Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I

I. LANDASAN TEORI MEDIS

A. Defenisi

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Ngastiyah, 1997 : 39).
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenkim paru yang terjadi pada
anak. (Suriadi, 2001 : 247).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian
alveoli dengan cairan. (Doenges, 1999 : 164).
Pneumonia adalah proses inflamasi dimana gas alveolar dipindahkan oleh materi
selular. (Hudak & Gallo, 1997 : 559)
Pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru yang terjadi sebagai akibat
adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran
trakeobronkialis sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika
memasuki saluran jalan nafas. (Barbara Engram, 1999 : 61).
Pneumonia adalah infeksi yang mengenai saluran nafas sebelah distal terutama alveoli,
disertai pembentukan eksudat peradangan. (Underwood, 2000 : 390).
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, bahan
kimia, inhalasi asap, debu, alergen dan aspirasi isi lambung; jaringan paru
berkonsolidasi karena alveoli terisi oleh eksudat. (Tucker et al, 1998 : 247).
Pneumonia adalah peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian
rongga alveoli oleh eksudat. (Barbara C. Long, 1996 : 434).
Pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh preparat infeksius. (Smeltzer, 2000 : 571).
B. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, aspirasi atau inhalasi.
a. Bakteri :- Gram positif : Streptococcus Pneumoniae (Pneumococcal Pneumonia),
Staphylococcus Aureus.
Gram negatif : Haemophilus Influenzae, Pseudomonas Aeruginosa, Klebsiella
Pneumoniae (Friedlender’s Bacillus).
Anaerobik : Anaerobic Streptococcus, Fusobacteria, Bacteroides Species.
Atipikal : Legionella Pneumophila, Mycoplasma Pneumoniae
b. Virus : Influenza, Parainfluenza, Adenovirus.
c. Jamur : Candidiasis, Blastomycosis, Cryptococcosis, Histoplasmosis,
Coccidioidomycosis.
(Arlene Polaski, 1996)
d. Aspirasi : Makanan, Cairan, Muntah.
e. Inhalasi : Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum, Berillium,
Uap air raksa), rokok, debu dan gas.
(Joyce M. Black, 1997)

C. Klasifikasi

Menurut Engram (1999 : 60), pneumonia diklasifikasikan sesuai dengan hal-hal


sebagai berikut :
a. Agen penyebab :
1) Protozoa (Pneumocytis Carinii) bakterial, viral dan jamur pneumonia (jika
dikarenakan agen infeksius tersebut).
2) Pneumonia Aspirasi-disebabkan oleh karena aspirasi isi gaster, makanan atau cairan.
3) Pneumonia Radiasi-disebabkan oleh terapi radiasi terhadap kanker struktur badan
bagian atas seperti: kanker payudara, kanker paru atau esofagus.
4) Pneumonia Hipostatik-berkaitan dengan imobilisasi yang lama.
5) Pneumonia Inhalasi-berkaitan dengan inhalasi gas yang bersifat toksik, asap dan zat
kimia.
b. Area paru-paru yang terkena :
1) Pneumonia Lobaris-area yang terkena meliputi satu lobus atau lebih.
2) Bronkopneumonia-proses pneumonia yang dimulai di bronkus dan menyebar ke
jaringan paru sekitarnya.
Menurut Underwood (2000 : 390) Pneumonia terbagi menjadi :
a. Pneumonia Infektif
1) Bronkopneumonia
Bronkopneumonia mempunyai karakteristik bercak-bercak distribusi yang terpusat
pada bronkiolus dan bronkus yang meradang disertai penyebaran ke alveoli sekitarnya.
Ini sering terjadi pada orang usia lanjut, bayi dan penderita yang sangat lemah,
misalnya penderita kanker, gagal jantung, gagal ginjal kronis dan trauma
serebrovaskuler. Bronkopneumonia juga terjadi pada penderita bronchitis akut,
sumbatan nafas kronis atau kistik fibrosis. Kegagalan membersihkan saluran nafas dari
hasil sekresi, seperti yang biasanya terjadi pada periode setelah operasi, juga
merupakan predisposisi terjadinya bronkopneumonia.
Organisme penyebab ialah Stafilococcus, Streptococcus, Haemophilus Influenzae,
Koliform dan jamur. Penderita sering mengalami septikemia dan toksik, disertai
demam dan berkurangnya kesadaran. Daerah yang terkena dapat diidentifikasi secara
klinis dengan terdengarnya suara krepitasi pada pemeriksaan auskultasi.
Daerah paru yang terkena cenderung pada bagian basal dan bilateral. Pada pemeriksaan
postmortem terlihat berwarna kelabu atau kelabu atau kelabu merah. Histologi
menunjukkan radang akut yang khas disertai eksudat. Dengan antibiotik dan fisioterapi,
daerah yang sakit akan mengalami penyembuhan atau perbaikan dengan meninggalkan
jaringan parut.
2) Pneumonia Lobaris
Pneumonia Pneumokokus khas mengenai orang dewasa berumur antara 20 sampai 50
tahun; meskipun begitu pneumonia lobaris akibat Klebsiella mengenai individu berusia
lanjut, penderita Diabetes Mellitus atau alkoholik. Gejalanya berupa batuk, demam dan
produksi sputum. Sputum terlihat purulen dan mungkin mengandung bercak darah,
yang disebut sputum karat (Rusty). Demam dapat sangat tinggi (lebih 40o C), disertai
menggigil. Nyeri dada pada waktu inspirasi yang merefleksikan terlibatnya pleura.
bersamaan dengan terjadinya konsolidasi paru, terdapat suara redup pada perkusi
disertai naiknya suara pektoralis dan suara nafas bronkial. Bronkiolus yang berisi sel
radang dan alveoli di dekatnya berisi penuh eksudat. Pigmen berwarna hitam adalah
karbon, sering ditemukan.
3) Pneumonia Khusus
Pneumonia khusus dapat disubklasifikasikan ke dalam kelompok yang normal (non-
imunosupresi), atau yang imunosupresi.
a) Pada host yang imunosupresi (normal)
Pneumonia khusus pada host normal (non-imunosupresi), mungkin sebagai akibat dari :
- Virus, misalnya Influenza, Respiratory Syncyial Virus (RSV), Adenovirus dan
Mikoplasma.
- Penyakit Legionnaires.
Pneumonia Mikoplasma dan Pneumonia Virus
Kejadian klinis bermacam-macam tergantung pada luas dan beratnya penyakit. Pada
kasus yang fatal, paru menjadi bertambah berat, kemerahan dan memadat seperti pada
sindroma distres pernafasan dewasa. Histologi menunjukkan radang interstisial yang
terdiri dari limposit, magkrofag dan sel plasma. Membran hialin dan eksudat fibrinosa
terlihat menonjol. Alveoli relatif bebas dari eksudat seluler.
Pneumonia Mikkoplasma cenderung menyebabkan pneumonia kronis dalam derajat
yang lebih rendah, disertai radang interstisial dan beberapa membran hialin. Sifat
kronis penyakit akan menyebabkan organisasi radang dan fibrosis paru.
Virus Influenza dapat menyebabkan pneumonia akut fulminan disertai perdarahan
paru; perjalanan kliniknya sangat cepat dan fatal.
Penyakit Legionaires
Penyakit ini disebabkan oleh basil Legionella Pneumophila, dan disebarkan melalui
tetesan air dari pengatur kelembaban udara dan tangki penampungan air yang telah
terkontaminasi. Penderita sebelumnya dalam keadaan sehat, walaupun sebagian kecil
telah mempunyai penyakit kronis, seperti gagal jantung atau karsinoma. Gejala berupa
batuk, dyspnea dan nyeri pada daerah dada, bersama-sama dengan bentuk sistemik lain,
misalnya mialgia, sakit kepala, kesadaran menurun, mual, muntah dan diare. Sekitar 10
– 20 % kasus adalah fatal. Pada autopsy ditemukan paru bertambah berat dan memadat.
b) Pada host yang imunosupresi
Apabila kondisi imunosupresi mengenai seorang penderita, paru akan mudah menjadi
sakit oleh organisme yang non-patogen bagi individu yang tidak mengalami
imunosupresi. Keadaan ini dikenal sebagai infeksi “Oportunistik”. Pada setiap
penderita imunosupresi, timbulnya demam, nafas yang pendek dan batuk bersama
dengan infiltrat paru, merupakan kejadian yang membahayakan.
Penyebab infeksi Oportunistik yang sering ialah :
- Pneumocystis Carinii.
- Jamur lain, misalnya Candida, Aspergillus.
- Virus, misalnya Sitomegalovirus, campak..
b. Pneumonia Non-Infektif
1. Aspirasi Pneumonia
Aspirasi pneumonia terjadi ketika cairan atau makanan terhisap masuk ke dalam paru,
dan terjadi konsolidasi dan radang sekunder. Keadaan klinis yang merupakan resiko
bagi penderita ialah pembiusan, operasi, koma, stupor karsinoma laring dan kelemahan
hebat. Bagian paru yang terkena bermacam-macam tergantung posisi tubuh penderita.
Bila dalam keadaan tidur terlentang, daerah yang terkena adalah segmen apikal lobus
bawah. Bila dalam keadaan tidur miring ke sisi kanan, daerah yang terkena ialah
segmen posterior lobus atas. Daerah yang sering terkena mengandung anaerobic, dan
abses paru mengandung material yang membusuk.
2. Lipid Pneumonia
Lipid Pneumonia dapat endogen akibat obstruksi saluran nafas yang menyebabkan
terjadinya timbunan magkrofag dan sel raksasa disebelah distal. Keadaan ini sering
ditemukan disebelah distal dari karsinoma bronkus atau benda asing yang terhirup.
Disamping itu lipid pneumonia dapat juga disebabkan oleh faktor eksogen, akibat
terhirupnya material yang mengandung konsentrasi lipid yang tinggi. Material seperti
ini misalnya paraffin cair atau tetes hidung berbentuk minyak. Vakuola lipid dicerna
oleh sel raksasa benda asing; dan dapat ditemukan beberapa fibrosis interstisial.
3. Eosinofilik Pneumonia
Eosinofilik Pneumonia ditandai oleh banyak Eosinofil dalam interstisial dan alveoli.
Mungkin dapat ditemukan sumbatan mukus pada bagian proksimal saluran nafas,
seperti yang ditemukan pada asma, atau oleh Aspergillus, seperti pada bronkopulmoner
aspergilosis. Kambuhnya radang bronkial dapat mengakibatkan destruksi dinding
disertai penggantian oleh jaringan granulasi dan sel raksasa; ini disebut Bronkosentrik
Granulomatosis. Disamping itu, eosinofilik pneumonia dapat ditemukan sewaktu
mikrofilaria pindah melalui sirkulasi paru. Ini dapat juga idiopatik, yang berkaitan
dengan eosinofilia darah pada sindroma Loffler.

D. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi menyertai pneumonia menurut Engram (1999 : 60)
adalah:
a. Abses paru
b. Efusi pleural
c. Empiema
d. Gagal nafas
e. Perikarditis
f. Meningitis
g. Atelektasis
Sedangkan menurut Suriadi (2001 : 247) komplikasi yang terjadi adalah:
a. Gangguan pertukaran gas
b. Obstruksi jalan nafas
c. Gagal pernafasan-Pleural effusion (bacterial pneumonia)

E. Patofisiologi

Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari pneumonia pneumokokus


merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumokokus umumnya mencapai alveoli
lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian bawah paru-paru paling sering terkena
karena efek gravitasi.

 Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas


terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
a. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan
berwarna merah.
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang
alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah
merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi
diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat
tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan
bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
c. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula.
(Underwood, 2000 : 392).

 Menurut Suryadi (2001 : 247) patofisiologi pada pneumonia adalah :


a. Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme
patogen yaitu virus dan (Streptococcus Aureus, Haemophillus Influenzae dan
Streptococcus Pneumoniae) bakteri.
b. Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multiple lobus. Terjadinya
destruksi sel dengan meninggalkan debris cellular ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
c. Pada kondisi anak ini dapat akut dan kronik misalnya : Cystic Fibrosis (CF),
aspirasi benda asing dan konginetal yang dapat meningkatkan resiko
pneumonia.

F. Manifestasi Klinis

Masa Inkubasi berlangsung 9 hari sampai 21 hari, biasanya 12 hari. Sekitar 25 – 50 %


pasien mempunyai gejala infeksi saluran pernafasan atas yang ditandai dengan
tenggorokan dan gejala nasal pada waktu permulaan pneumonia. Gejala dini yang khas
adalah demam, menggigil, batuk dan sakit kepala, rasa tidak enak badan, nyeri
tenggorokan, nyeri dada, sakit telinga. (Soeparman, 1999 : 709).

Sedangkan menurut Donna L. Wong (1995 : 1400) manifestasi klinis pada pneumonia
sebagai berikut :
a. Demam, biasanya demam tinggi.
b. Nyeri dada.
c. Batuk; batuk tidak produktif sampai produktif dengan sputum yang berwarna
keputih-putihan.
d. Takipnea, sianosis
e. Suara nafas rales atau ronki.
f. Pada perkusi terdengar dullness.
g. Retraksi dinding thorak.
h. Pernafasan cuping hidung.

G. Pemeriksan Penunjang/Diagnostik

Menurut Black (1997: 1134) pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada
penderita pneumonia adalah:
a. Kultur sputum.
b. Darah dan kultur urine untuk pemeriksaan penyebaran yang spesifik.
c. Arteri Gas Darah (AGD) untuk pemeriksaan kebutuhan suplemen oksigen.
d. Pemeriksaan Radiologi untuk menentukan lokasi dan keberadaan pneumonia.
Sedangkan menurut Doenges (1999 : 165) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosa pneumonia antara lain :
Sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural (misal lobar, bronkial); dapat juga
menyatakan abses luas/ infiltrat, empiema (Staphylococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.

H.Penatalaksanaan
Menurut Engram (1999 : 61) penatalaksanaan medis umum yang diberikan pada
penderita pneumonia adalah:
a. Farmakoterapi:
1) Antibiotik (diberikan secara intravena)
2) Ekspektoran
3) Antipiretik
4) Analgetik
b. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol
c. Fisioterapi dada dengan drainase postural
Menurut Ngastiyah (1997 : 41) penatalaksanaan yang dapat diberikan pada klien
dengan pneumonia adalah :
a. Penisilin 50.000 IU/ kg BB/ hari ditambah kloramfenikol 50 – 70 mg/ kg BB/ hari
atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti ampicilin. Pengobatan
ini diteruskan sampai bebas demam 4 – 5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran glukose 5 %
dan NaCL 0,9 % dengan perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCL 10 mEq/ 500 ml/
botol infus.
BAB II

LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian menurut Doenges M. E, (1999: 164) adalah :


a) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas

b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronik
Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat

c) Integritas Ego
Gejala : Banyaknya stresor, masalah finansial

d) Makanan/ cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/mutah, riwayat DM
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi).

e) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influenza).
Tanda : Perubahan mental (bingung, somnolen).

f) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada
substernal (influenza), mialgia, artralgia.
Tanda : Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan).
g) Pernafasan
Gejala : Riwayat adanya/ ISK kronis, PPOM, merokok, Takipnea, dispnea progesif,
pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda : Sputum : Merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi : Pekak di atas area yang konsolidasi
Fremitus : Taktil dan vokal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan friksi
pleural
Bunyi nafas : Menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau nafas bronkial
Warna : Pucat atau sianosis bibir/ kuku

h) Keamanan
Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, misalnya penggunaan steroid atau kemoterapi,
institusionalisasi, ketidakmampuan umum.
Demam (suhu 38,5-39,6 oC).
Tanda : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus
rubeola atau varisela

B. Diagnose Keperawatan

Menurut Doenges (1999 : 166), diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
pasien dengan pneumonia adalah :
a. Bersihan jalan nafas, tak efektif berhubungan dengan inflamasi tracheobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
b. Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler
(efek inflamasi).
c. Infeksi, resiko tinggi terhadap (penyebaran) berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernapasan), tidak
adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun), penyakit kronis,
malnutrisi.
d. Intoleransi/ aktivitas berhubungan dengan ketidekseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan umum.
e. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi selular terhadap
sirkulasi toksin, batuk menetap.
f. Nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi,
anoreksia, bau dan rasa sputum, pengobatan aerosol, dan distensi abdomen/ gas.
g. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi,
muntah), penurunan masukan oral.
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan)
berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi, kurang mengingat.

C. NCP

Adapun perencanaan/ intervensi dari diagnosa yang timbul pada pasien pneumonia
menurut Doenges (1999 : 166) adalah:

a. Bersihan jalan nafas, tak efektif berhubungan dengan inflamasi


tracheobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif.


Kriteria hasil : - Mengidentifikasi/ menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas.
- Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.

Intervensi Rasional
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan 1) Takipnea, pernafasan dangkal, dan
dan gerakan dada. gerakan dada tak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan
dinding dada dan/atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area 2) Penurunan aliran udara terjadi pada
penurunan/ tak ada aliran udara dan area konsolidasi dengan cairan. Krekles,
bunyi napas adventisius, mis., krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi
mengi. dan/ atauekspirasi pada respon terhadap
pengumpalan cairan, sekret kental, dan
spasme jalan nafas/ obstruksi.
3) Bantu pasien latihan napas sering. 3) Nafas dalam memudahkan ekspansi
Tunjukan/ bantu pasien mempelajari maksimum paru-paru/ jalan napas lebih
melakukan batuk, mis., menekan dada kecil. Batuk adalah mekanisme
dan batuk efektif sementara posisi duduk pembersihan jalan nafas alami.
tinggi. Penekanan menurunkan
ketidaknyamanan dada dan posisi duduk
memungkinkan upaya nafas lebih dalam
dan lebih kuat.

b. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler


terhadap toksin, batuk menetap.

Tujuan : Nyeri berkurang/ hilang.


Kriteria hasil : Menyatakan nyeri hilang/ terkontrol.

Intervensi Rasional
1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya 1) Nyeri dada biasanya ada dalam
tajam, konstan, ditusuk. beberapa derajat pada pneumonia, juga
dapat timbul komplikasi seperti
2) Pantau tanda-tanda vital. perikarditis dan endokarditis.
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Berikan tindakan nyaman misalnya menunjukkan bahwa pasien mengalami
pijatan punggung, perubahan posisi, nyeri.
musik tenang/ perbincangan, relaksasi/ 3) Tindakan non-analgesik diberikan
latihan nafas. dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan
4) Berikan analgesik dan antitusif sesuai memperbesar efek terapi analgesik.
indikasi. Kolaborasi
4) Meningkatkan kenyamanan dan
menekan batuk nonproduktif/
paroksismal atau menurunkan mukosa
berlebihan.

c. Intoleransi/ aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen, kelemahan umum.

Tujuan : Aktivitas sehari-hari terpenuhi secara mandiri.


Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat
diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang
normal.

Intervensi Rasional
1) Evaluasi respon pasien terhadap 1) Menetapkan kemampuan atau
aktivitas. kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi 2) Menurunkan stress dan rangsangan
pengunjung. berlebihan, meningkatkan istirahat.
3) Tirah baring dipertahankan selama
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam fase akut untuk menurunkan kebutuhan
rencana pengobatan dan perlunya metabolik, menghemat energi untuk
keseimbangan aktivitas dan istirahat. penyembuhan.
4) Pasien mungkin nyaman dengan
4) Atur posisi yang nyaman untuk kepala tinggi menggunakan bantal.
istirahat atau tidur. 5) Meminimalkan kelelahan dan
membantu keseimbangan suplai dan
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang kebutuhan oksigen.
diperlukan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN FOKUS KDM

1.PENGKAJIAN
A. Data demografi

a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,


suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : sesak
2. Riwayat kesehatan sekarang : sesak Nyeri dada, batuk berdahak (+),
pusing,badan lemas
3. Riwayat kesehatan dahulu : pasien pernh mengalami keluhan yang sama
4. Riwayat kesehatan keluarga : Keluarga tidak ada yang mengalami penyakit
yang sama.

Pemeriksaan fisik

c. Pemeriksaan penujang
d. Terapi

2. DIAGANOSA

1. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan Inflamasi


Trakeobronkial,pembentukan udema,peningkatan produksi sputum ditandai
dengan :

DS : Pasien mengatakan :

- Sesak napas
- Terpasang O2 4liter/menit
- Batuk berdahak (+)
- Badan terasa lemah

DO :

- Sianosis
- Sputum (+)
- Konjungtiva pucat
- Sklera pucat
- Ronki (+)
- Weezing (+)
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan Inflamasi pada parenkim paru-paru, yang
ditandai dengan :

DS : Pasien mengatakan :

- Nyeri dada
- Pusing
- Batuk Berdahak (+)
- Sering terbangun karena batuk

DO :

- Ekspresi wajah meringis


- Skala nyeri sedang (4-6)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum, yang ditandai
dengan :

DS : Pasien mengatakan :

- Badan lemas
- Pusing
- Demam
- Tidak nafsu makan

DO :

- KU Lemah
- TTV:

Nadi: 100 x / menit

Suhu: 38’5o C

Pernafasan 28x/menit
- Kekuatan otot lemah
- Tonus otot kurang
- Kekuatan sendi kurang
- Aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga
3.INTERVENSI
N
Dx kep Tujuan Intervensi Rasional
o

1 Kebutuha oksigenasi dan Bersihan jalan 1. Kaji ttv dan pola 1. Penurunan bunyi
Bersihan jalan napas tidak napas bersih dan napas pasien napas menunjukan
efektif b/d Inflamasi efektif dengan bunyi atelaktasis,ronki,men
Trakeobronkial,pembentuk Kriteria : napas,kecepatan, gi menunjukan
irama dan akumulasi
an udema,peningkatan
 Batuk hilang kedalaman secret/ketidakmampu
produksi sputum ditandai an untuk
dengan: 2. Berikan posisi membersihkan jalan
 KU baik
semifowler/setenga napas
DS: pasien mengatakan  Sesak napas h duduk
hilang 2. Posisi ini membantu
3. Bantu pasien memaksimal ekspansi
- Sesak napas latihan napas
 Ronki hilang paru dan menurunkan
dalam upaya pernapasan
- Batuk Berdahak (+)
 Whezing
hilang 4. Bantu latihan 3. Ventilasi
Data objektif : batuk efektif memaksimalkan
membuka area
- Ku lemah 5. Kolaborasi dengan atelaksis
dokter dalam
- Sianosis pemberian terapi 4. Meningkatkan
obat gerakan secret
- Sputum (+) kedalam jalan napas
besar untuk
- Konjungtiva pucat dikeluarkan

- Ronki (+) 5. Agar pasien batuk


dengan baik
- Weezing (+)
6. Agar menunjang
kesembuhan pasien
TTV:

Nadi: 100 x / menit

Suhu: 38’5o C

Pernafasan : 28x/ menit

Terpasang O2 4liter/jam

1. Kaji ttv dan tingkat 1.mengetahui ttv dan tahu


2. Nyeri akut b/d Inflamasi Nyeri teratasi nyeri tingkat nyeri pasien
pada parenkim paru-paru,
2. Tentukan
ditandai dengan : dengan Kreteria: Karakteristik nyeri 2.agar mengetahui
karakteriskan nyeri
3. Beri terapi
DS : Pasien mengatakan :  Nyeri dada kompres hangat
hilang 3. menegurangi nyeri
mengatasi nyeri
pasien
- Nyeri dada
 Ekspresi 4. Anjurkan
wajah rileks melakukan sesuatu 4.membatasi pasien
DO : melakukan sesuatu yang
yang
 Tidak ada meningkatkan dapat meningkatkan nyeri
- Ku lemah GG nyeri
beristirahat
5. dapat mengurangi
- Ekspresi wajah karena batuk 5. Kolaborasi dengan tingkat nyeri pasien
meringis dokter dalam
pemberi terapi
TTV: analgetik sesuai
indikasi
- Nadi: 100 x / menit

- Suhu: 38’5o C

- Pernafasan : 28x/ menit

- Skala nyeri sedang (4-6


)

- Terpasang O2
4liter/jam
Intoleransi aktivitas b/s
kelemahan fisik ditandai
dengan: Kebutuhanaktivita 1. Kaji hal-hal yang 1. Mengetahui tingkat
s terpenuhi mampu dilakukan keterbatasan aktivitas
dengan Kreteria: dan hal-hal yang
3. DS : Pasien mengatakan
tidak mampu
1. Aktivitas dilakukan
Badan lemas kembali
normal 2. Berikan bantuan
Pusing sesuai
ketidakmampuan 2. Mendorong dan
2. Kekuatan
membantu pasien
DO : otot normal
untuk Kemamdirian
dalam beraktivitas
KU Lemah
3. Bantu melakukan
rentan gerak sendi
Konjungtiva pucat pasif/aktif
3. Meningkatkan
Kekuatan otot lemah kemampuan aktivitas

Tonus otot kurang 4. Anjurkan pasien


jangan terlalu
Kekuatan sendi kurang melakukan
perkerjaan yang
keras 4. Agar pasien tidak
Aktivitas dibantu oleh terlalu berkativitas
perawat dan keluarga

TTV:

Nadi: 100 x / menit

Suhu: 38’5o C

Pernafasan : 28x/ menit


4.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi TTD/Nama

1. 07/06/22 1. MengKaji dan ttv pola napas pasien S: pasien mengatakan


bunyi napas,kecepatan,irama dan
kedalaman - Sudah tidak
2. Berikan posisi semifowler/setengah sesak
09:00 duduk
- Tidak batuk lagi
Wit 3. Bantu pasien latihan napas dalam
O:tampak
4. Bantu latihan batuk efektif

5. Kolaborasi dengan dokter dalam - Ku baik


pemberian terapi obat
- Konjungtiva
merah muda

- Tidak ad bunyi
nafas tambahan

- TTV

TD:120/80mmhg

N:100x/m

R:20x/m

S:37.0C
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi TTD/
Nama

2. 07/06/22 1. Mengkaji ttv dan tingkat nyeri S: pasien mengatakan


2. Menentutukan Karakteristik nyeri
11:00  Nyeri berkurang
3. Memberi terapi kompres hangat
wit mengatasi nyeri  Tidur sudah
kembali normal
4. Menganjurkan melakukan sesuatu
yang meningkatkan nyeri O: Tampak
5. Mengkolaborasi dengan dokter dalam
pemberi terapi analgetik sesuai  Ku baik
indikasi
 Konjungtiva
normal

 Wajah lebeih fres

 TTV

TD:120/80mmhg

N:100x/m

R:20x/m

S:37.0C
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi TTD/Nama

3. 07/06/22 1. Mengkaji hal-hal yang mampu dilakukan dan S:pasien tampak


hal-hal yang tidak mampu dilakukan
13:00  Aktivas sudah normal
2. Memberikan bantuan sesuai ketidakmampuan
kembali
wit
 Kekuatan tubah lebih
sehat
3. Membantu melakukan rentan gerak sendi
pasif/aktif
O: Tampak

 Ku baik
4. Menganjurkan pasien jangan terlalu melakukan
perkerjaan yang keras  Konjungtiva normal

 TTV

TD:120/80mmhg

N:100x/m

R:20x/m

S:37.0C

A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN

(Pneumonia)

I. Identitas Pasien

Nama : Tn.D

Umur :38 thn

Jenis Kelamin :Laki-laki

Pekerjaan :wiraswasta

Pendidikan terakhir :sma

Alamat :halong

Tanggal masuk RS :06-06-2022 / Pukul 01:30

Tanggal pengkajian :07-06-2022 / Pukul 09:00

No.Register :06 23 XX

Diagnosa medis :Pneumonia

Nama penanggung jawab :Ny. E

Hubungan dengan klien :istri

Pekerjaan :ibu rumah tangga

Alamat :halong
No. telp/Hp :085243655977

II. Riwayat Keperawatan


A. Keluhan utama
1. Keluhan utama masuk RS : sesak napas
2. Keluhan yang menyertai : Nyeri
dada, batuk berdahak (+),
pusing,badan lemas,demam,tidak
nafsu makan
3. Riwayat kesehatan utama
b. Keluhan saat pengkajian : sesak napas dan nyeri dada
c. Penyebab (Faktor pencetus) : merokok
d. Hal yang memberatkan : Banyak beraktifitas
e. Hal yang meringankan : Setelah diberikan obat
f. Catatan kronologis

Pada tanggal 06-06-2022,jam 22.00 wit pasien mengeluh sesak napas ,nyeri
dada,batuk berdahak (+), pusing, badan lemas ,demam,tidak nafsu makan kemudian oleh
istrinya pasien dibawah ke RS Rumkital dr. F. X. Suhardjo Ambon melalui UGD dan
diterima oleh perawat dan dokter jaga , kemudian dokter meberikan tindakan pemasangan
O2 4 liter/jam serta terapi :

- IVFD D5 : Nacl/ 3 : 1 / 20tts / m


- Inj. Cefotaxime1gr/ 8 jam / IV/ skintest (-)
- Inj. Dexametasone / 8 Jam / IV
- Inj. Norages 1 Amp. / 8 jam / IV
- OBH Syrup/ 3 x 1 / oral

B. Riwayat kesehatan masa lalu


- Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang sebelumnya
- Pasien pernah dirawat RS karena luka robek
- Pasien belum pernah mengalami pembedahan
- Tidak ada riwayat alergi

C. Riwayat kasehatan keluarga


- Genogram 3 generasi
38 36

15 9

Ket :
: Laki Laki

: Klien

: Perempuan

: Garis Keturunan
: Garis Pernikahan

? : Tdak diketahui
: meninggal

..... : Garis serumah

D. Keadaan Psikologis
- Pasien tampak cemas
- Pasien berharap agar cepat sembuh
E. Data Sosial
- Pasien kooperatif saat ditanya oleh dokter maupun perawat
F. Keadaan Spiritual
- Pasien menganut agama Islam
- Pasien yakin dengan pertolongan Tuhan,dia akan sembuh
G. Pemeriksaan Fisik
1. Pengamatan umum
- Keadaan umum : Lemah
- Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda Vital
- TD : 110/70 mmHg
- N : 86x / menit
- R : 28x/ menit
- S : 38,5 o C
- SPO2 : 89%
3. Ukuran badan
- Tinggi badan sebelum sakit : 171 cm
- TB saat sakit : 171 cm
- Berat badan sebelum sakit : 68 kg
- BB saat sakit : 67 kg
4. Kepala
- Bentuk kepala : bulat, simetris
- Keadaan rambut : kotor
- Keadaan kulit kepala : kotor
- Nyeri kepala / pusing : Ada ( Pusing )
- Komentar : Pasien merasa pusing ,rambut dan kulit
kepala kotor
5. Wajah
- Ekspersi wajah : Meringis
6. Kulit
- Turgor kulit : Baik
- Warna : pucat
- Sianosis :Ada
- Kelembaban : lembab
- Lesi : Tidak ada
- Komentar : adanya tanda-tanda kekurangan O2
7. Mata / penglihatan
- Ketajaman penglihatan : Baik
- Peradangan : Tidak ada
- Sklera : pucat
- Pupil : Isokhor
- Konjungtiva : Pucat
- Rasa nyeri : Tidak ada
- Keluhan : adanya tanda – tanda kekurangan O2
8. Hidung / penciuman
- Struktur : Normal
- Polip : Tidak ada kelainan
- Sinus : Tidak ada kelainan
- Perdarahan : Tidak ada
- Fungsi penciuman : Baik
- Cuping hidung :Ada
- Keluhan : tidak ada kelainan
9. Telinga / pendengaran
- Struktur : Normal
- Nyeri : Tidak ada
- Cairan : Tidak ada
- Tanda peradangan : Tidak ada
- Fungsi pendengaran : Baik
- Alat bantu : Tidak ada
- Keluhan : tidak ada kelainan
10. Mulut
- Keadaan gigi : Kurang bersih
- Problem menelan : Tidak ada
- Bicara : Baik
- Fungsi mengunyah : Baik
- Mukosa mulut : Basah
- Peradangan : Tidak
- Komentar : ada kelainan
11. Leher
- Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
- Arteri carotid : Teraba
- Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran
- Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
- Komentar : Tidak ada kelainan
12. Dada
- Pernafasan
- Bentuk dada : Simetris
- Pergerakan : Mengikuti irama pernafasan
- Batuk : Ada
- Sputum : Ada
- Fokal fremitus : Baik
- Resonansi : Baik
- Bunyi nafas : Bronkovesikular
- Bunyi nafas tambahan : Rhonki dan weezing (+)
- Irama pernafasan : Cepat
- Frekuensi pernafasan : 28x / m
- Komentar : Ada kelainan
- Jantung
a. Nyeri dada : Ada
b. Skala nyeri : 5 (sedang)
c. Bunyi jantung : Bunyi jantung I / II ( S1 dan S2 )
murni, regular
13. Abdomen
- Keadaan kulit abdomen : Baik (tidak ada iritasi)
- Bentuk abdomen : Simetris
- Warna abdomen : Normal
- Tidak ada strine perut : Tidak ada
- Tidak ada hernia umbilicus : Tidak ada
- Kandung kemih normal : Normal
- Terdengar adanya hiperperistaltik usus : Tidak ada
- Adanya bunyi timpani : Tidak ada
- Tidak ada masa pada perut : Tidak ada
- Tidak ada tanda-tanda acites : Tidak ada
14. Perkemihan
- Edema : Tidak ada
- Nyeri pinggang : Tidak ada
- Bau amoniak : Tidak ada
- Komentar : Tidak ada kelainan
15. Status neurologi
- Tingkat kesadaran : Sadar
- Koordinasi : Baik
- Orientasi : Baik
- Memori : Baik
- Kejang-kejang : Tidak ada
- Kelumpuhan motorik : Tidak ada
- Komentar : Tidak ada kelainan
16. Muskuluskeletal
- Kekuatan otot : Lemah
- Tonus otot : Kurang
- Kekuatan sendi : Kurang
- Trauma : Tidak ada
- Nyeri : Tidak ada
- Pola aktifitas : Aktifitas dibantu oleh Perawat dan
keluarga
- Komentar : pasien tidak bisa melakukan aktivitasnya.
17. Endokrin
- Penonjolan bola mata : Tidak ada
- Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
- Perubahan suara : Tidak ada
- Tremor : Tidak ada
18. Ekstermitas
- Ekstremitas kanan atas terpasang IVFD

H. Pola aktivitas sehari-hari


No. Pola aktivitas Sebelum sakit Saat sakit

1. Pola makan

Frekuensi makan sehari 3 x Sehari 3x Sehari

Waktu makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam

Porsi makan yang dihabiskan 1 Porsi 1/2 Porsi

Jenis makanan

Keluhan Nasi, ikan, sayur Bubur, ikan, sayur

- Tidak ada nafsu makan

Pola minum

2. Frekuensi 6-7 gelas / hari

Jumlah minum sehari 6 - 7 gelas / hari 2000 cc

Jenis minuman 2000 cc Air putih

Keluhan Susu, teh, air putih -

BAB -

Frekuensi

4. Konsistensi 1 - 2 x / hari 1x / hari

Warna Lunak Keras

Bau Kuning kecoklatan kecoklatan

Keluhan Khas Busuk

BAK - Harus dibantu


Frekuensi

5. Warna 5 - 6 x / hari 5 - 6x / hari

Jumlah Kuning Kuning

Bau ± 1500 cc / hari ± 1500cc / hari

Keluhan Pesing Pesing

Istirahat dan tidur - Harus dibantu

Tidur malam

6. Tidur siang 6 - 7 jam / hari 3 - 4 jam / hari

Kualitas tidur 2 jam / hari 1 jam / hari

Keluhan Nyenyak Tidak nyenyak

Personal hygne - Sering terbangun karena


Batuk (+)
Kebiasaan mandi

7. Kebiasaan menggosok gigi 2 x sehari


Belum pernah
2 x sehari Belum pernah

H.Pemeriksaan penunjang
Pemerikasan laboratorium

-HB : 10,2 gr %

-Leuco : 12000 mm3

-LED : 30 – 60 mm/jam

-Photo RO Thorak PA : Ada Kelainan Pneumonia (+)


I.Pengobatan / penatalaksanaan

- Pemberian O2 4liter/jam
- IVFD D5% : Nacl 0,9%/ 3 : 1 20tts / m

- Inj. Cefotaxime 1gr/ 8 jam / IV/ skintest (-)


- Inj. Dexametasone / 8 Jam / IV
- Inj. Norages 1 amp / 8 jam / IV
- OBH Syrup/ 3 x 1 / oral

A. Klasifikasi data

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Pasien mengatakan : Pasien tampak:

- Sesak Napas - KU Lemah

- Nyeri dada - Konjungtiva pucat

- Batuk Berdahak (+) - porsi makan ½ porsi

- Pusing - Ekspresi wajah meringis

- Demam - Aktivitas Dibantu oleh perawat dan keluarga

- Badan terasa lemah - Kekuatan sendi Kurang

- Sering terbangun karena Batuk - Kekuatan Otot lemah

- Tonus Otot Kurang

- Ronki (+)

- Weezing (+)

TTV:

- Nadi: 100 x / menit

- Suhu: 38’5o C

- Pernafasan : 28x/ menit

Ekspresi wajah meringis

Skala nyeri sedang (4-6 )

Terpasang O2 4liter/jam

Terpasang IVFD D5% : Nacl 0.9%/ 3 : 1/ 20


tts/menit

B. Analisa data
No Data Etiologi Masalah

1 DS: pasien mengatakan Inflamasi Gangguan Kebutahan


Trakheobronkial,pembentukan oksigenasi dan
- Sesak napas udema dan peningkatan Bersihan jalan napas
produksi sputum tidak efektif
- Batuk Berdahak (+)

Data objektif :

- Ku lemah

- Sianosis

- Sputum (+)

- Konjungtiva pucat

- Ronki (+)

- Weezing (+)

TTV:

- Nadi: 100 x / menit

- Suhu: 38’5o C

- Pernafasan : 28x/ menit

- Terpasang O2 4liter/jam
2

DS : Pasien mengatakan : Inflasi pada parenkim paru- Nyeri


paru
Nyeri dada

DO :

- Ku lemah

- Ekspresi wajah meringis

TTV:

- Nadi: 100 x / menit

- Suhu: 38’5o C

- Pernafasan : 28x/ menit

Skala nyeri sedang (4-6 )


Intoleransi aktivitas
Terpasang O2 4liter/jam Kemahan umum

DS : Pasien mengatakan
3
Badan lemas

Pusing

DO :

- KU Lemah

- Konjungtiva pucat

- Kekuatan otot lemah

- Tonus otot kurang

- Kekuatan sendi kurang

- Aktivitas dibantu oleh perawat dan


keluarga

TTV:

- Nadi: 100 x / menit

- Suhu: 38’5o C

- Pernafasan : 28x/ menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan Inflamasi


Trakeobronkial,pembentukan udema,peningkatan produksi sputum ditandai
dengan :

DS: pasien mengatakan

- Sesak napas

- Batuk Berdahak (+)

Data objektif :

- Ku lemah

- Sianosis

- Sputum (+)

- Konjungtiva pucat

- Ronki (+)

- Weezing (+)

TTV:

- Nadi: 100 x / menit

- Suhu: 38’5o C

- Pernafasan : 28x/ menit

- Terpasang O2 4liter/jam

2. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi pada parenkim paru-paru, yang ditandai


dengan :
DS : Pasien mengatakan :

- Nyeri dada

DO :

- Ku lemah

- Ekspresi wajah meringis

TTV:

- Nadi: 100 x / menit

- Suhu: 38’5o C

- Pernafasan : 28x/ menit

Skala nyeri sedang (4-6 )

Terpasang O2 4liter/jam

3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum, yang ditandai


dengan :

DS : Pasien mengatakan

- Badan lemas

- Pusing

DO :

- KU Lemah

- Konjungtiva pucat

- Kekuatan otot lemah

- Tonus otot kurang

- Kekuatan sendi kurang

- Aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga

TTV:

- Nadi: 100 x / menit

- Suhu: 38’5o C
- Pernafasan : 28x/ menit

NCP
Nama : Tn.D Ruangan: kelas 1

Umur : 38 thn No. Reg : ---------

Jenis kelamin : Pria Tanggal : 25-10-09

No Dx kep Tujuan Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan 1. Kaji ttv dan pola 1. Penurunan bunyi napas
efektif b/d Inflamasi napas bersih dan napas pasien menunjukan
Trakeobronkial,pembentukan efektif dengan bunyi atelaktasis,ronki,mengi
udema,peningkatan produksi Kriteria : napas,kecepatan, menunjukan akumulasi
irama dan kedalaman secret/ketidakmampuan
sputum ditandai dengan:
 Batuk hilang untuk membersihkan
2. Berikan posisi jalan napas
DS: pasien mengatakan semifowler/setengah
 KU baik
duduk 2. Posisi ini membantu
 Sesak napas  Sesak napas memaksimal ekspansi
hilang 3. Bantu pasien latihan paru dan menurunkan
 Batuk Berdahak (+) napas dalam upaya pernapasan
 Ronki hilang
 Data objektif : 4. Bantu latihan batuk 3. Meningkatkan gerakan
 Whezing efektif secret kedalam jalan
 Ku lemah hilang napas besar untuk
5. Kolaborasi dengan dikeluarkan
 Sianosis dokter dalam
pemberian terapi 4. Agar pasien batuk
 Sputum (+) obat dengan baik

Konjungtiva pucat 5. Agar menunjang


kesembuhan pasien
Ronki (+)

Weezing (+)

TTV:
Nadi: 100 x / menit

Suhu: 38’5o C,P : 28x/ menit


Terpasang O2 4liter/jam

Nyeri akut b/d Inflamasi


pada parenkim paru-paru, Nyeri berkurang 1. Kaji ttv dan tingkat 1.mengetahui ttv dan tahu
2.
ditandai dengan : nyeri tingkat nyeri pasien
Dengan kriteria
DS : Pasien mengatakan : hasil 2. Tentukan 2.agar mengetahui
Karakteristik nyeri karakteriskan nyeri
 Nyeri dada  Nyeri 3. Beri terapi kompres
terkontrol hangat mengatasi 3. menegurangi nyeri pasien
DO : nyeri
 Nyeri dalam 4.membatasi pasien
batas normal 4. Anjurkan melakukan melakukan sesuatu yang
 Ku lemah
sesuatu yang dapat meningkatkan nyeri
 Ekspresi wajah meringis meningkatkan nyeri
5. dapat mengurangi tingkat
5. Kolaborasi dengan nyeri pasien
TTV: dokter dalam
pemberi terapi
Nadi: 100 x / menit analgetik sesuai
indikasi
Suhu: 38’5o C

Pernafasan : 28x/ menit

Skala nyeri sedang (4-6 )

Terpasang O2 4liter/jam
Intoleransi aktivitas b/s
kelemahan fisik ditandai
dengan:
Kebutuhan 1. Kaji hal-hal yang
DS : Pasien mengatakan
aktivitas terpenuhi mampu dilakukan
dengan Kreteria: dan hal-hal yang 1. Mengetahui tingkat
3.  Badan lemas tidak mampu keterbatasan aktivitas
 Aktivitas dilakukan
 Pusing kembali
normal 2. Berikan bantuan
DO : sesuai
ketidakmampuan 2. Mendorong dan
 Kekuatan otot
membantu pasien untuk
 KU Lemah normal Kemamdirian dalam
beraktivitas
 Konjungtiva pucat
3. Bantu melakukan
 Kekuatan otot lemah rentan gerak sendi
pasif/aktif
3. Meningkatkan
 Tonus otot kurang kemampuan aktivitas
 Kekuatan sendi kurang
4. Anjurkan pasien
 Aktivitas dibantu oleh jangan terlalu
perawat dan keluarga melakukan
perkerjaan yang
TTV: keras 4. Agar pasien tidak terlalu
berkativitas
Nadi: 100 x / menit

Suhu: 38’5o C

Pernafasan : 28x/ menit


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi TTD/


Nama

1. 07/06/22 1. Mengkaji dan ttv pola napas pasien S: pasien mengatakan


bunyi napas,kecepatan,irama dan
09:00 kedalaman
 Sudah tidak sesak
2. Berikan posisi semifowler/setengah
wit duduk  Tidak batuk lagi

3. Bantu pasien latihan napas dalam O:tampak


4. Bantu latihan batuk efektif
 Ku baik
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi obat  Konjungtiva normal

 Tidak ad bunyi nafas


tambahan

TTV

TD:120/80mmhg

N:100x/m

R:20x/m

S:37.0C

A: Masalah Teratasi

P:Intervensi dihentikan
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi TTD/
Nama

2. 07/06/22 1. Mengkaji ttv dan tingkat nyeri S: pasien mengatakan


2. Menentutukan Karakteristik nyeri
11:00  Nyeri berkurang
3. Memberi terapi kompres hangat
wit mengatasi nyeri  Tidur sudah
kembali normal
4. Menganjurkan melakukan sesuatu
yang meningkatkan nyeri O: Tampak
5. Mengkolaborasi dengan dokter
dalam pemberi terapi analgetik  Ku baik
sesuai indikasi
 Konjungtiva
normal

 Wajah lebeih fres

TTV

TD:120/80mmhg

N:100x/m

R:20x/m

A: Masalah Teratasi

P:Intervensi dihentikan
N Tgl/Jam Implementasi Evaluasi TTD/Nama
o

3. 07/06/22 1. Mengkaji hal-hal yang mampu dilakukan dan S: Pasien mengatakan


hal-hal yang tidak mampu dilakukan
13:00  Badan lebih kuat
2. Memberikan bantuan sesuai ketidakmampuan

wit 3. Membantu melakukan rentan gerak sendi  Bisa melakukan


pasif/aktif aktivitas sendiri

4. Menganjurkan pasien jangan terlalu


melakukan perkerjaan yang keras
O:tampak

 Ku Baik

A: Masalah Teratasi

P:Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai