dapat mengganggu kesejahteraan fisik lanjut usia.

3. Masalah Kesehatan Utama

Menurut “The National Old People’s Welfare Council”

dalam Nugroho (2002:12), penyakit atau gangguan kesehatan

pada lanjut usia, meliputi:

a. Depresi mental

b. Gangguan pendengaran
17

c. Bronkitis kronis

d. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan

e. Gangguan pada koksa/sendi panggul

f. Anemia

g. Demensia

h. Gangguan pengelihatan

i. Ansietas/kecemasan

j. Dekompensasi kordis

k. Diabetes mellitus

l. Gangguan pada defekasi

4. Peningkatan Stressor

Adapun hal yang dapat mengakibatkan peningkatan stressor

pada lanjut usia, yakni : defisit sensorik, hospitalisasi, tinggal

di rumah perawatan, kesulitan berbicara, kehilangan orang

yang dicintai (anak, teman dan suami/istri), pemindahan benda

yang memiliki arti dan cara kerja yang tidak biasa dilakukan

sebagai mana pada waktu masih muda.

5. Post Power Sindrom

Post power sindrom merupakan suatu keadaan mal

adjusmentmental dari seseorang yang mempunyai kedudukan

“dari ada menjadi tidak ada” dan menunjukkan gejala-gejala

diantaranya frustasi, depresi dan lain sebagainya.


18

2.1.5 Kebutuhan Lanjut Usia

Menurut Depsos RI (2005), kebutuhan lanjut usia terdiri atas :

1. Kebutuhan Biologis

Kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik lanjut usia,

misalnya kebutuhan akan makan dan minum, tempat tinggal, olah

raga, seksual, dan kesehatan.

2. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan yang berkaitan dengan hubungan sosial lanjut usia

dalam:

a. Berinteraksi sosial dengan anak, cucu, dan sesama lanjut usia.

b. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial.

3. Kebutuhan Emosional

Kebutuhan yang berkaitan dengan pengungkapan perasaan

lanjut usia, seperti menyalurkan perasaan suka, duka, cinta, bangga

dihargai, dihormati, bercerita pengalaman, hiburan, rekreasi, dan

memberikan nasehat.

4. Kebutuhan Rohani

Kebutuhan yang berkaitan dengan keinginan untuk

mendapatkan ketenangan jiwa dan kedekatan dengan Tuhan yang

Maha Esa, misalnya kebutuhan melaksanakan ibadah (sembahyang),

memperdalam iman (pengkajian), dan melakukan kegiatan amal ke

panti asuhan, memberi bantuan kepada orang yang tidak mampu.

5. Kebutuhan Intelektual
19

Kebutuhan untuk dapat menambah pengetahuan, keterampilan,

dan mempertahankan daya ingat misalnya kebutuhan membaca buku

dan koran, membuat kerajinan tangan dan sejenisnya.

6. Kebutuhan Ekonomi.

Kebutuhan yang berkaitan dengan pengelolaan penghasilan dan

kekayaan lanjut usia, misalnya mengurus penghasilan, rumah, tanah,

perusahaan, dan harta kekayaan lainnya.

2.2 Konsep Dasar Gastritis

2.2.1 Pengertian

Gastritis adalah proses implamasi pada mukosa dan

submukosa lambung (Sudoyo, 2006 ).

Gastritis berasal dan kata gast berarti gaster lambung,

sedangkan itis adalah radang. Gastritis atau lebih dikenal sebagai

maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti

perut/lambung dan itis berarti inflamasi/peradangan (Anderson, 2008).

Menurut Hembing (2005) gastritis dikenal ( juga dengan

penyakit maag, merupakan peradangan pada dinding mukosa

lambung yang bersifat kronis sehingga dinding lambung menjadi

membengkak, dan luka.


20

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan

1. Anatomi Sistem Pencernaan

Gambar 2.1 Anatomi saluran pencernaan (Syaifuddin, 2006).

a. Mulut adalah rongga yang diikat secara eksternal oleh bibir dan pipi dan

mengarah kepada taring.

b. Faring adalah organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

krongkongan.

c. Osofagus adalah saluran yang menghubungkan faring dengan lambung


21

panjangnya + 25 cm.

d. Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar yang terletak

antara ujung osofagus dan pangkal usus halus. Fungsi lambung yaitu

menampung makanan, mengaduk makanan, memecahnya lebih lanjut

dan mencampurnya dengan sekresi dari kelenjar lambung, untuk

melanjutkan pencernaan makanan dengan bantuan getah bening dan

menyekresi faktor intrinsik.

e. Usus Halus berfungsi sebagai penerima zat-zat makanan yang sudah

dicerna melalui pembuluh darah dan saluran limfe, menyerap protein

dalam bentuk asam amino, karbohidrat diserap dalam bentuk

monosakarida. Usus halus terdiri dari duodenum, yeyenum, ileum.

f. Usus Besar berfungsi menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri

koli dan tempat feses. Usus besar terdiri dari seikum, kolom asenden,

appendiks, kolom transversum, kolon desenden, sigmoid.

g. Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan besar

dengan anus.

h. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rectum dengan dunia luar (Syaifudin.2006).

1. Fisiologi Sistem Pencernaan

Pencernaan meruupakan suatu proses biokimia di dalam tubuh

yang bertujuan mengolah makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang

mudah diserap mukosa usus, setiap enzim bekerja dan menyaring

makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap makanan lainnya


22

misalnya enzim ptialin bekerja atas gula sedangkan pepsin bekerja atas

protein. (Ngastiyah, 2005).

Pada penyakit gastritis bagian yang terserang adalah lambung

dan usus, refleks buang air besar mulai dari pengembangan akut

rectum di bawah pusat supra spiral dan kontraksi sigmoid akan

meningkatkan tegangan rectum. Bersamaan dengan kontraksi tersebut

terjadi relaksasi otot spinter ani eksterna yang akan menyebabkan

pengeluaran feces atau tinja. (Ngastiyah, 2005).

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi

sebagai berikut :

1. Menerima makanan (Mulut)

2. Memecah makanan menjadi zat-zat gizi (Mulut, Tenggorokan,

Kerongkongan & Lambung)

3. Menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah (Usus)

4. Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan,

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar

saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut, Tenggorokan dan Kerongkongan

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan

dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.


23

Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan

pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan

lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di

kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-

bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah

akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan

enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga

mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang

memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses

menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

2. Lambung

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan

berbentuk seperti kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu

kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam lambung

dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang

bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter

menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam

kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi

secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

a.Lender asam klorida (HCl) prekursor pepsin (enzim yang


24

memecahkan protein)

b. Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh

asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa

menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya

tukak lambung.

c.Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang

diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman

lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang

terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

3. Usus Halus

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.

Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus

dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,

duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk

berhenti mengalirkan makanan.

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-

zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus

melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang

membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim

yang mencerna protein, gula dan lemak.

4. Pankreas
25

Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan

dasar :

a. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

b. Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum

dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang

dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat

dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam

bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam

bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai

saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar

sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum

dengan cara menetralkan asam lambung.

5. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki

berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan

pencernaan.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang

kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler

ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan

vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati

sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-

pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk


26

diolah.

Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi,

setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke

dalam sirkulasi umum.

6. Kandung Empedu dan Saluran Empedu

Empedu memiliki 2 fungsi penting :

a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,

terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari

penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol

7. Usus Besar

Usus besar terdiri dari :

a. Kolon asendens (kanan)

b. Kolon transversum

c. Kolon desendens (kiri)

d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

e. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar

berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu

penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-

zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi


27

normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus

besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan

dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

8. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus

besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya

rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih

tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens

penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan

anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan

anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam

pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Suatu

cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.

(Suzanne, 2002).

2.2.3 Klasifikasi

1. Gastritis Akut

Merupakan kelainan klinis akut akibat diet yang tidak teratur.

2. Gastritis Kronis
28

Merupakan inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh

ulkus begina atau maligna dari lambung,atau oleh bakteri

Helicobacter pylory (Suzanne, 2002).

2.2.4 Etiologi

Menurut David (2008) gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme

pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya

dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan

terjadinya gastritis antara lain :

1. Infeksi bakteri

Sebagian besar populasi dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori

yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi

dinding lambung.

2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.

Obat analgetik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibu

profen dan naproxin dapat menyebabkan peradangan pada

lambung dengan cara mengurangi prostaklandin yang bertugas

melindungi dinding lambung.

3. Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa dalam dinding

lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap

asam lambung walaupun dalam kindisi normal.

4 . P e n g g u naan kokain

Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan


29

dan gastritis.

5. Stress fisik

Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau

infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta

pendarahan pada lambung.

6. Kelainan autoimmune

Autoimmune autrophic gastritis terjadi ketika Sistem kekebalan

tubuh menyerang sel - sel sehat yang berada dalam dinding

lambung.

7. Crohn’s disease

Walaupun penyakit ini biasanya menyebahkan peradangan kronis

pada dinding saluran cerna, namun kadang - kadang dapat juga

menyebabkan peradangan pada dinding lambung.

1. Radiasi and kometerapi

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat

menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang

selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.

2. Penyakit bile reflux

Bile (empedu) adalan cairan yang membantu mencerna lemak -

lemak dalam tubuh. Cairan ini di produksi oleh hati. Ketika di

lepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan

menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal sebuah otot

sphincher yang berbentuk seperti cincin (pylorik valve) akan


30

mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika

katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke

dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastriftis.

3. Faktor-faktor lain

Gastritis sering juga di kaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya

seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati/ginjal.

2.2.5 Patofisiologi

Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis di akibatkan oleh

ketidak seimbangan antara faktor-fakto pencernaan, seperti asam

lambung dan pepsin dengan produksi mukous, bikarbonat dan

aliran darah (Hadi, 2007).

Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi fase sefalik,

gastric, dan. Intestinal.

1. Fase sefalik

Makanan masuk kedalam lambung sebagai akibat dari melihat,

mencium, pemikir, dan mengecap makanan. Fase ini diperantarai

seluruhnya oleh saraf fagus. .Impuls eferen kemudian

dihantarkan melalui saraf fagus ke lambung. Hasilnya, kelenjar

gastrik dirangsang rnengeluarkan asam HCI & pepsinogen.

2. Fase gastric

Saat makanan mencapai atrum pylorus, atrum menyebabkan

terjadinya rangsangan mekanis dari resptor-reseptor pada dinding

lambung. Impuis merangsang pelepasan hormon gastrin dan


31

secara langsung merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Gastri

merupakan hormon yang menyebabkan lambung terus menerus

mensekresikan cairan lambung.

3. Fase intestinal

Dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Selama

pencernaan terjadi dalam usus, sekresi asam klorida terus

meningkat BAO (Basal Acid Output).


32

2.2.7 Pathway
Asam dalam lumen, empedu, ASA, sepsis alkohol, dll

Penghancuran epitel sawar

Asam kembali berdifusi ke mukosa

Penghancuran epitel mukosa

Asam dalam lambung meningkat histamin meningkat

Peningkatan Potilitas pepsinogen-pepsin

Fungsi sawar menurun Perangsangan kolinergik

Peningkatan potolitas pepsinogen


Meningkatkan
vasodilatasi
Permiabilitasi terhadap
protein

Penghancur kapiler dan vena kecil Plasma bocor ke


intestinum
Edema
Plasma bocor ke
lambung
Pendarahan

Resiko infeksi
Mual muntah Hematemesis

Nutrisi kurang dari Kurangnya pengetahua


kebutuhan tubuh dan informasi Nyeri akut

Ansietas
33

Gambar 2.2 Patway Gastritis (Hadi, 2007).

2.2.8 Tanda dan Gejala

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastriurn, mual, muntah,

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula

pendarahan pada saluran cerna berupa hematemesis dan melena,

kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan

Ulserasi superficiai yang menimbulkan hemorrhagic, ketidak-

nyamanan abdomen (mual,anoreksia), muntah serta cegukan, dan dapat

terjadi kolik dan diare (Suzanne, 2002)

2.2.9 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori

dalam darah. Hasil tes yang pasti pasien pernah kontak dengan bakteri

pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa

pasien terinfeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa

anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.

2. Pemeriksaan Pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh

bakteri H. pylori atau tidak.

3. Pemeriksaan Feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau

tidak. Hasil yang positif terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga


34

dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan

adanya penyakit.

4. Endoskopi saluran cerna bagian atas.

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada

saluran mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan

cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel dan masuk

ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil.

Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan endoskop

dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes

ini. Jika ada jaringan dalam saluran mencurigakan, dokter akan

mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel

itu kemudian akan untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang

lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh

selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi

menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak

Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada

tenggorokan akibat menelan endoskop.

5. Rontgen saluran cerna bagian atas.

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau

penyakit pencernaan lain diminta menelan cairan barium terlebih

dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran

cerna dan ketika di rontgen. (Suzanne, 2002).

2.2.10 Penatalaksanaan
35

1. Gastritis Akut

Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien

untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang.

Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi

dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara

parenteral. Bila pendarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah

serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran

gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna

makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari

pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum

(misalnya aluminium hidroksida ), untuk menetralisasi digunakan jus

lemon encer atau cuka encer.

Bila Korosi luas atau berat, emetic dan lavase dihindari

karena bahaya perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi,

analgesik dan sedatif, antasida serta cairan intravena. Endoskopi

fiber optik mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau

jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambung

mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus (Suzanne,

2002).

2. Gastritis Kronis

Gastritis kronis diatas dengan memodifikasi diet pasien,

meningkatkan istirahat, mengurangi stress, dan memulai


36

farmakoterapi. H. pyiori dapat diatasi dengan antibiotik (seperti

tetrasiklin atau amaksisilin) dan gara- bismuth (Pepto-

Bismol). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami

malabsorpsi vitamin B12 yang disebabkan olen adanya antibody

terhadap faktor intrinsic (Suzanne, 2002).

2.2.11 Komplikasi

Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat

menyebabkan peptic uIcers dan pendarahan pada lambung.

Beberapa bentuk meningkatkan resiko kanker lambung, terutama

jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung

dan dinding lambung.

Kebanyakan kanker lambung adalan adenocarcinomas, yang

bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas

akibat infekst H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan

infeksi akibat H. Pylori. Akibat MALT (mucosa associated

iymph) kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan

sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat pada

tahap awal (Sudoyo.2006 ).

2.2.12 Pencegahan

Walaupun infeksi H. Pylori tidak dapat selalu dicegah,

berikut ini penerapan saran untuk dapat mengurangi resiko terkena

gastritis menurut David (2008) adalah :

1. Makan secara benar


37

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan

yang pedas, asam, gorengan atau pentingnya dengan pemilihan

jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara

memakannya. Masak yang cukup, pada waktunya dan lakukan

dengan santai.

2. Hindari alkohol

Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan

mukosa dalam lambung dan peradangan dan pendarahan.

3. Jangan merokok

Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat

lambung lebih rentan terhadap. Merokok juga meningkatkan asam

lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan

penyebab lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah

mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan metode yang

dapat membantu untuk berhenti merokok.

4. Lakukan olah raga secara teratur

Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernapasan dan

Jantung, juga dapat usus sehingga membantu mengeluarkan

limbah makanan dari usus secara lebin cepat.

5. Kendalikan stress

Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,

menurunkan sistem kekebalan tubuh terajadinya permasalahan kulit.

Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan


38

kecepatan bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya

adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara istirahat yang

cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.

6. Ganti obat penghilang nyeri

Bika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS, obat-obat

golongan ini akan peradangan dan akan membuat peradangan yang

sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri

acetaninophen

6. Ikuti rekomendasi dokter. (Sudoyo, 2006 ).

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gastritis

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang lansia yang di

binanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan lansia. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang

perlu dilakukan, yaitu dalam pengkajian meliputi dua tahap :

Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan

melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang

masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia

di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan penaggung

jawab kelompok lansia, kultural, kelompok masyarakat, serta petugas

kesehatan. (Dongoes, 2005)


39

Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format

pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan keberadaan

lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal terdiri atas :

data dasar (identitas, alamat, usia, pendidikan,pekerjaan, agama dan

suku bangsa ), data biopsikososial spiritual kultural, lingkungan, status

agama, fungsional, fasilitas penunjang, kesehatan yang ada, serta

pemeriksaan fisik. (Bandiyah, 2009).

Tujuan Pengkajian adalah :

1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.

2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu.

3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.

4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek :

1. Fisik

Wawancara :

a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya

b. Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia

c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri

d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan

pendengaran

e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil.

f. Kebiasaan gerak badan/olah raga/ senam lanjut usia.

g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna


40

dirasakan.

h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan

kebiasaan dalam minum obat.

i. Masalah-masalah seksual yang dirasakan

Pemeriksaan fisik :

a. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh

b. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu :

1) Head to toe

2) Sistem tubuh

2. Psikologis

a. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.

b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.

c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

d. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan

e. Bagaimana mengatasi stres yang dialami.

f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.

g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.

h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.

i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif : daya ingat, proses

pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam

penyelesaian masalah.

3. Idenfikasi masalah emosional


41

Ada dua tahap pertanyaan yaitu :

Tahap I :

1. Apakah lansia mengalami susah tidur ?

2. Ada masalah/banyak pikiran ?

3. Apakah lansia murung/menangis sendiri ?

4. Apakah lansia sering was-was/kuatir ?

Tahap II :

1. Keluhan lebih 3 bulan/lebih dari 1 bulan, 1 kali dalam satu

tahun ?

2. Ada masalah/banyak pikiran ?

3. Ada gangguan/masalah dengan orang lain ?

4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?

5. Cenderung mengurung diri ?

4. Pengkajian Kognitif (MMS)

Tabel 2.1 Pengkajian Kongnitif pada Lansia


Aspek Nilai Nilai
No. Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1. Oreintasi 5 Menyebutkan dengan benar:
Tahun :
Musim :
Tanggal :
Hari :
Bulan :
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara :
Provinsi :
Kabupaten / kota :
Panti :
Wisma :

3. Register 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :


kursi, meja kertas), kemudian
42

ditanyakan kepada klien,


menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
4 Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung mulai
kalkulasi dari 100 kemudain kurangi 7
sampai 5 tingkat
Jawaban :
1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 Meminta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke -2
( tiap poin nilai 1 )
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien untuk
tentang benda ( sambil
menunjukkan benda tersebut )
1.
2.
Meminta klien untuk mengulangi
kata beikut :
Tidak ada, dan jika, atau tetapi )
Klien menjawab :
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri 3
langkah
Ambil kertas ditangan anda, lipat
dua dan taruh dilantai:
1.
2.
3.
Perintah pada klien untuk hal
berikut ( bila aktifitas sesuai
perintah satu poin (tutup mata
anda)

Perintah kepada klien untuk


menulis kalimat dan menyalin
gambar.

Total nilai 30
(Sumber:Bandiyah, 2009)
43

Interpretasi hasil :

24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : gangguan kognitif sedang

0 – 17 : gangguan kognitif berat (Sumber: Nugroho, 2000)

6. Pengkajian Status Mental

Tabel 2.2 Pengkajian Status Mental


No Pertanyaan SPMSQ Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa presiden indonesia
sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangannya 3 dari setiap
angka baru, secara
menurun ?

Total Nilai 10
(Sumber: Bandiyah, 2009)

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual ( pengetahuan ) dengan

menggunakan SPMSQ ( Short Portable Mental Quessioner )

Pertanyaan SPMSQ :

Kriteria SPMSQ :

Kesalahan 0 -3 = fungsi intelektual utuh

Kesalahan 4 -5 = kerusakan intelektual ringan

Kesalahan 6 -8 = kerusakan intelektual sedang

Kesalahan 9 -10 = kerusakan intelektual berat (Bandiyah, 2009)


44

7. Pengkajian Status Fungsional

Pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk pengukuran

kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-

hari secara mandiri.

Pengkajian ini menggunakan Indeks Kemandirian Kartz untuk

aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi

fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam hal makan, kontinen

(defekasi/berkemih ), berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan

mandi. (Bandiyah, 2009)

8. Aktifitas dan Latihan

Kemampuan perawatan diri :

Skor : 0 = mandiri, 1 = dibantu sebagian, 2 = perlu bantuan orang

lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4 = tergantung/ tidak

mampu.

Tabel 2.3 Aktivitas Dan Latihan


Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
(Kartika, 2009)

9. Sosial ekonomi

a. Darimana sumber keuangan lanjut usia.


45

b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.

c. Dengan siapa dia tinggal.

d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia.

e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.

f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar

rumah.

g. Siapa saja yang biasa mengunjungi

h. Seberapa besar ketergantungannya

i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas

yang ada.

10. Spiritual

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinan agamnya.

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam

kegiatan keagamaan, misalnya pengkajian dan penyantuan anak

yatim atau fakir miskin.

c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah

dengan berdoa.

d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal.

Pengkajian Tanda-Tanda Vital:

a) Temperatur

1. Mungkin serendah 95 F ( hipotermi ) ± 35 °C

2. Lebih teliti diperiksa disublingual


46

b) Pulse ( denyut nadi )

1. Kecepatan, irama, volume

2. Apikal, radial, pedal.

c) Respirasi

1. Kecepatan, irama, dan kedalaman

2. Tidak teraturnya pernafasan

d) Tekanan darah

1. Saat baring, duduk, berdiri

2. Hipotensi akibat posisi tubuh

e) Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir

f) Tingkat orientasi

g) Memory ( ingatan )

h) Pola tidur

i) Penyesuaian psikososial.

Tabel 2.1 Analisa Data


NO SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 Data Subyektif Infeksi mukosa Nyeri akut
a. Pasien biasanya lambung
mengeluh nyeri pada
perut
Data Obyektif Gangguan difus
a. Nyeri tekan abdomen mukosa
b. Perut tampak bengkak
c. Pasien tampak pucat
d. Pasien tampak meringis Peningkatan asam
lambung

Peradangan mukosa
lambung
47

Nyeri
2 Data Subyektif: Peradangan mukosa Gangguan
a. Pasien biasanya lambung pemenuhan
mengeluh nafsu makan nutrisi kurang
menurun dari kebutuhan
b. Pasien biasanya Aktivitas lambung
NO SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
mengeluh mual muntah meningkat
Data Obyektif:
a. Pasien tampak lemah Asam lambung
b. Pasien tidak mau makan meningkat
c. Mual, muntah
d. BB klien menurun
e. Nampak sisa makanan Anoreksia, mual,
yang disediakan RS muntah
Wajah pucat
3 Data Subyektif: Helicobacter pylori Hipertermi
a. Klien mengeluh demam
tinggi
Data Obyektif:
a. Akral hangat Infeksi mukosa
b. Suhu diatas 39 C
o
lambung
c. Klien tampak berkeringat
d. Badan teraba panas
e. Nyeri pada otot
Peradangan mukosa
lambung
4 Data Subyektif: Peradangan mukosa Gangguan
a. Klien biasanya mual dan lambung keseimbangan
muntah dan klien merasa cairan dan
haus elektrolit
Data Obyektif: Aktivitas lambung
a. Mukosa bibir kering dan meningkat
pecah-pecah
b. Turgor kulit menurun
c. Klien tampak lemah Asam lambung
d. Tampak pucat meningkat

Anoreksia, mual,
muntah

Masukan cairan tidak


adekuat
48

NO SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM


5 Data Subyektif: Proses penyakit Cemas
a. Klien biasanya sangat ↓
khawatir dengan Kurang pengetahuan
kondisinya ↓
b. Klien sering bertanya- Ansietas
tanya tentang kondisinya
Data Obyektif:
a. Klien tampak tegang
b. Klien tampak gelisah
c. Klien terus bertanya
tentang penyebab
penyakitnya

(Suzanne, 2008)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah (Carpenito, 2007).

Menurut Wilkinson (2008) Diagnosa keperawatan yang sering

muncul pada pasien Gastritis antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan mukosa lambung

ditandai dengan Pasien biasanya mengeluh nyeri pada perut, Nyeri


49

tekan abdomen, Perut tampak bengkak, Pasien tampak pucat, Pasien

tampak meringis

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia ditandai dengan Pasien biasanya mengeluh nafsu

makan menurun, Pasien biasanya mengeluh mual muntah, Pasien

tampak lemah, Pasien tidak mau makan, Mual, muntah, BB klien

menurun, Nampak sisa makanan yang disediakan RS,Wajah pucat

3. Hipertermi berhubungan dengan peradangan mukosa lambung

ditandai dengan Klien mengeluh demam tinggi, Akral hangat, Suhu

diatas 39oC, Klien tampak berkeringat, Badan teraba panas, Nyeri

pada otot

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

masukan cairan tidak adekua ditandai dengan Klien biasanya mual

dan muntah dan klien merasa haus, Mukosa bibir kering dan pecah-

pecah, Turgor kulit menurun, Klien tampak lemah, Tampak pucat.

Cemas b/d kurang informasi, kesalahan interpretasi, ketidakbiasaan

terhadap sumber-sumber informasi

2.3.3 Rencana Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam, 2008).


50

Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu

dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan

intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana keperawatan

merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada

klien.

Tabel 2.2 Rencana tindakan keperawatan

N Diagnosa Tujuan/ Rencana Rasional


51

o keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan


1 Nyeri akut Setelah a. Kaji mengenai a. Untuk memudahkan
berhubungan dilakukan lokasi nyeri, dalam membuat
dengan tindakan frekuensi, intervensi
peradangan keperawatan intensitas,
mukosa selama 3x24 penyebaran,
lambung jam tingkat
ditandai diharapkan kegawatan dan b. Mengurangi
dengan nyeri klien keluhan-keluhan kebutuhan metabolik
Pasien berkurang/hil pasien dan melindungi hati.
biasanya ang.
mengeluh Kriteria hasil: b. Pertahankan tirah c. Latihan napas dalam
nyeri pada a. Rasa baring ketika dan relaksasi otot-otot
perut, Nyeri nyeri pasien dapat mengurangi
tekan berkuran mengalami ketegangan saraf
abdomen, g/hilang gangguan rasa sehingga pasien
Perut tampak b. Pasien nyaman pada merasa lebih rileks.
bengkak, melapork abdomen. d. Meminimalkan
Pasien an rasa c. Ajarkan latihan pembentukan asites
tampak nyeri dan teknik relaksasi lebih lanjut.
pucat, Pasien gangguan seperti latihan e. Memantau perubahan
tampak rasa napas dalam dan pada pembentukan
meringis nyaman relaksasi otot- asites dan
jika otot. penumpukan cairan.
terasa. d. Kurangi asupan f. Meningkatkan
c. Pasien natrium dan pemahaman dan
tampak cairan jika kerjasama pasien
lebih diinstruksikan. dalam menjalani dan
rileks melaksanakan
e. Ukur dan catat
pembatasan cairan.
lingkar perut
g. Mengurangi
setiap hari.
iritabilitas traktus
gastrointestinal dan
f. Jelaskan rasional nyeri serta gangguan
pembatasan
rasa nyaman pada
natrium dan
abdomen.
cairan.

g. Kolaborasi
dalam pemberian
obat
antipasmodik
dan sedative.
N Diagnosa Tujuan/ Rencana Rasional
o keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
2 Gangguan Setelah a. Ukur masukan a. Memberikan
pemenuhan dilakukan diet harian informasi tentang
nutrisi tindakan dengan jumlah kebutuhan pemasukan
kurang dari keperawatan kalori defisiensi.
kebutuhan selama 3x24 b. Bandingkan b. Lipatan trisep
52

berhubungan jam perubahan berguna dalam


dengan diharapkan status cairan, mengkaji perubahan
anoreksia nutrisi klien riwayat BB, massa otot dan
ditandai terpenuhi dan ukuran kulit simpanan lemak
dengan tidak terjadi trisep. subkutan.
Pasien anoreksia c. Bantu pasien c. Diet yang tepat
biasanya dengan untuk makan, penting untuk
mengeluh Kriteria hasil: jelaskan tipe penyembuhan bila
nafsu makan a. Pasien diet. Beri pasien keluarga terlibat dan
menurun, menunju makan bila makanan yang disukai
Pasien kkan mudah lelah, mungkin makan lebih
biasanya peningkat pertimbangkan baik.
mengeluh an nafsu pilihan
mual makan makanan yang d. Pasien mungkin
muntah, dan disukai. hanya makan sedikit
Pasien mempert d. Anjurkan pasien karena kehilangan
tampak ahankan untuk makan- minat pada makanan
lemah, berat makanan dan mengalami mual,
Pasien tidak badan tambahan kelemahan umum,
mau makan, b. Menghab missal : susu, malaise.
Mual, iskan roti. e. Buruknya toleransi
muntah, BB porsi terhadap makan
klien yang e. Beri pasien banyak mungkin
menurun, disediaka makan sedikit berhubungan dengan
Nampak sisa n RS tapi sering peningkatan tekanan
makanan c. Tampak intra abdomen.
yang lebih f. Batasi masukan f. Menurunkan iritasi
disediakan segar kafein, makanan
gaster/diare dan
RS,Wajah d. Tidak yang
ketidaknyamanan
pucat mengala menghasilkan
abdomen yang dapat
mi tanda gas atau
menganggu
mal berbumbu dan
pemasukan
nutrisi. terlalu panas
oral/pencernaan.
atau terlalu
g. Pasien cenderung
dingin.
mengalami
g. Berikan
perdarahan dari
makanan lunak,
varises esophagus
hindari
dapat terjadi pada
makanan keras
sirosis berat.
sesuai indikasi
h. Pasien cenderung
h. Berikan mengalami luka dan
perawatan perdarahan gusi dan
mulut sering rasa tidak enak pada
dan sebelum mulut dimana
makan. menambah anorexia.
i. Tingkatkan i. Penyimpanan energi
periode tidur menurunkan
tanpa gangguan, kebutuhan metabolic
khususnya pada hati dan
meningkatkan
53

sebelum makan. regenerasi seluler.


j. Glukosa menurun
menurun karena
N Diagnosa Tujuan/ Rencana Rasional
o keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
Kolaborasi gangguan
j. Awasi glikogenesis,
pemeriksaan penurunan
laboratorium, penyimpanan
contoh : glikogen atau
Glukosa serum, masukan tak
albumim, total adequate, protein
protein. menurun karena
gangguan
metabolisme,
penurunan sistem
hepatic atau
k. Pertahankan kehilangan kerongga
status puasa bila peritoneum,
diindikasikan. peningkatan kadar
ammonia perlu
l. Konsul dengan pembatasan masukan
ahli gizi untuk protein untuk
memberikan mencegah komplikasi
diet tinggi serius.
dalam kalori k. Pada awalnya
dan karbohidrat pengistirahatan GI
sederhana diperlukan untuk
rendah lemak menurunkan
dan tinggi kebutuhan pada hati
protein. dan produksi
ammonia/urea GI.
m. Berikan obat l. Makanan tinggi kalori
sesuai indikasi di butuhkan pada
kebanyakan pasien
yang pemasukannya
dibatasi, karbohidrat
memberikan energi
yang siap pakai,
lemak diserap dengan
buruk karena
disfungsi hati.
m. Pasien biasanya
kekurangan vitamin
karena diet yang
buruk sebelumnya.
3 Hipertermi Setelah a. Observasi tanda- a. Tanda-tanda vital
berhubungan tanda vital : suhu, merupakan acuan untuk
dengan dilakukan nadi, tekanan mengetahui keadaan
peradangan darah, respirasi umum klien.
54

mukosa tindakan b. Berikan


lambung penjelasan tentang b. Penjelasan tentang
ditandai 3x24 jam penyebab demam kondisi yang dialami
dengan atau peningkatan klien dapat mengurangi
Klien diharapkan suhu tubuh kecemasan klien
mengeluh c. Berikan
demam suhu tubuh penjelasan pada c. Untuk mengatasi
tinggi, Akral klien dan keluarga demam dan
hangat, Suhu kembali tentang hal-hal menganjurkan klien dan
diatas 39oC, yang dilakukan. keluarga untuk lebih
Klien normal d. Jelaskan kooperatif.
tampak pentingnya tirah d. Keterlibatan keluarga
berkeringat, dengan baring bagi klien sangat berarti dalam
Badan teraba dan akibatnya jika proses penyembuhan
panas, Nyeri kriteria : hal itu tidak klien dirumah sakit.
pada otot a. Suhu dilakukan
tubuh e. Anjurkan klien
normal untuk banyak
(36-37C) minum
b. Klien
bebas
demam
c. Nyeri otot
hilang
d. Turgor
kulit
lembab
e. Tidak ada
ptekia
N Diagnosa Tujuan/ Rencana Rasional
o keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
f. Klien f. kurang lebih 2,5-3 e. Peningkatan suhu tubuh
tidak liter/hari dan mengakibatkan
berkeringa jelaskan penguapan cairan
t lagi mamfaatnya. cairan tubuh meningkat
g. Berikan kompres sehingga perlu
dingin dan diimbangi dengan
anjurkan memakai asupan cairan yang
pakaian yang tipis. banyak
f. Kompres dingin akan
Berikan therapy dapat membantu
Antipiretik sesui menurunkan suhu tubuh
dengan program dan pakaian yang tipis
dokter. akan dapat membantu
meningkatkan
penguapan panas tubuh.
Antipiretik yang
mempunyai reseptor di
Hypothalamus dapat
meregulasi tubuh
55

sehingga suhu tubuh


diupayahkan mendekati
suhu normal.
4 Gangguan Setelah a. Awasi vital sign a. Vital sign membantu
keseimbanga dilakukan tin tiap 3 jam/sesuai fluktuasi cairan intra
n cairan dan dakan selama indikasi vaskuler
elektrolit 3x24 jam b. Obsevasi capillary b. Indikasi keadekuatan
berhubungan diharapkan refill sirkulasi perifer
dengan tidah terjadi c. Observasi intake c. Penurunan haluaran
masukan deficit dan output, Catat urinepekat dengan
cairan tidak volume warna peningkatan BJ
adekuat cairan urine/konsentrasi, diduga dehidrasi
ditandai denagan BJ d. Untuk memenuhi
dengan criteria: d. Anjurkan untuk kebutuhan cairan
Klien a. Input dan minum 1500-2000 tubuh, peroral
biasanya ouput Ml/hari (sesuai e. Meningkatkan jumlah
mual dan seimbang toleransi) cairan tubuh,untuk
muntah dan b. Vital sign e. Kolaborasi mencegah hipolemik
klien merasa dalam pemberian cairan syok
haus, batas intravena
Mukosa normal
bibir kering c. mukosa
dan pecah- bibir tidak
pecah, kering lagi
Turgor kulit dan tidak
menurun, pecah-
Klien pecah
tampak
lemah,
Tampak
pucat.

N Diagnosa Tujuan/ Rencana Rasional


o keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
5 Cemas b/d Setelah a. Kaji ulang proses a. Memberikan dasar
kurang dilakukan penyakit/prognosi pengetahuan pada
informasi, tindakan s harapan yang pasien yang dapat
kesalahan keperawatan akan datang membuat pilihan
interpretasi, selama 3x24 b. Tekankan informasi
ketidakbiasa jam pentingnya b. Alkohol
an terhadap diharapkan menghindari menyebabkan
sumber- Pasien dan alkohol. Berikan terjadinya sitosis
sumber keluarga informasi tentang
informasi mengutaraka pelayanan
n masyarakat yang
pemahamann ada untuk
ya tentang membantu dalam
kondisi, rehabilitas
prognosis, c. Beberapa obat bersifat
alkohol sesuai
hepatotoksik
56

pengobatan indikasi (khususnya narkotik,


dan c. Informasikan sedatif dan hipnotik ).
perawatan pasien tentang Selain itu kerusakan
yang efek gangguan hati telah menurunkan
dibutuhkan karena obat pada kemampuan
oleh pasien sitosis dan
dengan pentingnya
Kriteria hasil: penggunaan obat d. Metabolisme semua
a. Klien hanya yang obat, potensi efek
menyataka diresepkan atau akumulasi atau
n mengerti dijelaskan oleh meningkatnya
tentang dokter yang kecenderungan
kondisi mengenal riwayat perdarahan
penyakitn pasien e. Pemasangan pirau
ya d. Kaji ulang Denver memerlukan
b. Klien prosedur untuk pemompaan bilik
tenang mempertahankan untuk
dengan fungsi pisau mempertahankan
ekspresi peritoneovena potensi alat. Pasien
wajah e. Tekankan dengan pirau leveen
yang pentingnya nutrisi dapat menggunakan
rileks yang baik pengikat abdomen
anjurkan atau melakukan
menghidari gerakan valsalua
bawang dan keju untuk
padat, berikan memepertahankan
intruksi diet fungsi paru
khusus f. Pemeliharaan diet
yang tepat dengan
menghindari makanan
tinggi amonia
f. Tekankan membantu perbaikan
perlunya gejala dan membantu
mengevaluasi mencegah kerusakan
kesehatan dan hati. Instruksi tertulis
mentaati program akan membantu
terpeutik pasien sebagai
rujukan

N Diagnosa Tujuan/ Rencana Rasional


o keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
dirumah
g. Diskusikan g. Sifat penyakit kronis
pembatasan mempunyai potensial
natrium dan untuk komplikasi
garam serta mengancam hidup.
perlunya Memberikan
membaca label kesempatan untuk
57

makanan/obat evaluasi keefektifan


yang dijual bebas program termasuk
potensi pirau yang
digunakan
h. Dorong h. Meminimalkan asites
menjadwalkan dan pembentukan
aktivitas dengan lemak, penggunaan
periode istrihat berlebihan bahan
adekuat tambahan
mengakibatkan
ketidak seimbangan
elektrolit lain
makanan pruduk yang
dijual bebas/ pribadi
(contoh antasida,
i. Tingkatkan beberapa pembersih
aktivitas hiburan mulut) dapat
yang dapat mengandung natrium
dinikmati pasien tinggi atau alcohol

i. Istirahat adekuat
j. Anjurkan menurunkan
menghindari kebutuhan metabolik
infeksi khususnya tubuh dan
ISK meningkatkan
k. Identifikasi simpangan energi
bahaya untuk regenerasi
lingkungan jaringan
contoh karbon
tetraklorida tipe j. Mencegah kebosanan
pembersih, dan meminimalkan
terpajan pada ansietas dan depresi
hepatitis k. Penurunan pertahanan
gangguan status
l. Anjurkan nutrisi dan
pasien/orang responsium (contoh
terdekat melihat leucopenia, dapat
tanda/gejala yang terjadi pada
perlu splenomegali)
pemberitahuan potensial risiko
pada pemberi infeksi
perawatan. l. Dapat mencetus
Contoh kekambuhan
peningkatan
lingkar abdomen
penurunan/

N Diagnosa Tujuan/ Rencana Rasional


o keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
58

peningkatan berat m. Pelaporan segera


badan cepat ; tentang gejala
peningkatan menurunkan resiko
edema priver ; kerusakan hati lebih
peningkatan lanjut dan
dispenea ; memberikan
demam ; darah kesempatan untuk
pada feses atau mengatasi komplikasi
urine sebelum mengancam
m. Intruksi hidup.
orang terdekat
untuk
memberitahu
pemberi
perawatan akan
adanya bingung,
tidak rapi, tidur
berjalan, fremor,
atau perubuahan
kepribadian
n. Diskusikan Dirumah
pembatasan n. Sifat penyakit kronis
natrium dan mempunyai potensial
garam serta untuk komplikasi
perlunya mengancam hidup.
membaca label Memberikan
makanan/obat kesempatan untuk
yang dijual bebas evaluasi keefektifan
program termasuk
potensi pirau yang
o. Dorong digunakan
menjadwalkan o. Meminimalkan asites
aktivitas dengan dan pembentukan
periode istrihat lemak, penggunaan
adekuat berlebihan bahan
tambahan
mengakibatkan
ketidak seimbangan
elektrolit lain
makanan pruduk yang
dijual bebas/ pribadi
(contoh antasida,
p. Tingkatkan beberapa pembersih
aktivitas hiburan mulut) dapat
yang dapat mengandung natrium
dinikmati pasien tinggi atau alcohol

p. Istirahat adekuat
q. Anjurkan menurunkan
menghindari kebutuhan metabolik
59

infeksi khususnya tubuh dan


ISK meningkatkan
simpangan energi
untuk regenerasi
jaringan

q. Mencegah kebosanan
dan meminimalkan
ansietas dan depresi
N Diagnosa Tujuan/ Rencana Rasional
o keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
r. Identifikasi r. Penurunan pertahanan
bahaya gangguan status
lingkungan nutrisi dan
contoh karbon responsium (contoh
tetraklorida tipe leucopenia, dapat
pembersih, terjadi pada
terpajan pada splenomegali)
hepatitis potensial risiko
s. Anjurkan infeksi
pasien/orang s. Dapat mencetus
terdekat melihat kekambuhan
tanda/gejala yang
perlu
pemberitahuan
pada pemberi
perawatan.
Contoh
peningkatan
lingkar abdomen
penurunan/
peningkatan berat
badan cepat ;
Sumber: Suzanne, 2008

2.3.4 Tindakan Keperawatan

Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap keempat dalam proses

keperawatan, merupakan tahap dimana peran perawat merealisasikan

rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan yang nyata,

langsung pada klien. Tindakan keperawatan itu sendiri merupakan


60

pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah ditentukan dengan

maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. (Lukman, 2009)

Dalam tahap pelaksanaan ini, perawat tidak hanya

melakukan tindakan keperawatan saja, tetapi juga melaporkan tindakan

yang telah dilakukan tersebut, sekaligus dengan respon klien dan

mendokumentasikannya ke dalam catatan perawatan klien. (Lukman,

2009).

Tindakan perawatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan

pada dasarnya harus disesuaikan dengan intervensi yang ada pada tahap

perencanaan. Namun tidak selamanya hal tersebut dapat dilakukan,

tergantung pada beberapa faktor, antara lain: keadaan klien, fasilitas

atau alat yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat, ketersediaan

waktu serta lingkungan fisik dimana keperawatan tersebut dilakukan.

(Lukman, 2009)

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses

keperawatan, evaluasi dalam proses penilaian pencapaian tujuan serta

pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi merupakan aspek yang

penting dari proses keperawatan, karena kesimpulan yang didapat dari

evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan dihentikan/

dilanjutkan/diubah (dimodivikasi). (Smeltzer, 2001).

Tolak ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap

evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap


61

perencanaan. Dengan patokan pada kriteria tersebut, dinilai apakah

masalah teratasi sebelumnya, sebagian, atau belum sama sekali atau

malah timbul masalah baru, jika masalah telah teratasi maka intervensi

keperawatan dihentikan, jika masalah belum teratasi atau malah timbul

masalah baru, maka intervensi keperawatan diubah atau dimodivikasi.

(Lukman, 2009).

Penilaian dan kesimpulan tersebut dituangkan dalam catatan

perkembangan klien dan diuraikan berdasarkan urutan SOAP yaitu:

S: Subjektif :Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan

klien secara objektif setelah diberikan tindakan

keperawatan.

O: Objektif :Keadaan subjektif yang di identifikasikan oleh

perawat menggunakan pengamatan yang objektif

setelah implementasi kaperawatan.

A: Analisa :Merupakan analisa perawat sebelum mengetahui

respon subjektif dan objektif klien yang

dibandingkan dengan kriteria dan standar yang

lebih ditentukan mengacu pada tujuan rencana

keperawatan klien, kesimpulan perawat tentang

kondisi klien.

P: Plan of Care :Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisa terhadap keperawatan. (Nursalam, 2008).

Evaluasi di klasifikasikan sebagai berikut


62

1. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang diberikan pada saat

intervensi dengan respons segera

2. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulassi dari hasil observasi dan

analisis status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang

direncanakan pada tahap perencanaan. (Nursalam, 2008).

2.2.6 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah pencatatan yang lengkap dan

akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

Dokumentasi dilakukan segera setelah setiap kegiatan atau tindakan

dalam setiap langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai

dengan evaluasi. (Nursalam, 2008).

Sebagai dokumentasi yang mencatat semua pelayanan

keperawatan klien, dokumentasi tersebutdapat diartikan sebagai suatu

catatan bisnis dan hokum yang mempunyai banyak manfaat dan

penggunaan. Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk:

1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasikan tindakan.

2. Dokumentasi untuk Penulisan, keuangan, hokum dan etika.

Sedangkan manfaat dan pentingnya dokumentasi dapat dilihat

dari berbagai aspek seperti hukum, jaminan mutu pelayanan,

komunikasi, keuangan, pendidikan, Penulisan dan akreditasi

( Nursalam, 2008 )

Anda mungkin juga menyukai