Disusun Oleh
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN
DENGAN MASALAH HALUSINASI
I Masalah Utama
Pada gangguan jiwa, Halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling sering
terjadi,dapat berupa suara suara bising atau kata kata yang dapat mempengaruhi
perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu seperti berbicara
sendiri,marah,atau berespon lain yang membahayakan diri sendiri orang lain dan
lingkungan. (Yudi Hartono ;2012;108). Tahap halusinasi yaitu :
a. Sleep desorder
Sleep desorder adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul
halusinasi
e) Status mental
1) Penampilan
Area observasi dalam penampilam umum klien yang merupakan
karakteristik fisik klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian,
kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak
mata, dilatasi/kontruksi pupil, status gizi/keshatan umum (Azizah,
2011).
2) Pembicaraan
Cara berbicara digambarkan dalam frekuensi (kecepatan,
cepat/lambat), volume (keras/lembut), jumlah (sedikit, membisu,
ditekan) dan karakternya seperti: gugup, kata-kata bersambung
serta aksen tidak wajar (Azizah, 2011).
(3) Aktivitas motorik
Aktivitas motorik berkenan dengan gerakan fisik perlu dicatat
dalam hal tingkat aktivitas (letargik, tegang, gelisah, agitasi), jenis
(tik, seringai, tremor) dan isyarat tubuh yang tidak wajar (Azizah,
2011).
(4) Afek dan Emosi
Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung
relatif lama dan dengan sedikit komponen fisiologis/fisik, seperti
kebanggaan, kekecewaan. Sedangkan alam perasaan (emosi) adalah
manifestasi efek yang ditampilkan/diekspresikan ke luar disertai
banyak komponen fisiologis dan berlangsung (waktunya) relative
lebih singkat/spontan seperti sedih, ketakutan, putus asa, khawatir
atau gembira berlebihan (Azizah, 2011).
5) Interaksi selama wawancara
Jelaskan keadaan yang ditampilkan klien saat waawancara seperti
bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata
kurang (tidak mau manatap lawan bicara), defensif (selalu berusaha
mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya) atau curiga yang
sering menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain
(Azizah, 2011).
6) Persepsi-Sensorik
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas, hubungan,
perbedaan sesuatu, hal tersebut melalui proses mengamati,
mengetahui dan mengartikannya setelah panca indra mendapatkan
rangsangan.
(a) Isi halusinasi yang dialami klien
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar,
berkata apabila halusinasi yang dialami adalah halusinasi
pendengaran, atau bentuk bayangan yang dilihat oleh klien bila
halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang
tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap
untuk halusinasi pengecapan, atau merasakan apa yang
dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
(b) Waktu dan Frekuensi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu
atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Bila
memungkinkan klien diminta menjelaskan kapan persisnya
waktu terjadi halusinasi tersebut. Informasi ini penting untuk
mengidentifikasikan pencetus halusinasi dan menentukan bila
mana klien perlu diperhatikan saat mengalami halusinasi.
(c) Situasi Pencetus Halusinasi
Perawat mengidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum
mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan
kepada klien kejadian yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu perawat juga dapat mengobservasi apa yang
dialami klien menjelang muncul halusinasi untuk memvalidasi
pernyataan klien.
(d) Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi klien, bisa dikaji dengan menanyakan apa yang
dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien mampu mengontrol stimulasi halusinasi atau
sudah tidak berdaya terhadap stimulasi.
7) Tingkat kesadaran
Kemampuan individu melakukan hubungan dengan lingkungan dan
dirinya (melalui panca indra), mengatakan pembatasan terhadap
lingkungan/dirinya (melalui perhatian). Kesadaran yang baik
biasanya dimanifestasikan dengan orientasi yang baik dalam hal
waktu, tempat, orang dan lingkungan sekitarnya (Azizah, 2011).
8) Memori (Daya Ingat)
Bagaimana daya ingat klien atau kemampuan meningkatkan hal-hal
yang telah terjadi (jangka panjang/pendek/sesaat) dan apakah ada
gangguan pada daya ingat. Gangguan ini dapat terjadi pada salah
satu diantara komponen daya ingat yaitu pencatatn/registrasi,
penahanan/retensi atau memanggil kembali/recall sesuatu yang
terjadi sebelumnya (Azizah, 2011).
9) Tingkat kosentrasi dan berhitung
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan selama
wawancara/kontrak dan kalkulasi. Kalkulasi adalah kemampuan
klien untuk mengerjakan hitungan baik sederhanan maupun
kompleks. Bagaimana klien berkonsentrasi dan kemampuannya
dalam berhitung, apakah normal atau ada gangguan seperti mudah
beralih, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu berhitung
sederhana ataulainnya (Azizah, 2011).
10) Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Penilaian melibatkan pembuatan keputusan yang konstruktif dan
adaptif, kemampuan mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari
hubungan. (Azizah, 2011).
11) Daya tilik diri
Daya tilik diri/penghayatan, merujuk pada pemahaman klien
tentang sifat suatu penyakit/gangguan. Penghayatan ini biasanya
mengalami gangguan pada kelainan mental organik, prikosis dan
retardasi mental (Azizah, 2011).
12) Kebutuhan persiapan pulang
Kebutuhan persiapan pulang data yang perlu dikaji antara lain:
makan dan minum, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat tidur,
penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, kegiatan di dalam
rumah, kegiatan di luar rumah, mekanisme koping, masalah
psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medik.
2. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa
data untuk merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data
tersebut diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif:
a) Data Subyektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak
nyata, tidak percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat
memusatkan perhatian dan konsentrasi, rasa berdosa, menyesal dan
bingung terhadap halusinasi, perasaan tidak aman, merasa cemas,
takut dan kadang-kadang panik kebingungan.
b) Data Obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata,
pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal, sulit membuat
keputusan, tidak perhatian terhadap perawatan dirinya, sering
manyangkal dirinya sakit atau kurang menyadari adanya masalah,
ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira, klien tampak gelisah,
insight kurang, tidak ada minat untuk makan.
Diagnosa Perencanaan
No Tgl
Keperawatan Tujuan (Tuk/Tum) Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
Gangguan TUM : 1.1 Ekspresi wajah bersahabat, 1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan mengemukakan
perubahan menunjukkan rasa senang, prinsip komunikasi terapeutik :
persepsi Klien tidak mencederai
diri sendiri, orang lain, ada kontak mata, mau a. Sapa klien dengan ramah baik verbal ataupun non
sensori:
halusinasi dan lingkungan. berjabat tangan, mau verbal
menyebutkan nama, mau b. Perkenalkan diri dengan sopan,
TUK : menjawab salam, klien c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
mau duduk berdampingan yang disukai klien
1. Klien dapat membina
dengan perawat, mau d. Jelaskan tujuan pertemuan
hubungan saling
mengutarakan masalah e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
percaya
yang dihadapinya. adanya
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat menyebutkan 3.1.1 Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan
mengontrol tindakan yang biasanya jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri,
halusinasinya. dilakukan untuk dll).
mengendalikan
halusinasinya
3.2 Klien dapat menyebutkan 3.2.1 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien
cara baru mengontrol jika bermanfaat beri pujian kepada klien.
3.2.2 Diskusikan dengan klien tentang cara baru mengontrol
halusinasi.
halusinasinya :
a. menghardik/ mengusir/ tidak memedulikan
halusinasinya
b. Bercakap cakap dengan orang lain jika
halusinasinya muncul
c. Melakukan kegiatan sehari-hari.
3.3.1 Beri contoh cara menghardik halusinasi: Pergi! Saya
3.3 Klien dapat
tidak mau mendengar kamu, saya mau mencuci piring/
mendemonstrasikan cara
bercakap-cakap dengan suster.
menghardik/ mengusir/
3.3.2 Beri pujian atas keberhasilan klien.
tidak memedulikan
3.3.3 Minta klien mengikuti contoh yang diberikan dan
halusinasinya
minta klien mengulanginya.
3.3.4 Susun jadwal latihan klien dan minta klien untuk
mengisi jadwal kegiatan (self-evaluation).
I.4.5 Tanyakan kepada klien: Bagaimana perasaan anda
setelah menghardik? Apakah halusinasinya
berkurang? lalu berikan pujian.
3.4.1 Beri contoh percakapan dengan orang lain: suster,
3.4 Klien dapat saya dengar suara-suara, temani saya bercakap-cakap.
mendemonstrasikan 3.4.2 Minta klien mengikuti contoh percakapan dan
bercakap-cakap dengan mengulanginya.
orang lain. 3.4.3 Beri pujian atas keberhasilan klien.
3.4.4 Susun jadwal klien untuk melatih diri, mengisi
kegiatan dengan bercakap-cakap dan mengisi jadwal
kegiatan self-evaluation.
3.4.5 Tanyakan kepada klien: bagaimana perasaan anda
setelah latihan bercakap-cakap? Apakah halusinasinya
berkurang? berikan pujian.
3.5 Klien dapat 3.5.1 Diskusikan dengan klien tentang kegiatan harian yang
mendemonstrasikan dapat dilakukan di rumah dan di rumah sakit (untuk
pelaksanaan kegiatan klien halusinasinya dengan perilaku kekerasan sesuai
sehari sehari. dengan kontrol perilaku kekerasan).
Latih klien untuk melakukan kegiatan yang disepakati
dan masukkan ke dalam jadwal kegiatan. Minta klien
mengisi jadwal kegiatan self evaluation).
3.5.2 Tanyakan kepada klien: bagaimana perasaan anda
setelah melakukan kegiatan harian? Apakah
halusinasinya berkurang?, berikan pujian.
3.6 Klien dapat mengikuti 3.6.1 Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas
aktivitas kelompok kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.
3.7 Klien dapat 3.7.1 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu
mendemonstrasikan minum obat serta manfaat obat tersebut (prinsip 5
kepatuhan minum obat benar : benar orang, benar obat, benar dosis, benar
untuk mencegah waktu, dan benar cara pemberian).
halusinasi. 3.7.2 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang
diminum (nama, warna, dan besarnya): waktu minum
obat (jika 3x: pukul 07.00, 13.00, dan 19.00) dosis,
cara.
3.7.3 Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat
dengan teratur :
a. Beda perasaan sebelum dan sesudah minum obat
b. Jelaskan bahwa dosis hanya bisa dirubah oleh
dokter
3.7.4 Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat
sesuai jadwal yang ditentukan.
3.7.5 Diskusikan proses minum obat:
a. Klien meminta obat kepada perawat (jika dirumah
sakit), kepada keluarga (jika dirumah)
b. Klien memeriksa obat sesuai dosisnya
c. Klien meminum obat pada waktu yang tepat.
3.7.6 Susun jadwal minum obat bersama klien.
3.7.7 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi
minum obat.
3.7.8 Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan
mengisi jadwal kegiatan harian atau (self evaluation).
3.7.9 Validasi pelaksanaan minum obat.
3.7.10 Beri pujian atas keberhasilan klien.
3.7.11 Tanyakan kepada klien: bagaimana perasaan anda
dengan minum obat secara teratur, apakah keinginan
marahnya berkurang?
a. Pengertian
terjadi pada fungsi otak dan melibatkan banyak sekali faktor. Faktor -
b. Penyebab
sama.
2. Virus
3. Auto antibody
gejala positif dan gejala negatif (Yosep, 2011, hal. 212) yaitu:
1. Gejala positif :
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Gejala yang biasanya
timbul yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang
2. Gejala negatif
yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat
mereka.
d. Jenis-jenis skizofrenia
kemunduran kemauan.
dan halusinasi.
Pengertian
Direja (2011) berpendapat bahwa gangguan persepsi sensori halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan.
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami perubahan pada pola stimulus yang mendekat (yang
diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan
berlebih-lebihan atau kelainan berespons terhadap stimulus (Fitria, 2012).
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan internal ( pikiran ) dan rangsangan
eksternal ( dunia luar ). Klien member persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati &
Hartono, 2012).
Rentang Respon Neurobiologis
Trimelia (2011) menyatakan bahwa berbagai respon perilaku klien yang
terkait dengan fungsi otak disebut dengan respon neurobiologist. Gangguan
respons neurobiologist ditandai dengan gangguan sensori persepsi halusinasi.
Gangguan respons neurobiologist atau respons neurobiologist yang maladatif
ini terjadi karena adanya :
1. Lesi pada area frontal, temporal, dan limbik sehingga mengakibatkan
terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi.
2. Ketidakmampuan otak untuk menyeleksi stimulus
3. Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter lainnya.
Rentang respon neurobiologis ( Direja, 2011) dapat digambarkan sebagai berikut :
VI Daftar Pustaka
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Medika.
Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic
Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Maramis, W.F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Airlangga
University Press.
Media.
LEMBAR PENGESAHAN
NIM:
Mengetahui,
Pembimbing Akademik,