NIM : P05120221044
PEMBIMBING PENDIDIKAN
( )
B. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (2012) sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
a. Penolakan orang tua,
b. Harapan orang tua yang tidak realistis,
c. Kegagalan yang berulang,
d. Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal,
e. Ketergantungan pada orang lain,
f. Ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Meliputi sreotif peran gender, terutama peran kerja dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi:
a. Ketidakpercayaan orang tua,
b. Tekanan dari kelompok sebaya,
c. Perubahan struktur sosial.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2012) dapat berasal dari sumber
internal dan eksternal yaitu:
1. Trauma
Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu:
Transisi peran perkembangan Adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan.Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat-sakit
Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit, transisi ini
dicetuskan oleh:
- Kehilangan anggota tubuh
- Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
- Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
- Prosedur medis dan keperawatan.
3) Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada HDR yaitu pertahanan jangka pendek dan jangka
penjang serta penggunaan mekanisme bertahan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang meyakinkan.
Pertahanan jangka pendek yaitu:
- Aktivitas dapat memberikan pelarian sementara dari lensia identitas
- Aktivitas garis dapat memberikan identitas sementara
- Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri
- Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah
identitas yang kurang berarti dalam kehidupan individu
Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut:
- Penutupan identitas
- Identitas negatif
C. Tingkatan
Tingkatan konsep diri: Harga diri rendah, yaitu
Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif,
Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharpkannya dan sesuai
dengan kenyataan,
Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai tujuan,
Keracunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis pada masa dewasa,
sifat kepribadian yang bertentangan, perasaan hampa, dan lain-lain.
Depersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas, misalnya malu dan sedih
karena orang lain.
D. Klasifikasi
Klasifikasi HDR berdasarkan teori penyebab, yaitu:
1. HDR Situasional
Yaitu HDR yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba, misalnya pasca operasi,
kecelakaan, cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu (korban perkosaan,
dipenjara, dituduh KKN) dan sebagainya. HDR terjadi disebabkan oleh:
- Privacy yang kurang diperhatikan
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat atau sakit
- Perlakuan yang tidak menghargai
2. HDR Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri yang sudah berlangsung lama, klien
mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit yang dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
E. Rentang Respon
Aktualisasi diri: pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif
Konsep diri positif: dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang
diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan
Harga diri rendah : perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayan
diri, merasa gagal mencapai tujuan.
Keracunan identitas: ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek
psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaan
hampa, dan lain-lain.
Depersonalisasi: merasa asing terhadap diri snediri, kehilangan identitas
misalnya malu dan sedih karena orang lain.
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Budi Ana Keliat (2010), yaitu:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan social (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya). Menurut Stuart & Sundeen
(2012), perilaku klien HDR menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Produktivitas menurun.
2) Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
3) Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4) Gangguan dalam berhubungan.
5) Perasaan tidak mampu.
6) Rasa bersalah.
7) Mudah tersinggung.
8) Perasaan negative terhadap tubuhnya sendiri.
9) Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
10) Pandangan hidup yang pesimis.
11) Keluhan fisik.
12) Pandangan hidup yang bertentangan.
13) Penolakan terhadap kemampuan personal.
14) Destruktif terhadap diri sendiri.
15) Menolak diri secara sosial.
16) Penyalahgunaan obat.
17) Menarik diri dan realitas.
18) Khawatir.
Akibat harga diri rendah yang berkepanjangan (kronis), klien akan
mengisolasi diri dari lingkungan dan akan menghindar dengan orang lain.
G. Pohon Masalah
B. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri rendah
menurut Yoedhas (2010) adalah:
1. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
2. Resiko isolasi sosial : menarik diri
3. Perubahan penampilan peran
4. Keputusasaan
5. Berduka disfungsional
6. Kerusakan komunikasi verbal
7. Resiko tinggi intoleransi aktivitas
8. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori: Halusinasi
9. Defisit perawatan diri
10. Resiko perilaku kekerasan.
C. Analisa Data
Data yang diambil adalah data objektif dan data subjektif. Data Objektif adalah
data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat melalui observasi atau
pemeriksaan langsung oleh perawat Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.
Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Klien
mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri
sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data yang diperoleh
kemudian dikelompokkan dan perawat langsung merumuskan masalah keperawatan
dan masalah kolaboratif.
Data objektif dan data subjektif yang mungkin munculpada klien penderita HDR
adalah:
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu:
1. Harga diri rendah
2. Kerusakan interaksi sosial: Menarik diri
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
4. Defisit perawatan diri
E. Intervensi Keperawatan
Prabowo, Eko. 2014. Konsep &N Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Rasmun S. Kep. M 2014. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto