Anda di halaman 1dari 11

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS

LAPORAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS PADA KLIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH (HDR) DI DUSUN KENITEN, KALASAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

RIRIN ANDRIANI
183203019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI


RENDAH (HDR) DI DUSUN KENITEN, KALASAN

Telah disetujui pada


Hari :
tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( Suwarno, MNS ) ( Sriyati Sipora, S.Kep., Ns ) ( Ririn Andriani, S.Kep )


HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri. Selain itu pasien juga merasakan hilang
rasa percaya diri, merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri. Gangguan harga diri rendah adalah penilaian
negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung, (Keliat, dkk, 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep. 2009).
Menurut patricia D. Barry dalam mental health an mental illness
(2010), harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya.
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2018). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2012).

B. Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif
C. Tanda dan Gejala
1. Data Subjektif : mengejek dan mengkritik diri, merasa bersalah dan
khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri, mengalami gejala
fisik, misal; tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat, sulit
bergaul
2. Data Objektif : perasaan tidak mampu, penurunan produktivitas,
berpakaian tidak rapih, tidak berani menatap lawan bicara, dan lebih
banyak merunduk

D. Penyebab
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hatga diri rendah adalah:
1) Penolakan orang tua yang tidak realistis
2) Kegagalan berulang kali
3) Kurang mampunyai tanggung jawab personal
4) Ketergantungan pada orang lain
5) Ideal diri yang tidak realistis
6) Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi
kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang
menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada
pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis semakin
besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan
tidak berdaya. Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan
pada kasus harga diri rendah kronis adalah:
a) System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih,
dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
b) Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang
membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat
dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-
sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa
membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
c) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan
pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada
thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak
dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang
mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi
pikiran dari klien.
d) Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
7) Faktor psikologis. Harga diri rendah konis sangat berhubungan
dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan
fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami
harga diri rendah kronis meliputi  penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis
kelamin dan peran dalam pekerjaan
8) Faktor sosial
Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat
tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur social yang berubah misal
ukuran keberhasilan individu.
9) Faktor kultural
Tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan
kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus
menikah jika umur mencapai duapuluhan, perubahan kultur kearah
gaya hidup individualisme.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah:
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Perubahan penampilan/ bentuk tubuh
3) Produktivitas yang menurun
4) Ketegangan peran;
5) Transisi Perkembangan
Perubahan norma dan nilai yang berkaitan dengan perkembangan
individu
6) Trauma
Trauma fisik, psikologis, seksual yang dialami sejak kecil

E. Perilaku Dengan Harga Diri Rendah

1. Mengkritik diri sendiri dan atau orang lain.


2. Produktivitas menurun.
3. Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Merasa diri tidak bisa.
5. Merasa bersalah.
6. Perasaan negatif terhadap diri sendiri.
7. Pandangan hidup yang pesimis.
8. Mengingkari kemampuan yang dimiliki.
9. Isolasi diri dan perasaan cemas yang berlebihan.
10. Menarik diri dari realitas yang ada.
11. Mengejek diri sendiri dan mencederai diri sendiri.
12. Penyalahgunaan zat.

F. Mekanisme Koping

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka


panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapai persepsi diri yang menyakitkan.
 Pertahanan jangka pendek
- Aktivitas yang dapat memberikan pelarian diri
sementara dan krisis identitas. Misalnya : bekerja keras.
- Aktivitas yang dapat memberikan identitas
pengganti sementara. Misalnya: ikut dalam kegiatan kelompok
(pengajian).
- Aktivitas yang secara sementara menguatkan
perasaan diri. Misalnya : olahraga.
 Pertahanan jangka panjang
Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan
potensi diri individu tersebut.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi disosiasi, isolasi,
proyeksi, pergeseran (displacement), berbalik marah terhadap diri sendiri
dan amuk (Azis, 2009)
G. Psikopatologi

Risiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Koping individu tidak efektif Berduka Disfungsional

H. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian
1) Pengkajian keperawatan kesehatan jiwa:
(1) Identitas klien.
(2) Keluhan utama/ alasan masuk.
(3) Faktor predisposisi.
(4) Aspek fisik/ biologis.
(5) Aspek psikososial.
(6) Status mental.
(7) Kebutuhan persiapan pulang.
(8) Mekanisme koping.
(9) Masalah psikososial dan lingkungan.
(10) Pengetahuan.
(11) Aspek medic.
2) Data subjektif
Klien mengatakan; saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
3) Data obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri sendiri/ ingin
mengakhiri hidup.

I. Diagnosis Keperawatan Utama


Harga diri rendah kronik b/d gangguan psikiatri (00119)

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R (2009).Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa.Semarang :RSJD Dr.


Amino Gonohutomo.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna dll. (2011). Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa.EGC: Jakarta.

Musliha. 2010.Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta: Nuha


Medika.

Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa. 2009. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai